Pemuda dan Takdir Sejarah peran
Pemuda dan Takdir Sejarah
17 Januari 2012 pukul 7:47
"Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" (Bung Karno)
Logika ku berfikir, entah bagaimana caranya seorang pemuda bisa mengguncangkan dunia, juga
sempat terfikir, apakah ini hanya sekedar kata, realita, atau sekadar harap. Entah, aku pun jadinya
tak yakin, mengguncang dunia dengan kebaikan, atau malah keburukan.
Tapi nurani ku masih berujar, bahwa ucap yang keluar dari pemimpin besar sejati nya kebaikan.
Maka, tak ayal mengguncang dunia pun tentunya dengan kebaikan. Yang jadi pertanyaan
selanjutnya adalah, bagaimana caranya melakukan itu di era kekinian?
Usiaku kini menginjak 22 tahun lebih, begitu pun dengan kawan-kawan di sekitarku. Usia matang
seorang pemuda rasa-rasanya, bagiku ini momentum emas seseorang menjemput takdir sejarah
dalam hidup. Itu idealnya. Namun terkadang banyak yang membuat idealisme dan harapan ku akan
pemuda bangsa ini gentar.
Lihatlah di sekeliling mu wahai pemuda, dan jujurlah pada hati nurani dan Tuhan mu. Seberapa
banyak diantara kita yang punya keegoisan tinggi untuk dirinya. Masih banyak diantara kita yang
keseharian nya fokus pada dirinya, hanya memikirkan esok akan makan apa, berpakaian
bagaimana, dan hendak beraktivitas apa, begitu seterusnya. Juga lihatlah, seberapa banyak
diantara kita yang khawatir dengan masa depan nya, mencari pendidikan setinggi dan sebaik
mungkin, mencari pekerjaan sebaik, seenak dan semenyenangkan mungkin, mencari kekayaan
sebanyak-banyak nya, kejaran nya hanya materi. Atau coba kita lihat para aktivis itu, aktif di
berbagai organisasi kepemudaan, lantang meneriakkan tentang rakyat dan kebenaran, namun linear
dengan motivasi kepopuleran nya. Atau lihatlah juga, mereka yang aktif dan punya ketulusan,
namun banyak terhenti dalam pewacanaan, alasan klasik, karena keterbatasan.
Sementara aku pernah diceritakan, tentang para pemuda muslim yang ceritanya mengguncangkan.
Saád bin Abi Waqash yang pada usia 16 tahun sudah turut serta dalam perang uhud, dia tercatat
sebagai darah pertama yang mengalir dalam perang itu. Atau Zaid bin Tsabit, anak kecil ini
merengek ingin ikut dalam perang badar, namun tidak diizinkan oleh Rasulullah SAW karena
usianya waktu itu masih 12 tahun. Atau lihat juga kisah Muhammad Al-Fatih, kisah yang melegenda
ini adalah contoh dari seorang pemuda berusia 23 tahun, namun berhasil menaklukkan negara
adidaya waktu itu yaitu Konstantinopel. Ini hanya beberapa contoh, dari kisah kepemudaan yang
mengguncangkan.
Walau dengan kondisi kekinian, aku masih punya keyakinan, bahwa di Indonesia pun masih ada
pemuda dengan cerita mengguncangkan, bahkan kelak akan melegenda dan menjadi tumpuan
harapan. Begitupun dengan kalian, semoga masih muncul harapan, untuk mewujudkan impian.
Impian dalam menunaikan hak bangsa yang ada pada diri setiap kita. Jangan hanya menunggu
kesempatan, tapi cobalah kalahkan keterbatasan. Jangan patah karena lelah, dengan ini kau akan
tetap bertahan. Ingatlah kawan, hanya yang kuat yang akan bertahan, dan hanya yang bertahan
yang akan sampai tujuan. Juga ingatlah, bahwa realita ada tanpa diminta, sementara idealisme ada
karena diperjuangkan.
