BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Corporate Governance - Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Corporate Governance

  Perhatian terhadap corporate governance kian meningkat seiring dengan banyaknya masalah skandal keuangan yang muncul di lingkungan bisnis.Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin diyakini muncul karena kegagalan

  

governance telah banyak dikemukakan oleh banyak pakar dan badan sebagai alat

  untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen.Banyak pakar yang telah mendefinisikan istilah corporate governance secara berbeda-beda.

  Darmawati (2003: 7) mendifinisikan corporate governance sebagai keseluruhan

  

set aransement legal , kebudayaan, dan institusional yang menentukan apa yang

  dapat dilakukan oleh perusahaan publik, siapa yang mengendalikan, bagaimana pengendalian dilakukan dan bagaimana resiko dan return dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dialokasikan.

  Lang (1999: 153) mendifinisikan corporate governance berkenaan dengan cara untuk meyakinkan para penyedia dana perusahaan untuk mendapatkan return pada investasi mereka. Sedangkan menurut Boediono (2005: 6) mengemukakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan

  

governance sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang

menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder.

  Sedangkan definisi corporate governance menurut beberapa badan diantaranya FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) (2001) dalam publikasi yang pertamnya mempergunakan definisi Cadbury Committee , yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pemegang kepentingan intern, dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Darmawati (2003: 7) dalam makalahnya menyertakan berbagai definisi corporate governance yang dikemukakan oleh beberapa badan corporate governance yaitu :

  1.OECD Principles of Corporate Governance mendefinisikan Corporate

governance sebagai sistem mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

  2.PWC-ADB SOE Reform Project mengemukakan corporate governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif bersumber pada budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumberdaya, dan risiko secara lebih efisien danefektif dan pertanggungjawaban kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

  3.CalPERS mengemukakan corporate governance merujuk pada hubungan diantara berbagai pihak yang berperan serta dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Pemeran serta utama adalah pemegang saham, pengurus (yang dipimpin oleh Direktur Utama/CEO) dan pengawas.

  Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa pakar dan badan corporate governance di atas, meskipun berbeda-beda namun memiliki maksud yang sama. Dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan mekanisme pengendalian perusahaan yang mengatur tidak hanya shareholder pengendalian dan pertanggungjawaban saja namun juga meningkatkan nilai perusahaan.

2.2 Manajemen laba

  Manajemen laba adalah suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan- pilihan yang ada atau tindakan untuk meningkatkan atau menurunkan pendapatan tanpa adanya kenaikan atau penurunan yang sebenarnya pada proses pelaporan eksternal dengan tujuan untuk menyesatkan beberapa pemakai kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan sehingga tercapai tingkat laba yang diharapkan.

  Berbagai definisi telah diberikan dalam menjelaskan manajemen laba sebagai suatu bentuk khsusus akuntansi yang “dirancang” dan bukannya akuntansi “berdasarkan prinsip”. Schipper melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal ini diasumsikan dapat dilakukan pemilihan metode-metode akuntansi dalam GAAP ataupun dengan cara menetapkan dengan melihat manajemen laba baik dari sudut pandang laba ekonomi (nyata) ataupu dari sudut pandang informasional. Sudut pandang laba mengasumsikan adanya (a) eksistensi dari suatu laba ekonomi nyata yang didistribusikan dengan menggunakan manajemen laba yang disengaja dan/atau menggunakan kesalahan- kesalahan pengukuran yang terdapat dalam aturan-aturan akuntansi dan (b) pendapatan yang kacau dan belum dikelola, yang diperoleh dari properti-properti Sedangkan sudut pandang internasional mengasumsikan bahwa (a) pendapatan adalah suatu sinyal yang digunakan untuk pertimbangkan dan pengambilan keputusan, dan (b) para manajer memiliki informasi yang dapat mereka gunakan ketika mereka memilih unsur-unsur dalam GAAP terhadap berbagai kumpulan kontrak yang akan menentukan pembicaraan dan prilaku mereka.Sudut pandang internasional tersebut di atas dapat dijelaskan lebih baik melaluli definisi berikut ini:

  Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

  Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan (a) untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun bisa melakukan manajemen laba dan penggunanya. Oleh karenanya, terdapat sisi baik dan buruk dari manajemen laba : (a) sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan (b) sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dan mengomunikasikan informasi pribadi kepadapemangku kepentingan eksternal, dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.

