CERITA HUMOR PAK ANDIR
CERITA HUMOR PAK ANDIR
Pak Andir Comic Tales
Rohim
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta
HP 081317107774, pos-‐el: abdulrohimvanbasten@yahoo.co.id
(Makalah diterima tanggal 16 September 2013—Disetujui tanggal 19 April 2014)
Abstrak: Penelitian ini berusaha mendeskripsikan makna cerita humor “Pak Andir” dengan pers-‐ pektif hermeneutika. Kajian ini difokuskan untuk mengeksplorasi tokoh utama cerita dengan teori aktan dan model fungsional yang dikembangkan oleh Greimas. Sumber data penelitian ini adalah cerita “Pak Andir” yang berasal dari masyarakat Bengkulu Selatan. Dari hasil pembahasan dipe-‐ roleh simpulan bahwa perilaku suami sebagai tokoh sentral mengakibatkan istri menjadi korban. Keangkuhan suami dalam memegang teguh tradisi patriarkat membuat istri tidak berani menjadi diri sendiri. Gugatan sang istri pada akhir cerita merupakan hal positif, tetapi sudah terlambat. Se-‐ bagai wujud apresiasi terhadap karya sastra, makna cerita ini perlu disebarluaskan ke masyarakat khususnya warga Bengkulu, bahwa sifat-‐sifat suami istri itu keliru dan perlu dihindari.
Kata-‐Kata Kunci: cerita humor, model aktan, model fungsional, hermeneutika
Abstract: This study attempts to describe the meaning of comic tale "Pak Andir" with the perspective of hermeneutics. This study is focused on exploring the main character with the theory of functional models and aktan, developed by Greimas. The source of data is the story of "Pak Andir" from the community of South Bengkulu. From the analysis, it is concluded that the behavior of the husband as the central character has made the wife a victim. The husband’s arrogance in strictly practicing the patriarchal tradition makes the wife have no courage to be herself. The wife’s claim at the end of the story is a positive thing, but it's too late. As a form of appreciation of literary work, the meaning of these stories need to be disseminated to the public, especially the residents in Bengkulu, that the husband and wife’s attitudes ares incorrect and need to be avoided.
Key Words: comic tale, aktan model, functional model, hermeneutic
PENDAHULUAN
melahirkan dan mendukung cerita rak-‐ Cerita rakyat merupakan salah satu ke-‐
yat tersebut.
kayaan budaya lokal bangsa yang diwa-‐ Indonesia merupakan negeri yang risi dari masa lampau dan memiliki arti
kaya dengan kebudayaan lokal, salah sa-‐ penting dalam upaya pembinaan dan pe-‐
tunya berupa cerita rakyat. Setiap suku, ngembangan kebudayaan nasional. Ceri-‐
dari Sabang sampai Merauke, memiliki ta rakyat merupakan kekayaan budaya
cerita rakyat yang diturunkan oleh ne-‐ yang berisi berbagai data dan informasi
nek moyang mereka sejak ratusan tahun tentang pikiran, perasaan, dan pengeta-‐
yang lalu sehingga dapat dibayangkan huan dari suatu bangsa atau kelompok
jumlahnya yang berkembang di Indone-‐ sosial budaya tertentu. Tidak hanya itu,
sia saat ini. Keberadaan cerita rakyat ini cerita rakyat juga merupakan unsur bu-‐
semakin memperkaya khazanah sastra daya yang sangat erat kaitannya dengan
Indonesia, terlebih apabila kekayaan ini kehidupan sosial masyarakat yang
didokumentasikan dan dipelihara de-‐ ngan baik, antara lain melalui kegiatan
ATAVISME, Vol. 17, No. 1, Edisi Juni 2014:85—93
perekaman, pendokumentasian, dan pe-‐ masyarakat. Dalam kehidupan sehari-‐ nelitian.
hari humor dapat diartikan dengan riang William
dalam menyikapi hidup. 1972:5) membagi cerita rakyat dalam ti-‐
Bascom
(Danandjaja,
Cerita humor perlu mendapat per-‐
ga golongan, yaitu mite, legenda, dan do-‐ hatian lebih lanjut karena dapat membe-‐ ngeng. Mite ialah cerita yang dianggap
rikan gambaran tentang keadaan masya-‐ benar-‐benar terjadi serta suci oleh em-‐
rakat saat itu beserta latar belakang ter-‐ punya cerita. Mite ditokohi oleh dewa
jadinya cerita yang berasal dari tradisi atau makhluk setengah dewa dan terjadi
tutur itu. Pola tradisi ini hampir sama, te-‐ di dunia lain. Legenda mempunyai ciri-‐
tapi variasinya berbeda sesuai dengan ciri mirip dengan mite tetapi tidak diang-‐
waktu dan tempat terjadinya cerita. Di gap suci, tokohnya manusia biasa yang
antara beberapa daerah, yang banyak terkadang mempunyai sifat luar biasa,
menghasilkan cerita rakyat adalah Beng-‐ serta tempat terjadinya adalah alam du-‐
kulu. Cerita rakyat yang cukup familiar, nia. Dongeng ialah cerita yang oleh pen-‐
tepatnya daerah Bengkulu Selatan ada-‐ dengar, pencerita, dan empunya cerita
lah cerita ”Pak Andir”. dianggap tidak benar terjadi.