Refleksikan dalam diri, bahwa ada hak umat dalam diri yang harus ditunaikan. Hilangkan keegoisan,
dan tumbuhkan kesungguhan untuk senantiasa memenuhi kebutuhan. Selalu ada yang bisa kita
berikan dengan kapasitas kita yang membanggakan. Hal kecil yang dilakukan secara konsisten,
itupun membanggakan. Bergabunglah dalam barisan orang-orang muda yang punya impian dan
kesungguhan, walau mungkin jumlah mereka tidak seperti kebanyakan orang, inilah kenyataan,
kenyataan yang membanggakan.
Masih ingatkah sebuah perkataan, bahwa kenyataan hari ini adalah hasil impian kita di masa lalu,
dan kenyataan masa depan adalah buah impian kita di masa kini? Jangan takut untuk bermimpi
besar, sekalipun kelak pencapaian mu kecil, tetapi setidaknya kau pernah bermimpi besar.
Ingatlah perkataan ku kawan, bahwa impian harus disertai kesungguhan, totalitas. Jika ini kau
tinggalkan, impian akan berakhir pada keterbatasan. Pemikiran hanya terwujud dalam proses
pewacanaan, dan kenyataan tinggalah angan-angan.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian, impian tak hanya untuk semangat kebangsaan saja. Ada
hal mendasar yang pemenuhan nya harus didahulukan, semangat ketuhanan. Karena sejatinya,
kontribusi untuk bangsamu ialah sarana menjemput amal unggulan untuk kelak menjadi bekal
menghadap Tuhan mu yang menciptakan.
Kemudian yang jadi pertanyaan, sekarang apa yang akan kita kerjakan dalam memenuhi peran
kepemudaan kita untuk menjemput takdir sejarah demi kemanfaatan umat ini?
konkret, tak sekadar wacana, walau kecil, jika itu konsisten dilakukan, bagiku itu membanggakan :)
-sebuah refleksi malamRSUD Majalaya, 17 Januari 2012, 23.10
Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Gerakan Pemuda yang Bersifat Kesukuan dan Keagamaan
a. Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo.
Sebab para pendiri Budi Utomo sebenarnya para pemuda yang masih menjadi muridmurid STOVIA. Namun sejak kongresnya yang pertama, Budi Utomo telah diambil alih
kaum priyayi (bangsawan) dan para pegawai negeri, sehingga para pemuda kecewa
lalu keluar dari Budi Utomo.
Pada 7 Maret 1915, para pemuda keluaran Budi Utomo mendirikan organisasi pemuda
yang disebut Trikoro Dharmo di Jakarta. Para pemimpinnya antara lain: R. Sukiman
Wiryosanjoyo (Ketua), Sunardi-Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo (Sekretaris).
Sementara itu, para anggotanya: Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Yang
diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah menengah yang berasal dari pulau
Jawa dan Madura.
Trikoro Dharmo artinya “Tiga Tujuan Mulia”, yaitu: sakti, budi, dan bakti. Adapun tujuan
organisasi ini ialah:
(1) mempererat tali hubungan, antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah
dan perguruan kejuruan;
(2) menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya;
(3) membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan
Hindia;
(4) memperkokoh rasa persatuan dan persatuan di antara pemuda-pemuda Jawa,
Sunda, Madura, Bali dan Lombok; Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di
Solo, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.
Hal ini dimaksudkan agar para pemuda di luar Pulau Jawa, tata sosialnya berdasarkan
budaya Jawa akan mau, memasuki Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada
masalah sosial dan kebudayaan, misalnya pemberantasan buta huruf, kepanduan,
kesenian. Jong Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri
urusan agama tertentu. Bahkan para anggotanya dilarang menjalankan politik atau
menjadi anggota partai politik.
