Perbedaan hukum pih dan phi

1
PERBEDAAN PIH DAN PHI
PIH (Pengatar Ilmu Hukum) dan PHI( Pengantar Hukum Indonesia) adalah 2 mata kuliah
wajib dasar yang harus dikuasai mahasiswa Fakultas Hukum dalam semester pertama
perkuliahan.
Apa perbedaan dalam 2 mata kuliah ini?
Secara singkat PIH:
1.Mempelajari Hukum secara Umum
2. Mempelajari Asas-asas Hukum
3. Bersifat Universal (Tidak Terkait tempat dan waktu
Sedangkan PHI:
1.Mempelajari Hukum Positif di Indonesia: Hukum positif adalah Hukum yang sedang
berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu. Yang berartikan bahwa PHI adalah
mempelajari Hukum yang sedang berlaku di Indonesia. Unsur dari PHI adalah Hukum
Pidana, Perdata, Tata Negara Dan Administrasi Negara
2. Terikat Tempat Dan waktu tertentu
3. Bersifat Khusus karena hanya memepelajari Hukum Positif (ius Constitutum) di Indonesia

2
Persamaan


PIH

dengan

PHI

:

PHI dan PIH sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau sebagai mata
kuliah dasar (basis leervakken) bagi mata kuliah atau studi lanjut tentang “Hukum” (cabangcabang hukum positif). Oleh karena itu, PIH dan PHI bukan mata kuliah jurusan atau pilihan.
PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu hukum
secara
luas.
Objek studi PIH dan PHI adalah “hukum”. PIH dan PHI memperkenalkan konsep-konsep
dasar, pengertian-pengertian hukum, dan generalisasi-generalisasi tentang hukum dan teori
hukum positif (dogmatik hukum) yang secara umum dapat diaplikasikan.
PIH dan PHI memperkenalkan hukum sebagai suatu kerangka yang menyeluruh, yang dapat
dilihat dari sudut pandang tertentu, sehingga orang dapat memperoleh suatu overzicht atau
suatu pemahaman yang umum dan lengkap tentang hukum. PIH dan PHI menyajikan satu
ringkasan yang komprehensif dari konsep atau teori hukum dalam keseluruhan.


Perbedaan

PIH

dengan

PHI

:

PHI atau Inleiding tot het positiefrecht van Indonesie (bahasa Belanda) atau Introduction
Indonesian of Law atau Introduction Indonesian Positive Law (bahasa Inggris) mempelajari
hukum positif yang berlaku secara khusus di Indonesia. Artinya PHI menguraikan secara
analisis dan deskriptif mengenai tatanan hukum dan aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga
hukum di Indonesia yang meliputi latar belakang sejarahnya, positif berlakunya, apakah
sesuai dengan asas-asas hukum dan teori-teori hukum positif (dogmatik hukum).
PIH atau Inleiding tot de Rechtswetenschap (bahasa Belanda) atau Introduction of
Jurisprudence atau Introduction science of Law (bahasa Inggris) merupakan pengantar guna
memperkenalkan

dasar-dasar ajaran
hukum umum
(algemeine
rechtslehre).
PIH mempelajari ilmu hukum secara umum dengan memperkenalkan pengertian-pengertian
dan konsep-konsep dasar tentang hukum pada umumnya yang tidak hanya berlaku di
Indonesia
saja
tetapi
yang
berlaku
pada
masyarakat
hukum
lainnya.
PIH mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar serta
teori-teori hukum secara umum, termasuk mengenai sejarah terbentuknya lembaga-lembaga
hukum maupun pengantar falsafahnya dalam arti kerohanian kemasyarakatan.
Kesimpulannya PIH membahas atau mempelajari dasar-dasar hukum secara umum atau yang
berlaku secara universal, misalnya mengenai pengertian-pengertian, konsep-konsep dasar dan

teori-teori hukum, serta sejarah terbentuknya hukum dan lembaga-lembaga hukum dari sudut
pandang
falsafah
kemasyarakatan.
Sedangkan PHI mempelajari konsep-konsep, pengertian-pengertian dasar dan sejarah
terbentuknya hukum dan lembaga-lembaga hukum, aturan-aturan hukum serta teori hukum
positif Indonesia.

3
Hubungan PHI dengan PIH dan Ruang Lingkup PHI
A.

Hubungan antara PIH dan PHI

PENDAHULUAN
Setiap bangsa di dunia mempunyai hukumnya sendiri-sendiri yang bisa berbeda
dengan hukum bangsa lain. Hukum Indonesia diterapkan oleh masyarakat hukum Indonesia
(Negara Republik Indonesia). Sebagai warga negara harus tahu hukum yang berlaku di
negaranya, terutama mahasiswa yang belajar di fakultas hukum sebagai calon sarjana hukum.
Dalam mempelajari ilmu hukum di Perguruan Tinggi, setidaknya dikenal dua macam bahasan

yang harus dipelajari, yaitu Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan Pengantar Hukum Indonesia
(PHI).