Berdasarkan klasifikasi cerita me-‐ Stith Thomson (1955:482) dalam
nurut Stith Thomson, cerita ”Pak Andir” artikelnya, ”Myths and Folktales”, meng-‐
ini termasuk cerita lelucon dan anekdot. klasifikasikan dongeng ke dalam bebe-‐
Cerita Pak Andir menyebar di masyara-‐ rapa bentuk dongeng binatang, dongeng
kat Bengkulu Selatan sebagai bahan hi-‐ biasa, dongeng lelucon dan anekdot, do-‐
buran masyarakat sehingga sifatnya bu-‐ ngeng berumus, dongeng-‐dongeng yang
kan serius. Walaupun sifatnya menghi-‐ belum diklasifikasikan. Dongeng lelucon
bur, mendengarkan cerita lama sangat dan anekdot tersebut dibagi menjadi
‘berat bebannya’ dibandingkan dengan dongeng mengenai orang-‐orang pandir,
membaca sastra modern, seperti Laskar dongeng mengenai sepasang suami istri,
Pelangi atau karya-‐karya yang populer dongeng mengenai seorang wanita atau
pada masa sekarang. Meskipun demiki-‐ gadis, dan dongeng mengenai seorang la-‐
an, bukan berarti membaca karya sastra ki-‐laki: laki-‐laki cerdik, kecelakaan yang
modern dapat dianggap ringan. Yang di-‐ membawa keuntungan, laki-‐laki bodoh,
maksud membaca cerita lama terasa be-‐ lelucon mengenai pejabat agama dan ba-‐
rat adalah karena penafsiran yang dibuat dan-‐badan keagamaan, lelucon menge-‐
akan terasa lebih sulit dibanding sastra nai kelompok lain, anekdot tentang to-‐
populer berkaitan dengan gaya bahasa. koh negara, dan anekdot tentang laki-‐la-‐
Chambert-‐Loir (2009:8) mengatakan ki malang.
bahwa sebuah cerita yang dibuat penu-‐ Cerita rakyat yang banyak ditemu-‐
turnya bertujuan untuk didengarkan bu-‐ kan di Nusantara saat ini, antara lain ce-‐
kan dibaca. Walaupun energi membaca rita yang bertemakan humor atau cerita
lebih besar dibanding mendengar, tetapi jenaka. Humor, menurut Ali (1997:361)
hakikatnya mendengarkan sebuah cerita didefinisikan sebagai: “(1) Sesuatu yang
daerah yang akan dikaji lebih mendalam lucu, (2) kejadian yang menggelikan hati;
tentu harus dituliskan dalam bentuk kejenakaan; kelucuan, dan (3) cairan
teks. Hadirnya cerita rakyat pada masa atau zat setengah cair dalam tubuh.” Ke-‐
sekarang dirasa ‘berat’ pemaknaannya mudian, kata “humor” mendapat arti lain
karena pembaca harus memahami pe-‐ dalam kehidupan sehari-‐hari dan selan-‐
maknaan dengan gaya bahasa pada ma-‐ jutnya dikenal pula dalam dunia kesu-‐
sa itu.
sastraan sebagai hasil pancaran
Cerita Humor Pak Andir (Rohim)
Sesuai dengan latar belakang terse-‐ dalam rekonstruksi cerita. Pada tingkat but, masalah yang menjadi fokus peneli-‐
kedua, pembaca mengadakan refleksi, tian ini adalah makna cerita humor ”Pak
yaitu membuat makna teks yang semula Andir” yang berasal dari Bengkulu Sela-‐
bersifat asing menjadi miliknya sendiri, tan (Muna). Tujuan penelitian ini adalah
dengan cara merefleksikan dunia teks mengungkap dan mendeskripsikan mak-‐
yang telah dibuka itu. Melalui refleksi ini, na cerita ”Pak Andir” dalam masyarakat
transformasi yang merupakan tujuan Bengkulu Selatan.
utama penafsiran terjadi, sebagaimana diungkap Ricoeur (1976:74) bahwa ‘her-‐
TEORI
meneutics is the very deciphering of life in Untuk memaknai cerita ”Pak Andir” pe-‐
the miror of the text’.
