T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB II

BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1

Mutu
Menurut Arcaro (2007:1) mutu adalah sebuah

proses terstruktur untuk menghasilkan keluaran yang
dihasilkan (produk). Hidayat dan Machali (2012:298)
menyatakan mutu adalah totalitas dari karakteristik
suatu produk yang menunjang kemampuan produk
tersebut

untuk

memuaskan

kebutuhan

yang


ditetapkan. Menurut Sagala (2013:169) mutu berkaitan
dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi
kriteria, standar tertentu. Pengertian mutu menurut
Sallis (2011:51-56) adalah konsep yang absolut dan
relatif.

Mutu

dalam

konsep

absolut

mempunyai

pengertian bahwa mutu merupakan idealisme yang
tidak dapat dikompromikan dan bagian dari standar
tinggi yang tidak dapat diungguli, lebih tepat disebut
”high quality” atau ”top quality”. Dalam konsep relatif,

mutu memiliki dua aspek yaitu menyesuaikan diri
dengan

spesifikasinya

dan

memenuhi

kebutuhan

pelanggan. Lebih lanjut Sallis mengatakan jika definisi
mutu dipandang dari pelanggan adalah suatu yang
memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan
pelanggan.
Menurut Suti (2011) mutu pendidikan adalah
keunggulan dalam mengelola pendidikan secara efektif
dan efisien guna melahirkan keunggulan akademis dan
ekstrakurikuler kepada peserta didik yang dinyatakan
12


lulus dalam satu jenjang pendidikan. Menurut Zahroh
(2014:28) mutu pendidikan adalah kemampuan dari
suatu lembaga pendidikan dalam mendayagunakan
sumber

pendidikan

kemampuan

belajar

yang

ada

seoptimal

untuk


peningkatan

mugkin.

Lembaga

pendidikan dikatakan bermutu jika input, proses, dan
output dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
pengguna jasa pendidikan. Input pendidikan harus
tersedia karena dibutuhkan demi berlansungnya proses
diantanya bahan ajar, metode pembelajaran, sarana
dan prasarana serta sumber daya. Proses pendidikan
yang

bermutu

melibatkan

berbagai


input

untuk

menciptakan sekolah yang kondusif/harmonis sehingga
dapat

menciptakan

memberdayakan

pembelajaran

peserta

didik.

yang

Output


mampu

dinyatakan

bermutu jika hasil dari belajar peserta didik baik
akademik

maupun

non

akademik

tinggi.

Mutu

pendidikan tidak saja ditentukan oleh sekolah sebagai
lembaga


pembelajaran.

Mutu

pendidikan

juga

disesuaikan dengan tuntutan dan harapan masyarakat
tentang mutu pendidikan yang dilandasi dari tolok ukur
norma ideal dan memenuhi standar yang ditentukan.
Sallis (2011:135) mengatakan standar dari mutu
memberikan pesan aktual dan potensial kepada para
pelanggan bahwa kebijakan dan prakteknya

dapat

memberikan kepercayaan eksternal dan membangun
kebanggaan internal. Senada dengan pendapat Sallis,

Hidayat dan Machali (2012:284) mengatakan standar
mutu berfungsi sebagai jaminan atas kualitas layanan
sesuai

dengan

diberikan
13

oleh

yang

dijanjikan

lembaga

yang

dan


hanya

memiliki

dapat

sertifikasi

standar mutu. Standar mutu berdasarkan

Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Standar Nasional Pendidikan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang dikeluarkan BNSP meliputi 8 standar
sebagai acuan untuk mengkaji pencapaian pendidikan
dan mutu pendidikan. Delapan (8) Standar Nasional
Pendidikan yang dimaksud meliputi: 1)Standar isi.

2)Standar

proses.

3)Standar

kompetensi

lulusan.

4)Standar pendidik dan tenaga kependidikan. 5)Standar
sarana

dan

prasarana.

6)Standar

pengelolaan.


7)Standar pembiayaan. 8)Standar penilaian.
Prinsip mutu menurut Arcaro (2007:85-87) yang
diadopsi dari Deming untuk dunia pendidikan yaitu:
(1)Menciptakan konsistensi dari tujuan. (2)Mengadopsi
filosofi mutu total. (3)Mengurangi kebutuhan pengujian.
(4)Menilai

bisnis

sekolah

dengan

cara

baru.