Akan
tetapi,
sejak
tahun
1942,
karena
pengaruh
gerakan
radikal,
maka Syamsuridjal (ketuanya) mengusulkan agar anggota yang sudah berusia 18
tahun diberi kebebasan berpolitik dan agar Jong Java memasukkan program
memajukan agama Islam. Usul ini ditolak, akibatnya para anggotanya yang
menghendaki tujuan ke dalam dunia politik dan ingin memajukan agam Islam
mendirikan Jong Islamieten Bond. Organisasi ini dipimpin Haji Agus Salim.
b. Jong Sumatranen Bond (9 Desember 1917)
Setelah Jong Java, para pemuda Sumatera yang belajar di Jakarta, pada tanggal 9
Desember 1917 mendirikan organisasi serupa yang disebut Jong Sumatranen Bond.
Adapun tujuannya adalah:
(1) mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda-pemuda pelajar Sumatra dan
membangkitkan perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin dan
pendidik bangsanya.
(2) membangkitkan perhatian anggota-anggotanya dan orang luar untuk menghargai
adapt istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian dan Sejarah Sumatra.
Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
(a) menghilangkan adanya perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang
Sumatera;
(b) memperkuat perasaan saling membantu;
(c) bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatra dengan alat propaganda,
kursus, ceramah-ceramah dan sebagainya.
Berdirinya Jong Sumatranen Bond ternyata dapat diterima oleh pemuda-pemuda
Sumatera yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu singkat
organisasi ini sudah mempunyai cabng-cabangnya di Jakatra, Bogor, Serang,
Sukabumi, Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian
muncul tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir.
Atas kesadaran nasionalisme, nama Jong Sumatranen Bond yang menggunakan istilah
bahasa Belanda, diubah menjadi Pemoeda Soematra.
c. Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu sebenarnya telah lahor berbagai
organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon. Misalnya: Ambons Studiefonds
(1909) oleh Tehupeilory, Ambons Bond (1911) untuk pegawai negeri, Mena Muria
(1913) di Semarang, dan Sou Maluku Ambon di Ambon.
Pada 9 Mei 1920, A.J Patty mendirikan Serikat Ambon di Semarang. Tujuannya yaitu
ntuk mempersatuakan semua organisasi Ambon, hingga menjadi organisasi politik
Ambon yang pertama. Karena ia sangat aktif melakukan kampanye di mana-mana.
Akhirnya ia ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan. Perjuangan berikutnya
diteruskan oleh Mr. Latuharhary.
d. Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa dan Jong Celebes didirikan pada 25 April 1919 oleh tokoh-tokoh muda
Minahasa yaitu Samuel Ratulangie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari
organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa.
Tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Tetapi dalam
kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak bisa tumbuh menjadi besar karena
jumlah pelajar dari Sulawesi tidak begitu banyak.
e. Perkumpulan Pemuda Daerah lainnya
Dengan berdirinya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, suku-suku bangsa lainnya juga
tidak ketinggalan. Mereka ikut mendirikan organisasi berbagai perkumpulan pemuda,
antara lain:
(1) Sekar Rukun (1920), didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta.
(2) Pemuda Betawi, didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni
Thamrin.
(3) Timorsch Verbond, didirikan di makasar (8 Juni 1922) untuk suku Timor
(4) Jong Batak Bond, didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926.
f. Organisasi Pemuda yang bersifat Keagamaan
(1) Muda Kristen Djawi (MKD)
didirika pada tahun 1920. Mula-mula menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar dan pergaulan, akan tetapi akhirnya diganti dengan bahasa Indonesia,
Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK).
(2) Jong Islamieten Bond (JIB),
didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh Syamsuridjal (Raden Sam). Semula ia
sebagai ketua Jong Java, oleh karena kedua usulnya dalam kongres ditolak.
Ia bersama kawannya keluar dari Jong Java, kemudian mendirikan Jong Islamieten
Bond yaitu organisasi pemuda yang berdasarkan Islam. Tujuannya adalah untuk
mempererat persatuan dikalangan pemuda Islam dan memajukan agama Islam bagi
anggotaanggotanya.
Adapun kegiatannya antara lain: mengadakan kursus-kursus agama Islam,
darmawisata, olah raga dan seni,ceramah-ceramah dan study club, menerbitkan
majalah, brosur, buku-buku dan sebagainya.
(3) Persatuan Murid-murid Diniyah School (PMDS).
