Penyakit kerja ak getaran docx

BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan kerja merupakan aktivitas multidisiplin yang bertujuan untuk
menjaga dan mendukung kesehatan pekerja dengan mencegah serta mengontrol
penyakit dan kecelakaan akibat kerja, mengeliminasi faktor – faktor berbahaya di
tempat kerja terhadap kesehatan dan keamanan saat bekerja. Kesejahteraan fisik,
mental dan sosial para pekerja perlu diperhatikan untuk meningkatkan kapasitas
kerja. Interaksi dua arah antara pekerja dengan lingkungan kerja saling
mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan kerja mempengaruhi kesejahteraan
pekerja dan begitu pula sebaliknya, kesehatan pekerja mempengaruhi hasil
produksi. Pekerja dengan keterbatasan fisik yang tidak dapat bekerja dengan baik
sebaiknya dipindahkan sesuai dengan pekerjaan yang sesuai. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas kerja mereka (WHO, 2001).
Kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai bagian
tak terhindarkan dari produksi. Seiring berjalannya waktu, terdapat berbagai
standar hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan
kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-standar tersebut mencerminkan
kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya
sosial dan ekonomi akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus
diturunkan. Menurut ILO, terdapat lebih dari 250 juta kecelakaan setiap tahun di
tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja cedera akibat tempat kerja yang tidak

aman. Selain itu, tercatat 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di
tempat kerja. Dampak yang terjadi meliputi biaya medis, kehilangan hari kerja,
mengurangi produksi, hilangnya kompensasi bagi pekerja, kerusakan dan
perbaikan peralatan, publisitas buruk dan kehilangan kontrak. Motivasi utama
dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Berbagai bahaya
faktor fisik dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Bahaya faktor fisik salah
satunya adalah getaran akibat penggunaan mesin-mesin dan peralatan yang
menghasilkan getaran. Potensi bahaya tersebut dapat mempengaruhi kesehatan
pekerja dan tingkat produktivitas kerja (International Labour Organization, 2013).

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut OSHA (2003), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu
multidiplin yang difokuskan pada penerapan prinsip ilmiah dalam memahami
adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam
lingkungan industri ataupun lingkungan di luar industri. Kecelakaan adalah

kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan karena peristiwa tersebut tidak
terdapat unsur kesengajaan atau perencanaan. Kecelakaan menyebabkan 5 jenis
kerugian, yaitu kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan, kelalaian dan cacat,
serta kematian. Beberapa definisi keselamatan kerja diantaranya:
1. De Reamer (1980), merupakan produk akhir dari suatu urutan kejadian
yang berakhir dengan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti luka
ringan, luka berat, kerusakan alat, gangguan pada jalannya proses
produksi.
2. W.G Johnson (1980), perpindahan energi yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan cedera pada seseorang, kerusakan harta benda, gangguan
pada proses yang sedang berjalan atau kerugian lainnya.
3. Slote (1987), kejadian yang tak diinginkan (Permatasari, 2009).
2.2 Teori Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada serangkaian peristiwa
mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Beberapa teori yang menjelaskan
tentang penyebab terjadinya kecelakaan yang ditemukakan para ahli diantaranya
adalah teori domino, teori faktor manusia, dan The Swiss Cheese Model of Human
Error.
1. Teori Domino
Teori ini dikemukakan oleh Heinrich, dinyatakan mengenai 5 faktor

yang terjadi secara berurutan dan berakhir dengan suatu kerugian. Lima
faktor tersebut adalah kebiasaan atau lingkungan sosial, kesalahan
manusia, kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak aman, kecelakaan,
2

dan cidera atau kerusakan peralatan. Heinrich kemudian menggambarkan
kelima faktor tersebut dalam rangkaian domino dalam posisi berdiri,
dimana apabila salah satu domino tersebut terjatuh akan menimpa
domino yang lain dan menyebabkan seluruh domino terjatuh. Sementara
dari penggambaran itu dapat dilihat bahwa apabila salah satu faktor
dihilangkan tidak akan terjadi progress dan tahapan terakhir yaitu
kerugian.
Penggunaan teori domino dijelaskan sebagai petunjuk pertama, satu
domino dapat menghancurkan ke empat domino yang lainnya. kecuali
pada titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan
rangkaian. Domino yang paling mudah dan efektif untukk dihilangkan
adalah domino tengah, yaitu tindakan dan atau kondisi tidak aman.
Dengan kata lain, jika kita ingin mencegah kerugian, maka tindakan dan
atau kondisi tidak aman tersebut sebaiknya dipindahkan.
Frank Bird Jr memperkenalkan pembaharuan teori domino ke dalam 5

tahap proses, yaitu
 Lack of control – Management
Didasarkan pada 4 fungsi profesional managemen yaitu planning

