BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba a. Pengertian Manajemen Laba - Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Burs

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

  Earning Management terjadi ketika para manajer menggunakan

  keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja ekonomis perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. (Healy dan Wahlen : 1999).

  Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba dalam arti yang berbeda-beda. Menurut Sulistyanto (2008) dalam Okta (2010) terdapat beberapa definisi mengenai manajemen laba (earnings management) yaitu:

  1. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi (Schipper ,1989).

  2. Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat- akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan (Healy & Wahlen ,1999).

b. Praktek Manajemen Laba

  Praktek manajemen laba dapat ditinjau dari dua perspektif yang berbeda, yaitu: a. Etika Bisnis

  Didalam etika, dapat dianalisis sebab-sebab manajer melakukan manajemen laba.

  b. Teori akuntansi positif Didalam teori ini, dapat dianalisis dan diidentifikasikan berbagai bentuk praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Tinjauan etika manajemen laba yang dilihat dari sudut pandang teori akuntansi positif dapat dijelaskan melalui teori kontrak (contracting

  

theory ). Godfrey, Hodgson dan Holmes (1997) menjelaskan bahwa riset

  dan teori akuntansi positif didasarkan pada asumsi mengenai perilaku individu yang terlibat dalam proses kontrak. Proses kontrak tersebut menghasilkan hubungan keagenan (agency relationship). Hubungan keagenan muncul ketika salah satu pihak (principal) mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh principal. pengambilan keputusan kepada agen. Baik principal maupun agen, kedua-duanya adalah utility maximizer, maka tidak ada alasan yang dapat diyakini bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan principal. Masalah keagenan (agency problem) muncul karena adanya perilaku oportunis dari agen, yaitu perilaku manajemen (agen) untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal dan akhirnya menjadi insentif bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.

c. Motivasi Manajemen Laba

  Scott (1997) dalam Dwi Apriyani (2006), menyebutkan berbagai motivasi mengapa perusahaan, dalam hal ini manajer, melakukan manajemen laba, yaitu:

  Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott (1997) dalam Dwi Apriyani (2006) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:

  1. Bonus Scheme (Rencana Bonus) Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.

  2. Debt Covenant (Kontrak Utang Jangka Panjang) Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.

  Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.

  4. Taxation Motivations (Motivasi Perpajakan) Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.

  5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer) Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

  6. Initital Public Offering (Penawaran Saham Perdana) Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

d. Peluang dan Teknik Manajemen Laba

  Kesempatan bagi manajemen untuk mendistorsi laba timbul karena: 1. Kelemahan yang inheren dalam akuntansi itu sendiri.

  Fleksibilitas dalam menghitung angka laba disebabkan oleh: a.

  Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda. Misalnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. b.

  Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menyusun estimasi.

  2. Informasi asimetri antara manajer dengan pihak luar. Manajer relatif memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak luar (termasuk investor). Mustahil bagi pihak luar untuk dapat mengawasi semua perilaku dan semua keputusan manajer secara detail. Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Setiawati dan Na’im,2000) dalam Dwi Apriyani (2006), yaitu: 1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.

  Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgment terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

  2. Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akuntansi yang dimaksud adalah perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, misalnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

  3. Menggeser periode biaya atau pendapatan.

  Beberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagi manipulasi keputusan operasional (Fischer dan Rozenweig, 1995). Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai (Black,Sellers, dan Manly, 1998), dan lain-lain.

  Tindakan manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Beberapa pola yang dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah Scott, dalam Dwi Apriyani (2006):

  1. Increasing income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain untuk meningkatkan keuntungan. Pemaksimalan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu, tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindar dari pelanggaran kontrak hutang.

  2. Income Minimization yang dilakukan saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal, pembebanan pengeluaran iklan serta pembebanan biaya riset dan pengembangan yang dipercepat.

  3. Taking a bath yang disebut juga dengan big bath. Bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian CEO. Bila teknik ini digunakan, maka laba pada periode yang akan datang menjadi

  4. Income smoothing, yaitu dengan sengaja memperkecil atau memperbesar laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi. Perataan laba didasari oleh keyakinan bahwa angka laba yang stabil dari periode ke periode akan meningkatkan nilai perusahaan (Wolk dan Tearney, 1997).

2. Kaitan IPO dan Manajemen Laba

  Initial Public Offering (IPO) merupakan saat yang penting bagi

  perusahaan. Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public

  Offering /IPO) berarti menawarkan atau menjual effek kepada

  masyarakat. Ini berarti perubahan status perusahaan pribadi menjadi perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal. Ketika suatu perusahaan akan menawarkan saham perdananya, belum ada harga pasar tertentu yang tersedia sampai dengan saham tersebut dijual kepada investor. Emiten dan penjamin emisi (underwriter) harus menggunakan informasi selain harga untuk menentukan harga penawaran, demikian pula investor harus menggunakan informasi yang sama untuk menentukan permintaan mereka.