  1. Taking a bath Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.

  2. Income minimization Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola taking a

  

bath .Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada laba

sesungguhnya.

  3. Income maximization Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.

  4. Income smoothing Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode- periode tertentu. Tindakan para manajer perusahaan yang melakukan pemanipulasian laporan keuangan dengan menaikkan (menurunkan) laba manajemen laba dapat membuat para investor mengambil keputusan investasi yang salah.Manajer perusahaan memiliki motivasi-motivasi tertentu dalam memanipulasi data keuangan perusahaan. Scott (2003) menemukan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:

  1. Bonus purposes Manajer akan melakukan tindakan oportunistik dengan memaksimalkan laba

  2. Political motivation Banyak perusahaan memiliki politik yang terlihat.Terutama untuk perusahaan yang menaungi hajat hidup banyak orang seperti perusahaan minyak, gas, dan lain-lain.Beberapa perusahaan melakukan earnings management untuk mengurangi visibilitasnya.

  3. Taxation motivation Pajak pendapatan mungkin motivasi yang paling nyata dari manajemen laba.Otoritas perpajakan cenderung memaksakan peraturan akuntansi mereka dalam menghitung pajak pendapatan, mengurangi ruang lingkup perusahaan untuk melakukan manuver.

  4. Perubahan CEO Beberapa dari motivasi manajemen laba ada pada saat adanya perubahan CEO.

  Hipotesis perencanaan bonus memprediksikan bahwa pengunduran diri CEO akan beberapa terlibat dalam strategi maksimalisasi laba untuk meningkatkan bonus mereka.

  5. IPO (Initial Public Offering) Perusahaan yang akan melakukan IPObelum memiliki nilai pasar yang telah terbangun. Dan memungkinkan manajer dari perusahaan going publicakan melakukan manajemen laba untuk menaikkan harga saham mereka.

  6. Informasi kepada investor Manajemen tipikalnya akan memberikan informasi yang terbaik tentang estimasi yang baik pada kekuatan laba maka dapat meningkatkan nilai pasar saham.

2.3 Bank

  Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalaam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya. Komite Nasional Kebijakan Corporate

  

Governance (2004) mendefinisikan bank sebagai lembaga intermediasi yang

  dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri.

  1.Fungsi Bank Fungsi bank secara umum adalah sebagai berikut: a. Sebagai badan pelantara dalam perkreditan berfungsi sebagai penerima kredit atau berupa uang dana yang dipercay akan masyarakat sepertitabungan, giro, dan deposito.

  b. Sebagai badan yang memiliki kemampuan mengedarkan uang, baik uang giral maupun uang kartal.

  c. Sebagai Intermediary Finance membutuhkan dana.

  Sedangkan Totok Budisantoso dalam bukunya yang berjudul “Bank dan Lembaga Keungan Lainnya” menerangkan bahwa fungsi bank adalah

  a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan bank adalah kepercayaan baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

  b. Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor rill tidak bisa dipisahkan.

  c. Agent of Service Bank mempunyai fungsi dalam penawaran jasa perbankan lainnya, salah satunya adalah bank garansi.

2.4 Komposisi Dewan Komisaris

  Menurut UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umun dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

  Komposisi dewan komisaris adalah anggota komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan Suatu perusahaan yang sahamnnya didominasi oleh suatu kelompok – keluarga – dengan pemilikan 60% jumlah saham, secara mutlak menentukan sebagian besar anggota dewan komisaris yang berarti juga menentukan direksi. Sering terjadi yang mengangkat adalah RUPS seperti lazimnya perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek.