organizing-leading-controling.
Basic cause – Origin/etiologi
Faktor individu dan faktor yang terkait dengan pekerjaan
merupakan penyebab dasar dari kecelakaan atau pemicu insiden
dan origin didasarkan pada sumber dan identifikasi sumber sebagai






penyebab dasar.
Immediate cause – Simptom
Tindakan atau kondisi tidak aman.
Accident – Kontak
Kecelakaan sebagai kontak dengan sumber energi elektrik, kimia,

kinetik, suhu, ion, radiasi,dsb.
Injury – Damage – Loss
Injury diartikan sebagai kerugian yg berakhir pada kerusakan
individu yang bermacam-macam seperti luka traumatik, kecacatan
mental, kerusakan saraf, dan efek sistemik lainnya, sedangkan
damage diartikan sebagai kerusakan alat dan kecacatan pada fisik
(Permatasari, 2009).
3

2. Teori Faktor Manusia
Setiap kecelakaan yang terjadi disebabkan karena kesalahan manusia.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kesalahan tersebut adalah overload
(beban kerja berlebihan baik secara fisik atau psikologi), respon yang
tidak sesuai terhadap situasi yang dihadapi (mengenali bahaya, tapi tidak
berusaha untuk memperbaiki), aktivitas yang tidak sesuai atau tidak
memadai (melakukan pekerjaan tanpa latihan/pengenalan) dan salah
menilai tingkat resiko dari kegiatan yang dilakukan (Permatasari, 2009).
3. The Swiss Cheese Model of Human Error
Kecelakaan karena kesalahan manusia terbagi dalam 4 tingkatan, yaitu:





Unsafe act / Tindakan Tidak Aman.
Menggambarkan tindakan yang langsung menyebabkan
kecelakaan.
Precondition for unsafe act / Kondisi Penyebab Tindakan Tidak
Aman.
Membahas aspek-aspek penyebab terjadinya tindakan tidak aman
yaitu kondisi mental, buruknya komunikasi dan koordinasi saat



melaksanakan pekerjaan.
Unsafe supervision / Kurangnya Pengawasan.
Komunikasi dan koordinasi yang buruk atau mental yang tidak siap
dari personil dapat dihindari apabila pengawasan yang dilakukan
berjalan dengan baik.




Organization influences / Pengaruh Organisasi.
Aspek ini menyangkut kondisi perusahaan secara umum seperti
kebijakan, anggaran, penyediaan sumber daya, perencanaan dn
target perusahaan (Permatasari, 2009).

2.3 Potensi Bahaya Keselamatan Dan Kesehatan
Kategori A
Potensi bahaya yang

Kategori B
Potensi bahaya

Kategori C
Risiko terhadap

Kategori D
Potensi bahaya

menimbulkan risiko


yang

kesejahteraan

yang

dampak jangka

menimbulkan

atau kesehatan

menimbulkan
4

panjang pada
kesehatan
Bahaya faktor kimia


risiko langsung
pada keselamatan
Kebakaran

sehari-hari
Air Minum

(debu, uap logam, uap)

risiko pribadi dan
psikologis
Pelecehan,
termasuk
intimidasi dan

Bahaya faktor biologi

Listrik

(penyakit dan


Toilet dan fasilitas

pelecechan seksual
Terinfeksi

mencuci

HIV/AIDS

gangguan oleh virus,
bakteri, binatang, dsb)
Cara bekerja dan

Potensi bahaya

Ruang makan atau

Kekerasan di


bahaya faktor

mekanikal (tidak

kantin

tempat kerja

ergonomis (posisi

adanya pelindung

bangku kerja,

mesin)

pekerjaan berulangulang, jam kerja yang
lama)
Potensi bahaya

House keeping

P3K di tempat

Stress

lingkungan yang

(perawatan buruk

disebabkan oleh polusi

pada peralatan)

kerja
Transportasi

Narkoba di tempat

pada perusahaan di

kerja

masyarakat

Potensi bahaya kesehatan di tempat kerja berasal dari lingkungn kerja antara
lain faktor kimia, fisik, biologi, ergonomis, dan psikologi. Bahaya faktor fisik di
dalam tempat kerja diantaranya kebisingan, penerangan yang kurang baik,
geratan, suhu, dan radiasi (International Labour Organization, 2013).
2.4 Dampak Kesehatan Akibat Getaran
Getaran dapat diartikan sebagai gerakan / sistem bolak balik, dapat berupa
gerakan yang harmonis sederhana dapat pula sangat kompleks yang sifatnya
periodik atau random, menetap atau transien, terus menerus atau hilang timbul.
Pemaparan terhadap getaran berhubungan dengan pemaparan terhadap
kebisingan, karena getaran dan kebisingan berasal dari sumber yang sama.
Getaran dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan

5

gangguan rangsangan reseptor saraf di dalam jaringan. Pada efek mekanis, sel-sel
jaringan mungkin rusak atau terganggu metabolismenya. Pada rangsangan
reseptor, gangguan melalui saraf sentral atau pada sistem otonom (keduanya
terjadi bersamaan) (International Labour Organization, 2013).
Bentuk pemaparan dibagi dalam dua kategori, yaitu pemaparan seluruh tubuh /
whole-body vibration dan pemaparan bersifat segmental (hanya bagian tubuh
tertentu) / hand-arm vibration. Gejala yang ditemukan akibat getaran mekanis
pada lengan adalah kelainan pada peredaran darah dan persarafan serta kerusakan
pada persendian dan tulang (International Labour Organization, 2013).
2.4.1 Whole Body Vibration (WBV)
Mekanisme Patogenesis
Beberapa mekanisme yang dapat terjadi diantaranya:
1. Kerusakan struktural pada tulang subkondral dan endplate.
2. Kerusakan pada annulus fibrosus.
3. Kelelahan otot menurunkan tingkat stabilitas tulang belakang (Dozent,
1998).

Aktivitas Otot Punggung Terhadap WBV yang Disebabkan oleh Beban pada
Diskus
Saat timbul gaya, misalnya karena lengan pengungkit yang pendek, otot
punggung harus berusaha keras dalam mengatur keseimbangan. Saat fleksi tulang
belakang, cenderung menggunakan kekuatan ventral sebagai kompensasi.
Kekuatan otot menghasilkan gaya tekan yang tinggi, dengan demikian dapat
menyebabkan risiko untuk terjadi kelelahan pada endplate vertebra yang
ditunjukan oleh puncak beban internal. Di sisi lain, aktivitas otot punggung dapat
menstabilisasi segmen tulang belakang selama peningkatan beban dinamik.
Fungsi ini sangat penting dalam pergeseran kekuatan antar segmen dan
membutuhkan waktu yang tepat untuk sejumlah otot oleh sistem saraf (Dozent,
1998).

6

2.4.2 Hand – Arm Vibration (HAV)
Hand – arm vibration adalah suatu kondisi yang berpotensi untuk
mempengaruhi setiap pekerja pengguna alat yang digerakan dengan tangan
sebagai bagian utama pekerjaan mereka. Para pekerja yang menggunakan tangan
secara rutin dan terpapar getaran tinggi memungkinkan terjadi beberapa efek pada
tangan dan lengan. Perasaan kesemutan atau baal pada jari-jari tangan atau bagian
jari memucat. Kondisi ini disebut dengan vibration white finger, dead finger, dan
Secondary Raynaud’s Syndrome. Pengaruh akumulatif dan seiring dengan
berjalannya waktu serangan berupa nyeri dan hilangnya ketangkasan manual,
mengakibatkan kekakuan dan menurunnya kekuatan menggengam. Pada kasus
yang lebih berat, akan terjadi gangguan permanen sirkulasi darah dan jari tampak
biru kehitaman. Risiko tergantung pada besarnya vibrasi dan lamanya paparan.
Aspek lain yang dapat memiliki mempengaruhi adalah pegangan, dorongan dan
kekuatan lain yang digunakan untuk memandu dan menerapkan alat-alat getar
atau peralatan kerja, pola paparan, berapa banyak tangan terkena getaran, suhu,
merokok dan kerentanan individu.
Fenomena Raynaud pertama kali digambarkan sebagai suatu kondisi hilangnya
sirkulasi darah kemudian menyebabkan satu atau lebih jari menjadi putih dan
dingin. Dalam 1-3% dari kasus, serangan-serangan blanching menjadi semakin
lebih parah selama bertahun-tahun, yang menyebabkan jari biru dan dingin. Kulit
dapat menjadi atrofi, ulserasi, atau gangren. Beberapa kondisi medis, terutama
patah tulang, luka, sindrom costoclavicular, penyakit jaringan ikat, gangguan
pembuluh darah seperti penyakit Buerger, aterosklerosis, atau hipertensi kronis,
dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala sebagai fenomena utama Raynaud.
Tahap awal vibration syndrome / sindrom getaran ditandai dengan kesemutan
atau mati rasa di jari. Kesemutan atau mati rasa sementara selama atau segera
setelah penggunaan handtool bergetar tidak dianggap sindrom getaran. Diagnosis
sindrom getaran berupa gejala-gejala neurologis harus lebih lama dan terjadi tanpa
provokasi oleh paparan langsung getaran. Gejala lain termasuk jari pucat, nyeri,
dan ruam. Gejala biasanya muncul tiba-tiba dan dipicu oleh paparan

7

dingin. Paparan getaran terus menerus, tanda dan gejala menjadi lebih parah
sehingga kelainan dapat menjadi ireversibel (Millar, 2014).
Tingkat keparahan sindrom getaran dapat diukur dengan menggunakan sistem
penilaian yang dikembangkan oleh Taylor.
Tahapan Getaran Syndrome
Tahap Kondisi Jari
Tidak ada kesemutan, mati

00

Gangguan Kerja dan Sosial
Tidak ada keluhan.

rasa, atau jari pucat.