Ini adalah organisasi pemuda di dalam lingkungan keagamaan (Diniyah School).
Organisasi ini didirikan olehZainuddin Labai El Yunusy di Padang Panjang (Sumatra
Barat) tanggal 10 Oktober 1915.
g. Organisasi-Organisasi Wanita Atas Dasar Emansipasi
Konsep egaliterianisme (persamaan) dalam Revolusi Prancis ternyata menyangkut
masalah bias gender. Kaum wanita yang sebelumnya menjadi makhluk kedua sesudah
pria, setelah Revolusi Prancis menjadi lebih berani dan percaya diri bahwa mereka pun
sama dengan kaum pria yang memiliki tanggung jawab sosial yang relatif sama.
Pergerakan paham emansipasi pada gilirannya mencapai Indonesia pula yang tengah
dalam giatgiatnya membangun kesadaran kebangsaan.
Seperti halnya dengan para pemuda, kaum perempuan Indonesia tidak ketinggalan
dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memperluas dan memperkuat
perasaan kebangsaan. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi kewanitaan,
dengan menitik beratkan perjuangannya pada perbaikan kedudukan sosial wanita.
Seperti halnya hal yang menyangkut perkawinan, keluarga, peningkatan pengetahuan,
pendidikan, dan keterampilan wanita. Pada mulanya gerakan mereka merupakan
bagian dari organisasi lokal kedaerahan atau keagamaan.
17 Januari 2012 pukul 7:47
"Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" (Bung Karno)
Logika ku berfikir, entah bagaimana caranya seorang pemuda bisa mengguncangkan dunia, juga
sempat terfikir, apakah ini hanya sekedar kata, realita, atau sekadar harap. Entah, aku pun jadinya
tak yakin, mengguncang dunia dengan kebaikan, atau malah keburukan.
Tapi nurani ku masih berujar, bahwa ucap yang keluar dari pemimpin besar sejati nya kebaikan.
Maka, tak ayal mengguncang dunia pun tentunya dengan kebaikan. Yang jadi pertanyaan
selanjutnya adalah, bagaimana caranya melakukan itu di era kekinian?
Usiaku kini menginjak 22 tahun lebih, begitu pun dengan kawan-kawan di sekitarku. Usia matang
seorang pemuda rasa-rasanya, bagiku ini momentum emas seseorang menjemput takdir sejarah
dalam hidup. Itu idealnya. Namun terkadang banyak yang membuat idealisme dan harapan ku akan
pemuda bangsa ini gentar.
Lihatlah di sekeliling mu wahai pemuda, dan jujurlah pada hati nurani dan Tuhan mu. Seberapa
banyak diantara kita yang punya keegoisan tinggi untuk dirinya. Masih banyak diantara kita yang
keseharian nya fokus pada dirinya, hanya memikirkan esok akan makan apa, berpakaian
bagaimana, dan hendak beraktivitas apa, begitu seterusnya. Juga lihatlah, seberapa banyak
diantara kita yang khawatir dengan masa depan nya, mencari pendidikan setinggi dan sebaik
mungkin, mencari pekerjaan sebaik, seenak dan semenyenangkan mungkin, mencari kekayaan
sebanyak-banyak nya, kejaran nya hanya materi. Atau coba kita lihat para aktivis itu, aktif di
berbagai organisasi kepemudaan, lantang meneriakkan tentang rakyat dan kebenaran, namun linear
dengan motivasi kepopuleran nya. Atau lihatlah juga, mereka yang aktif dan punya ketulusan,
namun banyak terhenti dalam pewacanaan, alasan klasik, karena keterbatasan.
Sementara aku pernah diceritakan, tentang para pemuda muslim yang ceritanya mengguncangkan.
