54510778 Kapita Selekta Hkm Dagang Internasional s1

HUKUAM
PENGANGKUTAN
Oleh :
Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S.
Hukum Bisnis FH UGM
1

PENGERTIAN
► Pengangkutan

: perj timbal balik antara
Pengangkut dengan Pengirim, di mana
Pengangkut mengikatkan diri untuk “
menyelenggarakan pengangkutan” barang
dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
Pengirim mengikatkan diri untuk membayar
aang atau biaya angkutan.
2

PENGERTIAN

► Menyelenggarakan

Pengangkutan : dapat
dilakukan sendiri atau dilakukan oleh pihak
lain atas perintahnya.
► Dengan selamat : bila tidak selamat menjadi
tanggung jawab Pengangkut.
► Tidak selamat : barang musnah atau barang
ada tapi rusak ( sebagian atau seluruhnya ).
3

JENIS PENGANGKUTAN
► Pengangkutan

Darat : 1). KUHD , Ps 90 sd 98; 2).
Peraturan Khusus : S. 1927 – 262 :
Perkeretaapian, UU LJR,dll.
► Pengangkutan Laut : 1). KUHD : Charter Kapal,
Pengakutan Barang, Pengangkutan Orang,
Peraturan khusus lain.

► Pengangkutan Udara : 1). S.1939 – 100 jo UU
No.83/58 : Luchtvervoerordonanntie/Penerbangan.
► Pengangkutan Perairan Darat : KUHD Ps 90 sd 98
dan Peraturan Khusus.
4

SIAPA PENGANGKUT DAN PENGIRIM
ITU ?
► KUHD

tidak memberi difinisi.
► Ps 466 dan 521 hanya tentang Pengangkut
Laut.
► Pengangkut : Pihak yg mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang dan/atau orang dari suatu tempat ke
tempat lain dengan selamat.
► Lawannya : Pengirim dan/atau Penerima.
5


KEDUDUKAN HUKUM PENERIMA
Derden beding ( P 3 yg
berkepentingan ex Ps 1317 KUHPdt ),
► Sebagai Cessionaris diam2 mengenai hak
tagih Pengirim terhadap Pengangkut,
► Sebagai pemegang Kuasa ( lastgever )Ex :
Ps 1792 KUHPdt.
► Sebagai

6

SIFAT PERJ PENGANGKUTAN
► Perjanjian

Berkala Ex Ps 1601 KUHPdt,
► Perjanjian Konsensuil,
► Ada Charter Partij ( Ps 545 KUHD ),
Konosemen /Bill Of Lading ( Ps 504, 506
KUHD ), Surat Muatan/ vrachtbrief ) ( Ps 90
KUHD ), bukan syarat ada, terjadi,timbulnya

Perj Pengangkutan.
► Fungsinya hanya sebagai tanda/alat bukti
saja.
7

PENGANGKUT DAN HAK RETENSI
► Pengangkut

tidak mempunyai hak retensi,
► Jika uang angkutan tidak dibayar,
Pengangkut tidak berhak menahan barang
sebagai jaminan uang angkutan ( Ps 493 (1)
KUHD ),
► Jika uang angkutan tidak dibayar, maka
Pengangkutan harus menggugat ke PN
Setempat.
8

PERANTARA PENGANGKUTAN
Eskpeditur ( Ps 86 sd 90 KUHD ),

► Makelar Kapal ( Cargodoor ) ( Ps 62 dst
KUHD ),
► Tranport ondernemer,
► Agen Duane ( EMKL : PP No.2/69) ,
Stuwadoor ( Pengatur Muatan ).


9

Pengertian Asuransi ?
► Asuransi

atau Pertanggungan : perj antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
10

Pengertian Asuransi ?
► Dari

sudut pandang ekonomi, asuransi :
metode untuk mengurangi risiko dengan
jalan memindahkan risiko itu kepada pihak
lain.
► Dari sudut pandang hukum, asuransi :
perjanjian pertanggungan risiko antara
tertanggung dengan penanggung.

11


Obyek Asuransi
► Menurut

UU No.2/92 : benda dan jasa, jiwa
dan raga, kesehatan manusia, tanggung
jawab hukum, serta semua kepentingan
lainnya yang dapat hilang , rusak, rugi dan
atau berkurang nilainya.
► Disini asas kepentingan berlaku mutlak.
Tertanggung harus mempunyai kepentingan
atas obyek asuransi ini.
12

Peran Asuransi
► Memberikan

rasa terjamin atau rasa aman
► Menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan.
► Cenderung mengarah pada perkiraan penilaian
biaya yang layak.

► Sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian
kredit bank.
► Meminimalisir timbulnya kerugian.
► Sarana investasi langsung.
► Memberikan kontribusi pembangunan ekonomi.
13

Sifat Perj Asuransi
► Sifat

: khusus dan unik, karena memiliki
karakteristik tertentu : memiliki sifat future
contract, dlm arti manfaat asuransi itu baru
akan kelihatan di masa yang akan datang
ketika terjadi pembayaran atas kerugian
yang timbul terhadap obyek yang risikonya
dipertanggungkan.

14


Asas atau Prinsip Asuransi
1). Insurable Interest ( Kepentingan yang
dipertanggungkan ).
►Seseorang dikatakan memiliki kepentingan
atas obyek yang dapat diasuransikan bila ia
menderita kerugian keuangan seandainya
terjadi musibah yang menimbulkan kerugian
atau kerusakan atas obyek tersebut.
►Apabila terbukti sebaliknya, maka
tertanggung tdk berhak atas ganti rugi.
15

Asas atau Prinsip Asuransi
2). Utmost Good Faith ( Kejujuran dan Itikad baik ).
► Calon tertanggung wajib memberitahukan sejelasjelasnya dan teliti mengenai segala fakta penting
yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan.
Mis : Risiko yang dijamin atau dikecualikan harus
diberitahukan secara jelas dan teliti, termasuk
kemungkinan terjadinya kerugian atau batalnya
keuntungan yang diharapkan diluar kesalahan atau

perbuatan manusia lain.
16

Asas atau Prinsip Asuransi


Kewajiban memberikan fakta penting tersebut berlaku :
a). Sejak pra kontraktual sampai dengan dibuatnya
kontrak; b). Pada saat perpanjangan kontrak; c). Pada
saat terjadi perubahan kontrak, berkaitan dg hal-hal
perubahan tersebut.

3). Indemnity/Indemnitas/Keseimbangan.
► Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah shg
menimbulkan kerugian, maka akan diberi ganti rugi
untuk mengembalikan keadaan sama seperti sebelum
terjadi kerugian ( Seimbang ). Hal ini mengandung
makna bahwa tertanggung tidak berhak memperoleh
ganti rugi lebih besar dari kerugian yang diderita.
17


Asas atau Prinsip Asuransi
4). Subrogation (Pengalihan Hak Menerima
Ganti Rugi ).
► Apabila tertanggung mengalami kerugian
akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga
maka pihak penanggung, setelah
memberikan ganti rugi kepada tertanggung,
akan menggantikan kedudukan tertanggung
dalam mengajukan tuntutan kepada pihak
ketiga tersebut ( Ps 284 KUHD ).
18

Asas atau Prinsip Asuransi
5). Contribution.
► Seseorang dapat saja mengasuransikan harta benda yang
sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila
terjadi kerugian ( evenement ), maka secara otomatis
berlaku prinsip kontribusi, artinya bahwa bila penanggung
telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak
tertanggung, maka penanggung berhak menuntut
perusahaan lain yang terlibat untuk secara bersama-sama
menutup asuransi tersebut secara proporsional sebanding
dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya secara
terbatas maksimum sebesar nilai sebenarnya. Tdk boleh
mengambil keuntungan dari ganti rugi tersebut.
19