  Peran dewan komisaris lebih jelas dan lebih berarti, apabila yang menjalankan perusahaan adalah manajer professional yang bukan pemegang saham.pandangan ini adalah sesuai dengan agency theory yang dijelaskan sebelumnya, bahwa manajemen dalam melaksanakan fungsinya tidak memperhatikan kepentingan para pemegang saham untuk meningkatkan pembelian return (return) sebagai hasil dari modalnya. Menurut teori ini manajer lebih memperhatikan kepentingannya, yaitu bagaimana memperoleh imbalan secara ekonomis yang lebih besar termasuk gaji, bonus, dan insentif lain. Oleh sebab itu harus ada suatu perangkat yang dapat melindungi kepentingan pemegang saham dengan cara melakukan pengawasan terhadap pihak yang

  Dewankomisarisbertanggungjawabuntukmengawasitugas-tugas manajemen.Dengandemikian,dewandireksijugaharusmemberikaninformasi kepadadewankomisarisdan menjawabhal-halyangdiajukanolehdewan komisaris.Dalamhalinidewankomisaristidakbolehmelibatkandiridalam tugas- tugasmanajemendantidakbolehmewakiliperusahaandalam transaksi- transaksidenganpihakketiga. terutamadalampelaksanaanGood Corporate

  Governance .MenurutEgonZehnderInternationaldalamForum for Corporate Governance in Indonesia (2007)danSyakhroza(2002),dewankomisarismerupakanintidari

  corporategovernance yangditugaskanuntukmenjaminpelaksanaanstrategi perusahaan,mengawasimanajemendalammengelolaperusahaan,serta mewajibkanterlaksananyaakuntabilitas.

  Padaintinya,dewankomisarismerupakansuatumekanisme mengawasidanmekanisme,untukmemberikanpetunjukdanarahanpada pengelolaperusahaan.Dengandemikian, dewankomisarismerupakanpusat ketahanandankesuksesanperusahaan.(EgonZehnder, InternationaldalamForum for

  Corporate Governance in Indonesia ,2007)

2.4.1 Tugas Dewan Komisaris

  Tugas-tugas utama dewan komisaris menurutOECD (2004) meliputi:

  a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkansasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitorpenggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualanaset;

  b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil; manajemen, anggota dewan direksi dang anggota dewan komisaris termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan; d.Memonitorpelaksanaangovernance,danmengadakanperubahanjika perlu; e.Memantauprosesketerbukaandanefektifitaskomunikasidalam perusahaan

2.4.2 Fungsi Dewan Komisaris

  Fungsidewankomisaristermasukanggotakomisaris Independenmenurut Forum for Corporate Governance in

  Indonesia (2007)mencakupduaperan sebagaiberikut:

  a.MengawasiDireksiperusahaandalammencapaikinerjadalambusiness plandanmemberikannasehatkepadadireksimengenaipenyimpangan pengelolaanusahayangtidaksesuaidenganarahyanginginditujuoleh perusahaan b.MemantaupenerapandanefektivitasdaripraktikGood Corporate Governance.

  Agarfungsidantugasdewankomisarisinidapatberjalandengan baik,makaperludipastikanbahwasetiapkebijakandankeputusandewan komisarisyangdikeluarkantidakmemihakkepentingandewandireksi komisarisindependendapatberperandalamuntukmewakilikepentingan pemegangsahamminoritas.

  Dalamkaitannyadenganupayamenjalankangoodcorporate governancediperusahaan,seluruhanggotakomisarisataukomisaris independenperlumengertidanmenjalankantugasnyadenganmengacu padaprinsip- prinsipgoodcorporategovernance.

  Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

  Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite Audit adalah:“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.”

