Lingkungan Eksternal dan Internal Agribi

LAPORAN OBSERVASI LAPANG SISTEM AGRIBISNIS
KOMODITAS IKAN LELE DI DESA RAMBIGUNDAM
KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER

TUGAS KELOMPOK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Praktikum
Wawasan Agribisnis Progam Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Disusun Oleh:
Golongon H / Kelompok 6

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian di bidang pertanian. Secara geografis, Indonesia juga merupakan
negara kepulauan yang memiliki potensi alam yang besar tidak hanya dalam
bidang kelautan tapi juga dalam pengolahan pertanian. Potensi pertanian
Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan wilayah Indonesia yang memiliki
wilayah daratan sepertiga dari luas keseluruhan yang dilewati barisan pegunungan
dunia. Hal ini menyebabkan wilayah daratan Indonesia subur. Oleh karena itu,
tidak mengherankan jika sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani. Itulah mengapa selain disebut sebagai negara maritim, Indonesia
juga disebut negara agraris.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar
dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka
pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan
perekonomian bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil
bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan pekerjaan
bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan
nasional, dan sebagainya. Sektor pertanian menjadi dasar dalam mengembangkan
kegiatan ekonomi melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu
agribisnis dan agroindustri. Agribisnis adalah kegiatan di bidang pertanian dimana
organisasinya dan manajemennya dirancang untuk memperoleh nilai tambah
komersial melalui aktivitas pra usahatani, usahatani atau produksi dan pasca

usahatani. Pembangunan dengan sistem agribisnis diharapkan dapat meningkatkan
kualitas , kuantitas, produktivitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian baik
yang dikelola secara mandiri maupun secara kemitraan.
Pertanian dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu subsektor tanaman pangan,
subsektor perkebunan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor
peternakan dan subsektor perikanan. Subsektor perikanan adalah kegiatan usaha
yang mencakup penangkapan dan budidaya ikan. Perikanan adalah semua
kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumber daya
ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai

dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem agribisnis. Ikan
merupakan sumber protein hewani yang beresiko lebih kecil bagi kesehatan
manusia karena memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang berperan dalam
melindungi jantung. Daging ikan dapat menurunkan kolestrol dalam darah,
mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat diperlukan untuk
pembentukan otak dibandingkan dengan sumber protein lainnya seperti daging,
ayam, dan telur.
Sistem agribisnis sendiri memiliki lingkup lingkungan yang dibagi menjadi
dua, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan internal
adalah lingkungan yang berasal dari dalam sistem agribisnis seperti, sarana

produksi, tenaga kerja, modal, dan lain-lain. Lingkungan eksternal adalah
lingkungan yang turut membantu suatu sistem agribisnis yang berasal dari luar
lingkup tersebut seperti, kebijakan pemerintah, sosial budaya, fisik teknis dan
ekonomi bisnis. Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji,
Kabupaten Jember dikelola langsung oleh pemerintah, tetapi masyarakat sekitar
balai tersebut memiliki peran dalam pengembangan sistem agribisnis disana.
Budidaya ikan di Balai Benih Ikan Desa Rambigundam juga memiliki berbagai
lingkungan internal dan eksternal dengan kendala-kendala yang ada.

2.

PEMBAHASAN
Menurut David dalam Yulianti (2011), bahwa analisis lingkungan bisnis

merupakan salah satu tahap analisis dalam kajian strategi. Faktor-faktor
lingkungan sangat berpengaruh untuk menentukan keberhasilan pengembangan
agribisnis yang terdiri dari faktor internal serta eksternal (Susilawati, 2005).
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berasal dari dalam organisasi atau
perusahaan itu sendiri yang berdasarkan pendekatan fungsional, sistem informasi
maupun berdasarkan unit aktifitas keunggulan bersaing. Faktor eksternal adalah

untuk mengembangkan daftar terbatas dan ancaman yang harus dihindari.
Pelaksanaan analisis faktor internal sama dengan proses analisis eksternal
(Yulianti, 2011).