(5)Memperbaiki mutu dan produk serta mengurangi
biaya. (6)Belajar sepanjang hayat. (7)Kepemimpinan
pendidikan.

(8)Menghilangkan

(9)Menghilangkan

hambatan

rasa
dari

takut.

keberhasilan.

(10)Menciptakan budaya mutu. (11)Memperbaiki proses
pembelajaran.

(12)Membantu

peserta

didik

supaya

berhasil. (13)Komitmen. (14)Tanggungjawab. Filosofi Dr.
Deming cenderung peningkatan mutu dalam arti yang
manusiawi. Ketika perusahaan (lembaga pendidikan)
berkomitmen

dengan

baik

dan

memiliki

proses

manajerial yang kuat maka mutu akan mengalir dengan
sendirinya.

Lebih

pandangan Juran

lanjut

Deming

mengacu

pada

dalam Arcaro (2007: 8-9) mutu

dapat dijamin dengan cara memastikan bahwa setiap
14

individu melaksanakan pekerjaan dengan tepat, dengan
sarana yang tepat, secara konsisten sesuai dengan
harapan pelanggan. Beberapa padangan Juran tentang
mutu yaitu: 1)Meraih mutu merupakan proses tiada
akhir.

2)Perbaikan

mutu

berkesinambungan.

merupakan

3)Mutu

proses

memerlukan

kepemimpinan. 4)Adanya pelatihan.
Soedijarto

(2008)

mengatakan

faktor

yang

mempengaruhi mutu pendidikan diantaranya proses
pendidikan yang dialami peserta

didik, ketersediaan

sumber daya pendidikan, anggaran pendidikan, dan
kebijakan. Hal ini dipertegas oleh Sukmadinata (2008:7)
sekolah bermutu dipengaruhi oleh proses pendidikan
yang bermutu dengan faktor pendukung, sarana dan
prasarana, biaya yang cukup, manajemen yang tepat
dan lingkungan yang mendukung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pendidikan digambarkan sebagai
berikut:
Instrumental
Input

Raw
(Input)
siswa

Proses
Pendidikan

Mutu
Lulusan

Environmental
Input
Sumber: Sukmadinata (2008:7)
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu

15

Mutu pendidikan besifat menyeluruh menyangkut
semua komponen, pelaksana dan kegiatan pendidikan
atau disebut mutu total (total quality).

2.2 Strategi Peningkatan Mutu Sekolah
Gaffar

(2004:14)

dalam

Sagala

(2013:137)

memberi pengertian strategi adalah rencana yang
mengandung cara komprehensif dan integratif yang
dapat

dijadikan

pegangan

untuk

memenangkan

kompetisi (persaingan). Sementara Sagala (2013:137)
merujuk pendapat Gaffar mengatakan bahwa strategi
adalah rencana yang komprehensif mengintegrasikan
semua resources dan capabilities yang mempunyai
tujuan yang panjang untuk memenangkan persaingan.
Sedangkan

Sukmadinata

(2008:38)

mendefinisikan

strategi merupakan rencana atau tindakan umum
jangka

panjang

yang

kebijakan

dan

Menurut

Edward

merupakan

mengarahkan

program

tindakan

dalam

rencana

yang

Umar

dari

perumusan
organisasi.

(2002)

dilakukan

strategi

oleh

para

pimpinan untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Menurut Chandler (1962) yang dikutip oleh Rangkuti
(2008:3) strategi merupakan alat bantu mencapai
tujuan lembaga dalam kaitannya dengan tujuan jangka
panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
dari sumber daya.

Pendapat Chandler yang dikutip

oleh Rangkuti ini selanjutnya yang digunakan dalam
penelitian ini.
Menurut

Zamroni

(2007)

peningkatan

mutu

berkaitan dengan stadar yang harus dicapai, proses
16

mencapainya, dan faktor-faktor yang terkait aspek
kualitas dan aspek mencapai hasil. Sementara menurut
Sukmadinata

(2008:9)

hal

terpenting

dalam

peningkatan mutu adalah melaksanakan program mutu
yang didasari: (1)Komitmen pada perubahan ke arah
yang lebih baik. (2)Pemahaman yang jelas dalam
melakukan perubahan. (3)Mempunyai visi yang jelas
dalam

pelaksanaan

rencana

yang

(2014:26)

program

jelas.

strategi

mutu.