  Komite audit adalah sebuah komite kecil dari dewan direksi yang independen dan di luar direktur. Komite audit mempunyai tanggung jawab yang luas terhadap laporan eksternperusahaan, memonitor risiko, dan mengontrol terlibat dalam penyusunan laporan keuangansecara langsung. Komite audit bertindak sebagai pemeriksa manajemen yang independendan sebagai pengacara bagi pengguna luar laporan keuangan dalam menjamin bahwalaporan keuangan disajikan secara akurat yang menggambarkan kegiatan ekonomiperusahaan (Schwieger dan Rottenberg,2003:223).

  Keberadaan komite audit di Indonesia didukung oleh perangkat hukum, di emiten danperusahaan publik mempunyai komite audit, keputusan Ketua BAPEPAMNo.: Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004 serta Keputusan Direksi BEJNo. 339 tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di Bursa Efek Jakarta.

  Selain perangkat hukum, keberadaan komite audit di Indonesia juga didukung dengan didirikannya suatu badan khusus yang menangani permasalahan komite audit di Indonesia,yakni Ikatan Komite Audit Indonesia (The Indonesian

  

Institute of Audit Committee) .Badan khusus ini merupakan badan yang akan

  memayungi serta melakukan pendidikanDan pengakuan terhadap kualifikasi anggota komite audi dalam rangka mempercepattransformasi perusahaan menuju

  good corporate governance (Ikatan Komite AuditIndonesia, 2004).

2.5.1Sifat dan Pembentukkan Komite Audit

  Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugasnya.Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan:

  1. BUMN maupun emiten atau perusahaan publik wajib membentuk komite audit yang bekerja sama secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dan dewan pengawas. Komite audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada komisaris dan dewan pengawas.

3. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan.

  Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independensi Komatite Audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integeritasnya.Hal ini perlu disadari karena Komite Audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris dengan Internal Auditor.

2.5.2Tujuan dan Manfaat Pembentukan Komite Audit

  Tujuan Komite Audit sebenarnya sudah ada dalam definisi Komite Audit itu sendiri.Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tujuan membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

  Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep- Dewan Komisaris atau dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. Sedangkan manfaat Komite Audit dikemukakan oleh Hiro Tugiman (1995, 11), adalah: a.

  Dewan Komisaris dan Direksi akan banyak terbantu dalam pengelolaan b.

  Bagi eksternal auditor adalah keberadaan Komite Audit sangat diperlukan sebagai forum atau media komunikasi dengan perusahaan, sehingga diharapkan semua aktivitas dan kegiatan eksternal auditor dalam hal ini akan mengadakan pemeriksaan, disamping secara langsung kepada objek pemeriksaan juga dibantu dengan mengadakan konsultasi dengan Komite Audit.

  Dari penjelasan tersebut, maka dapat diketahui adanya suatu indikasi bahwa Komite Audit dibentuk karena belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas Dewan Komisaris perusahaan. Pemilihan anggota Dewan Komisaris yang berdasarkan kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check

  

and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit

  internal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen, maka Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut.

2.5.3Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit

  Menurut Hasnati (2003) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 149), Komite audit memiliki wewenang, yaitu:

  1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;

  2. Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan;

  3. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila dipandang perlu.

  Institute, yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 148) Komite Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu: 1.

  Laporan Keuangan (Financial Reporting) Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.

  2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance).

  Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

  3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control) Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh

2.5.4Keanggotaan Komite Audit

  Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota.Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.Sedapat pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

  Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep- 103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

  Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang dikutip Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005, 132) mengharuskan bahwa: “ Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.”

2.6Penelitian Terdahulu

  

Daftar Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Peneliti Penelitian

  Marihot Peran Komite Variabel Indepeneden : Karakter komite audit Nasution Audit Dalam Komite Audit dan aktivitas komite (2012) Manajemen Variabel Dependen : audit tidak

  Laba Manajemen Laba berpengaruh Perusahaan signifikan terhadap Perbankan manajemen laba di perusahaan perbankan Indonesia. Tutut Dwi Pengaruh Variabel Independen :

  1.Proporsi dewan Andayani Karakteristik Karakteristik Dewan komisaris independen (2009) Dewan Komisaris Independen berpengaruh negative

  Komisaris Variabel Dependen : terhadap manajemen Independen Manajemen Laba laba. Terhadap

  2. Komisaris Manajemen Independen yang Laba merangkap jabatan diperusahaan lain berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

  3.Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan praktik manajemenlaba sebelum peraturan diberlakukan

  I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri (2012)

  Pengaruh Kebijakan Dividen dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba

  Variabel Independen : Kebijakan Dividen, kepemilikan institusional, dan komisaris independen.

