Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi dan Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena meningkatnya kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, dkk., 2004). Di Indonesia pada masa lampau penyakit DM kurang mendapat perhatian, karena masih tertuju pada penyakit menular serta kekurangan gizi (Tjokroprawiro, dkk., 1986).
Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat. Pada tahun 2003 World Health
Organization mengatakan bahwa prevalensi diabetes didunia diperkirakan 194 juta
penderita dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 335 juta penderita pada tahun 2025. Kenaikan jumlah penderita diabetes ini disebabkan oleh pola hidup yang santai dan pola makan penduduk yang tidak seimbang. Indonesia merupakan negara dengan penderita diabetes terbanyak ke 4 di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Di tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030 (Soegondo, dkk., 2004).
Menurut data Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008, kasus yang paling banyak ditemukan adalah penyakit DM dengan jumlah mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah sakit, kota/kabupaten seluruh provinsi Sumatera Utara. Data Riskesdas tahun 2007 tentang prevalensi DM disertai dengan gejala menunjukan bahwa data di daerah Samosir 0,3%, Dairi 1%, Serdang Bedagai 0,6%, Tapanuli Utara 0,3%, kota Medan 2,7% dan provinsi Sumatera Utara
1,98%. Data dari depkes RI menyatakan bahwa prevalensi DM secara nasional adalah 5,7% (Depkes, 2009).
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit Non Communicable
Disease (penyakit tidak menular) yang paling sering terjadi di dunia. Diabetes
mellitus adalah penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Terdapat dua tipe utama DM yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dapat berkembang menjadi penyakit ginjal. Peningkatan prevalensi DM tipe 2 jauh lebih cepat dibandingkan dengan DM tipe 1. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan angka obesitas dan penurunan aktivitas fisik yang sangat berpengaruh dalam proses terjadinya DM tipe 2.Disamping prevalensinya yang kian bertambah, persoalan DM akan semakin sulit bila telah terjadi komplikasi. Komplikasi dan penyakit penyerta yang diakibatkan DM kerap muncul dengan gejala yang bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit pemicu yang menyebabkan timbulnya keluhan- keluhan lain dan penyakit baru. Oleh karena itu sering sekali terjadi pengobatan terhadap gejala yang muncul sehingga timbul penggunaan obat yang bermacam- macam yang cenderung mendorong menggunakan pola pengobatan yang tidak rasional. Diketahui manifestasi dari DM dapat berupa komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Pada makrovaskular komplikasinya berkembang menjadi penyakit jantung, hipertensi, stroke, ataupun disfungsi ginjal. Komplikasi mikrovaskular terdiri dari mikrovaskular retina (diabetes retinopati),mikrovaskular ginjal (diabetes nefropati) dan neuropati (Powers, 2005; Suyono, dkk., 2006;Tap, 2003).
Munculnya hipertensi pada penyakit DM disebabkan oleh hiperglikemia yang dapat meningkatkan angiontensin II sehingga dapat menyebabkan hipertensi, dengan timbulnya hipertensi maka menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut seperti jantung koroner, diabetes nefropati dan diabetes retinopati. Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibandingkan nondiabetes. Resiko mengalami retinopati meningkat sejalan dengan lamanya diabetes. Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2004 melaporkan 4,8 persen penduduk diseluruh dunia menjadi buta akibat diabetes retinopati. Terdapat 80% penderita DM yang menderita “back ground retinopathy” setelah 15 – 20 tahun dan hampir 10% mengalami proliferatif yang mana jika tidak diobati dalam jangka waktu 3-5 tahun akan mengalami kebutaan (Tjokroprawiro, dkk., 1986; Novitasari, dkk., 2011; Suyono, dkk., 2006).
Kompleksnya terapi obat yang diterima penderita diabetes hipertensi memungkinkan timbulnya masalah - masalah yang terkait dengan penggunaan obat (Drug Related Problems). Drug Related Problems adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau dicurigai melibatkan terapi obat dan mengganggu pencapaian tujuan terapi yang diinginkan (Strand, et al., 1990). Semua masalah-masalah pasien yang melibatkan pengobatan dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari tujuh tipe masalah- masalah terapi obat, meliputi satu atau semua efek-efek samping, reaksi-reaksi toksik, kesalahan-kesalahan tindakan, atau kebutuhan akan pengobatan tambahan, sinergis, atau preventif, serta masalah ketidakpatuhan. Medication Error merupakan suatu bentuk error dalam bidang kedokteran dan kefarmasian yang selama ini luput dari perhatian, cenderung diabaikan atau bahkan dianggap tidak pernah terjadi. Kesalahan peresepan dapat memberikan resiko yang berarti bagi pasien (Dwiprahasto, 2004; Chobanian et al., 2003).