Asas atau Prinsip Asuransi
6). Proximate Cause ( Kausa Proksimal ).
► Bila kepentingan yang diasuransikan
mengalami musibah atau kecelakaan atau
terjadi risiko yang dipertanggungkan,
pertama-tama penanggung akan mencari
sebab-sebab yang aktif dan efisien yang
menggerakkan rangkaian peristiwa tanpa
terputus sampai dengan akhir terjadinya
musibah atau kecelakaan tersebut.
20

Asas atau Prinsip Asuransi
► Prinsip

yang digunakan untuk mencari
penyebab kerugian yang aktif dan efisien
adalah “ Unbroken Chain of Events “ .
► Unbroken Chain of Event adalah suatu
rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak
terputus.
► Contoh : Klaim Kecelakaan Diri.
21

Klaim Kecelakaan Diri
►A

mengendarai kendaraannya di Jalan Tol dengan
kecepatan tinggi, sehingga mobil tidak terkendali
dan kemudian terjadi kecelakaan dengan keadaan
mobil dalam kondisi terbalik. Korban luka parah
dan dibawa kerumah sakit. Tidak lama kemudian
korban meninggal dunia.
► Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa kausa
proksimalnya adalah korban mengendarai mobil dg
kecepatan tinggi shg mobil tdk terkendali dan
terbalik. Dari kausa proksimal akan diketahui
apakah penyebab kecelakaan tsb dijamin polis
atau tidak.
22

3 Kategori Utama Usaha Asuransi
1). Asuransi Kerugian, terdiri dari asuransi untuk
harta benda ( property ); kepentingan keuangan
( pecuniary ); tanggung jawab hukum ( liability );
asuransi diri ( personal accident ) : spt kecelakaan
dan kesehatan.
2). Asuransi Jiwa : Meninggalnya tertanggung dlm
periode asuransi ( dead claim ) atau tertanggung
tetap hidup sampai akhir periode asuransi
( maturity date ). Persh Asuransi Jiwa di samping
menjalankan usaha asuransi kerugian ( general
insurance ), juga boleh memasarkan produk
asuransi kecelakaan dan kesehatan.
23

3 Kategori Utama Usaha Asuransi
3). Asuransi Sosial : Program asuransi wajib
yang diselenggarakan Pemerintah
berdasarkan UU.
► Tujuannya untuk menyediakan jaminan
dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan komersial.

24

Asuransi Kerugian
► Asuransi

Kerugian adalah jenis asuransi yg
menutup pertanggungan finansial pada semua
risiko kerugian pada property atau hak milik dari si
tertanggung.
► Jenis produk yang termasuk kategori asuransi
kerugian a.l. : Asuransi kebakaran, asuransi
kebongkaran, asuransi kendaraan bermotor,
asuransi kecelakaan diri, asuransi pengangkutan
barang, asuransi contractor all risk (CAR), asuransi
erection all risks ( EAR).
25

Jenis Asuransi


Berdasarkan kriteria bidang usaha, asuransi dibagi
dlm 2 jenis :
1) Personal Insurance atau asuransi atas individu,
dimana risiko yang dipertanggungkan adalah
kemungkinan terganggunya pendapatan yang
diterima yg disebabkan oleh kematian,
kecelakaan, sakit, pengangguran, umur tua, dsb;
2) Property Insurance atau asuransi atas harta, yang
di sering digolongkan ke dalam asuransi kerugian.

26

Jenis Usaha Asuransi
UU No.2/92 Tg Usaha Perasuransian, membagi
jenis bidang usaha asuransi di Indonesia :
1). Usaha asuransi;
2). Usaha penunjang asuransi.
Jenis usaha asuransi : asuransi kerugian, asuransi
jiwa dan reasuransi.
Usaha Penunjang Asuransi : pialang asuransi,
pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi,
konsultan aktuaria, agen asuransi.
27

Asas dan ketentuan pokok
asuransi kerugian
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Asas kejujuran sempurna;
Asas kepentingan;
Asas Indemnitas;
Asuransi lebih;
Asuransi Kurang – asas Prorata;
Asuransi ganda-asas kronologi dan asas
pemerataan;
Subrogasi penanggung;
Kewajiban usaha penyelamatan;
28

Asas dan ketentuan pokok
asuransi kerugian
Cacat sendiri dari barang;
Kelalaian tertanggung;
11) Hubungan sebab akibat.
9)
10)

Dari asas-asas tersebut, kepentingan merupakan
syarat mutlak untuk lahirnya perjanjian asuransi.
Penerapan asas di dalam perjanjian asuransi
berkaitan erat dengan jenis asuransinya. Mis :
Asas indemnitas berlaku mutlak dalam asuransi
kerugian, sedang asas insurable interest berlaku
mutlak dalam asuransi jiwa .
29

Polis Asuransi
► Polis

asuransi adalah dokumen perjanjian
asuransi.
► Ps 255 KUHD menyatakan bahwa perjanjian
asuransi terjadi seketika setelah tercapai
kesepakatan antara tertanggung dan
penanggung, hak dan kewajiban timbal
balik timbul sejak saat itu, bahkan sebelum
polis ditandatangani.
30

Polis Asuransi
► Berdasarkan

Ps 255 KUHD, dapat disimpulkan
bahwa perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Polis
merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk
membuktikan bahwa perjanjian asuransi telah
lahir, terjadi dan berlaku.
► Di dalam polis tertuang segala persyaratan dari
perjanjian asuransi tersebut.
31

Polis Asuransi
► Lazimnya

persyaratan polis dibuat secara sepihak
oleh Penanggung, namun setelah tertanggung
memberikan persetujuannya, ia dianggap telah
menyetujui persyaratan tersebut.
► Di sini berlaku sistem kontrak baku. Polis berfungsi
sebagai alat bukti tertulis tentang telah terjadi
perjanjian asuransi.
► Tentang kapan perjanjian asuransi lahir, cukup
pada saat terjadi konsensus.
32

Polis Asuransi


Susunan polis pada umumnya
dikualifikasikan menjadi 4 :
1) Recinital clause, yi : bagian pembukaan polis
yang memuat a.l. nama para pihak;
2) Operative clause, yi : bagian yang memuat
syarat penentuan atau pembayaran premi,
waktu pertanggungan, mulai berlakunya
pertanggungan, penentuan besarnya uang
pertanggungan.
33

Polis Asuransi
3) Previsory Clause, yi : klausula yang memuat isi
perjanjian, kapan penanggung bertanggung
jawab dan kapan tidak bertanggung jawab.
4) Attastion Clause, yi : bagian penutup polis
yang berisi a.l. tanggal dan tempat
disahkannya polis oleh pihak penanggung.

34

Polis Asuransi
256 KUHD, dalam setiap polis, kecuali
polis pertanggungan jiwa, harus memuat
hal-hal sbb : a). Hari dibuatnya perjanjian.
Ini penting untuk menentukan saat mulai
berlakunya pertanggungan; b). Nama orang
yang mengadakan perjanjian pertanggungan
untuk diri sendiri atau untuk orang ketiga.
Hal ini penting terkait dengan ketentuan Ps
264 dan 267 KUHD.