Persamaan antara PIH dan PHI yaitu :
 Baik PIH maupun PHI, sama‐sama merupakan mata kuliah dasar, keduanya merupakan mata
kuliah yang mempelajari hukum.
 Istilah PIH dan PHI pertama kalinya dipergunakan sejak berdirinya Perguruan Tinggi Gajah
Mada tanggal 13 Maret 1946. Selanjutnya pad atahun 1992 bersamaan dihapusnya jurusan di
fakultas hukum istilah PTHI dalam kurikulum berubah menjadi PHI (Pengantar Hukum
Indonesia). Namun demikian adanya perubahan istilah diatas bukan berarti materi ajarnya
juga mengalami perubahan karena pada dasarnya baik PTHI maupun PHI sama mempelajari
tata hukum Indonesia (hukum positif = ius constitutum).
Perbedaan antara PIH dan PHI :
Perbedaan antara PIH dengan PHI dapat dilihat dari segi obyeknya yaitu PHI
berobyek pada hukum yang sedang berlaku di Indonesia sekarang ini, atau obyeknya khusus
mengenai hukum positif (ius constitutum). Sedangkan obyek PIH adalah aturan tentang
hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan
waktu tertentu.
Hubungan antara PIH dengan PHI :
 PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akan mempelajari hukum positif

Indonesia (Tata Hukum Indonesia).
 PIH menjadi dasar dari PHI, yang berarti bahwa, untuk mempelajari PHI (Tata Hukum
Indonesia) harus belajar PIH dahulu karena pengertian-pengertian dasar yang berhubungan
dengan hukum diberikan di dalam PIH. Sebaliknya pokok-pokok bahasan PHI merupakan
contoh kongkrit apa yang dibahas di dalam PIH.
Fungsi dasar PTHI/PHI :
 Sebagai ilmu yang mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar hukum di Indonesia bagi para
calon sarjana hukum yang menuntut ilmu di Indonesia yang penting bagi mereka untuk
memahami pengetahuan dan pengertian tentang hukum ditingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
 Mengantar setiap orang yang akan mempelajari hukum yang sedang berlaku di Indonesia
(hukum positif).
Maka dapat disimpulkan Pengantar Tata Hukum Indonesia (PTHI) atau sekarang
Pengantar Hukum Indonesia (PHI) adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentang tata hukum
Indonesia dan segala seluk beluk yang terdapat di dalamnya. Jadi yang ,menjadi objek
pembicaraan dalam pengantar hukum Indonesia ialah hanya tata hukum Indonesia (hukum
positif) seperti HTN, HAN, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.

4
HAKIKAT DARIPADA PENGANTAR ILMU HUKUM

PIH merupakan suatu pelajaran yang menjadi pengantar dan penunjuk jalan bagi
siapapun yang ingin mempelajari ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang
lingkupnya.Mereka tidak akan memahami dengan baik mengenai berbagai
cabang ilmu tanpa menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu.
Sebagai suatu mata pelajaran PIH memberikan dan menanamkan pengertian

dasar mengenai arti, permasalahan dan persoalan persoalan di bidang hukum
sehinggaia menjadi mata pelajaran utama yang harus di kuasai oleh mereka
yang ingin mendalami ilmu hukum.
PIH memberikan gambaran gambaran dan dasar yang jelas`mengenai sendi
sendi utama hukum itu sendiri. Berbeda dengan cabang cabang ilmu hukum
lainya, maka PIH mempunyai cara pendekatan yang khusus ialah memberikan
pandangan tentang hukum secara umum.
Karena PIH merupakan mata pelajaran dasar, maka bagi mereka yang ingin
mempelajari ilmu hukum harus menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu.
Tanpa penguasaan PIH mereka akan mendapatkan kesulitan atau kegagalan.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN OLEH PIH
Dari judul pengantar ilmu hukum terlihat bahwa yang menjadi obyek PIH adalah
ilmu hukum.
Materi yang di bahas oleh PIH dapat di bagi dalam:

A. HUKUM SEBAGAI OBYEK ILMU HUKUM
Sebagai obyek ilmu hukum memandang hukum dalam bentuk segala
manifestasinya. Disini harus tertuang segala pertanyaan pertanyaan yang ber
sangkut paut dengan hukum misalnya:
- Apakah hukum itu
- Apakah tujuan hukum itu
- Bagaimanakah hukum itu terbentuk
- Apakah sumber sumbernya
- Bagaimanakah sistem dan klasifikasinya
- Dan sebagainya
B. ILMU HUKUM SEBAGAI NORMA HUKUM
a. Hukum sebagai kaidah hukum
b. Kaidah hukum dan kaidah lainya
C. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
a. Subyek hukum
b. Obyek hukum
c. Peristiwa hukum
d. Perbuatan hukum
e. Hubungan hukum
f. Masyarakat hukum

D. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN
a. Antropologi hukum
b. Sosiologi hukum
c. Sejarah hukum
d. Psikologi hukum
e. Perbandingan hukum
PERAN DAN FUNGSI PIH

- Memberikan introduksi atau memperkenalkan segala masalah yang
berhubungan dengan hukum.
- Berusaha untuk menjelaskan keadaan, inti, maksuud dan tujuan dari bagian
bagian yang penting daripada hukum serta bertalian antara berbagai bagian
tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum.
- Memperkenalkan ilmu hukum, yaitu pengetahuan yang mempelajari segala
seluk beluk daripada hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.
- Merupakan dasar dalam rangka studi hukum. Tanpa memahami pengantar ilmu
hukum secara tuntas dan seksama tidak akan dapat di peroleh pengertian yang
baik tentang berbagai cabang ilmu hukum. Dengan demikian sudah tepatlah
apabila pengantar ilmu hukum juga bisa di namakan “ basis leervak “ atau mata
kuliah dasar daripada pelajaran hukum.