Saád bin Abi Waqash yang pada usia 16 tahun sudah turut serta dalam perang uhud, dia tercatat
sebagai darah pertama yang mengalir dalam perang itu. Atau Zaid bin Tsabit, anak kecil ini
merengek ingin ikut dalam perang badar, namun tidak diizinkan oleh Rasulullah SAW karena
usianya waktu itu masih 12 tahun. Atau lihat juga kisah Muhammad Al-Fatih, kisah yang melegenda
ini adalah contoh dari seorang pemuda berusia 23 tahun, namun berhasil menaklukkan negara
adidaya waktu itu yaitu Konstantinopel. Ini hanya beberapa contoh, dari kisah kepemudaan yang
mengguncangkan.
Walau dengan kondisi kekinian, aku masih punya keyakinan, bahwa di Indonesia pun masih ada
pemuda dengan cerita mengguncangkan, bahkan kelak akan melegenda dan menjadi tumpuan
harapan. Begitupun dengan kalian, semoga masih muncul harapan, untuk mewujudkan impian.
Impian dalam menunaikan hak bangsa yang ada pada diri setiap kita. Jangan hanya menunggu
kesempatan, tapi cobalah kalahkan keterbatasan. Jangan patah karena lelah, dengan ini kau akan
tetap bertahan. Ingatlah kawan, hanya yang kuat yang akan bertahan, dan hanya yang bertahan
yang akan sampai tujuan. Juga ingatlah, bahwa realita ada tanpa diminta, sementara idealisme ada
karena diperjuangkan.
Refleksikan dalam diri, bahwa ada hak umat dalam diri yang harus ditunaikan. Hilangkan keegoisan,
dan tumbuhkan kesungguhan untuk senantiasa memenuhi kebutuhan. Selalu ada yang bisa kita
berikan dengan kapasitas kita yang membanggakan. Hal kecil yang dilakukan secara konsisten,
itupun membanggakan. Bergabunglah dalam barisan orang-orang muda yang punya impian dan
kesungguhan, walau mungkin jumlah mereka tidak seperti kebanyakan orang, inilah kenyataan,
kenyataan yang membanggakan.
Masih ingatkah sebuah perkataan, bahwa kenyataan hari ini adalah hasil impian kita di masa lalu,
dan kenyataan masa depan adalah buah impian kita di masa kini? Jangan takut untuk bermimpi
besar, sekalipun kelak pencapaian mu kecil, tetapi setidaknya kau pernah bermimpi besar.
Ingatlah perkataan ku kawan, bahwa impian harus disertai kesungguhan, totalitas. Jika ini kau
tinggalkan, impian akan berakhir pada keterbatasan. Pemikiran hanya terwujud dalam proses
pewacanaan, dan kenyataan tinggalah angan-angan.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian, impian tak hanya untuk semangat kebangsaan saja. Ada
hal mendasar yang pemenuhan nya harus didahulukan, semangat ketuhanan. Karena sejatinya,
kontribusi untuk bangsamu ialah sarana menjemput amal unggulan untuk kelak menjadi bekal
menghadap Tuhan mu yang menciptakan.
Kemudian yang jadi pertanyaan, sekarang apa yang akan kita kerjakan dalam memenuhi peran
kepemudaan kita untuk menjemput takdir sejarah demi kemanfaatan umat ini?
konkret, tak sekadar wacana, walau kecil, jika itu konsisten dilakukan, bagiku itu membanggakan :)
-sebuah refleksi malamRSUD Majalaya, 17 Januari 2012, 23.10
Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Gerakan Pemuda yang Bersifat Kesukuan dan Keagamaan
a. Trikoro Dharmo/Jong Java
Gerakan pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo.
Sebab para pendiri Budi Utomo sebenarnya para pemuda yang masih menjadi muridmurid STOVIA. Namun sejak kongresnya yang pertama, Budi Utomo telah diambil alih
kaum priyayi (bangsawan) dan para pegawai negeri, sehingga para pemuda kecewa
lalu keluar dari Budi Utomo.
Pada 7 Maret 1915, para pemuda keluaran Budi Utomo mendirikan organisasi pemuda
yang disebut Trikoro Dharmo di Jakarta. Para pemimpinnya antara lain: R. Sukiman
Wiryosanjoyo (Ketua), Sunardi-Wongsonegoro (wakil ketua), Sutomo (Sekretaris).
