Komunikasi dalam konteks sosial budaya dan keyakinan
KOMUNIKASI DALAM
KONTEKS SOSIAL
BUDAYA DAN KEYAKINAN Komunikasi antarbudaya adalah yang terjadi di antara orang-orang yang memilikiang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan enurut Stewart
L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah tau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh sekelompok orang
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across
national boundaries. Misalnya; dalam
keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam
Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna- Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat Membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifkasinya Contohnya adalah komunikasi pada masyarakat warga kampung durian dengan suku dayak ahe yang Pola Komunikasinya dibangun sangat baik.
Mereka membangun pemukiman sendiri, surau sendiri dan hanya menghormati sesepuh dari kalangan sendiri (Munawar, 2003, Syarif Ibrahim al-Qadri, 2003). Penilaian ini mungkin dapat dibenarkan, tapi mungkin juga perlu dipertegas wilayah kebenarannya (Ibrahim, 2004, 2005).
Pada sebagian aspek, mungkin penilaian itu dapat dibenarkan.
Kampung durian menjadi bukti betapa masyarakat yg berbeda
suku dan bahasa dapat terbuka dengan komunitas lain, mereka
dapat hidup bersama, membangun komunikasi bersama dan berjuang untuk kepentingan bersama (Ibrahim, 2009). sebagai gambaran kehidupan di Kampung Durian yang berdekatan dengan Komunitas Dayak Ahe di kampung sebelahnya. Jarak kedua kampung ini hanya sekita 500 meter
Keterbukaan kedua komunitas ini dalam hubungan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung diakui oleh
para tokoh Masyarakat.Mereka mengakui bahwa hubungan sosial dan kerjasama dengan kampung Dayak Ahe sangat baik.
Mereka secara bersama-sama bekerja membangun
jalan kampung, maupun jalan yang menghubungkan kedua kampung mereka.Bahkan jika ada hajatan di kampung, kedua kampung itu saling mengundang dan sebagainya.
Berangkat dari realitas yang ada, jelas bahwa pola
komunikasi yang dibangun oleh masyarakat di Kampung Durian sangat terbuka.Dimana mereka mampu dan mau untuk terus berusaha mengerti, memahami, menghargai dan
Sebagai sarana untuk berkomunikasi surau di jadikan sebagai tempat untuk bermusyawarah.Surau sebagaimana fungsi utamanya adalah tempat melakukan aktivitas keagamaan dan shalat. Dalam sejarah Islam Indonesia, surau memainkan peran penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam (Azra, 2003). Bahkan menurut Azra, Surau telah melahirkan banyak tokoh dan ulama besar di Indonesia. Begitupun dalam masyarakat kampong durian, surau merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan menjadi identitas yang melekat dalam kehidupan sosial dan keagamaan mereka. Untuk konteks ini, kita sering mendengar ungkapan ”dimana ada rumah orang islam selalunya di situ ada surau”. Pentingnya peran surau dalam kehidupan sosial dan keagamaan orang kampong durian tidak hanya sebagai tempat beribadah, shalat dan belajar agama. Surau bagi mereka merupakan sarana komunikasi dan silaturahmi yang paling dipentingkan.
Sebagai sarana komunikasi, surau betul-betul dimanfaatkan
untuk membangun hubungan silaturahmi yang erat antar sesama jama`ah, antara sesama orang-orang tua, antara orang-orang tua dengan anak-anak dan remaja, termasukantara sesama anak-anak dan remaja yang ada di kampung
tersebut.Surau juga menjadi sarana komunikasi pendidikan dan pembelajaran keagamaan yang epektif dalam masyarakat kampong durian. Melalui surau program-program
pendidikan dan pembelajaran keagamaan dilakukan seperti
belajar mengaji, belajar pengetahuan keagamaan, praktek
ibadah dan sebagainya. Bagi mereka, surau selain sebagai pesantren kecil yang membentuk jiwa keagamaan dan Pentingnya peran surau dalam masyarakat kampong durian semakin terbukti dengan dibangunnya kembali satu surau lagi di hujung kampung durian
ini. Padahal dari sisi jarak bangunan surau yang lama
dengan surau baru ini hanya lebih kurang 200 metersaja. Belum lagi dilihat dari sisi jumlah penduduknya
yang hanya sekitar 28 kk. Tapi inilah bukti lebih lanjut mengenai pentingnya surau bagi masyarakat kampong durian untuk membangun komunikasi, silaturahmi, pendidikan dan pembinaan keagamaan bagi jama`ahnya, terutama anak-anak dengan
Pentingnya surau bagi masyarakat kampong durian dalam membangun komunikasi pendidikan dan keagamaan tidak dapat dipungkiri lagi. Karena itu untuk membangun hubungan sosial yang akrab dan harmonis dengan komunitas ini, surau dapat dijadikan sebagai salah satu sarana utama dalam menjalin komunikasi dan silaturahmi ini
B. KEYAKINAN DI KALIMANTAN
1.Agama
Seperti daerah lain di Indonesia, di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat berbagai jenis agama dan kepercayaan yang menyebar diseluruh daerah ini, antara lain :
adalah kepercayaan penduduk asli Kalimantan Tengah yang hanya terdapat di daerah Kalimantan sehingga untuk dapat diakui sebagai agama maka digabungkan dalam agama Hindu. Penganut Agama Hindu Kaharingan tersebar di daerah Kalimantan Tengah dan banyak terdapat di bagian hulu sungai, antara lain hulu sungai sungadan hulu sungai lainnya
C.KEANEKARAGAMAN BUDAYA
Suatu daerah sudah pasti memiliki tradisi dan adat-istiadat yang berbeda dengan daerah lainnya. Ini merupakan keragaman yang patut kita hargai. Karena keragaman itu yang dapat memperkaya kebudayaan nasional Bangsa Indonesia.