nulis menggunakan pembacaan herme-‐ Keilmiahan pemahaman teks secara neutika. Dalam telaah ini, cerita ”Pak
naif (verstehen) belum teruji sehingga Andir” dilihat sebagai teks bukan cipta-‐
perlu pemahaman kritis atau penjelasan an. Pemahaman terhadap susastra se-‐
(erklaren). Hal ini menunjukkan bahwa perti yang diungkap Haniah (2007:14)
penafsiran harus bergerak dari semantik didasarkan pada prinsip monosemi teks
ke semiotik atau dari parole ke langue yang menekankan pentingnya intensi
atau dari fenomena ke sistem yang me-‐ pengarang, bukan polisemi teks yang
ngaturnya. Scholes (1974:15) memberi menonjolkan perspektif pembaca. Susas-‐
pemahaman semacam ini sebagai “a sen-‐ tra sebagai teks berarti otonom dari pe-‐
se of the literary system into which it fits”. ngarangnya dan dari zamannya, dengan
Pada tahap ini, pemahaman diru-‐ tujuan memberikan hak kepada pemba-‐
muskan dalam suatu model generatif na-‐
ca untuk memahami sendiri bacaannya. rasi yang di dalamnya termuat gramati-‐ Pembaca harus fokus kepada teks bukan
ka narasi dan semantik. Model yang di-‐ kepada pengarang. Hal ini penting kare-‐
bangun oleh Greimas tersebut dinama-‐ na pesan teks yang ingin dipahaminya
kan model aktan yang berupa tiga hu-‐ itu berasal dari pencerita (narator) bu-‐
bungan oposisi biner yang seluruhnya kan dari pengarang. Bahkan, secara eks-‐
terdiri atas enam aktan (peran): subjek, trim Roland Barthes (dalam Culler,
objek, pengirim, penerima, penolong, 1981:39) menyebut bahwa dalam meng-‐
dan penentang. Ketiga hubungan itu me-‐ analisis karya sastra tidak perlu melihat
nguraikan hubungan tiga pola dasar pengarangnya. Pengarang dianggap su-‐
yang berulang dalam semua narasi, yai-‐ dah mati dan pembaca bertindak sebagai
tu: 1) kehendak, hasrat, atau tujuan ob-‐ pusatnya karena pembacalah yang mem-‐
jek/subjek, 2) komunikasi (pengirim/ beri makna pada karya sastra.
penerima), dan 3) tindakan (penolong/ Telaah tersebut ditopang oleh teori
penentang). Selanjutnya, Greimas mene-‐ kritis yang sedang populer sekarang ini,
rapkan hukum transformasi yang dise-‐ yaitu hermeneutika. Teori ini menem-‐
but model fungsional, yaitu tiga tahap patkan pembaca sebagai penafsir. Penaf-‐
perkembangan: kecakapan, utama, dan siran oleh pembaca terjadi melalui dua
gemilang.
tingkat, yaitu tingkat rekonstruksi yang Model aktan yang bersifat akronis bersifat objektif dan tingkat refleksi yang
dan model fungsional yang bersifat dia-‐ bersifat subjektif. Pada tingkat pertama,
kronis tersebut adalah abstraksi lakuan pembaca membuka dunia teks melalui
tokoh (parole), yang oleh Roman dialektika pemahaman teks secara naif/
Jakobson disebut literariness atau langue semantik (verstehen) dan penjelasan
of literature. Oleh sebab itu, subjek ilmu teks secara kritis/semiotik (erklaren)
susastra bukanlah susastra (literature)
ATAVISME, Vol. 17, No. 1, Edisi Juni 2014:85—93
melainkan kesusastrawian (literariness). dan pemaknaan terhadap sebuah karya Kesusastrawian itulah yang disebut gra-‐
sastra dapat dilakukan melalui kajian matika kesusastraan (sistem/struktur).
struktur, yaitu dengan melihat unsur-‐un-‐ Ia merupakan gabungan susastra dan li-‐
sur yang ada di dalam karya sastra itu nguistik.
sendiri.
Lewat gramatika kesusastraan itu-‐ lah kebenaran disampaikan sehingga po-‐
METODE
laritas antara pemahaman ke kesatuan Penelitian ini merupakan penelitian makna (parole) dan penjelasan ke struk-‐
kualitatif. Sumber data penelitian ini tur analisis teks (language) hendaknya
adalah cerita humor ”Pak Andir” yang hi-‐ tidak dianggap sebagai dikotomi, tetapi
dup dalam masyarakat Bengkulu Sela-‐ sebagai dialektika dalam penafsiran. Pe-‐
tan. Pengambilan data dilakukan dengan nafsiran tidak berhenti pada maksud pe-‐
teknik wawancara, perekaman, trans-‐ ngarang, tetapi berlanjut hingga pers-‐
kripsi, dan terjemahan. Wawancara, pe-‐ pektif pembaca melalui dua tahap, re-‐
rekaman, dan transkripsi cerita humor konstruksi dan refleksi.