  Variabel Dependen Manajemen Laba variabel dewan komisaris independen sebagai proksi GCG berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba yang terjadi di perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

  Metta Kusumaningt yas (2011)

  Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba

  Variabel Independen : Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Variabel Dependen : Manajemen Laba

  Independensi komite audit dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sebaliknya, kepemilikan Institusional tidak dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan. Rini Budi Utami, dan Rahmawati

  Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

  Variabel Independen : Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Variabel Dependen : Manajemen Laba

  1. Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur

  2. Keberadaan komite audit dalam perusahaan manufaktur ternyata tidak mampu mengurangi manajemen laba pada hasil pengujian secara parsial keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang menunjukkan tidakada pengaruh yang signifikan. Penelitian mengenai pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Tutut Dwi Andayani pada 2009.

  Tutut(2009) meneliti tentang Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba. Tutut berhasil mencapai kesimpulan Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisarisindependen

  Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri (2012) menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian Tutut Dwi Andayani (2009). Hasil penelitian I Gusti menyimpulkan bahwa variabel dewan komisaris independen sebagai proksi Good Corporate Governance berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba yang terjadi di perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.Keanggotaan dewan komisaris yang terdiri atas komisaris independen perusahaan ternyata tidak mampu mengurangi/ menekan terjadinya manajemen laba, justru memicu manajemen laba.

  Penelitian mengenai pengaruh komite audit terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Marihot Nasution pada tahun 2012. Marihot meneliti tentang peran komite audit terhadap manajemen pada perusahaan perbankan. Marihot berhasil mencapai kesimpulan karakter komite audit dan aktivitas komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba di perusahaan perbankan Indonesia. Hal ini berarti kehadiran komite audit belum dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang terjadi meskipun keharusan meneliti lebih menyeluruh sebaiknya dilakukan penelitian dengan periode yang lebih lama agar gejala manajemen laba lebih terlihat dan peran komite audit dapat lebihdirasakan.

  Penelitian mengenai pengaruh komite audit juga pernah dilakukan oleh Metta Kusumaningtyas pada 2011. Namun hasil kesimpulan penelitiannya berbeda dengan Marihot, dimana Independensi komite audit dapat mengurangi

  Penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap manajemen laba telah dilakukan oleh Rini Budi Utami dan Rahmawati pada tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur dan hasil pengujian secara parsial keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan.

  Berdasarkan hasil penelitian-penelitian dengan hasil yang tidak konsisten tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba.

2.7Kerangka Konseptual

  Dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan, terutamadalampelaksanaanGood Corporate

  Governance .MenurutEgonZehnderdalam InternationalForum for Corporate Governance in Indonesia (2007)danSyakhroza(2002),dewankomisarismerupakanintidari

  corporategovernance yangditugaskanuntukmenjaminpelaksanaanstrategi mewajibkanterlaksananyaakuntabilitas.

  Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai dampak dari indenpendesi terhadap manajemen laba terkait dengan kinerja perusahaan masih beragam, Parulian (2004) menemukan bahwa adanya komisaris independen di perusahaan- perusahan yang listing di BEJ tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi pengelolaan laba perusahaan. Tetapi, Dechow dkk (1996) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang merangkap menjadi komisaris utama. Chtourou dkk (2001) menemukan bahwa dewan komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba.