Menurut

peningkatan

(4)Mempunyai

Hubeis
mutu

dan

Najib

adalah

cara

penyusunan tindakan yang dilakukan oleh pengelola
pendidikan untuk mencapai visi, misi, sasaran, dan
tujuan

dari

lembaga

pendidikan.

Menurut

Sagala

(2013:169) strategi peningkatan mutu dengan model
manajemen

berbasis

sekolah

dapat

memperkuat

strategi penyusunan rencana penyelenggaraan program
sekolah, pengorganisasian

tugas dan tanggung jawab

setiap personal sekolah dengan memperkuat alokasi
anggaran

dan

pemberdayaan

penyediaan

personal,

dan

fasilitas
memadukan

belajar,
fungsi

organisasi dengan keputusan strategis.
Menurut Edmond yang dikutip Abdillah (2008:33)
manajenen

peningkatan

mutu

berbasis

sekolah

merupakan alternatif dalam pengelolaan pendidikan
yang menekankan pada kemandirian dan kreativitas
sekolah. Menurut Mulyasa (2012:11-14) manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada

sekolah

dan

mendorong

sekolah

untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
untuk mencapai tujuan sekolah.
17

Tujuan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah

menurut

Mulyasa

(2012:25-26)

yaitu:

1)Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan

inisiatif

sekolah

dalam

mengelola

dan

memberdayakan sumberdaya sekolah. 2)Peningkatan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan
keputusan.

pendidikan

3)Peningkatan

dan

pengambilan

tanggungjawab

sekolah

kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang
mutu sekolah. 4)Peningkatan kompetisi yang sehat
antar

sekolah.

(2012:278)

Sementara

menjelaskan

Hidayat

tujuan

dan

dari

Machali

manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah yaitu peningkatan
efisiensi,

mutu,

dan

pemerataan

pendidikan.

Peningkatan efisiensi diperoleh dengan memberikan
keleluasaan
masyarakat,

mengelola
dan

sumber

daya,

partisipasi

menyederhanakan

birokrasi.

Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang
tua

peserta

didik

terhadap

sekolah,

fleksibilitas

pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru
dan kepala sekolah, berlakunya sistem intensif serta
disintensif. Peningkatan pemerataan diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat untuk memiliki
rasa kepemilikan terhadap sekolah yang tinggi.
Karakteristik

manajemen

peningkatan

mutu

berbasis sekolah menurut Mulyasa (2012:29-30) yaitu:
1)Lingkungan yang aman dan tertib. 2)Memiliki misi
dan

tujuan

mutu

yang

ingin

dicapai

3)Memiliki

kepemimpinan yang kuat. 4)Harapan yang tinggi dari
warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, peserta
didik dan orang tua peserta didik) untuk berprestasi.
18

5)Adanya pengembangan staf sekolah sesuai (ilmu
pengetahuan

dan

teknologi)

IPTEK.

6)Pelaksanaan

evaluasi untuk perbaikan mutu. 7)Adanya peran serta
masyarakat.
Lebih

lanjut

peningkatan

penerapan

mutu

berbasis

dari

sekolah

manajemen
menggunakan

prinsip: 1)Prinsip ekuifinalitas menekankan bahwa
sekolah dapat fleksibel dalam memilih strategi untuk
mencapai

tujuan

2)Prinsip

desentralisasi menekankan bahwa sekolah

harus

sesuai

mengadopsi

eksternal.

dan

3)Prinsip

menekankan

dengan

kondisi

mengadaptasi

sistem

sekolah.
pengaruh

pengelolaan

mandiri

sekolah memiliki otonomi sendiri dalam

mengembangkan tujuan berdasarkan kondisi sekolah
masing-masing. 4)Prinsip inisiatif manusia yang dalam
mengelola tenaga pendidik dan kependidikan sebagai
sumberdaya

yang

berharga

di

sekolah

untuk

berinisiatif.
Menurut Hidayat dan Machali (2012:279) strategi
pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah dapat tercapai jika didukung sumber daya
manusia

yang

profesioanal

dalam

mengelola

dan

mengoperasionalkan sekolah, dana yang cukup, sarana
dan prasarana yang memadai dan dukungan orang tua
(masyarakat) yang tinggi. Hal ini dipertegas oleh Amri
(2013:294) yang mengatakan bahwa dalam rangka
mengimplementasi

menejemen

peningkatan

mutu

berbasis sekolah perlu partisipasi aktif dan dinamis
dari

warga

sekolah

dengan

melakukan

tahapan:

1)Menyusun profil sekolah. 2)Melakukan evaluasi diri.
3)Mengidentifikasi
19

kebutuhan

sekolah.