“Pak Andir” dilakukan di rumah Muchsin Rekonstruksi bersifat reproduktif,
Khudori pada hari Jumat, tanggal 18 Mei sedangkan refleksi bersifat produktif. Ini
2012. Penutur cerita adalah Muhammad berarti pembaca tidak hanya menjadi
Nasir. Analisis data dilakukan dengan re-‐ penikmat tetapi juga pencipta. Melalui
konstruksi teks, yaitu mengurai isi cerita rekonstruksi, pembaca menemukan
berdasarkan pemahaman atau persepsi makna, sedangkan melalui refleksi, pem-‐
penulis setelah membaca teks yang me-‐ baca menemukan amanat atau pesan
liputi pemahaman lakuan tokoh dengan teks yang akan mengantarkannya me-‐
model generatif narasi, model aktan, dan mahami diri. Ricoeur mengingatkan bah-‐
model fungsional. Selanjutnya dilakukan wa hermeneutika dimulai ketika dialog
refleksi dengan mengambil ‘benang me-‐ berakhir. Artinya ia mulai bekerja pada
rah’ amanat teks, melakukan evaluasi tahap refleksi karena tujuannya adalah
terhadap tema dan prilaku tokoh, dan memahami dengan lebih baik daripada
menyimpulkan relevansi teks dengan pengarangnya.
kehidupan masa kini. Analisis pemaham-‐ Metode hermeneutika yang melipu-‐
an ini bertujuan menggali dan mengin-‐ ti verstehen, erklaren, dan refleksi ber-‐
formasikan nilai yang terkandung dalam usaha mendudukkan susastra pada tem-‐
karya kepada masyarakat luas sebagai patnya sebagai seni yang merupakan
bentuk apresiasi sastra. alat untuk menyempurnakan eksistensi manusia. Dengan demikian, seni bertu-‐
HASIL DAN PEMBAHASAN
gas membebaskan manusia dari ketertu-‐
Penokohan
tupan dunia, dan susastra memiliki ‘teks’ Dalam cerita ”Pak Andir”, terdapat dua yang akan memberi manusia berbagai
sosok tokoh yang bebal, terkadang agak alternatif dunia yang mungkin.
licik, dan dungu, yaitu Pak Andir dan is-‐ Penelitian karya sastra sudah seha-‐
trinya. Keduanya dapat menipu dan rusnya bertolak dari interpretasi dan
membodohi diri sendiri. Kejenakaan to-‐ analisis karya sastra itu sendiri (Wellek
koh muncul apabila si tokoh dapat dan Warren, 1989:157). Pendekatan
menipu orang karena kecerdikan dan struktur berangkat dari dasar yang sama
nasib baik yang menghampiri si tokoh bahwa karya sastra merupakan sebuah
pada saat-‐saat kritis. Misalnya, waktu sistem yang terdiri atas seperangkat un-‐
Pak Andir dikejar pemilik kebun kacang, sur yang saling berhubungan. Apresiasi
tetapi tidak tertangkap. Idenya untuk
Cerita Humor Pak Andir (Rohim)
menipu istri timbul dalam pikiran Pak Andir karena kesusahan hidup.
Dalam hal motif, cerita ”Pak Andir” tidak ada yang berkenaan dengan buda-‐ ya Melayu asli. Hampir setiap episode pada cerita ini sesungguhnya dapat dite-‐ mukan dalam cerita sejenis di berbagai daerah di Nusantara, misalnya tradisi bercocok tanam. Tradisi ini memang se-‐ jalan dengan tradisi masyarakat Bengku-‐ lu Selatan saat ini sebagai peladang dan petani. Kalau dirunut jalannya cerita ini dalam sebuah episode, semuanya berki-‐ sah tentang bercocok tanam. Episode yang pertama adalah Pak Andir bermak-‐ sud menanam kacang walaupun ia tidak mempunyai lahan. Sebagai seorang sua-‐ mi, Pak Andir adalah pemimpin. Kepe-‐ mimpinannya pada episode ini ditunjuk-‐ kan oleh ketegasannya kepada istri. Ia ingin menunjukkan kepada istri bahwa perintah suami harus dituruti. Sementa-‐ ra itu, sang istri memahami betul bahwa mengerjakan apa yang diperintahkan su-‐ ami adalah tindakan mulia. Walaupun sempat ragu akan perintah suami, istri menuruti perintah atas dasar pengab-‐ dian dalam kemuliaan. Sikap Pak Andir dalam episode ini jelas menunjukkan ke-‐ sewenangannya terhadap istri. Ia mera-‐ sa pintar sehingga menjadi arogan, bah-‐ kan terhadap istrinya.