Sementara itu, para anggotanya: Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman. Yang
diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah menengah yang berasal dari pulau
Jawa dan Madura.
Trikoro Dharmo artinya “Tiga Tujuan Mulia”, yaitu: sakti, budi, dan bakti. Adapun tujuan
organisasi ini ialah:
(1) mempererat tali hubungan, antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah
dan perguruan kejuruan;
(2) menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya;
(3) membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan
Hindia;
(4) memperkokoh rasa persatuan dan persatuan di antara pemuda-pemuda Jawa,
Sunda, Madura, Bali dan Lombok; Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di
Solo, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.
Hal ini dimaksudkan agar para pemuda di luar Pulau Jawa, tata sosialnya berdasarkan
budaya Jawa akan mau, memasuki Jong Java. Kegiatan Jong Java berkisar pada
masalah sosial dan kebudayaan, misalnya pemberantasan buta huruf, kepanduan,
kesenian. Jong Java tidak ikut terjun dalam dunia politik dan tidak pula mencampuri
urusan agama tertentu. Bahkan para anggotanya dilarang menjalankan politik atau
menjadi anggota partai politik.
Akan
tetapi,
sejak
tahun
1942,
karena
pengaruh
gerakan
radikal,
maka Syamsuridjal (ketuanya) mengusulkan agar anggota yang sudah berusia 18
tahun diberi kebebasan berpolitik dan agar Jong Java memasukkan program
memajukan agama Islam. Usul ini ditolak, akibatnya para anggotanya yang
menghendaki tujuan ke dalam dunia politik dan ingin memajukan agam Islam
mendirikan Jong Islamieten Bond. Organisasi ini dipimpin Haji Agus Salim.
b. Jong Sumatranen Bond (9 Desember 1917)
Setelah Jong Java, para pemuda Sumatera yang belajar di Jakarta, pada tanggal 9
Desember 1917 mendirikan organisasi serupa yang disebut Jong Sumatranen Bond.
Adapun tujuannya adalah:
(1) mempererat ikatan persaudaraan antara pemuda-pemuda pelajar Sumatra dan
membangkitkan perasaan bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin dan
pendidik bangsanya.
(2) membangkitkan perhatian anggota-anggotanya dan orang luar untuk menghargai
adapt istiadat, seni, bahasa, kerajinan, pertanian dan Sejarah Sumatra.
Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
(a) menghilangkan adanya perasaan prasangka etnis di kalangan orang-orang
Sumatera;
(b) memperkuat perasaan saling membantu;
(c) bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatra dengan alat propaganda,
kursus, ceramah-ceramah dan sebagainya.
Berdirinya Jong Sumatranen Bond ternyata dapat diterima oleh pemuda-pemuda
Sumatera yang berada di kota-kota lainnya. Oleh karena itu, dalam waktu singkat
organisasi ini sudah mempunyai cabng-cabangnya di Jakatra, Bogor, Serang,
Sukabumi, Bandung, Purworejo, dan Bukittinggi. Dari organisasi inilah kemudian
muncul tokoh-tokoh nasional seperti Moh. Hatta, Muh. Yamin, dan Sutan Syahrir.
Atas kesadaran nasionalisme, nama Jong Sumatranen Bond yang menggunakan istilah
bahasa Belanda, diubah menjadi Pemoeda Soematra.
c. Jong Ambon
Jong Ambon didirikan pada tahun 1918. Sebelum itu sebenarnya telah lahor berbagai
organisasi yang didirikan oleh orang-orang Ambon. Misalnya: Ambons Studiefonds
(1909) oleh Tehupeilory, Ambons Bond (1911) untuk pegawai negeri, Mena Muria
(1913) di Semarang, dan Sou Maluku Ambon di Ambon.
Pada 9 Mei 1920, A.J Patty mendirikan Serikat Ambon di Semarang. Tujuannya yaitu
ntuk mempersatuakan semua organisasi Ambon, hingga menjadi organisasi politik
Ambon yang pertama. Karena ia sangat aktif melakukan kampanye di mana-mana.
