PENGEMBANGAN PRA RANCANG LANDFILL DARI

PENGEMBANGAN PRA RANCANG LANDFILL DARI RESIDU SAMPAH
INTERMEDIATE TREATMENT FACILITY (ITF) DI TPPAS REGIONAL LEGOK
NANGKA,KECAMATAN NAGREG, KABUPATEN BANDUNG
Athaya Dhiya Zafira, dan I Made Wahyu Widyarsana
Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor, Sumedang 45363
athayadhiyazafira@yahoo.co.id dan wahyu.labb3@gmail.com
Abstrak: Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3.000 m3/hari. Kondisi ini
menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya akan berakhir pada tahun 2017. Selain itu, TPA
Pasir Bajing pun direncanakan akan berhenti dioperasikan karena menimbulkan masalah pada warga sekitar.
Untuk itu, kajian oleh GBWMC (Greater Bandung Waste Management Corporation) mengusulkan untuk
membangun TPPAS Legok Nangka yang dilengkapi dengan ITF (Intermediate Treatment Facility) untuk
pengolahan sampah. Namun melihat kondisi eksisting saat ini, perencanan pada Masterplan TPPAS Legok
Nangka yang merencanakan reduksi sampah lebih dari 90% melalui ITF dianggap tidak realistis. Oleh sebab itu,
diperlukan redesain TPPAS guna pengembangan kapasitas landfill dengan skenario penanganan sampah yang
lebih sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini mengingat beberapa wilayah pelayanan TPPAS tidak
memiliki alternatif pembuangan akhir sampah di lokasi lain. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk dan
proyeksi timbulan sampah, prediksi kebutuhan lahan landfill hingga tahun 2027 untuk skenario optimis sebesar
6,74 ha. Sedangakan lahan landfill zona 1 hanya sebesar 5,99 ha. Dengan penambahan zona baru seluas 4,9 ha,
maka total usia layan pakai skenario optimis dapat mencapai 10 tahun 4 bulan 7 hari. Perencanaan zona baru

berada pada elevasi 960m- 997,5m. Analisa lokasi TPPAS dengan metoda SNI 19-3241-1994 memiliki total nilai
sebesar 63,29% (layak), sedangkan berdasarkan analisa dengan metoda Le-Grand lokasi cenderung diterima
namun kemungkinan pencemaran sulit terkategori. Untuk mengurangi dampak pencemaran tersebut, beberapa
fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan diantaranya fasilitas umum berupa rencana pengembangan
jaringan jalan operasi menuju zona baru, bangunan penunjang, dan saluran drainase dengan perencanaan dimensi
40 x 70 cm untuk drainase permanen dan 30x 50 cm untuk drainase sementara. Fasilitas perlindungan lingkungan
yang terdiri dari liner dasar, saluran pengumpul lindi dengan diameter 314 mm untuk pipa manifold dan diameter
225 mm untuk pipa lateral, pengolah lindi berupa kolam stabilisasi dilengkapi dengan lahan sanitasi dan pengolah
lumpur berupa sludge drying bed, tanah penutup, ventilasi gas (vertikal dan horizontal), dan zona penyangga.
Fasilitas penunjang berupa jembatan timbang dan bangunan penunjang lainnya, serta fasilitas operasional berupa
kebutuhan alat berat sebanyak 9 bulldozer, 3 excavator, dan 6 dumptruck. Perkiraan total biaya dalam
pengembangan pra rancang landfill di TPPAS Legok Nangka ini adalah sebesar Rp. 79.680.070.700,00 (tujuh
puluh sembilan miliar enam ratus delapan puluh juta tujuh puluh ribu tujuh ratus rupiah dan total biaya operasi
seta pemeliharaan sebesar Rp.250.042,00/ton sampah.
Kata kunci: Landfill, Perencanaan, Sampah, TPPAS Legok Nangka.

PENDAHULUAN
Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di
TPA Sarimukti mencapai 3.000 m3 setiap harinya.
Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah

jenuh dan masa aktifnya akan berakhir pada tahun
2017. Selain TPA Sarimukti, TPA Pasir Bajing
yang melayani wilayah Kabupaten Garut
direncanakan akan berhenti dioperasikan karena
menimbulkan masalah pada warga sekitar. Guna
mengatasi hal itu, maka diperlukan lahan baru
sebagai pengganti kedua TPA tersebut untuk
mengatasi permasalahan terkait sampah.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh
GBWMC (Greater Bandung Waste Management
Corporation) maka diusulkan untuk dibangunnya

Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir
Sampah (TPPAS) Legok Nangka dengan
pengadaan ITF (Intermediate Treatment Facility)
pada TPPAS tersebut. Melalui adanya ITF,
pengurangan sampah yang direncanakan lebih
dari 90% sehingga 1 zona landfill dengan luas
5,99 hektar dirasa cukup untuk usia layan pakai
hingga tahun 2030. Namun melihat kondisi

eksisting saat ini, pengurangan sampah dengan
persentasi sebesar itu dianggap tidak realistis.
TPPAS Legok Nangka direncanakan mulai
dioperasikan pada awal tahun 2017, namun
bahkan hingga saat ini pembangunan tahap dua
terkait pengolahan sampah di lokasi tersebut
belum dilakukan. Disisi lain, TPA Sarimukti dan

SW- 1

TPA Pasir bajing harus segera ditutup karena
kapasitasnya yang sudah tidak mencukupi lagi.
Oleh sebab itu, diperlukan redesain TPPAS guna
pengembangan kapasitas landfill dengan skenario
penanganan sampah yang lebih sesuai dengan
kondisi yang terjadi saat ini. Pengembangan
landfill tersebut perlu untuk dilakukan mengingat
beberapa wilayah pelayanan TPPAS tidak
memiliki alternatif pembuangan akhir sampah di
lokasi lain.