4)Menyusun

program

peningkatan

mutu

(akademik

dan

non

akademik).
Program peningkatan mutu akademik dan non
akademik diawali dari program supervisi. Menurut
Sahertian (1990) dalam Mulyasa (2012:156) supervisi
merupakan

usaha

mengawali,

mengarahkan,

mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu baik
secara individu maupun kolektif agar lebih mengerti
dan

efektif

dalam

pengajaran

sehingga

dapat

menstimulasi dan membimbing peserta didik. Secara
spesifik program supervisi menurut Soetisna (1983:38)
dalam Sagala (2013:124) meliputi: 1) Membantu guru
dalam memecahkan masalah pengajaran yang dihadapi.
2) Mengkoordinasikan seluruh pengajaran menjadi
perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik. 3)
Menyelenggarakan

program

berkesinambungan.

4)

latihan

Mencukupi

alat

yang
(tool)

pembelajaran yang bermutu. 5) Membangkitkan dan
memotivasi

guru

mencapai

prestasi

kerja

yang

maksimal. 6)Membangun kerjasama antara sekolah,
instansi terkait dan masyarakat.
Menurut Mulyasa (2013:159) dalam pelaksanaan
supervisi dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi
dan kolaborasi dan tidak berdasarkan paksaan atau
kepatuhan. Dengan demikian diharapkan supervisi
dapat menimbulkan kesadaran, perkembangan inisiatif
dan

imajinasi

guru

agar

supaya

guru

dapat

mengembangkan potensinya secara optimal.
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua yaitu
teknik langsung (direct technique) dan teknik tidak
langsung (indirect technique). Teknik supervisi langsung
20

dalam bentuk kunjungan kelas, pertemuan individual,
dan diskusi kelompok. Kunjungan kelas atau observasi
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dalam
rangka peningkatan mutu proses dan hasil belajar
sebagai wujud tanggungjawab bersama. Pertemuan
individual dapat dilaksanakan sebelum atau sesudah
kunjungan kelas. Diskusi kelompok dimaksudkan agar
dapat berinteraksi lisan untuk bertukar informasi
tentang masalah pengajaran. Teknik tidak langsung
dengan rapat dewan guru, penataran, dan kunjungan
antar kelas.

2.3 Strategi

Membangun

Citra

(Image)

Sekolah
Citra

menurut

Kotler

(2002:225)

adalah

seperangkat keyakinan, ide dan pengaruh yang didapat
seseorang dari suatu obyek. Selanjutnya sikap dan
tindakan seseorang terhadap obyek sebagian besar
karena

obyek

merupakan

tersebut,

persepsi

yang

sedangkan
relatif

citra

konsisten

merek
dalam

jangka panjang (enduring perception). Sinatra.L dan
Darmatuti.R (2008) mengatakan kesan

diciptakan

dengan sengaja dari suatu obyek, orang atau lembaga.
Jadi citra sengaja diciptakan agar bernilai baik. Citra
itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari
satu perusahaan atau organisasi, dalam istilah lain
disebut favourable Opinion.
Menurut Alifahmi (2005:73) citra mencerminkan
apa yang dipikirkan, emosi, dan persepsi individu.
Walaupun
21

orang

melihat

hal

yang

sama,

tetapi

pandangan mereka bisa berbeda. Persepsi inilah yang
membentuk citra dari sebuah organisasi. Apabila citra
yang baik sudah terbentuk maka secara otomatis akan
menjadi iklan berjalan yang sangat efektif dan efisien,
karena dengan pemasaran ”Getok Tular”, maka pesan
akan berjalan cepat dan sebuah pesan akan dianggap
memiliki

kredibelitas

yang

sangat

tinggi

apabila

disampaikan oleh pihak ketiga. Citra baik di mata orang
tua dan peserta didik diperlukan oleh sebuah sekolah.
Citra sekolah yang baik akan menjadi salah satu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan orang tua
untuk menentukan pilihan terhadap sekolah tersebut.
Hal ini didukung oleh pendapat Dharmmesta (1999)
dalam Pramudyo