- Mengkualifikasi mata pelajaran, pendahuluan, pembukaan ke arah ilmu
pengetahuan hukum pada tingkat persiapan.
BUKTI BUKTI PENTINGNYA PERAN DAN FUNGSI PIH
Bukti bukti bahwa PIH mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting bagi
mereka yang ingin mempelajari ilmu hukum, dapat dilihat dari berbagai segi:
•Dari segi sejarahnya PIH di ajarkan di perguruan tinggi di berbagai negara. Di
jerman PIH di ajarkan sebagai “ einfuhrung in die rechswissenchaft “. Onderwijs
wet ( undang undangperguruan tinggi ) di negara belandapada tahun 1920
memasukkan pengantar ilmu hukum di perguruan tinggi hukum dengan istilah “
inleiding tot der rechwetenschap “ sebagai pengganti dari “ Encyclopaedie der
rechwetenschap “.
•Di indonesia inleiding tot de recwetwnscahp di jadikan kurikulum oleh recht
hoge school ( sekolah tinggi hukum ) yang didirikan di batavia ( jakarta ) pada
tahun 1942.
•Pada waktu universitas gajah mada berdiri pada tanggal 3 maret 1946 untuk
pertama kalinya di pergunakan istilah pengantar ilmu hukum yang merupakan
terjemahan dari inleiding tot de rechwetenschap dan sampai sekarang di jadikan
mata kuliah dasar di semua perguruan tinggi di indonesia.
•Adanya surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 30
desember 1973 No. 0198/U/1973 yang intinya menyebutkan bahwa di tingkat

permulaan fakultas hukum negeri maupun swasta, mata kuliah pengantar ilmu
hukum ini harus di cantumkan dalam kurikulumnya sebagai satu satunya mata
kuliah yang langsung berhubungan dengan ilmu hukum.
•Menurut keputusan kopertis ( Koordinator perguruan tinggi swasta ), pengantar
ilmu hukum merupakan mata kuliah ujian negara.
•Dalam rangka sistem kredit semester ( SKS ) mata kuliah ilmu hukum bobot
SKSnya (4 SKS ) lebih besar dari cabang iilmu lainya.
KESIMPULAN:
-Hubungan antara PIH dan PHI ialah PIH adalah dasar atau asas untuk dapat
memahami PHI
-PIH adalah sebagai pengantar untuk dimana memahami ilmu ilmu tentang
hukum yang ada dalam PHI

-PHI adalah asas asas hukum indonesia
-PIH adalah asas asas hukum secara umum

5

1. PIH dan PHI memiliki objek kajian yang berbeda. Objek kajian PIH adalah
pengertian-pengertian dasar dan teori-teori ilmu hukum serta membahas hukum pada
umumnya, dan tidak terbatas pada hukum yang berlaku di tempat atau negara tertentu
saja, tetapi juga hukum yang berlaku pada tempat atau negara lain pada waktu kapan
saja. Sedangkan objek kajian dari PHI adalah mempelajari atau mempelajari hukum
yang berlaku pada saat ini di Indonesia.
2. PIH berfungsi sebagai dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara
luas serta berbagai hal yang melingkupinya, sedangkan PHI berfungsi untuk
mengantarkan setiap orang yang akan mempelajari hukum yag sedang berlaku atau
hukum positif Indonesia.
Antara PIH dan PHI memiliki hubungan yang erat. Adapun hubungan antara PIH dan PHI
adalah sebagai berikut:
1. Keduanya merupakan mata kuliah dasar yang mempelajari atau menyelidiki hukum
sebagai ilmu.
2. PIH merupakan dasar atau penunjang dalam mempelajari PHI artinya PIH harus
dipelajari terlebih dahulu sebelum mempelajari PHI
Untuk memahami dan mengetahui perbedaan dan hubungan antara PIH dan PHI, maka
perhatikan tabel di bawah ini:
Pengantar ilmu hukum
Objeknya
Hukum pada
umumnya yang tidak
terbatas pada hukum

Fungsinya
Mendasari dan
menumbuhkan
motivasi bagi setiap

Pengantar hukum Indonesia
Objeknya
Fungsinya
Hukum positif
Mengantarkan setiap
indonesia (ius
orang yang akan
Constitutum)
mempelajari hukum