GAMBARAN UMUM LOKASI TAPAK
TPPAS LEGOK NANGKA
Lokasi TPPAS Legok Nangka secara
administratif terletak di Desa Ciherang,
Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.
Terletak pada koordinat 1070 53’ 55” BT – 070
02’ 45” LS. Berada pada ketinggian 848 mdpl.
Batas wilayah Kecamatan Nagrek ditunjukan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas wilayah Kecamatan Nagreg
Sebelah utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat

Desa Nagreg
Desa Bojong
Desa Ciherang
Kecamatan Cicalengka


Sumber : Master Plan TPPAS Legok Nangka,2008

Lokasi TPPAS Legok Nangka sebagian
besar berada pada kemiringan lereng antara 510%. Sebagian kecil lainnya berada pada
kemiringan >20% meliputi bagian selatan barat
dan sedikit timur laut. Lokasi ini berada pada
geomorfologi lembah bukit dan berada pada
litologi sistem akuifer endapan volkanik muda,
tua, dan tak teruraikan. Kedalaman muka air tanah
pada lokasi TPPAS yakni >10 bmt. Pemanfaatan
air tanah di daerah Nagreg oleh penduduk
setempat yakni untuk kebutuhan domestik. Aliran
sungai berjarak minimal 150 m dari lokasi
TPPAS. Pemanfaatan sungai ini digunakan untuk
keperluan pertanian (irigasi) dan cuci mandi oleh
penduduk sekitar. Berdasarkan data sekunder
yang diperoleh, elevasi lahan berkisar dari elevasi
+950 sampai 1064 m. Kondisi topografi lokasi
tapak TPPAS dapat dilihat pada Gambar 1.
Lokasi TPPAS ini berada cukup jauh dari

wilayah penduduk sekitar 1500m-2000m. Selain
itu sebagian besar lokasi berupa tanah tidak
produktif, berupa lahan kritis dan sangat kering.
Nilai permeabilitas tanah berkisar pada
kedalaman 2.80 – 3.00 m, antara k sebesar 1x10-5
hingga 5x10-5 cm/detik.

Gambar 1. Kondisi topografi tapak TPPAS
Legok Nangka
Sumber : DED TPPAS Legok Nangka,2009

DATA PERENCANAAN
Rencana Wilayah Pelayanan TPPAS Legok
Nangka
TPPAS Legok Nangka dibuat untuk
melayani kebutuhan penanganan sampah di zona
timur wilayah Metropolitan Bandung. Wilayah
pelayanan TPPAS Legok Nangka ini terdiri dari
15 Kecamatan di Kota Bandung, 16 Kecamatan di
Kabupaten Bandung, 17 Kecamatan di Kabupaten

Garut, dan 3 Kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik
Sampah Wilayah Studi
Penentuan timbulan sampah dilakukan
dengan melakukan pengukuran selama 3 hari
berturut-turut di wilayah TPA yang menjadi
wilayah studi (TPA Sarimukti, TPA Pasir Bajing,
dan TPA Cibeureum). Metoda yang digunakan
yakni metoda loud-count analysis. Kemudian
dilakukan pengukuran kepadatan sebelum dan
sesudah kompaksi. Hasil pengukuran kepadatan
sampah dan timbulan sampah ditunjukan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Timbulan sampah wilayah studi
Sebelum
Setelah
dipadatkan dipadatkan
(ton/m3)
(ton/m3)
Kota Bandung

0,69
0,859
Kab.Bandung
0,447
0,859
Kab.Garut
0,365
0,548
Kab.Sumedang
0,593
0,587
Sumber : Hasil pengukuran di lapangan
Wilayah

Timbulan
Sampah
(ton/hari)
830,180
132,990
191,295

67,244

Beberapa parameter untuk menentukan
karakteristik sampah pada di wilayah studi terdiri
dari pengukuran kadar air, kadar volatil, fixed
carbon, kadar abu, dan karbon organik.
Berdasarkan hasil pengukuran, kadar air atau
kelembaban sampah domestik di wilayah
Metropolitan Bandung berkisar 60%-69% berat
basah dengan rata-rata sebesar 64,2% berat
basah. Perbedaan kadar air sampah tiap wilayah
dipengaruhi oleh komposisi sampah, musim, dan

SW- 2

curah hujan di wilayah tersebut. Rata-rata kadar
volatil sampah hasil pengukuran ialah sebesar
85,52% berat kering. Kemudian pengukuran
kadar abu dilakukan setelah dilakukannya
pengukuran kadar volatil, hasil pengukuran yang

diperoleh ialah rata-rata fixed carbon dari sampel
sampah seluruh TPA yakni 10,82% berat kering
dan rata-rata kadar abu tersisa dari sampel
sampah seluruh TPA sebesar 5,66% berat kering.
Selajutnya diukur pula kandungan C-organik
pada sampel sampah yang digunakan dalam
perhitungan potensi gas. Nilai C-organik hasil
pengukuran sebesar 12,90% berat kering.
Sampling komposisi dilakukan di TPA
Sarimukti, TPA Pasir Bajing, dan TPA Cibereum
selama 3 hari berturut-turut di tiap lokasi. Metoda
yang digunakan yakni metoda 4 kuadran. Data
hasil sampling komposisi ditunjukan pada
Gambar 2.
Komposisi Sampah Kota Bandung

