BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak di

  1

  seluruh dunia terutama di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Menurut data dari SEARO kira- kira 70-95% anak usia sekolah di Asia Tenggara menderita

  2 karies.

  Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 menunjukkan prevalensi karies di Indonesia mencapai 72,1%. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1990, jumlah anak balita di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia dan diperkirakan balita yang mengalami kerusakan gigi mencapai lebih dari 75 juta anak. Hasil SKRT tahun 2001 juga menyatakan bahwa prevalensi karies gigi anak-anak Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 76,2% dan

  3 prevalensi karies pada kelompok balita mencapai angka 85%.

  Riskesdas tahun 2007 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan sebanyak 67,2% penduduk Indonesia memiliki pengalaman karies dan 43,4% masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas mempunyai karies aktif yang belum tertangani. Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa indeks pengalaman karies akan meningkat seiring bertambahnya usia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan indeks DMFT pada kelompok usia 12 sampai 14 tahun sebesar 1,4 sedangkan pada anak 15 sampai 24 tahun sebesar 1,8 dan akan terus meningkat seiring bertambahnya

  3

  usia anak. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan perbedaan rerata pengalaman karies yang lebih tinggi terjadi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan

  3

  laki-laki yaitu 4,9 dan 4,1. Data terbaru yang dirilis oleh Oral Health Media Centre pada April 2012, memperlihatkan sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan hampir

  4 semua orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.

  Penelitian menurut Monse et al menunjukkan bahwa prevalensi skor PUFA/pufa (pulpitis, ulserasi, fistula, abses) pada anak usia 6 tahun adalah 85% sedangkan pada anak usia 12 tahun adalah 56%. Rata-rata pufa indeks untuk gigi desidui yang tersisa pada anak 12 tahun adalah 0,2 sedangkan PUFA indeks untuk

  1

  gigi permanen pada anak 12 tahun adalah 1,0. Penelitian Jain et al menunjukkan skor rata- rata PUFA pada anak 5-8 tahun adalah 0,07; 0,18 pada anak 9-12 tahun

  5 sedangkan pada anak 13-16 tahun adalah 0,99.

  Karies gigi pada anak apabila tidak dirawat maka akan berdampak pada kesehatan umum, pertumbuhan, kualitas hidup, produktivitas, kehadiran sekolah dan

  6

  nilai akademik, bahkan dapat diopname. Adanya rasa sakit yang disebabkan oleh karies dapat mengganggu kesehatan anak secara menyeluruh, seperti perubahan perilaku anak yang cenderung memilih makanan yang lunak dan mudah dikunyah

  7

  memengaruhi asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada gilirannya akan memengaruhi status gizi anak yang berimplikasi pada kualitas sumber daya (Siagian, 2008). Rasa sakit disebabkan gigi berlubang yang sangat serius dapat memperparah kesehatan anak secara keseluruhan, disamping itu juga akan mengganggu proses pengunyahan, anak tidak mau makan dan biasanya pola tidur akan terganggu. Menurut Acs dkk, kurang tidur dan ketidakseimbangan

  8

  diet dapat mempengaruhi berat badan anak. Beberapa masalah yang akan timbul pada karies yang tidak dirawat apabila dibiarkan seperti pulpitis, ulserasi, fistula dan

  1 abses.

  Beberapa penelitian telah mengkaitkan hubungan atara skor PUFA/pufa pada anak dengan IMT ( Indeks Massa Tubuh ). Hasil penelitian Dua R et al menunjukkan bahwa anak pada kategori underweight memiliki skor rata-rata PUFA/pufa yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada kategori normal dan obese yakni 2,15 pada

  9

  anak underweight; 2,1 pada anak normal dan 2,0 pada anak obese. Benzian et al menyatakan bahwa IMT berhubungan dengan prevalensi infeksi odontogenik yang disebabkan karies (PUFA/pufa), terlihat 55,7% anak yang mengalami infeksi odontogenik (PUFA/pufa) 27,1% diantaranya mempunyai IMT dibawah normal dan

  10 1% mempunyai IMT diatas normal. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara IMT dengan skor PUFA dan DMFT pada anak usia 12-14 tahun di SMP di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung. Kecamatan ini dipilih oleh peneliti untuk mewakili lingkar dalam dan lingkar luar kota Medan yang memiliki status sosial ekonomi yang berbeda. Pemilihan sekolah dengan status sosial ekonomi yang berbeda bertujuan agar sampel yang didapatkan dapat terwakili oleh kategori IMT yang telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu masih sedikit penelitian yang membahas mengenai hubungan antara IMT dengan skor PUFA dan DMFT pada anak usia 12-14 tahun di Kota Medan.

  Umum : 1.

  Apakah ada perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki PUFA dibandingkan dengan dua kelompok anak dengan DMFT tanpa PUFA di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung? 2.

  Apakah ada korelasi rerata indeks DMFT dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung? 3.

  Apakah ada korelasi rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung?

  Khusus : 1.

  Apakah ada perbedaan indeks DMFT berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung?

  2. Apakah ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung?

  3. Apakah ada perbedaan indeks DMFT berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung?

  4. Apakah ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung?

1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan umum : 1.

  Untuk mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki PUFA dibandingkan dengan dua kelompok anak dengan DMFT tanpa PUFA di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung

  Untuk mengetahui korelasi rerata indeks DMFT dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 3.

  Untuk mengetahui korelasi rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung

  Khusus : 1.

  Untuk mengetahui perbedaan indeks DMFT berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 2.

  Untuk mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 3.

  Untuk mengetahui perbedaan indeks DMFT berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 4.

  Untuk mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung.

1.4 Hipotesis

  Mayor: 1.

  Ada perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kelompok anak usia 12- 14 tahun yang memiliki PUFA dibandingkan dengan dua kelompok anak dengan DMFT tanpa PUFA di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 2.

  Ada korelasi rerata indeks DMFT dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 3.

  Ada korelasi rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Khusus : 1.

  Ada perbedaan indeks DMFT berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung

2. Ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada pada usia 12-14 tahun di

  SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung 3.

  Ada perbedaan indeks DMFT berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12- 14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung

  4. Ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada pada usia 12- 14 tahun di SMP Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Tembung

1.5 Manfaat Penelitian 1.

  Bagi orang tua dan guru Memberikan informasi terutama bagi orang tua dan guru, bahwa karies yang tidak dirawat pada anak usia 12-15 tahun dapat berdampak terhadap menurunnya kesehatan anak, menurunnya kualitas hidup anak dan mempengaruhi pertumbuhan anak, sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan perawatan gigi anak yang mengalami karies.

  2. Bagi pengelola program kesehatan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut anak untuk meningkatkan kualitas hidup anak pada usia dini.

  3. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan untuk melakukan penelitian lanjutan.

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Penderita Diabetes Mellitus dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Lansia di Puskesmas P.B. Selayang II Medan

0 0 16

BAB II KERANGKA TEORI - Perhitungan Biaya Produksi Ayam Bakar Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Ayam Bakar Kaki Lima Jalan Dr. Mansyur Iii Padang Bulan Medan)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Perhitungan Biaya Produksi Ayam Bakar Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Ayam Bakar Kaki Lima Jalan Dr. Mansyur Iii Padang Bulan Medan)

0 1 21

1.T. (54 tahun) - Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 2 88

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pankreas - Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 0 22

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 0 8

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Porphyromonas Gingivalis - Efektivitas Ekstrak Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap Bakteri Porphyromonas gingivalis secara In Vitro

1 5 8

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA DAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

0 1 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi dan Prevalensinya - Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung

0 0 15