Antara Keterbukaan Informasi Publik dan

Antara Keterbukaan Informasi Publik dan Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Bangsa
Oleh : Muhammad Faishal Al Fadhil
Memasuki periode Reformasi, realitas politik menampilkan gambaran bahwa Kontestasi atau
Rivalitas politik dalam perebutan kekuasaan mudah sekali memecah masyarakat Indonesia kedalam
kelompok-kelompok tertentu. Kenyataan ini mengancam keutuhan Indonesia sebagai satu bangsa.
Peristiwa perdebatan UU Pilkada, dari Pilkada langsung ke tidak langsung, karena pengaruh
kontestasi atau Rivalitas politik pilpres 2014, merupakan contoh nyata, betapa tak berdayanya sistem
politik kita, menghadapi kepentingan tertentu. Perkembangan Demokrasi yang dinilai sebagai gerak
maju menuju kesempurnaan, ternyata dapat menjadi bumerang yang mengancam ketahanan
nasional NKRI.
Dewasa ini Indonesia mengalami berbagai ancaman terhadap ketahanan nasional. Mulai dari
ancaman yang bersifat Internal seperti politik, ekonomi, dan budaya maupun ancaman yang bersifat
eksternal seperti terorisme dan ideologi-ideologi asing seperti Syiah, Ahmadiyah, Komunis garis
keras, paham Isis, dll. Oleh karena itu, Ketahanan Nasional harus senantiasa diwujudkan dan dibina
secara terus-menerus serta sinergik agar terjadi harmonisasi di seluruh bidang kehidupan.
Keterbukaan informasi melalui uu no 14 tahun 2008 dan demokrasi berlebihan menjadi salah satu
penyebab terjadinya berbagai ancaman terhadap ketahanan nasional. Katakanlah dengan mudahnya
akses informasi melalui internet seseorang dapat menyebarkan ideologi tertentu yang bertentangan
dengan pancasila, atau dengan adanya keterbukaan informasi, intelejen negara lain dapat
mengakses, memahami dan menganalisis kelemahan bangsa indonesia baik dari segi pertahan dan
keamanan maupun politik dan ekonomi.

Secara pribadi penulis tidak setuju terhadapa argumentasi di atas karena lahirnya UU no 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi publik, mengusung spirit pendewasaan demokrasi dan
pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap kebebasan infomasi. Ada 3 alasan mendasar yang
mendukung argumentasi ini pertama :
1. Keterbukaan Informasi tidak mengancam ketahanan nasional akan tetapi keterbukaan informasi
menjadikan penyelenggaraan pemerintah menjadi lebih baik
UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menyebutkan bahwa
informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional dan merupakan sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara. Keterbukaan informasi
bukan hanya menguntungkan bagi masyarakat tetapi juga penyelenggara pemerintahan, baik
eksekutif dan legislatif, maupun yudikatif. Karena adanya kontrol dari masyarakat sosial sehingga
kebijakan-kebijakan pemerintah akan berdasarkan keadilan dan kepentingan umum, bukan
subjektivitas pemerintah dan kepentingan golongan tertentu, inilah yang dinamakan konsensus
bersama antara pemerintah dan rakyat sebagai salah satu bentuk pendewasaan demokrasi.
Keterbukaan Informasi juga berfungsi sebagai sarana pengawasan terhadap kejahatan korupsi dan
narkotika yang dilakukan oleh pejabat publik, katakanlah apabila Informasi mengenai tes kesehatan
calon kepala daerah diungkap kepada publik maka publik akan menilai, melakukan fungsi represif
seperti kritikan atau gerakan yang membuat calon kepala daerah yang terlibat narkoba tidak bisa
mencalonkan diri. Atau adanya keterbukaan informasi mengenai penggunaan keuangan suatu


lembaga pemerintahan, yang mana dibuka dan diinformasikan setiap tahun kepada masyarakat
sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban. Maka masyarakat pun akan ikut andil dalam bentuk
pengawasan agar tidak terjadi kejahatan KKN.
Salah satu prinsip di negara demokrasi adalah partisipasi warga negara. Begitu juga halnya dengan
pelaksanaan UU KIP, partisipasi masyarakat dipandang sebagai hal yang sangat penting.
Akses informasi ibarat jembatan menuju hak-hak lainnya seperti kesehatan, pendidikan, hak atas
pembangunan, dan hak-hak lainnya. Jika selama ini masyarakat banyak yang mengeluhkan buruknya
pelayanan publik maka keterbukaan informasi publik merupakan bagian penting dari
penyelenggaraan pelayanan publik itu, dan merupakan hak yang sangat penting dan strategis bagi
warga negara untuk menuju akses terhadap hak-hak lainnya, karena bagaimana mungkin akan
mendapatkan hak pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lainnya dengan baik jika informasi yang
diperoleh mengenai hak-hak tersebut tidaklah didapatkan secara tepat dan benar.
2. Bahwa Informasi-informasi yang mengancam ketahanan nasional telah diatur di dalam UU
Keterbukaan Informasi Publik
Didalam pasal 6 ayat 3A uu no 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik dikatakan bahwa
Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, adalah Informasi yang dapat
membahayakan negara yang mana juga berarti mengancam ketahanan nasional. Adapun informasi
yang dikecualikan ini diatur dalam pasal 17 UU yang sama, yaitu Informasi yang dapat menghambat
proses hukum dan penyelidikan, Informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan

negara, seperti strategi militer atau sistem intelejen negara, serta Informasi yang dapat merugikan
ketahanan ekonomi nasional dan lain lain. lantas ketika informasi yang dikecualikan telah diatur
dalam undang-undang ini tidak ada kekhawatiran lagi mengenenai ancaman ketahanan nasional.
Akan tetapi sebagai mahasiswa garda terdepan agent of change in Indonesia kita menawarkan suatu
solusi bahwa didalam pasal 17 UU KIP harus dibuat petunjuk pelaksanaan teknis seperti juknis pasal
9 ayat 6 tentang pengumuman informasi publik secara berkala atau pasal 11 ayat 3 uu yang sama
tentang tata cara penyedian informasi kepada publik. Komisi informasi harus membuat petunjuk
teknis yang secara tegas mengklasifikasi dokumen mana yang boleh dibuka dan mana yang tidak.
Agar tidak terjadi multi tafsir aturan dan penyalahgunaan aturan.
3. Keterbukaan informasi merupakan tuntutan dari demokrasi
Dari persefective historis Indonesia telah menerapkan demokrasi didalam sistem politiknya, akan
tetapi pada zaman orde baru implementasi dari demokrasi tidaklah berjalan dengan baik, praktik
demokrasi pada masa itu di minus transparansi. Pasca reformasi kebebasan berpendapat dan
berserikat mendapatkan perhatian baru untuk diwujudkan di tengah kancah praksis demokrasi.
Tetapi pada lain sisi, ketertutupan tetap mewarnai keberadaan sektor publik. rezim ketertutupan
hadir secara bersamaan dengan pelaksanaan demokrasi. Realitas inilah sesungguhnya yang turut
serta mendorong lahirnya suatu format demokrasi tanpa kejujuran, demokrasi yang dilumuri distrust.
maka lahirnya UU keterbukan informasi publik ini merupakan spirit membangun transparansi dan
keterbukaan informasi. Jadi seharusnya Demokrasi dan Keterbukaan harus berjalan secara
beriringan.

Pada topik ini seharusnya yang menjadi perhatian adalah SDM masyarakat indonesia dalam
menyikapi Informasi, bukan kemudian menutup informasi dengan alasan ancaman ketahanan

nasional. Maka solusi yang kita tawarkan yaitu membangun ketahanan informasi yang beriringan
dengan keterbukaan informasi.
Dalam sebuah bangunan ketahanan informasi, masyarakat harus mampu memilah dan memilih
berita yang positif dan negatif serta bijak dalam menyikapinya agar tidak menimbulkan bahaya bagi
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mengacu pada pengertian ketahanan
nasional, maka ketahanan informasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keuletan dan ketangguhan
bangsa Indonesia baik secara infrastruktur, suprastruktur, maupun karakter masyarakat dalam
mengelola dan menyikapi perkembangan teknologi informasi agar tidak membahayakan integritas,
identitas, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Ketiga aspek tersebut perlu dibangun secara
kuat agar mampu menjadi salah satu komponen ketahanan nasional baru yang bisa mendukung
tegak kukuhnya NKRI.
Penegasan sekali lagi bahwa keterbukaan informasi publik bukanlah sesuatu yang perlu
dikhawatirkan secara berlebihan karena tidak mengancam ketahanan nasional, akan tetapi
melindungi ketahanan nasional itu sendiri dan membentuk masyarakat demokrasi yang baik.
Referensi :
Kristian Adez, ‘Analisis SWOT : Politik Demokrasi Indonesia’, 19 september 2015 02:52,
http://adezkristian.blogspot.co.id/2014/10/analisis-swot-politik-demokrasi.html (diakses 27

september 2017)
Saputra Roni, ‘Kontrol kebijakan Melalui Keterbukaan Informasi’ Hukumpedia, selasa 9 mei
2017, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt591154fb784e4/kontrol-kebijakan-melaluiketerbukaan-informasi-oleh--roni-saputra (diakses 27 september 2017)
UU NO 14 TAHUN 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Asgart Munarwan Sofian, Keterbukaan Informasi Publik dalam Perspektif Governability, 25
juni 2015, http://www.kompasiana.com/sasgart/keterbukaan-informasi-publik-dalam-perspektifgovernability_550d9689813311c925b1e2c0 (diakses 27 september 2017)