Interaksi Sosial dan lembaga sosial (12)

Interaksi Sosial
Pada saat kita bertemu pertama kali dengan seseorang terutama belum pernah kita
kenal, kita cenderung memberikan penilaian baik itu baik atau buruk. Selain itu, kita pasti
penasaran bagaimana sebenarnya pemikiran orang itu, apakah akan sesuai dengan apa yang
kita pikirkan, bagaiman ia akan menilai kita. Terkadang pula kita juga mengharapkan orang
yang belum kita kenal, akan memiliki perilaku-perilaku yang sesuai dengan apa yang kita
inginkan atau pikirkan. Misalnya, saat kita mengetahui bahwa orang yang akan berkenalan
dengan kita adalah orang yang menyenangkan maka pikiran kita akan menyimpulkan kalau
dia adalah orang yang bersahabat, baik, mudah bergaul, mudah beradaptasi dan sifat-sifat
menyenangkan lainnya, begitu pula sebaliknya. Memang, pikiran-pikiran semacam itu belum
tentu benar bahkan kebanyakan tidak tepat. Namun, terlepas dari segala penilaian dan
akurasinya, secara tidak langsung pikiran kita telah melakukan proses kognisi sosial atau lebih
detailnya termasuk ke dalam proses persepsi sosial. Persepsi sendiri meliputi semua sinyal
dalam sistem saraf yang berasal dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra.
Saat kita bertemu dengan seseorang pertama kali, secara otomatis kita akan menilai
seseorang melalui wajahnya. Bagaimana cara kita melakukannya? Saat kita melihat wajah
seseorang, otak kita akan melakukan berbagai proses penilaian. Beruntungnya, kita semua
dapat membedakan wajah semua orang. Bahkan kita bisa membedakan wajah lebih dari 6
milyar wajah manusia. Coba bila tidak? Itu akan menjadi masalah yang sangat
membingungkan dan akan memusingkan bagi kita.
Ada beberapa saat dimana kita bisa membedakan wajah manusia secara detil, bahkan

wajah dari para binatang pun kita juga bisa membedakannya. Kemampuan luar biasa ini biasa
dimiliki oleh para bayi yang berusia di bawah 6 bulan. Sebuah penelitian di Universitas
Sheffield menunjukkan bahwa para bayi di bawah 6 bulan bisa membedakan wajah dari
hewan lemur. Mereka menggunakan 2 macam sampel, yakni sekelompok bayi berumur
dibawah 6 bulan dan sekelompok bayi berumur di atas 9 bulan. Mereka menunjukkan foto
wajah seekor lemur kepada kedua kelompok tersebut. Dan disaat mereka menggantinya
dengan foto lemur berwajah yang lain, dan terjadi hal yang luar biasa. Pada kelompok bayi di
atas 9 bulan, mereka mulai merasa bosan dan enggan untuk melihat foto tersebut, karena
menganggap sudah pernah melihat foto tersebut. Sebaliknya pada kelompok bayi yang
berusia di bawah 6 bulan, mereka merasa tertarik untuk melihat foto lemur tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa para bayi di kelompok bayi di bawah 6 bulan dapat mengenali adanya
perbedaan dalam foto wajah lemur tersebut.

Hal ini terjadi karena neuron-neuron yang ada di dalam otak bayi sedang berkembang
hingga jumlahnya 1