Dalam episode kedua cerita ini, Pak Andir terlihat percaya diri karena segala instruksinya dijalankan dengan baik oleh istrinya. Ia pergi ke ladang dengan mem-‐ bawa bibit kacang yang telah dimasak. Ladang yang hendak dituju Pak Andir hanyalah khayalan saja karena ia tidak mempunyai sebidang lahan pun untuk ditanami kacang. Kepergiannya ke la-‐ dang semata untuk memuaskan rasa lapar dengan menikmati lezatnya ma-‐ sakan istri. Tujuannya pun terlaksana dengan mulus. Setelah berjalan jauh, ia merasa lelah dan lapar sehingga bibit ka-‐ cang masakan istri dijadikan hidangan yang memuaskan di bawah pohon yang
rindang. Dalam episode kedua ini, pem-‐ baca dapat menjumpai sosok Pak Andir sebagai pembohong terhadap dirinya sendiri dan istrinya. Sikapnya ini menun-‐ jukkan watak yang saling berlawanan: bertanggung jawab dan berdusta. Ia ingin bertanggung jawab sebagai se-‐ orang suami, tetapi tanggung jawab itu dibangun di atas kebohongan.
Episode ketiga menceritakan masa penantian istri Pak Andir untuk mema-‐ nen hasil tanaman kacang yang bibitnya ia masak dengan campuran gula merah. Ketika hari yang dijanjikan suami pun ti-‐
ba, mereka berangkat ke ladang dengan penuh semangat. Sepanjang perjalanan terpancar rona kebahagiaan istri Pak Andir. Perasaan yang campur baur, sete-‐ ngah percaya dan tidak. Namun kenyata-‐ annya, ia pergi bersama suaminya ke la-‐ dang untuk memanen kacang yang su-‐ dah dinanti selama tiga bulan lebih. Te-‐ pat di suatu ladang kacang yang sudah siap panen, istri Pak Andir dengan se-‐ mangat mencabuti tanaman kacang. Akan tetapi, dari kejauhan terdengar orang berteriak ‘maliiiiiiiiing!’. Dengan sigap Pak Andir mengajak lari istrinya menghindari teriakan itu. Tiba di ladang kacang berikutnya, Pak Andir berkata, “Kita salah masuk kebun, kebun kita yang ini.” Seperti kejadian pertama, saat istri Pak Andir dengan semangat menca-‐ buti tanaman kacang, tiba-‐tiba terdengar kembali teriakan orang ‘maliiiiiiiiing!’. Untuk kali kedua, mereka pun lari terbi-‐ rit-‐birit hingga sampai di kebun kacang ketiga.
Kejadian seperti ini berlanjut terus sampai empat kali. Empat kebun kacang mereka masuki. Pada ladang keempat ini, Pak Andir mengaku kepada istrinya bahwa ia tidak mempunyai ladang ka-‐ cang. Bibit yang dahulu hendak ditanam dimakan di tengah jalan. Pak Andir me-‐ nyalahkan tindakan istrinya yang mema-‐ sak bibit kacang dengan campuran gula merah. Istri Pak Andir kaget dan marah
ATAVISME, Vol. 17, No. 1, Edisi Juni 2014:85—93
mendengar pengakuan suaminya. Na-‐ mun, apa boleh buat ibarat nasi sudah menjadi bubur. Cerita ini menggambar-‐ kan nasib seorang istri yang terlalu pe-‐ nurut kepada suami, sedangkan suami mementingkan diri sendiri karena mera-‐ sa pintar.
Rekonstruksi Teks Cerita Pak Andir
Cerita berlatar daerah Melayu ini mence-‐ ritakan sepasang suami istri yang hidup pas-‐pasan. Pak Andir berniat menanam kacang, tetapi tidak mempunyai ladang. Ia bersifat sok tahu, keras kepala, dan to-‐ lol. Sementara itu, istrinya terlalu menu-‐ ruti keinginan suami tanpa menunjuk-‐ kan sifat pemberontakan yang berarti. Akibatnya, kehidupan sejahtera yang di-‐ harapkan semakin jauh.