  Salah satu informasi yang pasti tersedia bagi investor untuk menilai prospek perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana adalah prospektus. Salah satu informasi yang disajikan dalam prospektus adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi bagi investor dan calon investor guna mengambil keputusan yang terkait dengan investasi dana mereka.

  Diharapkan laporan keuangan mampu mencerminkan kondisi keuangan perusahaan sesuai dengan kondisi riil perusahaan. Tetapi, mesti disadari ada satu kelemahan inheren dalam penyusunan laporan keuangan. Proses penyusunan laporan keuangan yang berbasis akrual melibatkan banyak estimasi dan taksiran, seperti misalnya estimasi umur aktiva tetap dan taksiran besarnya nilai residu aktiva tetap dalam menentukan besarnya biaya depresiasi suatu aktiva tetap.

  Keinginan perusahaan untuk mendapatkan nilai positif dari pasar, yang selanjutnya akan menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh, dapat menjadi insentif bagi manajer untuk menyusun prospektus yang menarik, dan tentu saja laporan keuangan yang menarik.

  Telaah terhadap menajemen laba pada saat perusahaan akan go public ini penting karena dua hal, yaitu: a. Teoh et al (1998) dalam Dwi Apriyani (2006) membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa pada saat penawaran saham perdana, sehingga hal ini akan mengakibatkan kesalahan alokasi dana oleh investor dari perusahaan yang benar-benar prospektif ke perusahaan yang tidak prospektif.

  b. Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada saat penawaran saham perdana mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk memperbesar laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian Richardson (1998) membuktikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri maka semakin tinggi manajemen laba.

3. Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak pula perputaran uang dan semakin besar pula ia dikenal di dalam masyarakat. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural total aktiva. Total aktiva dipakai sebagai proxy ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan.

  Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil.

  Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana. Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total

asset yang kecil (Ninna Daniati, 2006) dalam Dian Farisa (2011).

  

Dividend yang dibagikan kepada pemegang saham pun semakin besar.

  Hal ini menyebabkan saham perusahaan tetap menarik bagi investor dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi secara relatif.

  Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar.

  Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, ukuran perusahaan dikelompokkan atas: Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar a. Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset yang kurang dari Rp 200.000.000,- di luar tanah dan bangunan.

  b. Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 200.000.000,- dan kurang dari Rp 5.000.000.000,- di luar tanah dan bangunan.

  c. Perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 5.000.000.000,-.

  Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

4. Saham

a. Pengertian Saham

  Saham dapat didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau bukti kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahan (Brigham, 2006). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut.

  Saham yang diperdagangkan dibursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock) (Anoraga, 2006).

  Saham biasa (commont stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut likuidasi. Sedangkan saham preferen (prefered stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor (Darmadji, 2006). Dari kedua jenis saham tersebut, saham biasa yang paling banyak diperdagangkan dipasar modal.

b. Manfaat Kepemilikan Saham

  Investor yang melakukan pembelian saham, otomatis akan memiliki hak di dalam perusahaan yang menerbitkannya. Banyak sedikitnya jumlah saham yang dibeli akan menentukan persentase kepemilikan dari investor tersebut. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki investor maka semakin besar juga haknya atas perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

  Secara umum ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non-ekonomis (Anoraga, 2006).

  a. Manfaat ekonomis meliputi :

  1. Deviden Deviden (dividen) adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang diberikan perusahaan. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash deviden), yaitu kepada setiap pemegang saham deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock

  dividen ), yaitu kepada setiap pemegang saham dividen dalam akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

  2. Capital Gain

  Capital Gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari

  hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai beli yang lebih rendah.

  b. Manfaat Non - Ekonomis Manfaat Non- Ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham

  (RUPS), untuk menetukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS.

c. Harga Saham

  Harga saham dibursa efek akan ditentukan oleh ketentuan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham tersebut cenderung akan mengalami peurunan.

  Market Price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga

  yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka pasar adalah harga penutupannya (closing price) (Weston, 2004).