positif negara
tertentu

orang yang akan
mempelajari hukum

positif Indonesia

6
PENGANTAR ILMU HUKUM
Pengantar PHI dengan PIH[1]

Dalam mempelajari ilmu hukum di Perguruan Tinggi, setidaknya dikenal dua macam bahasan
yang harus dipelajari, yaitu Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan Pengantar Tata Hukum
Indonesia (PTHI). Persamaan dan perbedaan antara PIH dan PTHI dapat dilihat antara lain:
a)
Baik PIH maupun PTHI, sama-sama merupakan mata kuliah dasar, keduanya
merupakan mata kuliah yang mempelajari hukum.
b)
PIH merupakan terjemahan langsung dari bahasa Belanda “Inleiding tot de
Rechtwetenschaft” sejak tahun 1942 yang juga mengambil istilah Jerman “Einfuhrung in
dierechts wissenchaft” di akhir abad 19. Sedang PTHI merupakan terjemahan dari “Inleiding
tot her positiefrechts van Indonesie“.
c)
Istilah “Pengantar” dalam PIH berarti menunjukkan jalan ke arah cabang-cabang ilmu
(rechtsvakken) yang sebenarnya. Sedangkan istilah “pengantar” dalam PTHI berarti
menunjukkan fungsi mata kuliah itu sebagai pembantu, petunjuk jalan, yang di dalamnya
terkandung dua unsur, ringkas (overzichtelijk) tetapi meliputi seluruhnya.
d) Obyek dari mata kuliah ini berlainan, PTHI berobyek pada hukum yang sedang berlaku
di Indonesia sekarang ini, atau obyeknya khusus mengenai hukum positif. Sedangkan obyek
PIH adalah aturan tentang hukum pada umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang
berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu (ius constitutum).
e)
Hubungan PIH dengan PTHI, adalah PIH menjadi dasar dari PTHI, yang berarti bahwa,
untuk mempelajari PTHI harus belajar PIH terahulu.
f)
Bahasan dari PIH adalah mengenai pokok-pokok, prinsip-prinsip, keadaan, maksud dan
tujuan dari bagian-bagian hukum yang paling mendasar serta berkaitan/tata hubungan antara

bagian-bagian yang paling mendasar tersebut dengan hukum sebagai ilmu pengetahuan.
(Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 39.

A. Hubungan antara PIH dengan PHI[2]

a)
PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akan mempelajari hukum
positif Indonesia (Tata Hukum Indonesia).

b)
PIH menjadi dasar dari PHI, yang berarti bahwa, untuk mempelajari PHI (Tata Hukum
Indonesia) harus belajar PIH dahulu karena pengertian-pengertian dasar yang berhubungan
dengan hukum diberikan di dalam PIH. Sebaliknya pokok-pokok bahasan PHI merupakan
contoh kongkrit apa yang dibahas di dalam PIH.
1. Persamaan antara PIH dan PHI yaitu :
a)
Baik PIH maupun PHI, sama‐sama merupakan mata kuliah dasar, keduanya merupakan
mata kuliah yang mempelajari hukum
2. Perbedaan antara PIH dan PHI :
a)
Perbedaan antara PIH dengan PHI dapat dilihat dari segi obyeknya yaitu PHI berobyek
pada hukum yang sedang berlaku di Indonesia sekarang ini, atau obyeknya khusus mengenai
hukum positif (ius constitutum). Sedangkan obyek PIH adalah aturan tentang hukum pada
umumnya, tidak terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan waktu
tertentuz
B. Ruang lingkup PHI[3]
Pengantar ilmu hukum (PHI) merupakan terjemahan dari mata kuliah inleiding tot de recht
sweetenschap yang diberikan di Recht School (RHS) atau sekolah tinggi hokum Batavia di
jaman Hindia Belanda yang didirikan 1924 di Batavia (Jakarta.) istilah itu sama dengan yang
terdapat dalam undang-undang perguruan tinggi Negeri Belanda Hoger Onderwijswet 1920.
Di zaman kemerdekaan pertama kali menggunakan istilah “pengantar ilmu hokum .” adalah
perguruan tinggi Gajah Mada yang didirikan di yogyakarta 13 maret 1946.
C. Klasifikasi Hukum[4]
A. Hukum menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
a)
Hukum yang memaksa adalah hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus
danmempunyai paksaan mutlak. Contoh: hukum pidana

b)
Hukum yang mengatur adalah hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Contoh:
hukumdagang.
B. Hukum menurut Fungsinya
Menurut Fungsinya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
a)
Hukum materil adalah hukum yang berisi pengaturan tentang hal-hal yang boleh atau
tidak boleh dilakukan atau bisa juga dikatakan bahwa hukum materil berisi perintah dan
larangan.
b)
Hukum formil adalah hukum yang berisi tentang tata cara melaksanakan dan
mempertahankan/menegakkan hokum materil. Hukum yang memaksa adalah hukum yang
memiliki sifat harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak.
c)
Hukum yang mengatur (pelengkap) adalah hukum yang dalam keadaan konkrit dapat
dikesampingankan atau tidak dijalankan.
C. Hukum menurut Isinya
Menurut Isinya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
a)
Hukum Privat (Hukum Sipil) yaitu hukum yang mengatur hubungan- hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan.
b)
Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan (warga negara)
c)
rorangan. Hukum publik bertujuanuntuk melindungi kepentingan umum. Hukum publik
juga disebut hukum Negara
D. Hukum menurut Waktu Berlakunya
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hukum positif (ius constitutum) adalah hukum yang berlaku sekarang bagi
suatumasyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Hukum positif (ius
constitutum) disebut jugatata hukum.
2. Ius constituendum adalah hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang.
3. Hukum asasi adalah hukum yang berlaku di mana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia.Hukum ini tidak mengenal batas
waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi)terhadap siapa
pun di seluruh tempat.