Sebagaimana disinggung dalam ba-‐ gian penokohan, cerita ini berjalan lurus dari awal hingga akhir dan dalam waktu cerita yang singkat. Pak Andir bermak-‐ sud menanam kacang, tetapi memberi-‐ kan instruksi keliru kepada istrinya. Aki-‐ batnya, kacang tanah yang hendak dita-‐ nam justru dimasak. Demi memuaskan keinginannya menikmati masakan ka-‐ cang itu, Pak Andir berpura-‐pura pergi ke ladang dengan membawa kacang ta-‐ nah yang telah dimasak dengan campur-‐ an gula merah itu. Dalam perjalanan, ia menyantap masakan itu hingga tidak ter-‐ sisa. Tanpa merasa bersalah, Pak Andir pulang ke rumah dan memberitahu istri-‐ nya bahwa kacang tanahnya sudah dita-‐ nam dan siap untuk dipanen dalam wak-‐ tu tiga bulan ke depan. Sementara itu, si istri berharap bahwa pengabdiannya akan membuahkan hasil manis di akhir musim tanam. Selama menanti masa pa-‐ nen, si istri tetap sabar. Akan tetapi, ke-‐ sabaran sang istri berubah menjadi ke-‐ bencian kepada suami karena saat me-‐ manen kacang di kebun keempat, ia di-‐ teriaki ‘maling’ oleh pemilik ladang yang sah dan suami pun mengakui kebohong-‐ annya.
Akibat kebohongan dan ketololan suami tersebut, alur cerita selanjutnya dapat diterka. Pak Andir senantiasa ber-‐ kelit sampai ia benar-‐benar terpojok ke-‐ tika tidak ada lagi alasan rasional yang dapat disampaikan kepada istrinya ten-‐ tang apa yang telah diperbuatnya.
Pemahaman Lakuan Pak Andir
Sebagai seorang suami, segala maksud dan tujuan hidup Pak Andir sudah terca-‐ pai melalui pengabdian seorang istri wa-‐ laupun belum tercukupi karena kondisi ekonomi yang kekurangan. Kedudukan suami bagi Pak Andir layaknya seorang raja yang harus dilayani segala kebutuh-‐ annya, baik fisik maupun batin. Pak Andir tidak mau menerima segala keku-‐ rangan, apalagi yang berhubungan de-‐ ngan kesenangan. Selama masih mampu berbuat untuk kesenangan pribadi, ia akan mengejarnya dengan berbagai upa-‐ ya. Kemauan kerasnya tidak diimbangi dengan pola pikir yang matang sebagai seorang suami sehingga istri menjadi korban kebohongan dan ketololannya.
Akibatnya, panen kacang yang se-‐ mestinya dilakukan pada masanya ber-‐ ubah menjadi cercaan dan hinaan pemi-‐ lik kebun yang sah. Sebelum menjelang masa panen, istri Pak Andir selalu mena-‐ nyakan keadaan kebun atau ladangnya, tetapi langkah awal telah diambil Pak Andir dengan berbohong. Untuk menu-‐ tupi dan menjawab pertanyaan istri, ia selalu bersilat lidah menutupi kebohong-‐ an dengan membuat kebohongan lain. Akan tetapi, walaupun Pak Andir se-‐ orang suami yang tolol dan dungu, ia ti-‐ dak egois dengan menyelamatkan diri sendiri saat dikejar pemilik kebun. Da-‐ lam keadaan terdesak itu, ia menyuruh istrinya lari terlebih dahulu kemudian ia mengikuti dari belakang. Sikap ini mung-‐ kin dapat dianggap sebagai satu sisi po-‐ sitif seorang suami dalam melindungi is-‐ tri dari kejaran pemilik ladang akibat ke-‐ salahannya.
Cerita Humor Pak Andir (Rohim)
Penjelasan Lakuan Pak Andir dengan
generatif narasi Greimas yang terdiri
Model Generatif Narasi
atas model aktan pada bagan 1 dan mo-‐ Pemahaman lakuan Pak Andir dapat di-‐
del fungsional pada bagan 2. jelaskan dengan semiotika model
Bagan 1 Model Aktan Lakuan Pak Andir
Komunikasi
Penerima Ingin menanam kacang di ladang
Pengirim
Objek
Membeli bibit
Pak Andir
kehendak
Penentang Istri Pak Andir
Pembantu
Subjek
Pak Andir
Istri dan pemilik ladang
Lakuan Tokoh
Bagan 2 Model Fungsional Lakuan Pak Andir
Transformasi
Situasi Awal Situasi Akhir
Hasrat suami Suami
untuk Kebohongan su-‐ dan istri mena-‐ hong
berbo-‐ Istri mengira bi-‐ Waktu
po-‐ ami terbongkar nam bibit ka-‐ berpura-‐pura
dengan bit kacang be-‐ memanen
nar-‐benar dita-‐ hon kacang di-‐ setelah musim cang tanah, istri berpamit
pada nam suami di la-‐ janjikan suami panen tiba. Tiga disuruh untuk istri pergi ke la-‐ dang
sehingga ke istri adalah ladang yang di-‐ memasaknya
dang, lalu pulang rasa bahagia tiga bulan se-‐ panen istri ada-‐ dicampur gula berkata
telah muncul karena telah kacang di-‐ lah milik orang merah kemudi-‐ menanam bibit pengabdiannya
tanam. Penan-‐ lain. Sementara an suami pergi kacang di ladang. kepada suami ti-‐ tian yang penuh suami tidak me-‐ ke ladang tetapi
harapan untuk ngakui kesalah-‐ tidak sampai, di
dak sia-‐sia.
menikmati ma-‐ annya, ia menya-‐ tengah jalan bi-‐
lahkan istri kare-‐ bit kacang di-‐
sa panen.
na bibit yang ia makannya.
suruh tanam di-‐ masak dan di-‐ campur gula me-‐ rah.