► Ps

35

Polis Asuransi
► Pertanggungan

akan ditutup untuk diri
sendiri atau orang ketiga semuanya harus
dinyatakan di dalam polis. Jika tidak
disebutkan demikian, perjanjian tersebut
akan dianggap ditutup untuk diri sendiri.
► Jika tidak berkepentingan, maka
pertanggungan tidak mempunyai kekuatan,
penanggung tidak berkewajiban membayar
ganti kerugian ( Ps 250 KUHD).
36

Polis Asuransi
► c).

Suatu uraian yang cukup jelas mengenai
benda pertanggungan. Hal ini penting untuk
menentukan benda apa, jumlahnya berapa,
ukurannya bagaimana, sifat, letak dan
keadaannya bagaimana, dsb untuk
menghindarkan salah pengertian terhadap
benda apa yang dipertanggungkan.

37

Polis Asuransi
► d).

Jumlah yang dipertanggungkan. Berisi jumlah
uang tertentu, yang dalam perhitungannya erat
sekali kaitannya dengan nilai benda sesungguhnya
dalam tiap-tiap pertanggungan.
► e). Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh
penanggung. Bahaya atau peristiwa yang menjadi
tanggungan penanggung harus disebutkan dengan
jelas dan tegas. Penanggung hanya bertangung
jawab thp bahaya yg dinyatakan tegas dalam polis.
38

Polis Asuransi
► f).

Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir untuk
tanggungan si penanggung, yi : jangka waktu
pertanggungan.
► g). Premi pertanggungan. Ini menunjuk kepada
berapa jumlah premi yang harus dibayar oleh
tertanggung. Biasanya ditentukan dengan suatu
prosentase dari jumlah yang dipertanggungkan
dan ditambah dg biaya2 lainnya.
39

Polis Asuransi
► h).

Pada umumnya semua keadaan yang
kiranya penting untuk diketahui oleh
penanggung dan segala syarat yang
diperjanjikan para pihak. Termasuk dalam
ketentuan ini mis : tentang benda
pertanggungan bila terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian, penanggung bisa
berhadapan dengan siapa, pemilik atau
pemegang hak tanggungan.
40

Beberapa ketentuan penting
dalam polis
1). Polis Asuransi Jiwa. Polis yg memiliki unsur tabungan
harus mencantumkan tabel nilai tunai yang berlaku bagi
polis ybs. Nilai tunai harus dihitung berdasarkan nilai
akumulasi unsur tabungan dalam premi yang telah dibayar.
► Dlm hal polis asuransi jiwa menjanjikan pembayaran
dividen, harus dinyatakan bhw pembayaran dividen hanya
dapat dilakukan berdasarkan keuntungan perusahaan,
dibayar secara tunai atau mengikuti pilihan tertanggung
dan dihitung berdasarkan rumus yg tercantum dlm polis.
Dalam hal polis memp unsur tabungan dan dibatalkan
sebelum jatuh tempo, premi sdh hrs dibayar paling sedikit
sebesar nilai tunai.
41

Beberapa ketentuan penting
dalam polis
2). Polis Asuransi Kerugian. Dalam polis dilarang
dicantumkan suatu ketentuan yang dapat
ditafsirkan bahwa tertanggung tidak dapat
melakukan upaya hukum, shg tertanggung
harus menerima penolakan pembayaran klaim,
serta ketentuan yang dapat ditafsirkan sebagai
pembatasan upaya hukum bagi para pihak bila
terjadi perselisihan.
42

Beberapa ketentuan penting
dalam polis
► Dalam

hal dicantumkan ketentuan yang
dapat ditafsirkan sebagai pengecualian
tentang risiko yang ditutup, maka bagianbagian itu harus ditulis atau dicetak
sedemikian rupa sehingga adanya
pengecualian itu mudah diketahui.

43

Premi Asuransi



Kewajiban utama tertanggung adalah membayar
premi.
Dalam kaitan dengan kewajiban membayar
premi, terdapat kewajiban lain yi :
1) Memberitahukan kepada tertanggung hal-hal yang
perlu mengenai barang yang dijamin ( Ps 251,83 ,
654 KUHD );
2) Melakukan daya upaya untuk menghindari
timbulnya kerugian atau memperkecil
kemungkinan timbulnya kerugian ( Ps 283, 655
KUHD);
44

Premi Asuransi
3) Kewajiban-kewajiban khusus yg mungkin
disebutkan dalam polis, mis : memberitahukan
bahwa risiko dari penanggung diperberat oleh
karena sebab tertentu.


Premi adalah sejumlah uang yang relatif kecil
yang ditentukan dalam bentuk prosentase
dibayarkan kepada penanggung oleh
tertanggung sebagai imbalan ( balas jasa ) atas
kesediaan penanggung mengambil alih risiko
tertanggung.
45

Arti penting Premi Asuransi
Bagi Penangung :
1) Premi merupakan dana yang sangat penting bagi
si penanggung untuk dikumpulkan sebagai
pembayaran claim nantinya;
2) Berdasarkan statistik, dana dari premi yang
relatif kecil lebih baik dari sumber tertanggung
kecil . Tetapi jika jumlahnya besar lebih baik dari
beberapa tertanggung dengan jumlah
pertanggungan yang besar pula. Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan risiko yang terjadi.
46

Arti penting Premi Asuransi
Premi merupakan sumber pendapatan bagi
penanggung dan dana ini ditanam untuk
menanggung claim si tertanggung yang timbul
kemudian.
Bagi tertanggung:
► Dari segi tertanggung, premi merupakan biaya
bagi tertanggung dan meninggikan harga pokok
barang. Tingi rendahnya premi pada umumnya
menunjukkan bonafiditas penanggung dan
sekaligus merupakan pertimbangan utama
tertanggung apakah barangnya akan
dipertanggungkan atau tidak.
3)

47

RISIKO
► Risiko

adalah kemungkinan terjadinya
kerugian atau batalnya seluruh atau
sebagian dari suatu keuntungan yang
semula diharapkan, karena suatu kejadian
diluar kuasa manusia, kesalahan sendiri
atau perbuatan manusia lain.
► Risiko merupakan inti dari perjanjian
asuransi.
48

RISIKO
► Banyak

faktor yang menentukan risiko yang
dihadapi oleh seseorang.
► Faktor tersebut adalah harta kekayaan,
keluarga, lingkungan dan sebagainya.
► Dalam kehidupan, manusia selalu akan
menghadapi risiko.
► Untuk meringankan beban atas risiko,
disinilah peranan asuransi, yang mau
mengambil alih risiko itu.
49

RISIKO
Unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian risiko terdiri dari :
a. ketidakpastian hasilnya yang tersirat
dalam kata “ kemungkinan “. Di mana
terdapat kepastian, maka disitu tidak
terdapat risiko.
b. sifat negatif hasilnya berupa kerugian
atau batalnya seluruh atau sebagian dari
keuntungan yang diharapkan.
50

RISIKO
Dalam ilmu asuransi dibedakan antara risko dalam
arti “ kemungkinan terjadinya kerugian “, dengan :
a). Risiko dalam arti “benda yang menjadi obyek
bahaya (risiko kebendaan atau physical hazard “);
b). Risiko dalam arti “orang yang menjadi sasaran
penanggungan”, yaitu penilaian penanggung
mengenai baik buruknya asuransi yang diminta dan
keputusan diterima tidaknya;
c). Risiko dalam arti “bahaya (peril)”, seperti
kebakaran, gempa bumi, banjir, dsb.
51