Kebiasaan makan sirih dan pinang (Areca catechu L) sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Tepatnya sekitar abad ke-6 masehi. Kebiasaan tersebut sudah dikenal oleh masyarakat di Kalimantan sejak lama, tepatnya pada abad ke-9 sampai ke-10 Masehi. Hal tersebut kemudiaan menyebar keseluruh pulau Kalimantan tertuama di Kalimantan Tengah.
Masyarakat Kalteng pada umumnya juga sangat menggemari makan sirrih pinang. Orang tua sampai ke anak-anak
Biasanya untuk nenek-kakek, mungkin tidak kaut lagi untuk mengunyah
sirih pinang maka hal tersebut dapat diantisipasi dengan ditumbuk terlebih dahulu menggunakan semacam lesung kecil dan penumbuk sampai kira-kira semua bahannya sudah hancur baru dikelurkan lalu dimakan.Warna bibir seseorang yang makan sirih pinang berwarna merah ini karena percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit
tembakau. Residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa
serat dari buah pinang. Pecandu memamah sirih pinang punya sensasi tersendiri setelah makan sirih pinang. Memamah sirih pinang tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan pada malam hari.
Sama halnya dengan pecandu rokok yang tidak mengenal waktu untuk
menikmati rokok. Sirih adalah tanaman tropis yang tumbuh diMadagaskar, Timur Afrika, dan Hindia Barat. Jenis sirih yang terdapat di
Semenanjung Malaysia ada empat jenis, yaitu sirih Melayu, sirih Cina, sirih Keling, dan sirih Udang. Sementara pinang berasal dari tanah
Untuk pecandu berat sirih pinang biasanya cara
untuk mengatasinya dengan cara membawa perlengkapan dalam suatu tempat yang dapat terbuat dari anyaman rotan, kaleng, tas pinggang, dan lain-lain. Semua perlengkapan dimasukkan kedalam wadah tersebut berupadaun sirih, pinang yang sebagian sudah di belah,
kapur, daun atau getah gambir, tembakau. Hal tersebut yang menjadi kebiasaan yang berkembang di masyarakat Kalimantan, baik daerah kota sampai ke daerah pedalaman,
Apakah makan sirih dan pinang memiliki efek negatif? Sebenarnya
makan sirih dan pinang sama halnya dengan kebiasaan minum kopi,
teh atau mengisap rokok.Pada mulanya setiap orang yang menginang (makan sirih dan pinang)
tidak lain untuk penyedap mulut. Kebiasaan ini kemudian berlanjut
menjadi kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan.
Kebiasaan menginang di samping untuk kenikmatan juga berfungsi
sebagai obat untuk merawat gigi, terutama agar gigi tidak rusak atau berlubang.Fungsi menginang yang lain yaitu menyangkut tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Hal ini tercermin dari kebiasaan menginang, hidangan penghormatan
untuk tamu, sarana penghantar bicara, sebagai mahar perkawinan,
alat pengikat dalam pertunangan sebelum nikah, untuk menguji ilmu seseorang, dan sebagai pengobatan tradisional.Bahkan menginang juga digunakan sebagai upacara dan sesaji yang
Tamu biasanya disuguhi sirih pinang dulu dalam bertamu. Hal tersebut merupakaan suatu kehormatan dan tamu wajib untuk mencobanya. Barulah kopi, teh atau makanan lain yang disuguhkan setelah makan sirih pinang. Kebiasaan-kebiasaan memamah sirih pinang selain dalam kehidupan sehari- hari dapat kita temui juga dalam hal-hal berikut:
1.Hidangan Penghormatan Hal ini tergambar dalam kebiasaan-kebiasaan menginang bersama, hidangan penghormatan untuk tamu, hidangan atau sarana pengantar bicara dan lain-lain. Kebiasaan ini terjadi dalam
masyarakat dahulu hingga sampai saat ini pada masyarakat kota dan
pedalaman tidak meninggalkan budaya ini dalam kehidupan mereka.
2.Acara-acara Adat
Dalam upacara-upacara adat juga sirih pinang tidak bisa ditinggalkan
dalam kehidupan masyarakatnya. Misalnya dalam upacara tiwah, deder kandayu, karungut, balian, nyangiang, mapas lewu, upacara pisek, pakaja panganten, dan waktu-waktu lainnya. Kebiasaan tersebut tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat. Ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan masyarakatnya.Bahkan sirih pinang juga selalu ada pada setiap sesaji yang diberikan
3.Acara Pertunangan/Perkawinan Sebelum perkawinan ada upacara yang dikenal dengan
pertukaran cincin (pertunangan). Menyiapkan perlengkapan sirih
dan pinang dan perlengkapan lainnya merupakan suatu kewajiban
dan harus ada bagi para tamu dan undangan yang hadir. Ini merupakan waktu-waktu yang special untuk makan ssirih dan pinang secara bersama-sama. Begitu juga pada saat perkawinan tiba hal tersebut merupakan makanan wajib yang harus ada disiapkan untuk para tamu. Seandainya tidak ada maka ada perasaan yang kurang puas dalam hati dari yang punya acara/kegiatan. Jelaslah bahwa budaya menginang pada masyarakat Kalimantan sudah menjadi budaya yang tidak mengenal umur, ras, pangkat, golongan. Hal tersebut menjadi kebiasaan yang mengakar kuatdalam masyarakat sehingga dapat mempererat tali persaudaraan