Faktor internal melingkupi sarana, tenaga kerja, dan metode usaha, serta
modal usaha yang dikeluarkan. Sarana perikanan dibutuhkan dalam upaya
pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya ikan unggulan. Menurut Bengen (2001),
bahwa

tersedianya

prasarana

dan

sarana

produksi

secara


lokal

yang

memungkinkan masyarakat dapat memperolehnya dengan harga murah dan
kualitas yang baik. Sarana sangat dibutuhkan dalam pembenihan ikan.
Pembenihan ikan membutuhkan sarana produksi berupa kolam, air, filter, aerasi,
dan pakan ikan, serta obat-obatan selama masa pembenihan pada Balai Benih
Ikan di Desa Rambigundam, Kabupaten Jember. Kolam yang terdapat pada Balai
Benih Ikan di Desa Rambigundam, Jember total keseluruhan terdapat 23 kolam
untuk pembibitan dan pemeliharaan induk ikan serta 8 kolam dibawah naungan
untuk proses perkawinan, peneluran, dan pemeliharaan benih ikan. Kedalaman
kolam sendiri berbeda-beda, ada yang berukuran 40m x 40m serta 40m x 50m
dengan kedalaman kolam 120 cm, namun ketinggian air didalam kolam hanya
setinggi kira-kira 80cm agar saat hujan air tidak meluap ke permukaan. Kolamkolam yang terdapat pada tempat benih tersebut, beberapa untuk pembenihan
mulai dari pembenihan, pembibitan, pemeliharaan induk, dan perkawinan induk
untuk mendapatkan benih kembali. Kolam untuk perkawinan dan peneluran pada
umumnya terdapat dibawah naungan serta jauh dari keramaian, kolam tersebut
berukuran 2m x 3m. Kondisi air pada umumnya harus tenang, apabila

menggunakan kolam maka tidak dibutuhkannya aerasi, sedangkan apabila
dilakukan disebuah wadah atau nampan maka dibutuhkannya aerasi untuk
memberikannya pasokan oksigen didalam air. Air yang digunakan untuk mengisi
kolam adalah air sungai. Air artesis juga dijadikan salah satu sumber air untuk
mengairi kolam di Balai Benih Ikan Rambigundam, jadi ketika sungai mengalami
kekeringan dapat digantikan dengan air artesis. Penggunaan filter juga dibutuhkan
sebagai sarana budidaya ikan, filter bekerja dengan cara air yang berasal dari
sungai masuk kedalam mesin filter yang memiliki fungsi menyaring air sungai
terlebih dahulu apabila ada kotoran yang akan masuk kedalam kolam. Setelah
melalu filter tersebut, air mengalir kesetiap kolam, dan ada air yang keluar dari

kolam guna membersihkan dari kotoran-kotoran ikan. Pada umumnya ikan-ikan di
Balai Benih Ikan Rambigundam di Desa Rambigundam, Jember diberi pakan
pelet ikan, untuk benih-benih ikan biasanya diberi pakan ulat sutera agar
pertumbuhan ikan baik. Obat-obatan ikan pada umumnya menggunakan obat
tradisional yaitu, kunyit dan garam dapur, selain itu juga menggunakan obat kimia
yaitu, supertetra.
Tenaga kerja di Balai Benih Ikan Rambigundam Desa Rambigundam, Jember
tidak hanya menggunakan penduduk setempat saja, tetapi ada tenaga kerja yang
berasal dari daerah luar Rambigundam seperti kalisat, seperti narasumber yaitu