Refleksi yang perlu mendapat tanggapan serius Perilaku istri Pak Andir menjadi pokok
dalam cerita ini. Berdasarkan wawanca-‐ permasalahan dan kunci pembahasan
ra dengan beberapa tokoh masyarakat
ATAVISME, Vol. 17, No. 1, Edisi Juni 2014:85—93
Bengkulu Selatan, diketahui bahwa pan-‐ dangan masyarakat awam di daerah ter-‐ pencil wilayah ini khususnya dan di Su-‐ matra umumnya, seorang istri diwajib-‐ kan taat, sopan, dan berbakti kepada su-‐ ami. Pengabdian seorang istri kepada su-‐ ami adalah paradigma positif warga se-‐ bagai manifestasi perilaku ajaran Islam dalam masalah munakahat. Pengabdian istri dalam ajaran Islam adalah mutlak bernilai ibadah selama suami mengajak ke jalan kebenaran. Jika suami mengan-‐ jurkan perilaku sesat dan tidak logis, istri berkewajiban mengingatkannya. Dalam tradisi Melayu, lingkup kerja istri berbe-‐
da dengan suami dan diistilahkan secara halus sebagai ”orang dapur”. Paradigma istri sebagai ”orang da-‐ pur” terjadi pula di daerah lain, salah sa-‐ tunya di Jawa. Bahkan Magnis-‐Suseno (1986) dalam salah satu artikelnya anta-‐ ra lain menyebut bahwa menjadi se-‐ orang istri adalah satu-‐satunya keduduk-‐ an yang paling terhormat sehingga men-‐ jadi idaman setiap gadis. Untuk tujuan itu, bekal mereka tidaklah sulit, cukup dengan memperhatikan pekerjaan-‐pe-‐ kerjaan yang disukai pria pada wanita, yaitu macak (berhias), masak (mema-‐ sak), dan manak (beranak). Dengan kata lain, para istri hanya dipersiapkan untuk mengabdi kepada suami dengan setia karena kesetiaan adalah nilai tertinggi dalam budaya Jawa. Oleh karena itu, ti-‐ dak heran ada pepatah Jawa yang berta-‐ lian dengan sikap tersebut, yaitu suwar-‐
ga nunut neraka katut. Bahkan, idealnya mereka pun harus tetap setia kepada su-‐ ami yang telah meninggal.
Cerita rakyat ”Pak Andir” dari Beng-‐ kulu Selatan yang bertema kesetiaan seorang istri kepada suami yang dungu ini mungkin melukiskan obsesi seorang istri untuk menunjukkan diri sebagai is-‐ tri setia dengan cara mengidentifikasi-‐ kan dirinya dengan tokoh wanita Jawa. Dalam cerita itu, istri Pak Andir memilih mengikuti kehendak suami yang
sebenarnya ditolak oleh hati kecilnya un-‐ tuk menggoreng bibit kacang tanah yang hendak ditanam. Akan tetapi, akal sehat istri dikalahkan oleh rasa pengabdian-‐ nya kepada suami yang bodoh. Sampai kapan pun bibit kacang tidak akan tum-‐ buh karena telah dimasak dengan cam-‐ puran gula merah.
Dengan demikian, dapat disimpul-‐ kan bahwa tema cerita rakyat ini adalah istri korban suami (laki-‐laki/tradisi pa-‐ triarkat). Keangkuhan suami dalam me-‐ megang nilai-‐nilai patriarkat memosisi-‐ kan istri (perempuan) sebagai manusia yang tergantung hidupnya pada laki-‐laki, seperti pandangan masyarakat Jawa ter-‐ hadap wanita, suwarga nunut neraka ka-‐ tut ’surga ikut neraka terbawa’. Panda-‐ ngan ini menunjukkan bahwa seorang istri dapat hidup senang (surga) karena menumpang pada kebahagiaan suami dan jika suami sengsara (neraka) istri secara otomatis akan ikut sengsara. Pa-‐ ndangan ini membuat wanita tidak be-‐ rani menjadi diri sendiri. Bila dilihat dari perspektif lainnya tentu tema ini kurang begitu kuat karena akhir cerita menun-‐ jukkan bahwa istri Pak Andir menggugat perintah suaminya setelah mereka ber-‐ dua ‘terkepung’ di ladang yang keempat.