E. Hukum menurut Daya Kerjanya

Menurut Daya Kerjanya, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
Hukum yang bersifat mengatur atau fakultatif atau subsidiair atau pelengkap atau dispositif,
yaitu hukum yang dalam keadaan konkrit dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat
para pihak.
Hukum yang bersifat memaksa atau imperatif (dwingendrecht), yaitu hukum yang dalam
keadaan konkrit tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh para pihak,
yang berarti kaedah hukumnya bersifat mengikat dan memaksa, tidak memberi wewenang
lain, selain apa yang telah ditentukan dalam undang-undang.
Biasanya hukum yang mengatur kepentingan umum bersifat memaksa, sedangkan hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan atau kepentingan khusus bersifat mengatur.
Persoalannya bagaimana caranya untuk mengetahui, apakah suatu peraturan hukum itu
bersifat memaksa atau bersifat mengatur ?
Dalam hal ini ada 3 (tiga ) pedoman, yaitu:
a)
Berdasarkan Pasal 23 AB, yang menentukan bahwa Suatu perbuatan atau perjanjian
tidak dapat meniadakan kekuatan undang-undang yang berhubungan dengan ketertiban
umum dan kesusilaan, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan ketertiban
umum dan kesusilaan itu bersifat memaksa.
b)
Dengan membaca dari bunyi peraturan hukum yang bersangkutan, dapat diketahui
bahwa suatu peraturan hukum tersebut bersifat memaksa atau tidak. Contoh: Pasal 1477
KUH Perdata yang menentukan bahwa Penyerahan harus dilakukan di tempat di mana barang
yang terjual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah diadakan persetujuan
lain.
c)
Dengan jalan interpretasi dapat diketahui bahwa peraturan hukum tersebut bersifat
memaksa atau tidak. Contoh: Pasal 1368 KUH Perdata yang menentukan bahwa Pemilik
seekor binatang, atau siapa yang memakainya, adalah selama binatang itu dipakainya
bertanggungjawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh binatang tersebut, baik binatang itu
ada di bawah pengawasannya, maupun tersesat atau terlepas dari pengawasannya.
F. Hukum menurut Wujudnya
Menurut wujudnya, hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Hukum objektif adalah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum
dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini untuk
menyatakan peraturan yangmengatur antara dua orang atau lebih.
Contoh: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP)
2. Hukum subjektif adalah hukum yang dihubungkan dengan seseorang
tertentu dan dengandemikian menjadi hak. Contoh: Kitab Undang-Undang
Hukum Militer

Sumber Hukum

A. Sumber hukum dalam arti materiil
Faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum. Faktor-faktor kemasyarakatan yang
mempegaruhi pembentukan hukum yaitu:
a)
Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain: kekayaan alam,
susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan dan pembagian kerja.
b)
Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan pada
tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tinglkah laku yang tetap.
c)

Hukum yang berlaku

d)

Tata hukum negara-negara lain

e)

Keyakinan tentang agama dan kesusilaan

f)

Kesadaran hukum

B. Sumber hukum dalam arti formil
Sumber hukum yang bersangkut paut dengan masalah prosedur atau cara pembentukanya,
terdiri dari:
A.Sumber hukum dalam arti formal yang tertulis
1. Undang-undang :
a)
UU dalam arti material: keputusan penguasa yang dilihat dari segi isinya mempunyai
kekuatan mengikat umum mis. UU Teroisme, UU Pailit.
b)
UU dalam arti formal : keputusan penguasa yang diberi nama UU disebabkan bentuk
yang menjadikannya UU, mis UU APBN
B.Sumber hukum dalam arti formal yang tidak tertulis
Prof. Soepomo dalam catatan mengenai pasal 32 UUD 1950 berpendapat bahwa “ Hukum
adat adalah synonim dengan hukum tidak tertulis dan hukum tidak tertulis berarti hukum
yang tidak dibentuk oleh sebuah badan legislatif yaitu hukum yang hidup sebagai konvensi di
badan –badan hukum negara (DPR, DPRD, dsb), hukum yang timbul karena putusan-putusan
hakim dan hukum kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.”
2. Hukum Traktat


Traktat adalah perjanjian yang dibuat antara negara yang dituangkan
dalam bentuk tertentu

3. Putusan Hakim (yurisprudensi)



Istilah yurisprudensi berasal dari kata Jurisprudentia (Bahasa Latin), yang
berarti pengetahuan hukum (Rechts geleerheid). Kata yurisprudensi
sebagai istilah teknis Indonesia, sama artinya dengan kata
“Jurisprudentia” (Bahasa Belanda) dan “Jurisprudence” dalam bahasa
Perancis yaitu, Peradilan tetap atau hukum peradilan

Pendapat tentang Yurisprudensi
1. Apeldoorn :


yurisprudensi, doktrin dan perjanjian merupakan faktor-faktor yang
membantu pembentukan hukum.

b. Sedangkan Lemaire:


yurisprudensi, ilmu hukum (doktrin) dan kesadaran hukum sebagai
determinan pembentukan hukum.