Bapak Muhammad Mochtar, 48 tahun. Tenaga kerja juga ada yang berasal dari
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari luar kota maupun didalam kota untuk
melakukan magang di Balai Benih Ikan Desa Rambigundam Jember selama 3-4
bulan. SMK Prajegan, SMK Kalibaru, dan SMK Tanggarang. Tenaga kerja di
Balai Benih Ikan Rambigundam tersebut berjumlah 33 orang, dengan 6 orang
pekerja tetap dan 27 siswa SMK yang sedang melakukan magang. Upah tenaga
kerja yang diterima oleh pegawai tetap adalah sebesar Rp 400.000,- dan masih
mendapat tunjangan seperti makan, transportasi dan bonus apabila penjualan
benih berlimpah, untuk siswa SMK yang melakukan magang tidak mendapatkan
upah, tetapi apabila ada bonus penjualan maka sebagian diberikan untuk siswa
SMK yang sedang magang tersebut. Pendidikan tenaga kerja di Balai Benih Ikan
Rambigundam tersebut maksimal adalah SMA. Pekerjaan di Balai Benih Ikan
Rambigundam dilakukan 7 hari dalam seminggu mulai dari pukul 07.00-16.00
setiap harinya. Pada hari sabtu dan minggu dilakukan pergantian pekerjaan
dengan tenaga kerja yang lain, sehingga tenaga kerja memiliki waktu libur sehari
dalam satu minggu. Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam pada hari sabtuminggu tidak tutup, karena biasanya petani ikan datang membeli ikan paling
banyak dihari Sabtu dan Minggu.
Metode usaha yang digunakan di Balai Benih Ikan Rambigundam tersebut
menggunakan sistem semi modern. Mayoritas alat-alat di Balai Benih Ikan
Rambigundam tersebut masih terbilang tradisional, seperti sistem pengairan,

penggunaan jaring, dan cara pembenihan. Ada beberapa teknologi yang digunakan

seperti, penggunaan filter, penggunaan pengatur suhu air pada pembenihan ikan
patin yang harus bersuhu hangat, dan penggunaan aerasi. Penggunaan teknologi
menurut para tenaga kerja membuat pekerjaan lebih mudah, terutama dalam
pemeliharaan dan pembenihan yang membutuhkan perawatan khusus. Proses
pemeliharaan ikan di Balai Benih Ikan Rambigundam Desa Rambigundam,
Jember tergantung dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Pemeliharaan ikan pada
umumnya melakukan pembersihan kolam selama sebulan sekali, dengan cara
menyurutkan air dalam kolam terlebih dahulu, lalu memindahkan ikan ke kolam
yang lain, setelah itu air dibuang dari kolam dan kolam dibersihkan, terakhir
kolam diisi lagi dengan air yang baru. Pemberian pakan ikan yang teratur juga
membuat pertumbuhan yang baik pada ikan dan benih.
Modal usaha pada Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam, Jember
keseluruhan berasal dari pemerintah. Balai Benih Ikan tersebut berada dibawah
naungan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jember, sehingga segala
pengeluaran baik untuk sarana produksi, budidaya, panen ikan, dan pemasaran,
serta upah untuk tenaga kerja berasal dari APBD Kabupaten Jember. Hal itu sudah
tertera didalam Peraturan Daerah (Perda) tahun 2003. Pada pasal 32, bahwa
keuangan untuk pembiayaan kegiatan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Jember disediakan dari APBD serta subsidi atau bantuan dari Pemerintah Atasan
atau Lembaga lainnya di luar Pemerintah Daerah yang diperoleh secara sah.
Faktor eksternal di Balai Benih Ikan Desa Rambigundam, Jember mencakup
fisik teknis, kebijakan pemerintah, ekonomi sosial, dan sosial budaya. Fisik teknis
Desa Rambigundam, Jember mencakup keadaan geografis, topografi, iklim, dan
keadaan sumber air. Desa Rambigundam, terletak di Kecamatan Rambipuji,
Kabupaten Jember. Desa Rambigundam memiliki batas-batas wilayah, yaitu :
Utara : Desa Glagahwero, Panti dan Desa Gubut, Rambipuji
Selatan: Desa Paliwining, Rambipuji dan Desa Rambipuji, Rambipuji
Timur : Desa Jubung, Sukorambi
Barat : Desa Pecoro, Rambipuji
Topografi di Desa Rambigundam, Jember adalah desa dengan dataran rendah
seluas 436 ha/m2, dan luas desa yang dialiri oleh sungai kurang lebih seluas