Pada penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap Rumah Sakit X Jepara tahun 2007 menunjukkan pula adanya ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi. Hasil analisis menunjukkan adanya DRPs. Diantara 83 pasien hipertensi dengan diabetes sebanyak 64 pasien (77,11%) mengalami DRPs sedangkan pasien yang memperoleh obat tepat sebanyak 19 pasien (22,89%). Pemilihan obat yang tidak aman memiliki persentase tertinggi penyebab DRPs pada pasien, yaitu 49,19% dari 124 jenis obat yang dikonsumsi pasien, hal ini disebabkan kombinasi pilihan obat menyebabkan resiko peningkatan efek samping obat. Sejauh yang diketahui penulis, penelitian tentang DRPs pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di RSUP H. Adam Malik Medan belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi DRP pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2013 yang meliputi pemberian terapi tidak sesuai indikasi, tidak mendapat terapi tambahan, dosis tidak tepat, dan interaksi obat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penerapan farmasi klinis di RSUP H. Adam Malik Medan dalam pemberian terapi pengobatan DM tipe 2 khususnya untuk komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini mengkaji tentang identifikasi DRPs pada pasienDM tipe 2
dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2012 – 2013. Dalam penelitian ini, obat-obat yang tercatat dalam
rekam medis pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan komplikasi
diabetes retinopati merupakan variabel bebas (independent variable) dan DRPs
kategori : a.Mendapatkan terapi obat tidak tepat indikasi b. Tidak mendapatkan terapi tambahan c. Dosis terlalu tinggi d. Dosis terlalu rendah e. Reaksi obat yang merugikan (dependent variable).
Menurut Strand et al., (1990) hubungan kedua variabel tersebut
digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar
1.1 Variabel Bebas Variabel Terikat Obat-obat yang Kategori:
DRPs
tercatat dalam rekam 1.Terapi obat tidak medis pasien Diabetes tepat indikasi
Mellitus tipe 2 dengan 2.
Tidak mendapat komplikasi hipertensi terapi tambahan
Telaah dan dan diabetes retinopati
3. Dosis terapi terlalu analisis tinggi 4.
Dosis terapi terlalu rendah
5. Reaksi obat yang merugikan
Gambar 1.1 Skema hubungan variabel bebas dengan variabel terikat1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatupermasalahan yaitu : a. apakah terjadi DrugRelated Problems (DRPs)katergori pemberian terapi obat tidak tepat indikasipada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai tahun 2013.
b. apakah terjadi DrugRelated Problems (DRPs) kategori tidak mendapat terapi tambahanpada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai tahun 2013.
c. apakah terjadi DrugRelated Problems (DRPs)kategori dosis terapi terlalu tinggipada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai tahun 2013.
d. apakah terjadi DrugRelated Problems (DRPs) kategori dosis terapi terlalu rendahpada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai tahun 2013.
e. apakah terjadi DrugRelated Problems (DRPs) kategori reaksi obat yang merugikan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah : a. terjadi DRPs kategori pemberian terapi obat tidak tepat indikasi pada pasien
DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di instalasi rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.
b. terjadi DRPs kategori tidak mendapat terapi tambahan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di instalasi rawat inap di
RSUP H. Adam Malik Medan.
c. terjadi DRPs kategori dosis terapi terlalu tinggi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di instalasi rawat inap di RSUP H.
Adam Malik Medan.
d. terjadi DRPs kategori dosis terapi terlalu rendah pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di instalasi rawat inap di RSUP H.
Adam Malik Medan.
e. terjadi DRPs kategori reaksi obat yang merugikan secara farmakologi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati di instalasi rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk : a. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan masalah dengan kategori pemberian terapi obat tidak tepat indikasi pada pasien
DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013. b. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan masalah dengan kategori tidak mendapat terapi tambahan pada pasien DM tipe
2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013.
c. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan masalah dengan kategori dosis terapi terlalu tinggi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013.
d. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan masalah dengan kategori dosis terapi terlalu rendah pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013.
e. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan masalah dengan kategori reaksi obat yang merugikan pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai rujukan ataumasukan bagi RSUP H. Adam Malik tentang kejadian problem terkait obat
(Drug Related Problems) sehingga diharapkan kejadian DRPs dapat diminimalisir
dimasa yang akan datang.