7
HUBUNGAN ANTARA PIH DAN PHI
PIH mendukung atau menunjang kepada setiap orang yang akan mempelajari hukum
positif Indonesia (Tata Hukum Indonesia).PIH menjadi dasar dari PHI, yang berarti bahwa,
untuk mempelajari PHI (Tata Hukum Indonesia) harus belajar PIH dahulu karena pengertianpengertian dasar yang berhubungan dengan hukum diberikan di dalam PIH. Sebaliknya
pokok-pokok bahasan PHI merupakan contoh kongkrit apa yang dibahas di dalam PIH.
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan
“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction
atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan
dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertianpengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hokum

Definisi-definisi ilmu hukum :

Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan
dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang

dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa
“batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum.
Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum,
misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber,
perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu
yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena
kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan
mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh
dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal
tersebut.

Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum

Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud
tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut
dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami
bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang
ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum
fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar
ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar
maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu
juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan
membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.karena ilmu
hukum juga menjadi pedoma bagi setiap butir-butir ilmu hukum di Indonesia . sebaagi yang
telah terlihat dimasyrakat indonesia yang telah mengenal hukum dar zaman penjajahan .

Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum
1. Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan
perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding
antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
2. Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial
lain (Soerjono Soekanto)

3. Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang
mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick).
4. Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan
sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan
sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
5. Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah social
1. Manusia sebagai makhluk monodualistik: Artinya adalah manusia selain sbg makhluk
individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga
sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan
berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.
2. Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON
POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
3. Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana
kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup
kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2
tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui
hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman,
tentram, damai, adil dan makmur.

Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada
sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk
otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan,
kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di
masyarakat.Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk
beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.Suatu
masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya
tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht)

 Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benarbenar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut
 Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan
hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat
adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja
pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.
Jadi setiap bangsa di dunia mempunyai hukumnya sendiri-sendiri yang bisa berbeda
dengan hukum bangsa lain. Hukum Indonesia diterapkan oleh masyarakat hukum Indonesia
(Negara Republik Indonesia).Sebagai warga negara harus tahu hukum yang berlaku di
negaranya, terutama mahasiswa yang belajar di fakultas hukum sebagai calon sarjana hukum.
Dalam mempelajari ilmu hukum di Perguruan Tinggi, setidaknya dikenal dua macam bahasan
yang harus dipelajari, yaitu Pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan Pengantar Hukum Indonesia
(PHI).
Di karenakan Indonesia mengenal ilmu hukum dari bangsa belanda pada th 1909 dg
didirikannya rechtsschool. Th 1924 dikembangkan menjadi rechtshogeschool. Yang diajarkan
ilmu hukum nasional belanda Pasca kemerdekaan: dosen-dosen lulusan rechtshogeschool
universitas dr belanda: pewarisan hukum kolonial berlangsung di indonesia. (th 1962gugatan soediman kartohadiprodjo-ilmu hukum indonesia seyogianya berpangkal pada titik
tolak pandangan hidup bangsa indonesia) Ilmu hukum yang diemban di indonesia masih
hanya bersifat normologik dan tersusun secara logis konsisten tertutup, yang memandang
hukum sebagai sistem kaidah yang menganalisisnya terlepas dari landasan
kemasyarakatannya.
Tahun 70-an mulai muncul gagasan baru tentang hukum dan pendidikan hukum
Mochtar kusumaatmadja (1971):“law and development: the need for reform of legal
education in developing countries”
Satjipto rahardjo (1974)“beberapa segi dari studi hukum dan
masyarakat”(Pendidikan hukum Indonesia mengajarkan ilmu hukum dengan optik deskriptif
yang mengkaji secara sistematis berbagai bidang hukum tertentu dalam hubungannya
dengan fungsi masing-masing yang dilayaninya dalam masyarakat. Mendorong mhs bersikap
kritis terhadap hukum positif)
Sistem Hukum di Indonesia sedang mengalami ‘tarikan dari atas dan bawah’.
 Tarikan dari bawah bisa dijelaskan sebagai berikut. Walaupun sekarang ini common law
mendominasi tradisi hukum di Indonesia, namun setelah undang-undang otonomi daerah
diberlakukan, sistem hukum adat dan sistem hukum Islam juga akan memperlihatkan
identitasnya sebagai nilai-nilai yang patut diperhitungkan kebangkitannya di daerah-daerah
tertentu.Dengan kata lain, tarikan dari bawah terhadap sistem hukum di Indonesia berupa
munculnya trend ‘mikro nasionalisme sistem hukum’ di beberapa daerah di Indonesia.
 Tarikan ke atas pada sistem hukum di Indonesia berupa pengaruh adanya globalisasi,
yang memunculkan issues hak asasi manusia, terorisme, lingkungan hidup, dan gender.

Era globalisasi, seperti sekarang ini, ternyata tidak saja ditandai dengan adanya
globalisasi ekonomi atau global economy-one market place dan globalisasi informasi, tetapi

juga diikuti dengan adanya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui standarisasi
hukum antara lain melalui perjanjian-perjanjian multilateral. Dalam hal ini hukum berusaha
untuk melintasi atau membongkar hambatan ruang dan waktu, dengan menisbikan perbedaan
sistem hukum.