7ha/m2. Ketinggian Desa Rambigundam, Jember adalah 54 meter diatas
permukaan laut. Warna tanah di Desa Rambigundam, Jember berwarna hitam,
dengan tekstur tanah yaitu debuan. Iklim di Desa Rambigundam, Jember memiliki
curah hujan 47 mm, dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan. Balai Benih
Ikan yang terdapat di Rambigundam hanya satu dengan luas 2,5 ha/m 2. Sumber
air di Desa Rambigundam sangat tercukupi, karena terdapat aliran sungai yang

mengaliri beberapa tempat di Desa Rambigundam.
Pemerintah memiliki beberapa kebijakan berupa peraturan yang terdapat
dalam Peraturan Daerah tahun 2003 untuk Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Jember, khususnya dalam bidang perikanan. Kebijakan pemerintah
tersebut terdapat dalam pasal 14 sampai 17. Kebijakan tersebut bersifat mengikat
kepada seluruh Balai Benih Ikan baik dari pemerintah maupun milik pribadi.
Selain dari kebijakan dan aturan juga terdapat penyuluhan yang penting bagi
pengetahuan pembudidayaan ikan. Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam,
Jember adalah kepemilikan pemerintah, sehingga terkadang balai ikan tersebut
memberikan penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung kepada petani
ikan. Penyuluhan tidak dilakukan secara rutin, penyuluhan secara langsung
terakhir diadakan sekitar 3 bulan yang lalu, yaitu sekitar bulan Desember 2014.
Penyuluhan secara tidak langsung yang diberikan pengelola balai benih ikan
kepada petani ikan misalkan, ketika seorang petani ikan membeli benih lalu
bertanya mengenai cara perawatan ikan, pakan ikan yang baik, maka akan
diberikan penjelasan langsung oleh pengelola balai tersebut. Penyuluhan secara
langsung biasanya diadakan di Balai Benih Ikan Desa Rambigundam, Jember
sendiri bersama para petani ikan, atau langsung terjun ke lapang di tempat para
petani ikan, dan terkadang diadakan langsung oleh pemerintah Kabupaten Jember,
sehingga bertempat di Dinas Perikanan, Kabupaten Jember. Penyuluhan tersebut

sebagai faktor penunjang bagi para petani ikan, agar dapat mengetahui cara
membudidayakan ikan secara baik dan benar. Petani juga dapat menjadi lebih baik
serta maju dalam membudidayakan ikan, terutama petani ikan lele di Jember.

Tidak hanya untuk sarana penyuluhan dan aturan, tetapi juga dalam bidang
keuangan terdapat kebijakan yang mengatur pengeluaran dan pemasukan biaya
dari Balai Benih Ikan, terlebih karena dibawah naungan pemerintah. Dana berasal
dari APBD ataupun subsidi dari Kabupaten Jember. Ekonomi sosial yang terdapat
dalam Balai Benih ikan di Desa Rambigundam, Jember berpengaruh kepada
penghasilan dan kesejahteraan tenaga kerja maupun masyarakat sekitar.
Pengolahan yang minimal dan dapat memanfaatkan limbah telah dimanfaatkan
oleh Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam, Jember pada saat pembuangan air.
Saat air yang berasal dari air kolam yang dibuang terdapat kotoran-kotoran ikan
yang terbawa, air mengalir kedalam sungai dan disebelah balai benih ikan tersebut
terdapat sawah yang menggunakan sungai yang sama, sehingga secara otomatis
kotoran-kotoran ikan tersebut dapat menjadi pupuk organik dalam pembudidayaan
padi maupun tanaman-tanaman pertanian yang lainnya. Balai benih ikan di Desa
Rambigundam, Jember tersebut tidak memiliki agroindustri, melainkan langsung
dipasarkan kepada petani ikan.
Pemasaran ikan lele di lakukan dengan 2 cara, yaitu langsung kepada petani
ikan dan tengkulak, yang dimaksud langsung dengan petani adalah pembeli
langsung datang ke Balai Benih Ikan Rambigundam, sedangkan yang dimaksud
dengan langsung ke tengkulak yaitu tengkulak datang langsung ke Balai Benih
Ikan Rambigundam, kemudian dapat menjualnya kembali di pasar. Harga ikan
disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan sendiri. Balai Benih Ikan di
Rambigundam, Jember tidak menjual untuk ikan yang berumur diatas 3 bulan,
karena setelah umur 3 bulan balai ikan tersebut akan memelihara untuk menjadi
indukan ikan, agar saat dewasa dapat dikawinkan dan berkembang biak lagi.
Sistem pemasaran benih ikan mengalami beberapa kendala diantaranya yaitu
ketika harga pakan naik sedangkan harga benih ikan tidak mengalami kenaikan
dapat menyebabkan kerugian bagi Balai Benih Ikan di Desa Rambigundam.
Kendala yang lainnya dipengaruh oleh iklim, misalkan terjadi kekeringan
sehingga kolam kosong tidak terisi benih baru, maka tidak ada petani ikan yang
dapat membeli benih ikan di balai tersebut. Sistem pemasaran hasil budidaya
seperti ini sudah cukup efektif dan efisien, karena balai tidak perlu susah payah