RISIKO
► Didalam

praktek dikenal bermacam-macam
risiko. Risiko pada dasarnya berkaitan
dengan masalah kerugian terutama
kerugian yang harus dihadapi.
► Risiko dalam arti “ kemungkinan kerugian “
dapat dibagi menjadi beberapa golongan :
a). Risiko dinamis dan risiko statis. Risiko
dinamis : risiko yang timbul karena dinamika
atau perubahan keadaan ekonomi.
52

RISIKO
► Risiko

statis adalah risiko yang dapat timbul dalam
keadaan ekonomi statis. b). Risiko fundamental
dan risiko khusus. Risiko fundamental : risiko yang
menyangkut rakyat banyak. Risiko khusus : risiko
yang mengancam orang perorangan.
► Risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni :
kemungkinan terjadinya sesuatu yang negatif,
tanpa kemungkinan terjadinya sesuatu yang
positif. Risiko spekulatif : kemungkinan untung
rugi seperti yang terjadi dalam perjudian dan
perdagangan.
53

RISIKO
d.) Risiko perorangan dan risiko kebendaan.
Risiko perorangan : risiko murni yang
dapat menimpa orang seperti kematian
orang dan risiko kehilangan mata
pencaharian. Risiko kebendaan : risiko
yang dpat menimpa benda, seperti rumah,
pabrik, kendaraan bermotor, dsb.
54

RISIKO
► Sekarang

berkembang ilmu penanganan risiko
yang disebut management risk.
► Ada tiga langkah dalam management risk :
1. menemukan sumber risiko, artinya : melakukan
penelitian atau kontrol terhadap hal-hal yang
menyebabkan timbulnya risiko;

55

RISIKO
2. Menilai dampaknya terhadap orang atau
organisasi ybs, jika suatu kerugian terjadi.
Dalam langkah yang kedua, diadakan suatu
penilaian sampai seberapa besar akibat risiko
tsb bila menjadi kenyatan atau kerugian.
3. Memilih teknik atau cara-cara yang dianggap
paling berhasil guna menanggu langi risiko
tersebut setelah mengkaji hasil dari dua
langkah sebelumnya.
56

TEORI RISIKO
Pengertian Risiko:
► Risiko merupakan pengertian inti dalam
asuransi.
► Jika dikatakan bahwa suatu usaha
mengandung risiko, maka risiko adalah
suatu kejadian negatif yang mungkin akan
menimpanya.
57

Pengertian Risiko
Dalam ilmu asuransi dibedakan antara risiko dalam arti
kemungkinan terjadinya kerugian dan:
a. Risiko dalam arti benda yang menjadi obyek bahaya,
misalnya pabrik. Jika dipakai dalam arti ini, dalam bahasa
inggris risiko kadang kala dinamakan physical risk (risiko
kebendaan).
b. Risiko dalam arti orang yang menjadi sasaran
penanggungan, yaitu penilaian penanggung mengenai baik
buruknya asuransi yang diminta dan keputusan mengenai
diterima tidaknya.
Dalam asuransi kendaraan bermotor, misalnya para
remaja dianggap sebagai “risiko” yang jelek. Dalam
hubungan ini risiko menunjuk pada para remaja tersebut.
58

Pengertian Risiko
c. Risiko dalam arti bahaya, seperti kebakaran,
gempa bumi, kerusuhan, banjir dan sebagainya.
Dalam arti bahasa inggris risiko dalam arti ini
disebut peril.
Peril harus dibedakan lagi dari hazard, yaitu suatu
keadaan yang mempertinggi kemungkian
timbulnya peril, misalnya kehadiran timbulnya
barang berbahaya (hazardous goods) dalam
gudang seperti persediaan minyak tanah, bensin,
film, cat, dll.
59

Pengertian Risiko
► Hazard

ini ialah physical hazard.
► Di samping itu ada moral hazard, yaitu keadaan
yang mempertinggi timbulnya peril berupa sikap,
perangai atau itikad tertanggung.
► Emmett J. Vaughan dan Curtis M. Elliot mengenal
pula morale hazard, yaitu sikap ceroboh
tertanggung.
► Jika risikonya ditutup oleh asuransi, hal tersebut
dapat menimbulkan kemerosotan disiplin pada
tertanggung dalam bentuk kecerobohan dan
kurang berhati-hati. Risiko ini justru ditimbulkan
oleh ditutupnya asuransi.
60

Pengertian Risiko
► Dalam

asuransi risiko diberi batasan sebagai
kemungkinan terjadinya suatu kerugian.
► Purwadarminta menyatakan bahwa kerugian ialah
sesuatu yang mengurangi modal.
► Dalam asuransi , risiko ialah kemungkinan
terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh
atau sebagian dari suatu keuntungan yang semula
diharapkan, karena suatu kejadian di luar kuasa
manusia, kesalahan sendiri, atau perbuatan
manusia lain.
61

Pengertian Risiko
Diantara unsur-unsur yang terdapat dalam batasan
pengertian risiko , yang menonjol adalah:
a. Ketidakpastian hasilnya yang tersirat dalam kata
kemungkinan. Dimana terdapat kepastian, di situ
tidak ada risiko. Bahwa suatu benda yang dipakai
akan mengalami penyusutan, misalnya, itu pasti
akan terjadi dan karenanya tidak merupakan risiko.
b. Sifat negatif hasilnya, berupa kerugian, atau
batalnya seluruh atau sebagian dari keuntungan
yang semula diharapkan.
62

Penggolangan Risiko
Risiko dalam kemungkinan kerugian dapat dibagi menjadi:
1. Risiko Dinamis dan risiko Statis
Risiko dinamis ialah risiko yang timbul karena dinamika atau
perubahan keadaan ekonomi. Misal: perubahan tingkat
harga, perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi.
Risiko statis ialah risiko yang dapat timbul dalam keadaan
ekonomi statis. Risiko kebakaran, gempa bumi, banjir.
2. Risiko Fundamental dan risiko Khusus (Klup)
Risiko fundamental ialah risiko yang menyangkut rakyat
banyak, seperti risiko dinamis di atas dan risiko statis
fenomenal, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi.
Risiko khusus ialah risiko yang mengancam orang
perseorangan, seperti kebakaran, kecurian.
63

Penggolangan Risiko
3. Risiko murni dan risiko spekulatif
Risiko murni ialah kemungkinan terjadinya sesuatu
yang negatif, tanpa kemungkinan terjadinya
sesuatu yang positif. Seperti risiko kebakaran,
ledakan, sambaran petir, kejatuhan pesawat
terbang, kerusuhan, gempa bumi, banjir, dsb.
Risiko spekulatif ialah kemungkinan untung rugi
seperti yang terjadi dalam perjudian dan
perdagangan.
64

Penggolangan Risiko
4. Risiko perorangan dan risiko kebendaan
Risiko perorangan ialah risiko murni yang dapat
menimpa orang, seperti kematian orang dan risiko
kehilangan mata pencaharian akibat usia lanjut,
sakit ataupun pengangguran.
Risiko kebendaan ialah risiko yang dapat menimpa
benda, seperti rumah, pabrik, kendaraan
bermotor, dsb. Risiko tersebut terdiri dari risiko
kebakaran, gempa bumi, kerusuhan, banjir, dsb.