(2012) bahwa apabila citra dari

lembaga sudah tidak diragukan lagi kredibelitasnya,
maka pengambilan keputusan tidak melalui proses
yang panjang. Pada kondisi ini jika diterapkan di
sekolah dapat dikatakan bahwa kepercayaan orang tua
peserta didik terhadap sekolah sudah terbentuk.
Menurut Alma (2005:92) untuk mendapatkan
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah maka perlu
melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan
menunjukkan citra positif yang mengesankan. Citra
(image)

terbentuk

melaksanakan

dari

kegiatan

bagaimana

sekolah

operasionalnya

itu

dengan

landasan utamanya pada segi layanan. Citra (image)
juga

terbentuk

berdasarkan

impresi,

pengalaman

seseorang terhadap sesuatu, sehingga terbangun suatu
sikap mental. Sikap mental inilah yang nantinya
digunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil
keputusan.
22

Lebih lanjut Alma mengatakan banyak cara yang
dapat dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat
dalam rangka pembentukan citra (image) terhadap
sekolah baik melalui daya tarik fisik maupun daya tarik
yang bersifat akademis, non akademis, religius, dan
sebagainya. Strategi sekolah dalam peningkatan citra
(image) dengan memberdayakan seluruh warga sekolah
untuk berperan serta aktif dalam memajukan sekolah.
Citra (image) terhadap sekolah terbentuk berdasarkan
banyak unsur dalam bentuk komponen.
’’Academic reputation, campus appearance, cost,
personal attention, location, distance form home,
graduade and personal school preparation, career
placement, social activities, program study and size”
((Huddleston, 1982:365) dalam Alma 2005:94).

Dari banyaknya komponen yang mempengaruhi
citra dalam penelitian ini yang digunakan sebagai faktor
yang

mempengaruhi

citra

sekolah

yaitu

reputasi,

ekstrakurikuler, biaya, perhatian guru, kondisi fisik,
dan jangkauan.
2.4 Akar Masalah
Diagram fishbone atau tulang ikan sering pula
disebut

diagram

sebab

akibat.

Pertama

kali

diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang.
Gasvers (1997:112) mengungkapkan bahwa diagram
fishbone ini merupakan pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan analisis terperinci dalam

23

menemukan penyebab masalah, ketidaksesuaian, dan
kesenjangan yang ada.
Selanjutnya
langkah

Gasvers

menggunakan

1)Menentukan

dan

mengatakan

diagram

meungkapkan

langkah-

fishbone

yaitu:

masalah

dalam

pertanyaan (problem question). 2)Brainstorming mencari
penyebab masalah. 3)Gambar diagram dan penyebab
masalah dengan kategori utama. 4)Tetapkan penyebab
dalam kategori utama pada cabang yang sesuai.
5)Setiap penyebab yang mungkin, tanyakan ”mengapa”
untuk

menemukan

akar

penyebab

masalah.

6)Interprestasikan diagram dengan melihat penyebab
yang muncul secara berulang, fokuskan penyebab yang
dipilih melalui kesepakatan. 7)Gunakan hasil analisis
dengan mengembangkan dan mengimplementasikan
tindakan korektif, untuk menghilangkan akar penyebab
dari masalah.

24

Mutu Sekolah
Rendah

\

Sumber : https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone
Gambar 2.2 Diagram Fishbone Faktor yang Mempengaruhi
Mutu Sekolah

Berdasarkan Gambar 3.1 Diagram Fishbone di
atas mutu sekolah dipengaruhi oleh faktor raw (input)
peserta didik, proses pendidikan, instrumental input,
dan environmental input. Dari masing-masing faktor
tersebut perlu di cari akar penyebab permasalahan
guna

menemukan

memperbaikinya.

25

strategi

yang

tepat

untuk

Sumber : https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone
Gambar 2.3 Diagram Fishbone Faktor yang Mempengaruhi
Citra (Image) Sekolah

Faktor yang mempengruhi citra (image) sekolah
berdasarkan Gambar 3.2 Diagram Fishbone di atas
yaitu

reputasi

sekolah,

biaya,

perhatian

guru,

ekstrakurikuler, kondisi fisik, dan jangkauan. Masingmasing faktor perlu dicari penyebabnya dan akar
masalahnya agar dapat menemukan strategi yang tepat
dalam membangun citra (image) sekolah menuju lebih
baik.

26