7,22
1,01

0,82

0,93

18,41

3,84

63,77

3,12 0,88

Komposisi Sampah Kabupaten
Bandung
13,17

6,83
0,670,42

69,35

Komposisi Sampah Kabupaten Garut
1,12 11,77
3,04
2,41

1,25
0,90
14,71
0,51
1,93
5,69
0,90

1,00 1,97 6,95
4,60

67,16

65,36

Kota
Bandung
(Jiwa)

Kabupaten
Bandung
(Jiwa)

Kabupaten
Garut
(Jiwa)

Kabupaten
Sumedang
(Jiwa)

2017

1.109.896

2.110.270

1.361.212

281.601

2018

1.116.557

2.144.610

1.376.217

282.667

2019

1.123.218

2.179.508

1.391.222

283.732

2020

1.129.879

2.214.975

1.406.227

284.797

2021

1.136.539

2.251.019

1.421.232

285.862

2022

1.143.200

2.287.649

1.436.237

286.927

2023

1.149.861

2.324.876

1.451.242

287.993

2024

1.156.522

2.362.708

1.466.247

289.058

2025

1.163.183

2.401.156

1.481.253

290.123

2026

1.169.844

2.440.229

1.496.258

291.188

2027

1.176.505

2.479.939

1.511.263

292.253

2028

1.183.166

2.520.294

1.526.268

293.319

2029

1.189.827

2.561.307

1.541.273

294.384

2030

1.196.488

2.602.986

1.556.278

295.449

Tahun

𝐶𝑠 =

Komposisi Sampah Kabupaten
Sumedang
8,75

Tabel 3 Hasil proyeksi penduduk wilayah studi

Proyeksi Timbulan Sampah dan Skenario
Pengelolaan Sampah Wilayah Studi
Dalam memproyeksikan timbulan sampah,
digunakan data timbulan sampah per orang per
hari dari penelitian terdahulu. Peningkatan
timbulan sampah tiap tahunnya digunakan
persamaan (Damanhuri,2004) :
𝑄𝑛 = 𝑄𝑡 (1 + 𝐶𝑠)𝑛
(1)

5,37 1,80
1,30
1,09

yakni metoda regresi linier untuk proyeksi di
wilayah Kota Bandung, Kabupaten Garut, dan
Kabupaten Sumedang. Sedangkan metoda terpilih
untuk wilayah Kabupaten Bandung yakni metoda
eksponensial.

Organik (Makanan)
Kayu dan sampah Taman
Kertas dan Karton
Tekstil dan Produk Tekstil
Karet dan Kulit
Plastik
Logam
Gelas
Lainnya (B3)

Gambar 2. Komposisi sampah wilayah studi
Proyeksi Penduduk
Metoda
yang
digunakan
dalam
memproyeksikan jumlah penduduk adalah
metoda aritmatika, metoda geometri, metoda
eksponensial, metoda logaritmik, dan metoda
regresi linier. Metoda terpilih dengan standar
deviasi terkecil dan korelasi paling mendekati 1

𝐶𝑖+𝐶𝑝+𝐶𝑞
]
3

1+[

(1+𝑝)

(2)

dimana Qn:timbulan sampah pada n tahun
mendatang, Qt:timbulan sampah pada tahun awal
perhitungan, Cs: peningkatan atau pertumbuhan
penduduk kota, Ci: laju pertumbuhan sektor
industri, Cp: laju pertumbuhan sektor pertanian,
Cq: laju peningkatan pendapatan per kapita, P:laju
pertumbuhan penduduk. Perbandingan sampah
rumah tangga dan non rumah tangga, serta
persentase reduksi sampah di sumber dan TPS
diperoleh dari Masterplan wilayah Metropolitan
Bandung tahun 2008 dan hasil wawancara staff
Dinas Kebersihan tiap wilayah. Hasil perhitungan
proyeksi timbulan sampah ditunjukan Tabel 4.

SW- 3

Tabel 4. Hasil Perhitungan Proyeksi Timbulan
Sampah Wilayah Studi
Tahun

Kota
Bandung
m3/hari

Kab.
Bandung
m3/hari

Kab.
Garut
m3/hari

Kab.
Sumedang
m3/hari

2017

540,8

166,5

248,5

25,4

2018

557,8

176,8

256,5

26,5

2019

574,5

190,1

267,6

27,4

2020

591,6

203,7

278,8

28,4

2021

609,2

217,7

290,1

29,4

2022

627,1

232,1

301,6

30,4

2023

645,4

246,8

313,1

31,4

2024

664,1

261,9

324,7

32,4

2025

683,3

277,3

336,5

33,4

2026

702,9

293,1

348,3

34,4

2027

722,9

309,2

360,1

35,4

2028

743,3

325,7

372,1

36,3

2029

764,2

342,6

384,0

37,3

2030

785,6

359,8

396,1

38,3

Rencana Pengolahan dan Pemrosesan Akhir
Sampah di TPPAS Legok Nangka
Keterpaduan sistem pengelolaan sampah dari
mulai masuk hingga sampah selesai ditangani di
seluruh unit pengolahan yang direncanakan pada
tahun
2018
dengan
skenario
optimis,
digambarkan pada diagram alir terlihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Digram alir rencana pengelolaan
sampah di TPPAS Legok Nangka