1
2

kali lebih banyak dari manusia biasa. Sehingga akan muncul fungsi-


fungsi yang tidak mereka butuhkan seperti membedakan wajah dari para hewan. Namun
sayangnya, seiring tumbuh kembang sang bayi, kemampuan spesial seperti ini akan mulai
hilang karena mereka mulai fokus untuk berhubungan dengan manusia. Sehingga neuronneuron yang tadinya digunakan untuk membedakan wajah para binatang, beralih fungsi
menjadi fokus terhadap fungsi-fungsi untuk melakukan hubungan dengan manusia.
Semakin kita mulai dewasa, maka kita mulai terbiasa untuk membedakan wajah-wajah
dari manusia. Namun, semua itu belumlah cukup. Saat kita sudah terbiasa untuk membedakan
wajah dari para manusia, maka kita cenderung untuk memikirkan bagaimana pemikiran orang
tersebut. Saat itu terjadi otak kita tidak saja melakukan pengenalan wajah, tetapi juga
membaca wajah.
Membaca wajah bisa menjadi salah satu cara untuk membentuk kesan pertama bagi
kita. Untuk menjadi terkesan dengan sesuatu atau seseorang bukanlah hal yang mudah bahkan
prosesnya cenderung rumit. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi munculnya kesan
tertentu. Kita cenderung berkenalan kepada orang yang memiliki kesan yang baik terhadap
kita. Dalam proses pembentukan kesan, raut muka, bahasa tubuh, cara berperilaku, cara
berpakaian menjadi aspek-aspek penilaian kita terhadap seseorang. Faktor tersebut termasuk
ke dalam isyarat nonverbal. Walaupun kesan antara satu orang dengan orang yang lain akan
berbeda, namun isyarat nonverbal juga penting dalam langkah awal untuk melakukan kontak
dan berkomunikasi dengan seseorang. Persepsi yang awalnya terbentuk pun akan terpecahkan
oleh kesan yang pertama kali terbentuk saat bertemu. Dan dengan berlangsungnya kesan

pertama, maka proses saling mengenal antar individu pun dimulai.
Pada saat kita bertemu atau melakukan kontak dengan seseorang pertama kali, pikiran
kita akan bertambah cepat. Karena selain mengidentifikasi dan menyimpan wajah, tentu kita
juga akan menerima banyak sinyal. Namun, ada satu sinyal yang sangat berpengaruh dalam
kesan pertama yaitu senyuman. Kenapa senyum? Karena dengan melihat seseorang
tersenyum, kita cenderung merasa orang itu tidak berbahaya, meskipun belum tentu itu benar
adanya. Karena bisa saja senyuman itu merupakan senyuman palsu. Senyuman asli dan
senyuman palsu diproses oleh otak melalui pola atau jalan sinyal yang berbeda. Pada
senyuman palsu, sinyal langsung dikirim ke bagian otak yang mengendalikan gerakan fisik.
Sehingga bagian tersebut langsung menggerakan otot di sekitar mulut untuk membuat sebuah
senyuman. Namun, antara yang asli dengan yang palsu pasti ada perbedaan yang mungkin
luput dari penglihatan seseorang yang biasa-biasa saja. Pada senyuman yang asli, jalur yang

dilalui oleh sinyal tersebut lebih panjang dan kompleks. Ketika indera kita terangsang oleh
hal-hal atau kenangan yang bersifat menyenangkan, maka sinyal ini akan berjalan melalui
bagian otak yang memproses mengenai perasaan, dan sinyal tersebut diperkuat. Sehingga
ketika sampai di bagian yang menggerakan gerakan fisik maka ada bagian fisik lain yang ikut
bergerak, yaitu otot di sekitar mata. Pada orang yang melakukan senyuman asli, alis mata
mereka akan menjadi sedikit menurun dan terlihat garis pada samping matanya. Jadi untuk
memutuskan apa yang terjadi pada orang lain, hal-hal semacam ini dapat membantu kita

untuk menilai kesan pertama yang lebih akurat dari segi senyuman mereka.
Saat kita merasakan kesan yang baik dari orang lain. Kita cenderung untuk berani
mulai melakukan kontak dengan orang tersebut. Baik kontak secara langsung seperti
mengajak berbicara atau sekedar ngobrol ringan dengan orang tersebut atau kontak tidak
langsung seperti kontak mata dan kontak batin. Dengan melakukan kontak, kita akan mengerti
apa sebenarnya yang sedang dipikirkan oleh orang tersebut terhadap kita.
Namun sekali lagi, kesan yang kita dapat belum tentu benar