65

SIFAT RISIKO
Sifat Risiko:
a. Langsung, yaitu risiko fisik berupa kerusakan atau
hilangnya benda yang bersangkutan.
b. Tidak langsung.
Dalam hal pabrik terbakar, maka selain kerugian langsung
berupa kerusakan/ kemusanahan barang, diderita pula
kerugian karena usaha terganggu akibat kebakaran tsb.
c. Tanggung gugat.
Psl 1365-6 KUH Perdata, barang siapa karena suatu
“perbuatan melanggar hukum”, diderita pula kerugian pada
pihak lain wajib membayar ganti rugi yang disebabkan oleh
perbuatan tsb.
66

Penggolangan Risiko
d. Risiko yang timbul dari tindakan orang lain.
Misalnya, jika seorang kontraktor meninggalkan
proyek (tidak menyelesaikannya) atau debitor
tidak membayar kembali kreditnya, maka dapat
timbul pula suatu kerugian.

67

Pembebanan Risiko
► Persoalan

beban risiko diatur dalam hukum
perdata yaitu Pasal 1235 KUH Perdata.
► Ia wajib membayar ganti rugi apabila lalai dalam
menunaikan kewajiban tsb dan karenanya terjadi
kerugian pada pihak lawannya.
► Kekecualiannya ialah dalam hal force majeure atau
overmacht , yakni bahwa kerugian itu terjadi di
luar kuasa manusia. Dalam hal kerugian terjadi
karena force majeure, maka pembebanan risiko
menjadi lain.
68

Pembebanan Risiko Overmacht
Hukum mengatur pelbagai pembebanan risiko force majeure,
yaitu:
a. Risiko tertimpanya suatu force majeure atas barang
tertentu yang telah dibeli terletak pada pembeli, walaupun
barang belum diserahkan kepadanya (Psl 1460 KUH Perdata).
b. Risiko force majeure atas barang pinjaman yang telah
dinilai terlebih dahulu terletak pada peminjam ( Psl 1746 KUH
Perdata).
c. Risiko force majeure atas barang sewaan terletak pada
penyewa. Jika barang yang disewa musnah karena suatu
force majeure, hapuslah segala haknya untuk menikmati
barang sewaannya (Psl 1553 KUH Perdata).
69

Pembebanan Risiko Overmacht
d. Risiko force majeure atas barang titipan terletak
pada penitip, tidak pada penyimpan (Psl 1708 KUH
Perdata).
e. Risiko force majeure atas gedung yang sedang
dibangun terletak pada pemborong jika bahan
harus disediakan pula olehnya (Psl 1605 KUH
Perdata). Sebaliknya jika bahan disediakan oleh
pihak yang memborongkan, maka risiko force
majeure atas bangunan yang belum diserahkan
terletak pada pihak yang memborongkan (Psl 1606
KUH Perdata).
70

Pembebanan Risiko
► Hukum

kita belum mengatur jual beli dengan cicilan
dan sewa beli sehingga pembebanan risikonya pun
belum ada.
► Risiko force majeure dapat diatur para pihak sendiri
pula secara menyimpang dari hukum yang ada.
► Dalam ekspor impor, misalnya, dapat disepakati
kondisi fob, c&f, cif, dll, yang antara lain mengatur
pembebanan risiko force majeure secara
menyimpang dari hukum mengenai barang yang
telah diperjualbelikan.
71

Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko (management risk) pada pokoknya
merupakan proses yang mengandung tahap-tahap sbb:
a. Pengenalan risiko yang dihadapi.
Banyak risiko mudah dikenali atau diidentifikasi, namun
pelbagai risiko memerlukan penelitian. Seorang
pengelola risiko harus mulai dengan membuat inventaris
risiko yang dihadapi.
b. Risiko kemudian diukur frekuensinya dan kehebatannya.
c. Setelah diindetifikasi dan diukur, risiko harus
dikendalikan.

72

Teknik Pengelolaan Risiko
a. Pencegahan kerugian, misalnya dengan alat deteksi dan
pemadam kebakaran, serta latihan karyawan dalam
penggunaannya.
b. Penyisihan cadangan untuk menampung kerugian yang
mungkin terjadi.
c. Pembuatan anggaran belanja untuk perbaikan kerusakan
rutin.
d. Asuransi kepada anak perusahaan yang khusus didirikan
untuk itu.
e. Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi sendiri.
73

Cara Pengelolaan Risiko






Asuransi merupakan cara pengelolaan risiko yang
ekonomis dan tepat guna, namun pencegahan kerugian
tetap perlu karena asuransi, baik kepada anak perusahaan
ataupun kepada perusahaan asuransi lain, hanya dapat
memberi ganti rugi untuk rehabilitasi yang memakan
waktu, sedangkan pencegahan kerugian dapat mencegah
ierosi usaha.
Disamping itu tidak semua risiko dapat diasuransikan, ada
risiko yang tidak mempunyai wadah dalam pasaran
asuransi.
Risiko perang pada harta benda di darat, misalnya, tidak
dapat diasuransikan.
74

KLAIM ASURANSI
► Klaim

: “ suatu permintaan oleh seseorang
tertanggung atau perusahaan , suatu
penggantian yang diatur di dalam polis
asuransi atas kerugian yang terjadi, atau
dapat merupakan permintaan oleh
seseorang terhadap seseorang Penanggung
atas kerusakan yang ditanggung oleh polis
asuransi yang dimilikinya “.
► Klaim bisa diterima , bisa ditolak.
75

KLAIM ASURANSI
► Perselisihan

menyangkut klaim biasanya
terjadi dalam perjanjian asuransi.
► Perselisihan tersebut dipicu oleh dua
pandangan yang berbeda antara
penanggung dan tertanggung.
► Tertanggung menilai penanggung tidak
melalukan kewajiban sesuai polis, sedang
Penanggung menilai klaim yang diajukan tdk
memenuhi ketentuan dalam polis.
76

CARA KLAIM ASURANSI
► Dalam

menuntut klaim, ada dua cara :
► a). Dari segi tertanggung, dalilnya : setiap orang
yang menganggap mempunyai hak atau klaim
wajib membuktikan klaim tersebut. Hal ini berarti
beban pembuktian ada pada tertanggung.
► b). Dari segi Penanggung, dalilnya adalah
tertanggung wajib mengajukan bukti, akan tetapi
Penanggung juga wajib menilai apakah klaim
tersebut dijamin polis atau tidak.
77

DASAR ATAS KLAIM ASURANSI
► Ada

dua tindakan dasar yang terbuka bagi
Perusahan Asuransi, jika dihadapkan pada
klaim asuransi, yaitu : membayar atau
menolak klaim tersebut.
► Ada dua hal yang dapat menjadi dasar
penolakan klaim : 1). Karena kerugian tidak
terjadi; 2). Karena polis ybs tidak menutup
kerugian itu.
78

DASAR ATAS KLAIM ASURANSI
► Suatu

kerugian tidak tercover dalam polis , jika hal
itu dapat dibuktikan berada diluar lingkup
perjanjian pertanggungan.
► Hal itu bisa terjadi misalnya polis tdk berlaku lagi
atau pihak tertanggung telah menyalahi ketentuan
polis yg berlaku.
► Untuk menentukan klaim diterima atau ditolak
diperlukan jasa Penilai yang biasanya berupa
Perusahaan Penilai atau Divisi Penilai dalam
Perusahaan Asuransi tersebut.
79

DASAR ATAS KLAIM ASURANSI
► 3).