Analisa Lokasi TPPAS Legok Nangka
Analisa lokasi TPPAS Legok Nangka ini
digunakan metoda SNI 19-3241-1994 dan Le
Grand. Berdasarkan analisa site lokasi TPPAS
Legok Nangka tersebut total nilai yakni 500 dari
729, sehingga nilai persentase ketercapaian dari
total nilai yang ada sebesar 63,29%. Maka lokasi
TPPAS Legok Nangka dapat dikatakan layak
karena persentase ketercapaiannya >50%.
Berdasarkan hasil analisa metoda Le Grand
lokasi TPPAS Legok Nangka memiliki nilai
situasi peringka -5, yakni tergolong lokasi yang
cenderung diterima namun kemungkinan
pencemaran yang terjadi sulit terkategori. Untuk
mengurangi dampak pencemaran yang mungkin
terjadi pada lokasi tersebut, diperlukan pergeseran
nilai PAR agar lokasi menjadi diterima. Hal yang
perlu dilakukan adalah adanya masukan
teknologi.
Analisa Lokasi Zona Landfill Pengurugan
Kriteria yang digunakan dalam analisa
penentuan lokasi zona landfill pengurugan yakni:
1. Hidrogeologi
Faktor yang mempengaruhi pada kriteria
hidrogeologi adalah :
a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah
kurang dari 3 meter
b. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar
dari 10-6 cm/s.
c. Jarak terhadap sumber air minum harus
lebih besar dari 100 m di hilir aliran
Elevasi terendah yakni pada pengukuran di
zona 4 hingga elevasi kedalaman penyelidikan
sedalam 8,2 meter tidak ditemukan muka air
tanah. Maka keempat zona dalam kriteria
keberaadaan muka air tanah tergolong layak.
Kemudian untuk kelulusan tanah di keempat
zona diketahui nilai permeabilitas tanah antara
1x 10-5 cm/s hingga 5x 10-5 cm/s. Aliran sungai
berjarak 150 m dari lokasi TPPAS Legok
Nangka, nilai ini lebih besar daripada 100
meter sehingga keempat zona tergolong layak.
2. Topografi
Kriteria
topografi/
kemiringan
yakni
kemiringan zona harus kurang dari 20%. Zona
1 berkisar antara 19%-25%, zona 2 berkisar
5%-15%, zona 3 merupakan bukit
bergandengan, dan zona 4 berkisar 15%-20%.
Dapat disimpulkan zona yang memenuhi
seluruh kriteria yang ada dan layak sebagai
lokasi pengurugan ialah zona 2 dan zona 4.
Lokasi alternatif zona dapat dilihat pada
Gambar 4

SW- 4

Pada TPPAS Legok Nangka hanya akan
dibangun 2 zona. Total daya tampung zona 1
sebesar 1.655.394,61 m3, sedangkan untuk zona 2
daya tampungnya sebesar 1.011.878,231 m3. Usia
layan
pakai
dapat
dihitung
dengan
membandingkan akumulasi penimbunana dengan
kapasitas daya tampung yang ada. Tabel 5 dan
Tabel 6 memperlihatkan kebutuhan lahan dan
usia layan pakai TPPAS untuk tiap skenario.
Rencana Tapak
TPPAS Legok Nangka memiliki luasan 60
Ha. Site plan perencanaan pengembangan zona
landfill pada TPPAS Legok Nangka ditunjukan
pada Gambar 5.
Gambar 4. Alternatif lokasi zona pengurugan
Kebutuhan Lahan Sanitary Landfill dan Usia
Layan
Perhitungan kebutuhan lahan dalam
pengerjaan ini digunakan 3 skenario. Skenario
yang digunakan yakni:Skenario optimis (rencana
pengolahan sampah yang dilakukan di TPPAS
Legok Nangka berjalan dengan sangat baik),
skenario moderat (pengolahan yang dilakukan di
TPPAS tidak sesuai rencana, hanya 50% dari total
pengolahan yang direncanakan), dan skenario
pesimis (tidak ada pengolahan yang dilakukan di
TPPAS).

Tabel 7. Pembagian zona dan luas area rencana
tapak

Zona
Penerimaan




Zona
Pengolahan



Optimis

3,05

Moderat

3,43

4,15

Skenario

Pesimis

Kebutuhan
lahan landfill
tahap 1
(2018-2022)
(ha)

3,86

4,66

Total
Kebuth
an
Lahan
Landfill
(ha)
6,74
7,58

Skenario

Usia Layan
Pakai Zona
2

Optimis

6 tahun 10
bulan 17 hari

3 tahun 5
bulan 20
hari

6 tahun 2
bulan 10 hari

3 tahun 2
bulan 4 hari

5 tahun 6
bulan 26 hari

2 tahun 10
bulan 27
hari

Moderat

Pesimis




Cell SL
IPAL Pengolahan



Bangunan Kantor



Area
Tanah
Penutup
Area Hijau
Pos jaga
Mesjid
Mesh
Hangar alat berat
dan genset serta
reservoar
Gudang B3 dan
laboratorium
Hangar
mobil
sampah,
bengkel/workshop,
tempat cuci truck
sampah
Jalan masuk dan
jalan operasi



Zona 1
Sanitary
Landfill
Zona 2
Sanitary
Landfill
Zona
Administrasi
Zona Hijau

8,53

Tabel 6. Usia layan pakai landfill TPPAS Legok
Nangka pada tiap skenario
Usia Layan
Pakai Zona
1






Jembatan Timbang
Bangunan
Penerimaan
sampah
Hangar penerima
dan
pemilahan
sampah
Area antri
Hangar
penampungan
sampah pasar
Hangar
komposting
Gudang kompos
Area RDF
Cell SL
IPAL Pengolahan




Tabel 5. Kebutuhan lahan landfill tiap skenario
Kebutuhan
lahan
landfill
tahap 2
(2023-2027)
(ha)
3,69

Fasilitas / Unit
Operasi

Zona TPPAS

Total usia
layan
pakai
TPA
10 tahun 4
bulan 7
hari
9 tahun 4
bulan 14
hari
8 tahun 5
bulan 23
hari