OT

Kesemutan intermiten.

Tidak ada gangguan dengan kegiatan.

ON

Mati rasa intermiten.

Tidak ada gangguan dengan kegiatan.

TN

Kesemutan dan mati rasa
intermiten.

Tidak ada gangguan dengan kegiatan.

Ujung jari pucat dengan atau
01

tanpa kesemutan dan / atau

Tidak ada gangguan dengan kegiatan.

mati rasa.
02

03

04

satu atau lebih ujung jari pucat, Gangguan kegiatan diluar pekerjaan;
selama musim dingin.

tidak ada gangguan di tempat kerja.

Jari pucat lebih luas selama

Gangguan yang pasti di tempat kerja, di

musim panas dan musim

rumah, dan dengan kegiatan sosial,

dingin.

pembatasan hobi.

Jari pucat luas selama musim

Pekerjaan biasanya berubah karena

panas dan musim dingin.

keparahan tanda dan gejala.

Tingkat getaran yang dihasilkan oleh peralatan biasanya dinilai dengan
mengukur tingkat percepatan dalam m/s2. Peraturan menetapkan Exposure Action
Value (EAV) dari 2.5 m/s2 selama 8 jam (A8) dan Exposure Limit Value (ELV)
dari 5 m/s2 lebih dari 8 jam (University of Sussex, 2013).

8

2.5 Mengontrol Getaran
1. Isolasi Sumber Getaran
Bahan isolator yang mempunyai kemampuan yang baik untuk
meredam getaran terbuat dari material dengan frekuensi resonansi lebih
kecil dari frekuensi sumber, bahan tidak kaku, frekuensi isolator akan
saling meredam dengan frekuensi sumber.
2. Damping (meredam getaran)
Mekanisme untuk meredam getaran dengan cara menempekan sistem
resonan pada sumbu getaran. Beberapa cara damping yang dapat
dilakukan adalah dengan cara interface damping, penerapan suatu lapisan
material (asphalt), dengan memakai bahan sandwich sebagai pengganti
bahan utama pada seumber getaran, diselipkan diantara dua lapisan plat
yang dipakai sebagai sistem resonan. Perbedaan frekuensi resonansi dari
2 macam material tersebut dapat meredam getaran yang dikeluarkan oleh
mesin.
3. Mengurangi/Menghilangkan Gangguan Mekanik Yang Menyebabkan
Getaran
Gangguan mekanik yang ditimbulkan getaran dapat dikontrol dengan
mengurang pengaruh gesekan pada roda-roda dudukan mesin atau
keseimbangan/pemantapan dudukan mesin. Seringkali getaran mesin
9

dapat dikurangi dengan cara mengatur keseimbangan putaran mesin, dll
(International Labour Organization, 2013).

10

BAB III
SIMPULAN
Kesehatan kerja bertujuan untuk untuk mencegah serta mengontrol penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, mengeliminasi faktor – faktor berbahaya di tempat
kerja terhadap kesehatan dan keamanan saat bekerja. Kesejahteraan fisik, mental
dan sosial para pekerja perlu diperhatikan untuk meningkatkan kapasitas kerja.
Beberapa teori mengatakan bahwa kecelakaan kerja berhubungan dengan
lingkungan sosial, kesalahan manusia, kondisi tidak aman dan atau tindakan tidak
aman, kecelakaan, dan cidera atau kerusakan peralatan. Dampak yang terjadi
akibat paparan getaran dapat mengenai seluruh tubuh atau hanya segmental.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan berupa isolasi sumber getaran, meredam
getaran, dan menghilangkan gangguan mekanik yang menyebabkan getaran.

11

DAFTAR PUSTAKA
Dozent, H. S. (1998). Scientific Basis of Progress in the Working
Environment. Work and Health , 1-8.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: International Labour Office.
Millar, D. (2014). Vibration Syndrome. The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) , 1-7.
Permatasari, A. (2009). Investigasi Kecelakaan Pada Penyebrangan
Perlintasan KRL. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pryor, P., & Capra, M. (2012). The Core Body of Knowledge for Generalist
OHS Professional. Health and Safety Professionals Alliance , 22-23.
University of Sussex. (2013). Hand-Arm Vibration Safety Policy. HandArm Vibration Safety Policy , 3.
WHO. (2001). Occupational Health. Cairo: WHO .

12