  Harga sebuah saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dalam hitungan detik. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan kesystem JATS (Jakarta

  

Autonomated Trading System ). Pada lantai perdagangan Bursa Efek

  Indonesia terdapat kurang lebih 400 terminal komputer dimana para floor

  

tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Pada

  monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu (Darmadji, 2006) : a)

  Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

  b) Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.

  c) High atau Higest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

  d) Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

  e) Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. f) Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga yang terjadi.

  g) Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.30 sore.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu NO. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Independen Kesimpulan

  1. Aria Novalinda (2007)

  Earnings management dan Faktor – Faktor yang Memperngaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001 – 2004

  1.Earnings management

  2.Faktor – Faktor yang mempengaruhi nya pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan

  IPO Terjadi praktek earnings management pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

  2. Ihalauw dan Ummi Pengaruh manajemen laba

  1.Manajemen Tidak ada Arifa (2002) terhadap harga saham pada laba pengaruh perusahaan yang

  2.Harga saham manajemen melakukan Initial Public laba yang

  Offering (IPO) pada dilakukan

  perusahaan manufaktur yag perusahaan terdaftar diBEI terhadap tingkat harga saham.

  3. Gumanti (2001) Pengaruh manajemen laba

  1.Manajemen Tidak adanya dan Saiful (2002) pada laporan keuangan laba pengaruh pada perusahaan go public

  2.Laporan manajemen yang terdaftar di BEI keuangan laba dalam laporan keuangan sebelum perusahaan

  go public .

  4. Andiany (2011) Pengaruh Struktur

  1.Struktur Tidak adanya Kepemilikan, Ukuran kepemilikan pengaruh Perusahaan, Praktek

  2.Ukuran struktur

  Corporate Governance dan Perusahaan kepemilikan,

  Kompensasi Bonus

  3.Corporate ukuran Terhadap Manajemen Laba Governance perusahaan

  4. Kompensasi dan Bonus kompensasi

  5.Manajemen bonus

  Laba terhadap manajemen laba

  5. Rizky (2009) Pengaruh Kinerja

  1.Kinerja Adanya Keuangan terhadap Return Keuangan pengaruh Saham pada Perusahaan

  2.Return kinerja Perkebunan yang Terdaftar Saham keuangan di BEI terhadap

  return saham

  Aria Novalinda (2007) telah melakukan penelitian dengan judul “Earnings management dan Faktor – Faktor yang Memperngaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO”. Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya praktek earnings management pada perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

  Ihalauw dan Ummi Arifa (2002) dan Gumanti (2001) dan Saiful (2002) juga telah melakukan penelitian terhadap pengaruh manajemen laba terhadap harga saham dan laporan keuangan pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana, tetapi mereka tidak menemukan bukti yang cukup kuat mengenai adanya manajemen laba yang income

  increasing dalam laporan keuangan pada saat perusahaan go public.

  Andiany (2011) melakukan penelitian terhadap Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, tetapi tidak menemukan bukti yang cukup kuat adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur.

  Rizky (2009) melakukan penelitian terhadap pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI, dan menemukan adanya pengaruh dari kinerja keuangan terhadap return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI

C. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Praktek Manajemen

  Laba Harga Saham

  ( X1 ) (Y)

  Ukuran Perusahaan ( X2 )

  Gambar 2.1 Kerangka konseptual

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah praktek manajemen laba dan ukuran perusahaan. Sementara variabel dependennya adalah harga saham. Perusahaan atau pun manajer yang melakukan praktek manajemen laba dengan menggunakan metode akrual dapat melakukan perekayasaan laporan keuangan yang dapat meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi. Dengan asumsi demikian, diperkirakan bahwa praktek manajemen laba yang dilakukan pada saat penawaran saham perdana diharapkan mampu mendongkrak harga saham perdana. Dengan nilai laba yang tinggi yang diterima perusahaan pada saat penawaran saham perdana dan pertumbuhan perusahaan yang sangat menjanjikan dengan cara penerapan manajemen laba dapat meningkatkan daya tarik perusahaan untuk menyerap modal dari para investor.

  Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan.Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.

D. Hipotesis Penelitian

  Menurut Erlina (2007), “Hipotesis menyatakan hubungan yang diguna secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban semetara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H

  

1 : Terdapat pengaruh praktek manajemen laba terhadap harga saham pada

perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana.

  H

  

2 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham pada

perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010

0 83 97

Determinan-Determinan Manajemen Laba pada Penawaran Saham Perdana (Kasus pada Perusahaan Sektor Aneka Industri)

0 19 8

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

3 41 85

Efek Mediasi Kinerja Perusahaan Pada Pengaruh Manajemen Laba Riil dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Corporate Governance - Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Manajemen Laba - Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba - Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di Bursa Efek I

0 0 20

Analisis Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Saham Perdana yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010

0 0 16