Disepakatinya Perjanjian multilateral GATT-PU misalnya, membawa dampak bagi
negara-negara anggota untuk menyesuaikan hukum nasionalnya, khususnya yang berkaitan
dengan bidang perdagangan, penanaman modal, jasa, dan bidang hak kekayaan intelektual
(HaKI) dengan semua ketentuan yang ada pada GATT-PU. Kondisi ini jelas akan
berpengaruh pada proses bekerjanya sistem hukum dalam masyarakat.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tentang tujuan dari belajar Pengantar ilmu hukum
dan Pengantar hukum Indonesia ialah:
1. Ingin mengetahui peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini di suatu wilayah
negara atau hukum positif atau Ius Constitutum.
2. Ingin mengetahui perbuatan-perbuatan mana yang menurut hukum, dan perbuatanperbuatan mana yang melanggar hukum.
3. Ingin mengetahui kedudukan seseorang dalam masyarakat atau hak dan
kewajibannya.
4. Ingin mengetahui sanksi-sanksi apa yang diderita oleh seseorang bila orang tersebut
melanggar peraturan yang berlaku. Samidjo, mengatakan bahwa tujuan mempelajari
tata hukum Indonesia adalah mempelajari hukum yang mencakup seluruh lapangan
hukum yang berlaku di Indonesia, baik itu hukum yang tertulis maupun hukum yang
tidak tertulis. (Samidjo,SH).
SOETANDYO WIGJOSOEBROTO
Bahwa tidak ada yang konsep tunggal mengenai apa yang disebut hukum itu. Karena
sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep: hukum sebagai asas moralitas, hukum sebagai
kaidah-kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu, dan yang ketiga, hukum
dikonsepkan sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan
bermasyarakat.

RUANG LINGKUP PHI

Hakikat subyek hukum dibedakan antara:

a.

pribadi kodrati (natuurlijke persoon)

b. pribadi hukum (rechts persoon)
3. tokoh/ pejabat (logemann:ambt)
Pribadi hukum menurut teori fiksi: merupakan suatu abstraksi (bukan hal yang konkret)
dimana suatu hubungan hukum hak-hak dan kewajiban yang timbul memberi kehendak
berkuasa (wilsmacht) kepada orang-orang yang menjadi pengurus.
Teori harta bertujuan mengatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hakhak sebagaimana laimnya, yaitu terlepas dari wewenang yang memegangnya (onpersoonlijk
subjekloos). Intinya tidak kepada siapakah subyek hukumitu, tetapi kekayaan tersebut diurus
dengan tujuan apa.
Pribadi hukum menurut teori kenyataan yuridis, badan hukum merupakan suatu realitas
sosial, konkret, riel, meskipun tidak bisa diraba.
Teori harta kekayaan bersama, menyatakan bahwa badan hukum merupakan suatu
kumpulan yang mempunyai harta bersama dari pengurusnya, oleh karena itu mereka harus
bertanggungjawab bersama-sama.
Badan hukum menurut teori organ, yaitu suatu organisme yang riel yang hidup dan
bekerja seperti manusia ( bukan merupakan kekayaan / hak).
Hukum Indonesia dimulai, ditandai sejak saat Proklamasi Kemerdekaan, yaitu tanggal 17
Agustus 1945, sebab dengan Proklamasi Kemerdekaan berarti:
1)

Negara Republik Indonesia dibentuk oleh bangsa Indonesia.

2)
Sejak saat itu pula Bangsa Indonesia telah mengambil keputusan menentukan dan
melaksanakan hukumnya sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia dengan hukumnya yang
baru (tata hukum sendiri). Hal ini dapat disimpulkan dari bunyi proklamasi :
“Hal?hal yang menjadi pemindahan kekuasaan dan lain?lain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat?singkatnya”. Ketentuan ini dipertegas lagi
setelah Indonesia mempunyai UUD 1945 di dalam Pasal II aturan peralihan, sebagai
berikut: “Segala Badan Negara dan peraturan yang masih ada langsung berlaku, selama
belum diadakan yang baru menurut Undang?Undang Dasar ini”.

Kata-kata “pemindahan kekuasaan” dapat dimaknai bahwa adanya pemindahan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif yang pada saat itu ketiga kekuasaan diatas ada
ditangan penjajah. Dengan adanya proklamasi tersebut maka ketiga kekuasaan diatas
berpindah ke pemerintahan Indonesia dan diupayakan sesingkat-singkatnya. Sebagai
wujudnya pada tanggal 18 Agustus 1945 lahir UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
Jadi hukum Indonesia adalah hukum yang ditetapkan oleh pemerintah Negara
Indonesia. hukum Indonesia juga terdiri atas aturan-aturan hukum yang ditata atau disusun