Akhirnya ia ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan. Perjuangan berikutnya
diteruskan oleh Mr. Latuharhary.
d. Jong Minahasa dan Jong Celebes
Jong Minahasa dan Jong Celebes didirikan pada 25 April 1919 oleh tokoh-tokoh muda
Minahasa yaitu Samuel Ratulangie. Jong Minahasa tampaknya sebagai lanjutan dari
organisasi yang telah dibentuk sejak 1912 di Semarang, yaitu Rukun Minahasa.
Tahun 1917 muncul pula organisasi Minahasa Celebes di Jakarta. Tetapi dalam
kenyataan Jong Minahasa dan Jong Celebes tidak bisa tumbuh menjadi besar karena
jumlah pelajar dari Sulawesi tidak begitu banyak.
e. Perkumpulan Pemuda Daerah lainnya
Dengan berdirinya Jong Java, Jong Sumatranen Bond, suku-suku bangsa lainnya juga
tidak ketinggalan. Mereka ikut mendirikan organisasi berbagai perkumpulan pemuda,
antara lain:
(1) Sekar Rukun (1920), didirikan oleh para pemuda Sunda di Jakarta.
(2) Pemuda Betawi, didirikan oleh para pemuda asli Jakarta yang dipimpin oleh Husni
Thamrin.
(3) Timorsch Verbond, didirikan di makasar (8 Juni 1922) untuk suku Timor
(4) Jong Batak Bond, didirikan untuk suku Batak pada tahun 1926.
f. Organisasi Pemuda yang bersifat Keagamaan
(1) Muda Kristen Djawi (MKD)
didirika pada tahun 1920. Mula-mula menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar dan pergaulan, akan tetapi akhirnya diganti dengan bahasa Indonesia,
Perkumpulan-Perkumpulan Pemuda Kristen (PPPK).
(2) Jong Islamieten Bond (JIB),
didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh Syamsuridjal (Raden Sam). Semula ia
sebagai ketua Jong Java, oleh karena kedua usulnya dalam kongres ditolak.
Ia bersama kawannya keluar dari Jong Java, kemudian mendirikan Jong Islamieten
Bond yaitu organisasi pemuda yang berdasarkan Islam. Tujuannya adalah untuk
mempererat persatuan dikalangan pemuda Islam dan memajukan agama Islam bagi
anggotaanggotanya.
Adapun kegiatannya antara lain: mengadakan kursus-kursus agama Islam,
darmawisata, olah raga dan seni,ceramah-ceramah dan study club, menerbitkan
majalah, brosur, buku-buku dan sebagainya.
(3) Persatuan Murid-murid Diniyah School (PMDS).
Ini adalah organisasi pemuda di dalam lingkungan keagamaan (Diniyah School).
Organisasi ini didirikan olehZainuddin Labai El Yunusy di Padang Panjang (Sumatra
Barat) tanggal 10 Oktober 1915.
g. Organisasi-Organisasi Wanita Atas Dasar Emansipasi
Konsep egaliterianisme (persamaan) dalam Revolusi Prancis ternyata menyangkut
masalah bias gender. Kaum wanita yang sebelumnya menjadi makhluk kedua sesudah
pria, setelah Revolusi Prancis menjadi lebih berani dan percaya diri bahwa mereka pun
sama dengan kaum pria yang memiliki tanggung jawab sosial yang relatif sama.
Pergerakan paham emansipasi pada gilirannya mencapai Indonesia pula yang tengah
dalam giatgiatnya membangun kesadaran kebangsaan.
Seperti halnya dengan para pemuda, kaum perempuan Indonesia tidak ketinggalan
dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memperluas dan memperkuat
perasaan kebangsaan. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi kewanitaan,
dengan menitik beratkan perjuangannya pada perbaikan kedudukan sosial wanita.
Seperti halnya hal yang menyangkut perkawinan, keluarga, peningkatan pengetahuan,
pendidikan, dan keterampilan wanita. Pada mulanya gerakan mereka merupakan
bagian dari organisasi lokal kedaerahan atau keagamaan.