Fasilitas
pendukung











SW- 5

Luas
Area
(Ha)
0,1626

7,1009

6,118
2,3756
4,5963
2,1204
0,4147
23,4

0,2180
0,4494
0,4399
0,9381
0,6871

1,395

9,5964

Gambar 7. Potongan rencana penimbunan
sampah
Gambar 5. Site plan pengembangan TPPAS
Legok Nangka
Perencanaan Unit Sannitary Landfill
Perencanaan difokuskan pada zona 2 sebagai
zona pengembangan yang direncanakan. Berikut
merupakan detail desain zona yang direncanakan:
1. Desain landfill direncanakan pada elevasi
960m- 997,5m.
2. Bentuk kupasan kebawah adalah piramida
terpancung dengan kemiringan 1:1
3. Bentuk timbunan keatas pada sisinya
berbentuk terasering dengan kemiringan 1:2
dengan 7 buah lift.
4. Terdapat tanggul penahan sampah pada elevasi
muka tanah terendah.
Rancangan susunan sel Sanitary landfill adalah
sebagai berikut:
1. Tinggi timbunan sampah maksimal (Hul): 35m
2. Jumlah lapisan sel (n) : 21 buah
3. Tebal tanah penutup antar sel (hi) : 20 cm
4. Tebal tanah penutup antara : 30 cm
5. Tebal tanah penutup akhir (hf) : 4 x h1 = 0,8 m
6. Lebar sel (lw) : 5 m
7. Sudut trapesium : 45o
8. Ketebalan sel sanitary landfill (hw) :1,45 m
9. Panjang sel berubah-ubah sesuai dengan
jumlah sel yang ditimbun setiap harinya.

Gambar 8. Detail lift sampah
Analisis Struktur Sampah
Untuk
mengantisipasi
terjadinya
kelongsoran pada struktur sampah, maka pada
elevasi terendah dibangun dinding penahan
sampah dengan metoda retaining wall. Gambar
tekanan pasif dan aktif ditunjukan pada Gambar
8. Dihitung seluruh gaya-gaya yang timbul
kemudian dikalikan dengan moment lengannya
sehingga diperoleh moment. Kemudian dihitung
faktor safety untuk overtuning dan slidding.
Berdasarkan perhitungan FS overtuning diperoleh
sebesar 37,84. FS yang diijinkan sebesar 2, maka
tanggul penahan aman terhadap guling. Kemudian
berdasarkan perhitungan FS untuk slidding
diperoleh FS sebesar 9,92. FS diijinkan sebesar
1,5, maka tanggul aman terhadap geser.
Selanjutnya untuk pengecekan beban timbunan
yang diperbolehkan perlu dilakukan perhitungan
daya dukung tanah dengan menggunakan
persamaan Meyerhoff, 1963. Nilai daya dukung
tanah yang diperoleh sebesar 18,88 ton/m2 dan
nilai beban timbunan berdasarkan perhitungan
sebesar 10,63 ton/m2. Nilai daya dukung tanah

lebih besar daripada beban timbunannya,
maka timbunan dapat tertahan.
Gambar 6. Tampak atas rencana penimbunan
sampah zona pengembangan (zona 2)

SW- 6

Gambar 9. Gaya aktif dan pasif penampang
tanggul penahan sampah

Gambar 10. Penampang rencana saluran
drainase

Perencanaan Fasilitas Umum
1. Rencana jaringan jalan
Jaringan jalan yang direncanakan terdiri dari
jalan penghubung, jalan operasi dan jalan
kerja.
a. Jalan penghubung/jalan utama, tidak ada
pengembangan pada jalan utama.
b. Jalan operasi, penambahan jalan operasi ke
area landfill zona 2 yang direncanakan
memiliki kriteria kecepatan kendaraan
20km/jam, terdiri dari 1 jalur, lebar
perkerasan 0,6 m, dan kuat beban minimum
30 ton.
c. Jalan kerja, penambahan jalan yang
digunakan untuk alat-alat berat menuju sel
sampah yang telah ditentukan pada zona 2.
Kriterianya yakni kecepatan kendaraan 10
km/jam, panjang jalan kerja maksimum
250m, lebar badan jalan 5 m, dan lapisan
pondasi bawah (sub base) adalah lapisan
tanah dipadatkan dengan ketebalan 20 cm
2. Bangunan penunjang, beberapa bangunan
penunjang yang dimaksud yakni pos jaga,
ruang registrasi, masjid, mess karyawan,
kantor, tempat cuci truck sampah, gudang B3,
dan laboratorium.
3. Drainase
Penentuan saluran drainase diawali dengan
analisa hidrologi di lokasi tersebut. Drainase
yang dimaksud terdiri dari drainase permanen
dan drainase sementara. Drainase permanen
terdapat di sisi jalan utama, di sekeliling
timbunan, dan di sekitar bangunan penunjang
yang ada, sedangkan drainase sementara
dibuat secara lokal pada zona yang akan
dioperasikan.