Bukti kerugian. Dalam jangka waktu tertentu
setelah memberitahukan kerugian pihak
tertanggung diharapkan menyertakan bukti
kerugian. Penilai biasanya membantu tertanggung
dalam menyiapkan bukti ini.
► 4). Membayar atau menolak klaim. Jika fakta
semuanya menunjukkan kebenaran timbulnya
kerugian, Penanggung akan menarik suatu draft
untuk membayar ganti rugi kepada
tertanggung.Jika sebaliknya, Penanggung akan
menolak klaim tsb.
80

PROSEDUR PENILAIAN KLAIM
ASURANSI
► Dalam

menentukan apakah harus menolak atau
membayar klaim, Penilai harus mengikuti prosedur
penilaian yang terdiri empat langkah sbb :
1). Pemberitahuan kerugian. Disini tertanggung
memberitahukan kepada perusahaan bahwa suatu
kerugian telah terjadi. Biasanya diharuskan
tertulis.
2). Penyelidikan kerugian. Penyelidikan dirancang
untuk menentukan apakah kerugian yang terjadi
sebenarnya dijamin polis atau tidak. Jika dijamin,
berapa jumlah kerugiannya. Fakta yang terjadi
bagaimana.
81

REASURANSI
Kadangkala suatu perusahaan asuransi menghadapi
keadaan dimana risiko yg dihadapi atau dipikulnya
sangat besar dan di luar kemampuan perusahaan
asuransi yg bersangkutan. Untuk itu perusahaan
asuransi tsb harus mencari perusahaan asuransi lain
atau dengan cara reasuransi.
► Reasuransi pada dasarnya dapat dilakukan melalui
sesama perusahaan asuransi yg disebut sebagai
koasuransi (co-insurance) atau kepada perusahaan
reasuransi yg profesional, yaitu perusahaan yg
memang mempunyai kegiatan usaha menerima
penutupan tidak langsung atau reasuransi.


82

REASURANSI
► Perusahaan

asuransi yg melakukan
reasuransi disebut sebagai ceding company
(yg menyerahkan), sedang perusahaan
reasuransi disebut reinsurance atau
reasuradur.
► Praktik reasuransi dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Metode-metode tersebut
adl:
83

REASURANSI
1. Proporsional
► Dlm metode ini penetapan bagian
reasuradur dlm suatu risiko didasarkan
kepada harga pertanggungan dari risiko yg
bersangkutan. Perhitungan bagian
reasuradur baik dlm premi maupun klaim
didasarkan kepada penetapan bagian
reasuradur dlm harga pertanggungan
tersebut di atas.
84

REASURANSI
2. Non Proporsional
► Menurut metode ini yg direasuransikan oleh
asuradur kepada reasuradur adl suatu jumlah atau
persentasi tertentu dari jumlah kerugian yg
menjadi beban/retensi sendiri asuradur dlm
pengaturan reasuransi secara proposional per
risiko.
► Penetapan bagian reasuradur dlm premi maupun
dlm klaim tidak didasarkan kpd premi ataupun
klaim, melainkan ditetapkan oleh reasuradur
berdasarkan pengalaman maupun kebijakan
underwriting reasuradur.
85

REASURANSI
3. Fakultatif atau Sukarela
► Metode ini digunakan utk risiko yg individual
secara case by case. Dengan cara ini, maka
pihak asuradur dan reasuradur sama-sama
mempunyai kebebasan utk memilih
perusahaan yg disukai, jumlah sesi, lingkup
jaminan, komisi reasuransi, suku premi dsb.

86

REASURANSI


Pihak reasuradur akan menerima (mengaksep) suatu
reasuransi dengan didasari oleh beberapa faktor
berikut:
a. Status dan falsafah underwriting dari manajemen
asuransi,
b. Jenis risiko atau bisnis yg ditutup,
c. Retensi sendiri asuradur,
d. Komisi,
e. Data statistik,
f. Prospeknya di masa depan,
g. Persaingan di pasar, dsb.
87

Manfaat Memahami Prinsip Asuransi
► Pada

dasarnya azas atau prinsip hukum asuransi
dapat membantu menjelaskan pemikiran tentang
dasar-dasar dari dibuatnya perjanjian asuransi.
Pemahaman karakteristik azas dan prinsip tsb
akan membantu para pihak khususnya
tertanggung dlm membaca dan mendalami
konsepsi hukum yg melatarbelakangi perjanjian
asuransi pada umumnya.

88

Implementasi Prinsip Indemnity
► Salah

satunya adl penerapan azas indemnity dlm
asuransi kerugian. Penanggung hanya akan
menyediakan penggantian kerugian yang nyata
diderita tertanggung, dan tidak lebih besar drpd
kerugian itu.
► Batas tertinggi kewajiban penanggung
berdasarkan prinsip ini adl memulihkan
tertanggung pd posisi ekonomi yg sama dengan
posisi sebelum terjadi kerugian. Hal ini dpt berarti
jumlah yg tercantum dlm polis asuransi bukanlah
mrpk jumlah yg harus dibayarkan, ttp menyatakan
batas maksimum.
89

Implementasi Prinsip Indemnity
► Contoh

dari penerapan azas atau prinsip tsb adl
jika sebuah mobil seharga Rp 100 juta
diasuransikan dengan nilai Rp 150 juta maka
perusahaan asuransi hanya tetap berkewajiban
untuk membayar Rp 100 juta jika terjadi kerugian.
► Jika ternyata tertanggung telah menerima pula
ganti rugi dari pihak lain maka pihak asuransi
hanya membayar sisanya sehingga jumlahnya
menjadi Rp 100 juta.
90

Implementasi Prinsip Indemnity
► Dengan

demikian dpt dikatakan bhw dalam
penerapan prinsip atau azas ini tertanggung tidak
dapat mempertanggungkan mobil yg dimilikinya
melebihi dari nilai mobil tsb.
► Jika hal ini dilakukan maka sudah pasti
tertanggung semata-mata bertujuan mencari
keuntungan.
► Pihak perusahaan asuransi dlm hal ini haruslah
tetap berhati-hati, jika tidak, dapat mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan asuransi tsb.
91

Implementasi Prinsip Indemnity
► Implementasi

azas indemnity dlm asuransi juga
menunjukkan bahwa fungsi asuransi adl
mengalihkan atau membagi risiko yg kemungkinan
diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena
terjadi suatu peristiwa yg tidak pasti.
► Oleh karena itu besarnya ganti kerugian yg
diterima oleh tertanggung harus seimbang dengan
kerugian yg dideritanya.
► Masalah keseimbangan ini tercermin dlm
ketentuan Psl 246 KUHD yg menyatakan bhw:
92

Implementasi Prinsip Indemnity
► Asuransi

atau pertanggungan adl suatu perjanjian,
dgn mana seorang penanggung mengikatkan diri
kpd seorang tertanggung, dgn menerima suatu
premi, utk memberikan penggantian kepadanya
krn suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yg diharapkan, yg kemungkinan akan
dideritanya suatu peristiwa yg tidak tertentu.
► Di dlm KUHD terdapat bbrp ketentuan yg
mencerminkan dipertahankan prinsip ganti
kerugian. Diantaranya ketentuan Psl 252 KUHD
menyebutkan bhw:
93

Implementasi prinsip indemnity
► Kecuali

dlm hal-hal yg disebutkan dlm ketentuan
UU, maka tidak bolehlah diadakan suatu asuransi
kedua, utk jangka waktu yg sudah diasuransikan
utk harganya penuh, dan demikian itu atas
ancaman batalnya asuransi kedua tsb.
► Ketentuan psl ini menunjukkan adanya larangan
utk melakukan asuransi ganda atau rangkap yg
akan mengakibatkan seseorang mendapat ganti
kerugian yg lebih dari kerugian yg dideritanya.
94