Evaluasi
Cerita rakyat ”Pak Andir” merupakan sa-‐ lah satu contoh karya sastra daerah yang berkisah tentang kebodohan manusia dalam menjalani proses interaksi sosial-‐ nya. Motif semacam ini sudah sangat la-‐ zim muncul dalam cerita rakyat lucu di daerah Sumatra, seperti ”Pak Belalang,” dan ”Pak Kadok”. Tujuan penutur meng-‐ angkat tema jenaka seperti ini salah sa-‐ tunya sebagai bahan hiburan yang sa-‐ ngat baik dan mulia bagi masyarakat. Di balik cerita jenaka yang menghibur itu terdapat amanat yang harus dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-‐hari. Amanat utama cerita rakyat ”Pak Andir” ini adalah anjuran memperlakukan istri
Cerita Humor Pak Andir (Rohim)
secara baik dan istri harus kritis jika su-‐ ami keliru sehingga ketergantungan istri kepada suami akan berubah menjadi si-‐ kap saling melengkapi.
Relevansi
Dilihat dari temanya, cerita ini masih re-‐ levan dengan situasi sekarang, saat orang mulai mendewakan kekuasaan, yang diwakili sifat tanpa kompromi dan cenderung menghalalkan segala cara un-‐ tuk mencapai tujuan pribadinya milik pak Andir. Ada celah sedikit untuk me-‐ ngelabui bawahan, yang diwakili sifat is-‐ tri, ia berbuat semena-‐mena tanpa mem-‐ pertimbangkan akal sehat dan kemasla-‐ hatan bersama. Aturan dan kaidah baku, yang diwakili bibit kacang tanah, diting-‐ galkan bahkan kalau perlu dilanggar jika berhubungan dengan ‘mengenyangkan’ perut. Karakter tokoh dan kejadian lain dalam cerita ini perlu disikapi dengan arif dan bijaksana oleh semua kalangan, baik individu atau kelompok masyara-‐ kat. Istri bukan sebagai sapi perahan dan pemuas suami demi mencapai obsesi se-‐ pihak. Sebaliknya, kesetiaan seorang istri harus didasari sikap rasional dan kritis sehingga kesetiaannya tidak mengor-‐ bankan diri sendiri.
SIMPULAN
Selain di Bengkulu, cerita humor seperti ”Pak Andir” juga ditemukan di daerah Sumatra Barat dengan nama dan karak-‐ ter tokoh hampir sama. Cerita-‐cerita hu-‐ mor ini seperti diungkap pada pemba-‐ hasan, hadir sebagai bahan bacaan dan dengaran hiburan masyarakat sekitar untuk meningkatkan minat baca dan minat dengar terhadap sastra, khusus-‐ nya cerita rakyat. Walaupun cerita rak-‐ yat ini rekaan, nilai-‐nilai yang terkan-‐ dung di dalamnya banyak memberikan pelajaran berharga sebagai muatan lo-‐ kal, salah satunya mengutamakan ke-‐ pentingan atau kemaslahatan bersama dan
keputusan. Kedudukan suami dan istri sebagai individu hakikatnya sama menu-‐ rut agama dan hukum, tidak ada lagi per-‐ bedaan jenis kelamin. Saat ini istri tidak lagi dikekang oleh alasan ’kodrat dasar istri yang hanya mengurusi masalah ru-‐ mah tangga’. Suami dan istri diibaratkan seperti meja dan kursi, masing-‐masing mempunyai fungsi berbeda sehingga ti-‐ dak dikatakan lagi yang satu lebih baik dari yang lainnya, keduanya saling me-‐ lengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. (Ed.) 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pus-‐ taka
Chambert-‐Loir, Henri. 2009. Hikayat Nakhoda Asik dan Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak. Jakarta: Masup
Culler, Jonathan. 1981. The Persuit of Signs: Semiotics, Literature, Decon-‐ struction. New York: Cornel Univer-‐ sity Press.
Danandjaja, James. 1972. Laporan Team Pengumpul Cerita Prosa Rakyat In-‐ donesia, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia
Haniah. 2007. Dari Rekonstruksi ke Re-‐ fleksi. Jakarta: Pusat Bahasa Magnis-‐Suseno, Franz. 1986. Etika Jawa: sebuah Analisa Falsafi tentang Kebi-‐ jaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gra-‐ media.
Ricoeur, Paul. 1976. Interpretation Theo-‐ ry and Surplus Meaning. Fort Worth: Texas University Press.
Scholes, Robert. 1974. Strukturalism in Literature: An Introduction. New Heaven:Yale University Press.
Thomson, Stith. 1955. Motif-‐Indeks of Folklore Literature. Kopenhagen Wellek, Rene dan Austin Warren. 1973. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.