  Terkait dengan manajemen laba, dewan komisaris independen tidak berkaitan langsung dengan perusahaan yang mereka tangani, karena mereka bertugas untuk memonitoring direksi perusahaan tanpa ada tekanan dari pihak manapun, sehingga pekerjaan yang dilakukannya murni tanpa ada campur tangan

  Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam

  Klein (2002a) menemukan bahwa besaran akrual diskresioner lebih tinggi untuk perusahaan yang mempunyai komite audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen dibandingkan perusahaan yang mempunyai komite audit yang terdiri dari banyak komisaris independen. Wedari (2004) menemukan bahwa akrual diskresioner pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit signifikan lebih tinggi dibandingkan pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit. Sedangkan Parulian (2004) menyimpulkan bahwa komite audit memiliki hubungan negatif signifikan dengan akrual diskresioner yang negatif, tetapi tidak berhubungan signifikan dengan akrual diskresioneryang positif.

  Penelitian lain mengenai komite audit ada yang mengindikasikan kurang efektifnya keberadaan komite audit sebagai salah satu praktek corporate

  

governace di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Mayangsari (2003)

  meneliti pengaruh keberadaan komite audit terhadap integritas laporan keuangan (yang diukur dengan indeks konservatisme). Hasilnya keberadaan komite audit berhubungan negatif dengan integritas laporan keuangan. Sedangkan Nuryanah secara signifikan. Keberadaan komite audit di perusahaan diharapkan agar pengawasan terhadap perusahaan dapat meningkat sehingga tercipta praktik perusahaan yang transparan guna menimalisir terjadinya manajemen laba pada perusahaan.

  Fenomena praktik manajemen laba adalah suatu hal yang penting diketahui oleh para pengguna laporan keuangan, terutama analis keuangan, keuangan seharusnya memang lebih berhati-hati dan bersikap kritis dalam menilai sebuah laporan keuangan.Pasalnya, bisa saja laporan keuangan yang sedang dinilai mengandung angka-angka yang nilainya dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi ekonominya.

  Perilaku manajemen laba sebagai salah satu bentuk tindakan creative

  

accounting dari manajer tentu tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada

  motivasi ekstrinsik dibalik prilaku tersebut.Dalam hal ini, komposisi dewan komisaris dan komite audit memiliki pengaruh yang cukup penting dalam terjadinya manajemen laba pada laporan keuangan sebuah perusahaan.

  Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kerangka konseptual penelitian. Kerangka konseptual penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komposisi dewan komisaris dan komite audit, sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar sebagai berikut :

  KOMPOSISI DEWAN H1 KOMISARIS (X1) H3 MANAJEMEN LABA (y)

H2

KOMITE AUDIT

  (X2)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hipotesis

  Berdasarkan uraian dari kerangka konseptual mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba, maka perumusan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut: H1 : Komposisi komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

  H2 :Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H3 :Secara simultan komposisi dewan komisaris dan komite audit

berpengaruhnegatif terhadap manajemen laba.

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium Dan Natrium Pada Daun Kari (Murraya Koenigii (L.) Spreng) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet

0 0 17

BAB II PROFIL PT. PLN (Persero) - Sistem Informasi Penagihan Tunggakan dan Pelunasan Rekening Listrik di PT. PLN (Persero) Rayon Johor

1 2 14

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN - Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN - Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB II PELAKSANAAN SERTIFIKASI HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI AJUDIKASI PASCA BENCANA TSUNAMI A. Pengertian dan Dasar Hukum Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah - Problematika Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui Ajudikasi Pasca Bencana Tsunami Di Kota Band

0 0 69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Problematika Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui Ajudikasi Pasca Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Gliserol Tribenzoat Dengan Proses Esterifikasi Menggunakan Katalis H-Zeolit Teraktivasi Oleh Asam Sulfat

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Cedera Otak - Peran Inhibitor HMG-CoA Reduktase Dalam Penurunan Interleukin-6 Terhadap Hasil Akhir Klinis Penderita Kontusio Serebri

0 0 40