Implementasi Prinsip Indemnity
► Dari

ketentuan psl 252 KUHD dpt dilihat adanya
perkecualian thdp ketentuan psl tsb (“…..kecuali
dlm hal-hal yg disebutkan dlm ketentuan UU”).
► Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan ada
asuransi berganda yg diperkenankan. Perkecualian
tsb diatur dlm ketentuan psl 277 KUHD.
► Ketentuan psl 277 KUHD memberikan
kemungkinan dilakukannya asuransi berganda jika
dilakukan dgn itikad baik.
95

Implementasi Prinsip Indemnity
► Menurut

Gunanto (1984 ) dlm bbrp bentuk
asuransi kerugian, azas indemnitas tidak
diterapkan secara ketat dlm hal:
► jumlah pertanggungan atau jumlah yg
diasuransikan di bawah nilai barang yg sebenarnya
yg menjadi obyek bahaya (onderverzekering),
tertanggung harus menanggung sendiri
kekurangannya, baik jika tjd kemusnahan
seluruhnya maupun kerusakan sebagian, kecuali
dlm asuransi kerugian pertama.
96

Implementasi Prinsip Indemnity
► Penanggung

hanya wajib mengganti kerugian
material, tidak termasuk nilai barangnya.
► Nilai riil barang mrpk pengertian yg penafsirannya
dpt beraneka ragam. Nilai tersebut dapat mrpk
nilai pasar, jumlah biaya pemulihan atau
pembangunan kembali.
► Jika dlm polis ditentukan nilai tetap, mk perbedaan
harga taksiran sbg nilai tetap dgn nilai riilnya tdk
diperhatikan, asal tidak mencolok.
97

Penerapan Prinsip Insurable Interest
erat hubungannya dgn prinsip indemnity
adl pentingnya penerapan prinsip insurable
interest dlm perjanjian asuransi jiwa.
► Insurable interest adl hak atau adanya hubungan
dgn hal atau obyek yg diasuransikan.
► Azas insurable interest yaitu adanya hubungan
antara pemohon atau ahli waris dgn tertanggung.
► Pemohon atau ahli waris mempunyai kepentingan
atas kelangsungan hidup tertanggung.
► Sangat

98

Penerapan Prinsip Insurable Interest
► Pada

asuransi jiwa, seseorang mempunyai
kepentingan yg dpt diasuransikan atas hidupnya
sendiri dan mungkin pula mempunyai kepentingan
atas hidup orang lain.
► Kepentingan tsb timbul karena dasar hubungan
keluarga, kasih sayang maupun atas dasar
pertimbangan keuangan.
► Tanpa insurable interest perjanjian asuransi dpt
dikatakan sbg sarana untung-untungan dgn tujuan
ttt mendapatkan ganti kerugian dari perusahaan
asuransi atau penanggung.
99

Penerapan Prinsip Insurable Interest
► Jika

dlm perjanjian asuransi jiwa tidak menerapkan
prinsip indemnity shg besarnya atau nilai asuransi
tidak terbatas.
► Jika insurable interest ini ada maka tidak mungkin
penanggung akan mendapatkan keuntungan dari
perjanjian asuransi yg ia tutup.
► Penerapan prinsip-prinsip dlm asuransi harus
dilakukan dengan benar.
► Jika hal ini tdk dilakukan, maka dapat menjadi
sarana perjudian untuk mencari keuntungan
semata.
100

Akibat Unimplementation Prinsip
Asuransi
► Akibat

pelanggaran terhadap implementasi azasazas asuransi pada dasarnya dapat mengakibatkan
batalnya perjanjian asuransi.
► Hal yg lebih membahayakan lagi adl dalam rangka
mencari keuntungan tersebut, tertanggung
seringkali melakukan upaya-upaya ttt.
► Upaya tsb seringkali bahkan berwujud tindak
pidana, hal ini tentu saja membahayakan.
101

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi
► Tertanggung

A , mengasuransikan mobil Mercedes
Benznya Tahun 2002 senilai Rp 500 juta ke
Perusahaan Asuransi . Penanggung telah
menandatangani perjanjian dengan Tertanggung
pada tgl 15 Mei 2001. Perjanjian asuransi tersebut
merupakan asuransi kerugian atas kendaraan atau
mobil milik tertanggung. Pada tgl 15 Mei tsb
disepakati merupakan tgl dimulainya perjanjian
asuransi . Periode atau masa asuransi tsb adl tgl
15 Mei 2002.
102

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi
►A

pada tgl pertanggungan yaitu 25 Mei 2001
mengaku kecelakaan, berdasarkan investigasi
asuransi ternyata kendaraan tsb mengalami
kecelakaan pd tgl 10 Mei 2001, jadi sebelum
diasuransikannya mobil tsb, maka klaim A
ditolak karena sebelum perjanjian
pertanggungan dilakukan, mobil milik
tertanggung telah mengalami kecelakaan.
Kecelakaan terjadi tgl 10 Mei 2001.
103

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi
Analisis:
► Kasus ini menunjukkan bahwa kecelakaan yg menimpa
tertanggung (A) terjadi sebelum mobil milik tertanggung
diasuransikan.
► Dgn adanya hal tsb maka sudah pasti klaim yg diajukan
oleh tertanggung harus ditolak.
► Prinsip dasar perjanjian asuransi harus mengedepankan
asas itikad baik. Dalam kasus tersebut terlihat bahwa
tertanggung telah dengan sengaja tidak menggunakan
itikad baik pada saat akan menutup perjanjian.
► Namun terlihat bahwa keinginan tertanggung utk menutup
perjanjian asuransi benar-benar didasari adanya kebutuhan
utk mengalihkan risiko dan bukan utk mencari keuntungan
semata-mata.
104

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi







Dlm menutup perjanjian asuransi tertanggung harus
menjunjung tinggi azas utmost good faith, yaitu bahwa
calon tertanggung berkewajiban memberitahukan sejelasjelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta yg
berkaitan dgn obyek yg diasuransikan.
Dgn ditutupnya perjanjian asuransi setelah kecelakaan
terjadi maka sudah pasti tertanggung telah menutupi fakta
yg sebenarnya.
Dalam kaitannya dgn polis asuransi , maka polis dpt
dinyatakan batal sejak lahir yaitu sejak tgl 15 Mei 2001.
Batalnya polis tsb juga berpedoman pada ketentuan psl
251 KUHD yg menyatakan bahwa:
105

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi
► Setiap

keterangan yg keliru atau tidak benar,
ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yg
diketahui oleh di Tertanggung, betapapun itikad
baik ada padanya, yg dmkn sifatnya, shg
seandainya di Penanggung telah mengetahui
keadaan yg sebenarnya, perjanjian itu tidak akan
ditutup atau tidak ditutup dgn syarat-syarat yg
sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.

106

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi
utmost good faith sangat penting dlm
perjanjian asuransi, dlm hal ini tertanggung hrs
menyadari bhw pihaknya mempunyai kewajiban
utk memberikan keterangan yg sebenar-benarnya
dan sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya
mengenai obyek yg diasuransikan.
► Setiap pelanggaran yg dilakukan tertanggung thd
prinsip utmost good faith memberikan hak kpd
penanggung utk membatalkan perjanjian
pertanggungan yg bersangkutan.
► Azas

107

Kasus 1
Penipuan Klaim Asuransi


Bila terjadi pelanggaran oleh tertanggung, maka
penanggung dapat bersikap:
a.
b.
c.
d.