Digunakan PUH 22 tahun dalam perhitungan
analisa frekuensi curah hujan. Kemudian
dihitung intesitas hujan dengan pengaruh
waktu konsentrasi. Dari perhitungan tersebut
maka dapat dihitung debit maksimum tiap
segmen untuk menentukan dimensi saluran
drainase yang dibutuhkan. Berdasarkan
perhitungan saluran drainase direncanakan
berdimensi 40x70cm untuk drainase permanen
dan 30x 50cm untuk drainase sementara.
Detail rencana saluran drainase ditunjukan
pada Gambar 10.
4. Pagar
Penggunaan green belt sebagai pagar sekaligus
sebagai buffer zone dengan tebal min 5m.
5. Papan nama
Perencanaan
Fasilitas
Perlindungan
Lingkungan
1. Liner dasar TPA
Rencana lapis dasar lahan landfill di TPPAS
berturut-turut dari bawah ke atas adalah
sebagai berikut :
a. Lapisan Clay – 1, yang dipadatkan dari 50
cm menjadi 25 cm
b. Lapisan Clay – 2, yang dipadatkan dari 50
cm menjadi 25 cm
c. Geomembran, bahan yang digunakanyakni
HDPE (high-density polyethylene)
d. Lapisan untuk pipa lindi minimum 20 cm
e. Lapisan kerikil 3 cm – 5 cm, dengan
ketebalan sebesar 20 cm
f. Geotekstil
g. Pasir pelindung atau sampah lama 30 cm

SW- 7

Gambar 11. Typikal liner dasar
2. Saluran pengumpul leacheate
3. Pengolahan leacheate
Tahapan yang dilakukan dalam merencanakan
instalasi pengolahan leacheate
a. Analisis karaketristik leacheate, dilakukan
untuk memprediksi kualitas lindi yang akan
terbentuk.
b. Pertimbangan pemilihan lokasi IPL
Lokasi dipilih dengan mempertimbangkan
kondisi topografi dan kedekatan dengan
sumber leacheate. Dipilih lokasi dengan
elevasi terendah dan lokasi sedekat
mungkin dengan site landfill sebagai
sumber leacheate
c. Analisis sistem pengolahan leacheate
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
yakni efektifitas pengolahan, penggunaan
energi,
kemudahan
konstruksi,dan
fleksibilitas sistem serta kemungkinan
pengembangan. Berdasarkan pertimbangan
diatas dipilih pengolahan leachete berupa
kolam stabilisasi yang terdiri dari kolam
anaerob, kolam fakultatif, kolam maturasi,
dan
pada
tahap
akhir
sebagian
diresirkulasikan ke landfill dan sebagian
lagi diresapkan ke lahan sanitasi.
Perhitungan dimesi tiap kolam mengacu
pada kualitas dan kuantitas lindi. Kuantitas
lindi dihitung dengan perhitungan timbulan
lindi menggunakan pendekatan metoda
neraca massa air dari thronwaite (Water
Balance Method).
4. Penanganan gas
Untuk menentukan penanganan gas yang tepat,
perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan
timbulan gas maximum dari suatu landfill. Hal
ini dilakukan dengan cara timbulan gas untuk
setiap tahun selama masa aktif dan periode
penutupan landfill berdasarkan massa sampah

SW- 8

dan umur sampah per tahun menggunakan
metoda Tabasaran.
Guna mengalirkan gas yang terbentuk agar
tidak terperangkap pada landfill dan
menimbulkan kebakaran pada landfill tersebut,
maka diperlukan fasilitas penanganan gas.
Dalam perancangan ini sistem penangkap gas
yang direncanakan sebagai berikut :
A. Ventilasi vertikal, sistem pengendalian gas
vertikal akan dihubungkan dengan sistem
pengumpulan leachate agar leachate yang
terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa
pengendalian gas direncanakan dapat
melayani sampai daerah pada radius 50
meter disekitarnya, yang dipasang dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Diameter pipa gas 20 cm
b. Jarak antar pipa 50 m
c. Media kerikil 5 – 10 cm dengan
ketebalan sekitar 40 cm yang dapat
dicetak
dengan
bantuan
bronjong/anyaman bambu.
d. Lubang bore 80 cm
e. Pipa vertikal
direncanakan dengan
sistem progessive well dan pada akhir
operasi
pada
pipa
gas
akhir
dipergunakan penutupan gas dengan
fleksibel joint.
f. Perforasi 10 mm
g. Pada masa akhir operasi, pipa gas akhir
dipergunakan penutupan gas dengan
fleksibel joint

Gambar 12. Typikal ventilasi gas vertikal

B. Ventilasi horizontal
Setiap 5 meter ketinggian sampah, tanah
penutup antara dilapisi kerikil penangkap
gas. Lapisan kerikil direncanakan memiliki
ketebalan 20 cm dengan diameter kerikil
30-50 mm.
Pengelolaan akhir gas yang dalam perencanaan ini
direncanakan dimanfaatkan untuk keperluan gas
sekitar TPPAS
5. Tanah penutup
Perencanaan tanah penutup ialah sebagai
berikut :
Tanah penutup harian dan tanah penutup
antara:
a. Tanah penutup harian direncanakan dari
bahan lempung (clay) dengan kelulusan
maksimum 1 x 10-6 cm/detik
b. Tebal tanah penutup harian (hi) : 20 cm
c. Tebal tanah penutup antara : 30 cm
d. Kemiringan lapisan harian dan lapisan
antara sebesar 15-25%
e. Kebutuhan jumlah tanah penutup harian
dihitung dengan persamaan berikut.
Jumlah tanah penutup harian setiap tahunnya
bervariasi sesuai dengan dimensi selnya.
Volume selimut tanah penutup yang
terkompaksi :
ℎ𝑤

𝑆1 = ((sin 𝑎) + 𝑙𝑤) 𝑥 ℎ𝑖 𝑥 𝑝𝑠 (3)

dengan hw: tebal sel sampah, lw: lebar sel
sampah, ps: panjang sel
Tanah penutup akhir:
a. Kemiringan lapisan sampah untuk lapisan
akhir 20-30%
b. Kelulusan maksimum tanah penutup final
ialah 10-7 cm.detik
c. Rencana lapis dasar lahan landfill di
TPPAS berturut-turut dari bawah ke atas
adalah sebagai berikut :
d. Diatas timbunan sampah dilapisi tanah
penutup reguler 20 cm dengan pemadatan
e. Lapisan karpet kerikil berdiameter 30-50
mm setebal 20 cm sebagai penangkap gas
horizontal
f. Lapisan tanah liat setebal 20 cm
g. Lapisan karpet kerikil under drain dengan
media kerikil berukuran 30-50 mm setebal
20 cm
h. Lapisan tanah humus setebal 80 cm