adanya. Setelah

melakukan kontak, seringkali berpikir dan berprasangka buruk terhadap orang tersebut,
seperti apakah saya bisa mempercayai orang ini? Prasangka juga akan sangat menentukan dan
mempengaruhi perilaku seseorang. Ada kecenderungan kita berpikiran negatif pada orang
tersebut. Terutama bagi orang-orang yang trauma karena pernah dikhianati oleh seseorang di
masa lalunya. Pada dasarnya di dalam otak kita ada sebuah bagian yang dapat menstimulasi
rasa ketidakpercayaan terhadap seseorang. Bagian ini sama dengan bagian dimana kita
merasakan ketakutan. Walau kita tahu orang itu dapat dipercaya, namun apabila otak
menangkap rangsang yang menyatakan orang itu tidak dapat dipercaya maka kita akan
cenderung menganggap orang tersebut tidak dapat dipercaya.
Jadi, hal-hal apa saja yang mempengaruhi kepercayaan seseorang yang tidak bisa kita

kontrol. Berdasarkan penelitian yang ada, dengan menggunakan 5 sampel orang yang berusia
dan memiliki ras yang sama serta menggunakan 12 sukarelawan atau juri. Para juri menilai
tingkat kepercayaan kelima orang itu dengan hanya melihatnya selama beberapa menit. Dan
hasil yang didapatkan adalah orang yang paling tidak dipercaya adalah orang-orang yang
memiliki bentuk fisik yang tidak simetris, seperti hidung bengkok, ukuran mata yang kurang
seimbang. Hal-hal semacam inilah yang memicu perasaan tidak percaya pada orang-orang
yang memiliki ciri fisik seperti itu. Lalu orang-orang yang sangat dipercaya adalah orangorang yang memiliki ciri fisik yang lebar, seperti kulit halus, mata besar dan lebih identik
dengan baby face. Namun, hal-hal seperti itu belum tentu benar, maka jika otak Anda
berpikiran untuk tidak percaya kepada seseorang bisa jadi otak Anda hanya sedang menipu
Anda.

Setelah munculnya kesan pertama dan melakukan kontak, maka munculah prasangka
dan stereotip. Prasangka cenderung kepada penilaian secara negatif. Maka stereotip
cenderung mengarah pada pemberian atribut tertentu pada sekelompok orang-orang tertentu.
Stereotip sendiri, bisa berupa prasangka positif dan negatif bahkan terkadang dijadikan alasan
oleh seseorang atau sekelompok untuk melakukan tindakan diskriminasi terhadap seseorang
atau suatu kelompok. Pemberian atribut disini biasanya pendapat yang general mengenai
sebuah kelompok misalnya orang Indonesia itu umumnya ramah, sedangkan orang Tiongkok
itu biasanya pelit. Namun anggapan-anggapan seperti itu belum tentu benar, karena
kurangnya keakuratan data dari kelompok tersebut. Pada tahap ini, biasanya seseorang akan

melontarkan kata-kata yang kurang nyaman bagi pendengarnya. Bisa jadi akan muncul halhal yang kurang mengenakan seperti perbedaan pendapat, atau munculnya kesalahpahaman
dan lain sebagainya.
Selain itu, sebelum pengenalan semakin mendalam, tak sedikit orang merasa kurang
cocok bahkan tidak suka dengan kita karena seringnya berbeda pandangan atau hal-hal mutlak
lainnya. Ada beberapa gerakan yang dapat dinilai sebagai gerakan yang menunjukkan apa
yang ada di dalam pikirannya, termasuk salah satunya adalah gerakan yang menunjukkan
bahwa orang tersebut kurang atau bahkan tidak menyukai kita, seperti menatap kita secara
sinis, menggunakan nada yang sinis atau tinggi saat berbicara dengan kita atau melakukan
hal-hal lainnya yang akhirnya membuat kita kurang merasa nyaman berada di situasi itu. Atau
orang tersebut enggan untuk menyampaikan pendapatnya dan cenderung untuk menyimpan
sendiri apa yang menjadi pikirannya seperti menutupi mulutnya dengan tangan, dan lain
sebagainya. Bahkan para ilmuwan juga mulai menemukan bahwa gerakan-gerakan tersebut
dapat mengungkap apakah mereka suka dengan kita atau tidak.
Namun, seiring berjalannya waktu dan intensifnya perkenalan, hal-hal ini akan mulai
berkurang atau bahkan hilang. Karena kita telah mengerti apa yang mungkin mereka pikirkan
mengenai kita. Selain itu, kita juga mulai bisa menebak atau membaca pikiran mereka secara
tidak langsung, seperti melalui gerakan atau bahasa tubuh mereka, atau tatapan mata mereka.
Oleh karena itu, para peneliti melakukan percobaan yang melibat seseorang yang bertingkah
baik dan seseorang yang bertingkah buruk. Si tuan baik dan si tuan buruk diminta untuk
mengobrol atau berdiskusi tentang suatu hal dengan para sukarelawan. Si tuan baik bersikap