Membiarkan saja pelanggaran terjadi,
Tidak mengakui tanggung jawabnya,
Mengambil tindakan, membatalkan polis,
Dlm asuransi jiwa, bila polis sudah jatuh tempo
penanggung tidak akan membayarkan uang asuransi,
dan membiarkan tertanggung mengambil tindakan yg
ia (tertanggung) anggap perlu, misalnya menuntut
melalui pengadilan.
108

Kasus 2
Posisi Kasus


Tertanggung telah menandatangani perjanjian asuransi
dgn penanggung atas rumah milik tertanggung. Perjanjian
pertanggungan dimulai pd tgl 1 Januari 2002. Perjanjian
berlaku utk periode atau masa 1 tahun. Dgn dmkn jatuh
tempo dari perjanjian asuransi atau pertanggungan tsb adl
1 Januari 2003. Pd tgl 21 Januari 2002 terjadi kebakaran
atas rumah tsb dan kmdn dilaporkan kpd penanggung pd
tgl yg sama. Pd tgl 10 Februari 2002 dilakukan
pembayaran I premi. Pembayaran dilakukan sebesar 20%
setelah klaim. Pembayaran premi II sebesar 40% dilakukan
pd tgl 25 Februari 2002 dan pembayaran premi III sebesar
40% (lunas) dilakukan pd tgl 2 Maret 2002.
109

Kasus 2
Posisi Kasus
Analisis Kasus:
► Dlm kasus ini dpt diketahui bhw klaim dilakukan sebelum
premi dibayarkan. Dgn demikian klaim dilakukan sebelum
tertanggung melaksanakan kewajibannya.
► Mengingat tertanggung belum menjalankan kewajibannya
utk membayar premi maka tdk ada kewajiban thdp klaim.
Penanggung tidak mempunyai kewajiban membayar klaim
yg preminya baru dibayarkan setelah terjadi kebakaran.
► Tidak adanya kewajiban bagi penanggung ini sesuai dgn
azas asuransi yg menyatakan no premium no liability dan
no premimum no insurance.
110

Kasus 2
Posisi Kasus
► Dlm

perjanjian asuransi, tertanggung bekewajiban
utk membayar sejumlah uang dlm bentuk premi
kpd penanggung. Premi adl sejumlah uang yg
relatif kecil yg ditentukan dlm bentuk presentase
dibayarkan kpd penanggung oleh tertanggung
sebagai imbalan (balas jasa) atas kesediaan
penanggung mengambil alih risiko tertanggung.
► Ketentuan psl 246 pada intinya menyatakan bahwa
premi mrpk kewajiban tertanggung utk
membayarkannya kpd penanggung sebagai
kontraprestasi dari ganti kerugian yg akan
penanggung berikan kpd tertanggung.
111

Kasus 2
Posisi Kasus
► Demikian

pula dgn ketentuan psl 256 butir 7 KUHD
disebutkan bhw polis asuransi harus memuat
premi asuransi yg bersangkutan. Dgn dmkn premi
mrpk syarat esensial dlm perjanjian asuransi.
Apalagi jika kembali kpd pengertian bhw asuransi
mrpn perjanjian timbal balik, penanggung dpt
memberikan kontra prestasi berupa penggantian
kerugian selama tertanggung telah melaksanakan
prestasiya yaitu membayar premi.
112

Kasus 3
Posisi Kasus








Tertanggung telah mendatangani perjanjian asuransi dgn
penanggung atas sebuah pabrik pd tgl 1 Januari 2002. Pd
tgl tsb dpt dikatakan pula sebagai tgl dimulainya perjanjian
asuransi.
Nilai pertanggungan atas perjanjian tsb adl Rp 50 Milyar.
Perjanjian berlangsung selama masa 1 tahun. Dgn
demikian jatuh tempo asuransi akan terjadi pada tgl 1
Januari 2003.
Pd tgl 20 Februari 2002 tjd kebakaran atas pabrik tsb.
Tertanggung mengajukan klaim sebesar Rp 30 Milyar.
Pd tgl 24 April 2002 kembali tjd kebakaran dan tertangung
mengajukan klaim senilai Rp 40 Milyar.
Pd tgl 8 Agustus 2002 tjd kebanjiran dan tertanggung
mengajukan klaim senilai Rp 40 Milyar.
113

Kasus 3
Posisi Kasus
Analisis:
► Dari kasus tsb dapat diketahui bahwa total klaim
yg diajukan oleh tertanggung adl Rp 110 Milyar.
Dgn memperhatikan jumlah atau nilai
pertanggungan sebesar Rp 50 Milyar maka dapat
dikatakan bahwa klaim yg diajukan oleh
tertanggung melebihi nilai pertanggungan.
► Perjanjian asuransi yg dibuat oleh tertanggung dan
penanggung mrpk perjanjian asuransi kerugian.
Dlm perjanjian asuransi kerugian, azas yg harus
tertuang di dlm polis dan pelaksanaannya adl azas
indemnity atau indemnitas.
114

Kasus 3
Posisi Kasus
► Berdasarkan

azas ini dapat diketahui bhw
apabila obyek yg diasuransikan terkena
musibah shg menimbulkan kerugian, maka
akan diberi ganti rugi utk mengembalikan
posisi keuangan tertanggung setelah kerugian
menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi
kerugian. Dengan dmkn tertanggung tidak
berhak memperoleh ganti rugi lebih besar drpd
kerugian yg dideritanya.
115

Kasus 3
Posisi Kasus






Dgn demikian tertanggung tdk dapat mengajukan klaim dgn
total sebesar Rp 110 Milyar karena melebihi nilai asuransi
yaitu Rp 50 Milyar.
Fungsi asuransi adl mengalihkan atau membagi risiko yg
kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung krn tjd
suatu peristiwa yg tidak pasti. Oleh krn itu besarnya ganti
kerugian yg diterima oleh tertanggung harus seimbang dg
kerugian yg dideritanya.
Dlm memberikan ganti rugi tsb berlakulah azas
keseimbangan krn ganti rugi yg diberikan harus seimbang
dgn nilai kerugian. Jadi kerugian asuransi itu hanya bertujuan
utk mengembalikan kedudukan ekonomi tertanggung seperti
semula, dan tidak bermaksud utk mencari atau memberikan
keuntungan kpd pihak tertanggung.
116

Kasus 3
Posisi Kasus




Sebagai akibatnya apabila sebuah benda
dipertanggungkan dan nilai pertanggungannya melebihi
nilai benda itu sendiri, maka tertanggung hanya berhak
menerima ganti rugi sebesar nilai bendanya itu. Asuransi
dlm hal ini mencoba utk bersikap adil dgn memberikan
ganti kerugian berdasarkan kerugian yg diterima sesuai
dengan azas keseimbangan.
Keseimbangan antara kerugian yg diderita oleh
tertanggung dengan ganti kerugian yg diberikan oleh
penanggung harus diketahui berapa nilai atau harga dari
obyek yg diasuransikan. Dengan demikian prinsip ganti
kerugian atau indemnitas hanya berlaku bagi asuransi yg
kepentingannya dapat dinilai dgn uang yaitu asuransi
kerugian (schade-verzekering).
117

Kasus 4
Posisi Kasus
► Prudential

Life, suatu Persh Asuransi Besar digugat
pailit oleh perorangan dan dkabulkan oleh PNiaga
berakibat klaim asuransi bermasalah.
► Kasus berawal dari permohonan pailit yang
diajukan oleh Lee Boon Siong, Konsultan
Pemasaran PT. Prudential Life. Lee menganggap
Prudential Life tidak membayar kewajibannya yang
telah jatuh tempo, seperti yang diatur dalam
perjanjian keagenan dengan Lee.
118

Kasus 4
Posisi Kasus
► Dalam

perjanjian keag