untuk mencari pembeli dan memasarkan langsung ke pasar. Pemasaran yang
dilakukan terdapat perantara antara petani dan balai ikan, biasanya untuk para
petani ikan yang membeli benih ikan dalam jumlah yang banyak atau dekat
dengan tempat tinggal pekerja di balai tersebut akan diantarkan ke tempat petani
tersebut. Transportasi untuk pengangkutan benih menggunakan motor ataupun
mobil pick up, dan biasanya ada tarif tambahan disesuaikan dengan jarak yang
diantarkan. Terkadang benih ikan diantarkan oleh pekerja karena jarak pembeli
dengan rumah pekerja berdekatan, sehingga pekerja yang mengantarkan benih
tersebut biasanya mendapatkan upah tambahan yang sering dikatakan sebagai
“uang bensin”.
Balai benih ikan di Desa Rambigundam tidak memiliki lembaga atau koperasi
bagi para petani ikan. Pada umumnya balai tersebut langsung memberikan
bantuan ataupun penyuluhan bagi para petani. Bantuan disesuaikan dengan
kebutuhan para petani ikan, contohnya kalau petani ikan menggunakan kolam
terpal, maka balai memberikan bantuan terpal, benih, pakan, ataupun obat-obatan.
Balai benih ikan tersebut tidak memiliki kerjasama dengan pihak luar maupun
swasta. Pada Desa Rambigundam, hanya terdapat satu balai benih ikan, sehingga
banyak petani ikan yang datang dari luar daerah Desa Rambigundam untuk
membeli benih ikan.
Balai Benih Ikan Desa Rambigundam, Jember masih memegang unsur
budaya yang ada, contohnya pada saat mendapatkan benih yang berlimpah dan
penjualan bagus maka biasanya mengadakan pengajian dengan masyarakat sekitar
balai tersebut. Acara tersebut tidak diadakan secara rutin, terkadang apabila ada
hasil ikan yang lebih maka akan dimasak dan dibagikan kepada masyarakat
sekitar. Kehidupan masyarakat sekitar terbantu dengan adanya balai tersebut
karena dibalai tersebut terdapat sumber air artesis yang dimanfaatkan warga
sekitar untuk keperluan sehari-hari.

3.

PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Balai Benih

Ikan di Desa Rambigundam, Jember memiliki lingkungan internal dan eksternal
yang dapat mempengaruhi hasil produksi, pemasaran, maupun faktor-faktor
penunjang lainnya. Balai Benih Ikan Desa Rambigundam, Jember ada dibawah
naungan pemerintah yang segala aspek kegiatan diatur oleh kebijakan pemerintah.
Saran untuk masa yang akan datang, agar balai benih ikan tersebut membentuk
suatu lembaga ataupun koperasi yang tidak hanya membantu para petani ikan dari
segi sarana dan pengetahuan saja, tetapi dari segi modal atau pendanaan juga.

DAFTAR PUSTAKA
Yulianti, Mira. 2011. “Analisis Lingkungan Pengembangan Agribisnis
Komoditas Unggulan Buah-Buahan Kabupaten Minahasa Utara Provinsi
Sulawesi Utara”. Agribisnis Perdesaan. 1(4): 1-8.
Susilawati, Musni Tri. 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis Perikanan
Tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Kabupaten Jember. 2003. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 27 Tahun
2003 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Jember”. Jember: Pemerintah Kabupaten Jember.

DOKUMENTASI

Gambar 1. Dokumentasi bersama responden.

Gambar 3. Wawancaca dengan Bapak Mochtar.

Gambar 4. Indukan ikan lele yang siap di kawinkan.

Gambar 5. Pengeringan kolam untuk dibersihkan