Gambar 13. Typikal penutup akhir
6. Zona penyangga, disediakan lahan untuk green
belt melingkari tapak sebagi penahan
gangguan yang diakibatkan oelh kegiatan dan
aktivitas sekitar TPA. Akan ditanam pohonpohon baru dan atau mempertahankan pohon
lama untuk menahan kemungkinan erosi dan
longsoran.
Perencanaa Fasilitas Penunjang
1. Jembatan timbang
Jembatan timbang saat ini sudah dipasang
dekat dengan kantor/pos jaga dan terletak pada
awal jalan masuk TPA. Kapasitasnya 50 ton
dengan luas lantai timbang 3x6 m.
Direncanakan terdapat pengembangan berupa
ruang registrasi disebelah jembatan timbang.
Hal ini ditujukan untuk memudahkan petugas
melakukan pencatatan sampah yang masuk.
2. Fasilitas penunjang lainnya
Fasilitas penunjang lainnya diantaranya
tersedia hidran kebakaran, sumur mata air,
reservoir
penampunagan
air,
sumur
pemantauan, sarana penerangan, dan papan
nama lokasi.
Perencanaan Fasilitas Operasional
1. Bulldozer
Bulldozer digunakan untuk mendorong dan
meratakan sampah yang dituangkan truk dari
lahan curah ke lahan timbun. Perhitungan
jumlah kebutuhan buldozer digunakan
Persamaan (4), (5), (6), (7):
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑑𝑜𝑧𝑒𝑟 =

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛𝑑𝑓𝑖𝑙𝑙𝑘𝑎𝑛

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑙𝑑𝑜𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

60 𝑥 𝐵 𝑥 𝐷 𝑥 𝐸
𝑇
2

𝑄=
𝐵=𝐿𝑥𝐻 𝑥𝑎
𝑀
𝑀
𝑇 = 𝐺1 + + 𝑧
𝐺2

SW- 9

(5)
(6)
(7)

(4)

dengan Q: produktivitas kerja (m3/jam), B:
kapasitas blade (m3), L: panjang blade (m),
H:tinggi blade (m), a: faktor blade, D: efisiensi
menit kerja per jam, E: efisiensi kerja, T:
waktu siklus kerja, G1: kecepatan maju
(m/menit), G2: kecepatan mundur (m/menit),
Z:waktu ganti gigi (menit). Berdasarkan
Permen PU No.3 Tahun 2013 buldozer yang
digunakan yakni 120-300 HP, maka dipilih
buldozzer merk Caterpillar D5R XL.
Berdasarkan perhitungan dengan spesifikasi
merk tersebut diperoleh kebutuhan jumlah
buldozer sebanyak 9 unit.
2. Excavator
Alat berat ini digunakan untuk menaikan dan
meninggikan smapah dengan alat skopnya.
Produktivitas kerja louder dihitung dengan
persaman :
60 𝑥 𝐿 𝑥 𝑓 𝑥 𝐸
(8)
𝑄=
𝑇
𝑇 = 𝑡1 + 𝑡𝑚 + 𝑡𝑡 + 𝑡𝑑
(9)
dengan Q :Produktivitas kerja (m3/jam), L:
kapasitas bucket/ skop (m3/angkat), F:faktor
pengisian skop (Bucket Fill Factor),
E:Efisiensi kerja, T:waktu siklus kerja (menit),
t1: time loader/ waktu membebani (menit),
tm:time manuver/ waktu manuver (menit),
tt:time turn/ waktu membalik (menit), td: time
dump /waktu menumpah (menit). Berdasarkan
peraturan Pemen PU no 3 tahun 2013
spesifikasi excavator yang digunakan
disyaratkan dengan ukura bucket 0,5-1,5 m3.
Maka dipilih type Volvo EC220DL. Jumlah
excavator yang dibutuhkan dengan spesifikasi
type tersebut ialah 3 unit.
3. Dumptruck
Dump truck yang dimaksud merupakan truck
yang digunakan khusus untuk mengangkut
tanah penutup dari suatu lokasi ke lokasi
sannitary landfill. dipilih yakni type FM 285
JD Hin.
Kebutuhan dumptruck dihitung dengan
persamaan :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑥 𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 (10)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 = 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 (11)
Berdasarkan perhitungan diperoleh kebutuhan
dumptruck sebanyak 6 unit.

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
Dalam rancangan anggaran biaya ini akan
diperkirakan besarnya biaya investasi dan
operasional
yang
dibutuhkan
untuk
pengembangan TPPAS Legok Nangka yang
direncanakan. Perhitungan biaya meliputi :

1. Biaya pekerjaan persiapan
2. Biaya konstruksi landfill dan biaya kontruksi
IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) yang
direncanakan.
3. Biaya operasi dan pemeliharaan landfill
Tabel 8. Rekapitulasi biaya total proyek
pengembangan zona landfill di TPPAS Legok
Nangka
URAIAN

JUMLAH HARGA
( Rp )

PEKERJAAN PERSIAPAN
Fasilitas kontraktror dan lain130.298.128
lain
Mobilisasi
107.500.000
Demobilisasi