baik, hangat dan manis terhadap sukarelawan, sedangkan si tuan jahat sebisa mungkin
menjadi orang yang sangat menyebalkan, negatif dan secuek mungkin terhadap
sukarelawannya. Dan kedua tuan tersebut sebelumnya diminta secara sengaja untuk
melakukan gerakan-gerakan khusus. Dan hasil yang didapatkan adalah pelan-pelan seiring

berkembangnya topik pembicaaan, para sukarelawan yang berbincang dengan tuan baik
mengikuti gerakan yang dilakukan oleh tuan baik, dan sukarelawan yang berbicara dengan si
tuan jahat sama sekali tidak menirukan gerakan yang dilakukan oleh si tuan jahat. Hal ini
terjadi karena pikiran para sukarelawan telah merasa nyaman dengan si tuan baik sehingga
pikiran mereka pun ikut terdorong untuk mengikuti gerakan-gerakan yang dibuat oleh si tuan
baik. Reaksi ini tanpa disadari memperkuat ikatan diantara mereka.
Belum lama ini, para ilmuwan mengetahui bahwa bahwa pikiran kita secara otomatis
memperhatikan seseorang dan cenderung untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang
tersebut. Lalu bagaimana otak melakukannya? Menurut para peneliti, cara kita dapat
mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang lain berhubungan dengan suatu proses yang
terjadi di otak kita ketika melihat orang lain melakukan sesuatu. Rahasia dari membaca
pikiran seseorang adalah terletak pada saat kita melihat orang tersebut bergerak. Pada saat itu,
salah satu bagian dari otak kita akan mengotrol setiap gerakan fisik yang orang tersebut
lakukan. Ada sebuah kumpulan sel neuron kecil yang mempersiapkan orang tersebut untuk
melakukan gerakan berikutnya, seperti saat kita melihat seseorang yang sedang lomba

berenang, tanpa kita sadari kita akan memikirkan apa yang akan mereka lakukan. Pada
dasarnya setiap gerakan yang orang tersebut lakukan telah memiliki pola unik tersendiri. Para
ilmuwan percaya bahwa, proses itu merupakan sebuah kunci untuk manusia saling
berhubungan. Karena sel-sel neuron ini bukan hanya memicu para perenang, tetapi juga
orang-orang yang melihatnya. Jadi sel-sel ini selain membantu para perenang untuk
melakukan gerakan selanjutnya, ia juga menstimulasi otak kita untuk merasakan apa yang
para peserta lomba rasakan dan seolah kita juga terlibat dalam perlombaan itu. Proses ini
termasuk ke dalam neuron cermin. Meskipun secara tidak langsung merasakannya, namun
bila orang tersebut menang, kita juga akan dapat merasakan kebahagiaan atas
kemenangannya, dan sebaliknya. Jika kita dapat merasakan ini, maka kita baru saja
melakukan proses empati terhadap seseorang. Rasa empati juga termasuk kemampuan
seseorang untuk merasa simpatik, merasakan keadaan emosional orang lain, mencoba
menyelesaikan masalah dan mencoba untuk mengambil perspektif dari orang lain. Neuron
cermin memudahkan kita untuk dapat membaca pikiran yang dimiliki oleh seseorang dan
merasakan apa yang dirasakan oleh orang itu atau empati terhadap seseorang.
Jika kita telah dapat membaca pikiran dari seseorang, maka kita dapat mengetahui atau
setidaknya menduga apa yang menjadi pikiran dari orang lain mengenai kita atau hal-hal yang
lain. Hal ini merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh semua manusia, dan tidak perlu
membutuhkan usaha yang keras untuk melakukannya. Tentunya hal-hal seperti ini akan