sedemikian rupa, dan aturan-aturan itu antara satu dan lainnya saling berhubungan dan saling
menentukan. Aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia berkembang secara dinamis
sesuai dengan erkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Contohnya
Buku I tentang perkawinan dalam KUHPerdata diganti dengan UU No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan. Dengan demikian peraturan perkawinan dalam KUHPedata tidak berlaku lagi.
karenanya suatu aturan yang sudah tidak memenuhi kebutuhan masyarakat perlu
diganti dengan yang baru. Perkembangan masyarakat tentu diikuti perkembangan aturanaturan yang mengatur pergaulan hidup sehingga tata hukumpun selalu berubah-ubah, begitu
pula tata hukum Indonesia.Suatu tata hukum yang selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan masyarakat ditempat mana tata hukum itu berlaku untuk memenuhi perasaan
keadilan berdasarkan kesadaran hukum masyarakat, disebut tata hukum yang mempunyai
struktur terbuka. Demikian pula halnya tata hukum Indonesia saling berhubungan dan saling
menentukan, sebagaimana disinggung di muka, dapat dibuktikan dengan contoh sebagai
berikut :
1. Hukum Pidana saling berhubungan dengan hukum acara pidana dan saling
menentukan satu sama lain, karena hukum pidana tidak akan dapat diterapkan tanpa
adanya hukum acara pidana. Sebaliknya jika tidak ada hukum pidana, hukum acara
pidana tidak akan berfungsi.
2. Hukum keluarga berhubungan dan saling menentukan dengan hukum waris. Agar
harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia dapat dibagikan
kepada para ahli warisnya perlu dibuat peraturannya. Siapa ahli warisnya, berapa
bagiannya, dan apa kewajibannya ditentukan oleh hukum waris.
ILMU-ILMU YANG MEMBANTU ILMU HUKUM YAITU :
1. Sejarah hukum = salah satu bidang studi hukum , yang mempelajari
perkembangan dan asal usul system hukum dalam masyarakat tertentu dan
memperbandingkan antar hukum yang berbeda karena di batasi waktu yang berbeda
pula
2. Politik hukum = salah satu bidang studi hukum , yang kegiatannya memilih atau
menentukan hokum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
masyarakat.
3. Perbandingan hukum = salah satu bidang studi hukum yang mempelajari dan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih system hokum antar Negara
maupun dalam Negara sendiri
4. Antropologi hukum = salah satu bidang studi hukum yang mempelajari polapola sengketa penyelsaian nya dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang
sedang mengalami proses modernisasi
5. Filsfat hukum = salah satu cabang filsafat yang mempelajari hakikat dari
hukum , objek dari filsafat hukum dalah hukum yang dikaji secara mendalam
6. Sosiologi hukum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris mempelajari hubungan timbale balik antara hokum dengan gejala social
lainnya .
7. Psikologi hukum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
hukum sebagai suatu perwujudan jiwa manusia .
8. Ilmu hukum positif = ilmu yang mempelajari hukum sebagai suatu kenyataan
yang hidup berlaku pada waktu sekarang

PENGERTIAN ILMU HUKUM (ADA DUA PENDAPAT)
PENDAPAT PERTAMA : tidak mungkin definisi ilmu hokum yang memuaskan ,
karena hokum itu abstrak , banyak seginya dan luas sekali cakrawalanya (pendapat Imanuel
Kant ,Lemaire, Gustav Radbruch, Walter Burckhardt)
PENDAPAT KEDUA : walaupun tidak memuaskan definisi hokum tetap harus di
berikan karena bagi pemula yang mempelajari hokum tetap ada manfaatnya paling tidak
sebagai pegangan sementara (pendafat aristoteles , Hugo de Groot / Grotius , Thomas Hobbes
, van volen hoven , Bellefroid , Hans Kelsen dan Utrecht)
Dari berbagai ahli di simpulkan bahwa hukum meliputi berbagai unsur :
1. peraturan tingkah laku manusia
2. di buat oleh badan berwenang
3. bersifat memaksa walaupun tak dapat di paksakan
4. di sertai sanksi yang tegas
PENGANTAR ILMU HUKUM = mata kuliah dasar yang bertujuan untuk
memperkenalkan ilmu hkum secara keseluruhan dalam garis besar
HAKIKAT PENGANTAR ILMU HUKUM sebagai dasar dari pengetahuan hukum
yang mengandung pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hokum itu sendiri
CIRI-CIRI HUKUM:
1. ada unsure perintah , larangan, dan kebolehan
2. ada sanksi yang tegas
3. adanya perintah dan larangan
4. perintah dan larangan harus ditaati
MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM
Aristoteles => “manusia sebagai mahluk social (zoonpolicon).”
P.J. Bouman => “ manusia baru menjadi manusia apabila hidup dengan manusia lainnya .”
Cicero => “ Ubi societas ibi ius .” = dimana ada masyarakat disitu ada hukum .”
A) bentuk masyarakat menurut dasar pembentukannya :
 masyarakat teratur yang diatur dengan tujuan tertentu .(contoh : perkumpulan
olahraga)
 masyarakat teratur terjadi dengan sendirinya yaitu dengan tidak sengaja di bentuk
. karena ada kesamaan kepentingan (contoh : penonton sepak bola )

masyarakat tidak teratur terjadi dengan sendirinya tanda bentuk , ( contoh:
sekumpulan manusia yang membaca Koran di tempat umum)
B) bentuk masyarakat menurut dasar hubungannaya :
masyarakat paguyuban ( gemeinschaft) , antar anggota satu sama lainnya ada hubungan
pribadi menimbulkan ikatan batin(contoh : rumah tangga , kel. Pasundan )
 masyarakat patembayan (gesselschaft) , hubungan bersifat lugas dan mempunyai
tujuan yang sama untuk mendapat keuntungan material ( contoh: CV, PT, FA, KOP)
C) menurut kebudayaannya bentuk masyarakat :

1.
2.
3.
4.
5.

masyarakat primitive dan modern
masyarakat desa dan kota
masyarakat territorial ( daerah tertentu )
masyarakat geneologis (anggota ada pertalian darah)
masyarakat territorial geneologis