32.250.000

PENGEMBANGAN ZONA LANDFILL
Pekerjaan persiapan
8.446.562
Pekerjaan galian dan urugan
38.146.954.970
Pekerjaan sistem liner
21.939.958.053
Pekerjaan instalasi pipa lindi
1.187.527.632
dan gas
Pekerjaan sal. Lindi keliling
1.177.094.435
landfill
Pekerjaan jalan operasi turun
1.509.491.930
( p = 177,4 m )
Pekerjaan jalan operasi naik (
1.069.448.922
p = 155 m )
Pekerjaan lain-lain
1.049.204.875
PEMBANGUNAN INSTALASI PENGELOLAAN
LINDI
Pekerjaan persiapan
8.258.749
Pekerjaan bak pengumpul
22.598.037
Pekerjaan kolam anaerobik
1.278.073.116
Pekerjaan kolam fakultatif
417.304.311
Pekerjaan kolam maturasi
626.643.050
Pekerjaan lahan sanitasi
91.624.083
Pekerjaan rumah pompa
91.436.317
Pekerjaan sludge drying bed
156.098.587
Pekerjaan saluran drainase
3.375.216.156
Pekerjaan lain-lain
11.000.000
JUMLAH
PPN 10%
TOTAL
GRAND TOTAL

72.436.427.915
7.243.642.791
79.680.070.706
79.680.070.700

Maka perkiraan total biaya dalam
pengembangan pra rancang landfill di TPPAS
Legok Nangka Kecamatan Nagreg Kabupaten
Bandung
ini
adalah
sebesar
Rp.
79.680.070.700,00 (tujuh puluh sembilan miliar
enam ratus delapan puluh juta tujuh puluh ribu
tujuh ratus rupiah).

SW- 10

Tabel 9. Rekapitulasi biaya operasional dan
pemeliharaan landfill di TPPAS Legok Nangka
No
1

2

Biaya operasional dan pemeliharaan
Kebutuhan
Rp/tahun 41.902.647.631
biaya operasi
Rp/ton
203.845
Kebutuhan
biaya
pemeliharaan

Rp/tahun

Rp/ton
3

Total biaya
operasi dan
pemeliharaan

Rp/tahun

Rp/ton

9.496.320.000

46.197
51.398.967.631

250.042

Maka perkiraan total biaya operasi dan
pemeliharaan TPPAS Legok Nangka Kecamatan
Nagreg Kabupaten Bandung ini adalah sebesar
Rp. 250.042,00/ton sampah.
KESIMPULAN
Pengembangan desain TPPAS Legok
Nangka direncanakan dengan menambah zona
baru untuk meningkatkan daya tampung TPPAS.
Beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Berdasarkan hasil analisa metoda SNI 19-2411994, lokasi memiliki total nilai sebesar
63,29%(layak), sedangkan berdasarkan analisa
meto Le Grand lokasi cenderung diterima
namun kemungkinan pencemaran yang terjadi
sulit terkategori sehingga perlu masukan
teknologi.
2. Berdasarkan perhitungan dengan penambahan
zona baru tersebut usia layan pakai TPPAS
meningkat 3 tahun 5 bulan 20 hari dengan
syarat pengolahan sampah sebelum diurug
sesuai yang direncanakan. .
3. Beberapa fasilitas yang perlu direncanakan
untuk menunjang pengembangan TPPAS
Legok nangka antara lain : Fasilitas umum
(rencana jaringan jalan, bangunan penunjang,
drainase, pagar, papan nama), fasilitas
perlindungan lingkungan (liner dasar, saluran
pengumpul dan pengolah leacheate, tanah
penutup, ventilasi gas, dan zona penyangga),
fasilitas penunjang (jembatan timbang dan
hangar), dan fasilitas operasional (bulldozer,
excavator, dan dumptruck).
4. Perkiraan total biaya dalam pengembangan pra
rancang landfill di TPPAS Legok Nangka ini
adalah sebesar Rp. 79.680.070.700,00 (tujuh
puluh sembilan miliar enam ratus delapan
puluh juta tujuh puluh ribu tujuh ratus rupiah)

dan biaya satuan pengelolaan sampah sebesar
250.042,00/ton sampah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). SK SNI T-11-1991-03 tentang
Damanhuri, Enri dan Damanhuri, Tri
padmi, 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan
Sampah. Institut Teknologi Bandung.
Damanhuri, Enri dan Damanhuri, Tri padmi,
2016. Pengelolaan Sampah Terpadu.
Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Damanhuri, Enri., Damanhuri, Tri padmi, 2004.
Pengelolaan Sampah. Program Studi
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung.
Das, Braja M., 2002. Principles of Geotechnical
Engineering 5th Edition. PWS Publishing,
Pacific Grove
Departemen PU, 2013. Materi Bidang Sampah,
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan
Bidang PLP, Direktorat PLP-Direktorat
Jendral Cipta Karya.
Moduto, 1998. Drainase Perkotaan Volume 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nabilah, A. Qinthari, 2016. Studi Pemilihan
Alternatif Teknologi Pengolahan Sampah
Kawasan Regional (Studi Kasus: TPA
Legok Nangka), Tugas Akhir pada jurusan
Teknik Lingkungan ITB.
Republik Indonesia, Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Sub Direktorat Persampahan. 2013.
Lampiran III Persyaratan Teknis Penyedia
Pengoperasian,
Penutupan
Atau
Rehabilitasi TPA Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Rumah Tangga. Jakarta
SNI 19-3241-1994. Tata Cara Pemilihan Lokasi
Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
SNI 19-3964-1995. Metoda Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18.
2008. Pengelolaan sampah. Jakarta :
Direktorat jenderal Peraturan Perundangundangan
Suwandi, Dedi. Tugas Akhir : Rencana Rinci
Sistem Pembuangan Akhir Persampahan
Kotamadya DT II Cirebon. Program Studi
Teknik Lingkungan : 1989.

SW- 11