memudahkan seseorang untuk berfikir apa yang seharusnya ia lakukan kepada orang lain
tanpa harus melukai perasaan dari orang tersebut. Selain neuron cermin, ada beberapa bagian
lain yang terpancing untuk ikut membantu proses ini seperti area pada identifikasi ekspresi
wajah seseorang, area yang membantu kita untuk mengingat pengalaman dan kenangan di
masa lalu dan beberapa lain yang bergabung. Semua bagian-bagaian tersebut bekerja sama
dan menggabungkan semua informasi ini serta memutuskan apa arti dari semua informasi itu.
Semua proses ini terjadi secara langsung.
Apabila kita dapat membaca pikiran dari seseorang dan tahu apa yang seharusnya kita
lakukan, maka kita dapat menentukan sikap dan cara berkomunikasi yang sepantasnya dan
baik pada orang tersebut. Selain itu dengan dapat membaca pikiran orang lain, setidaknya
akan meminimalisir kesalahapahaman dalam berkomunikasi dan bersikap apa yang menurut
mereka kurang atau tidak menyenangkan. Komunikasi sendiri dapat dilakukan secara lisan
maupun verbal, dan harusnya informasi yang disampaikan dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak.
Membaca pikiran seseorang juga akan sangat memudahkan kita untuk bergaul dengan
orang baru kita temui. Kita jadi mengerti bagaimana seharusnya kita bersikap tanpa
menyinggung perasaan dari orang yang baru kita temui. Sikap dapat merujuk pada suatu
maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang. Seperti ketika kita membeli
sebuah baju, walaupun sebenarnya baju itu kurang atau tidak cocok digunakan oleh orang
tersebut, namun karena kita dapat membaca pikiran dari orang tersebut, kita cenderung mengiya-kan apa yang menjadi keinginan dari pikiran orang tersebut. Kenapa seperti itu? Karena

kita takut untuk mengecewakan dan cenderung untuk menjaga perasaan orang itu dengan
pendapat kita, terlebih jika kita baru pertama kali bertemu dengannya. Hal ini menunjukkan
betapa seringnya kita melakukan hal semacam ini untuk mulai bergaul dengan seseorang
secara baik, terutama apabila orang tersebut baru pertama kali kita jumpai.
Semua proses yang telah dijelaskan di atas, seringkali kita tidak terlalu sering untuk
menyadarinya. Namun, semua itu telah mendarah daging dalam kehidupan kita. Dan telah
membentuk suatu budaya di kehidupan bermasyarakat dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan berkomunikasi dan sosial. Baik dalam kita bergaul dengan rekan bisnis, teman,
tetangga, keluarga dan lain sebagainya.
Selain itu, dengan semua itu kita juga dapat menerima semua minat, bakat dan
pandangan yang umumnya berbeda pada setiap individu. Serta memudahkan kita untuk
bertoleransi dalam beragama dan budaya yang kita yakini kebenarannya. Kemampuan
istimewa ini juga membuat kita mengerti apa yang dirasakan dan mengerti kehidupan orang

lain tanpa kita harus mengenalnya secara mendalam, yang pada akhirnya dapat memunculkan
sebuah karya seni, sastra, hiburan serta dapat menghargainya.
Makna yang paling penting dari semua ini adalah kita dapat menemukan kedekatan
dengan orang-orang yang terdekat dengan kita. Sehingga kita dapat menyayangi, mencintai,
menjaga orang tersebut dari berbagai hal yang mengancam mereka. Dengan mengetahui apa
yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan tentunya akan memudahkan kita

menentukkan sikap apa yang baik untuk mereka.

PSIKOLOGI PERPUSTAKAAN DAN
INFORMASI
Interaksi Sosial

Irsalina Almas
13040113140124 / D
Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro
2014