BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif - Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ekonomi Kreatif

  Industri Kreatif pada umumnya dapat diartikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Ekonomi Kreatif yang terkait dengan pemanfaatan pengetahuan, informasi dan teknologi. Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force (1998):

  “Industri kreatif merupakan industri yang mempunyai keaslian dari kreatifitas individual, ketrampilan dan bakat, yang memiliki potensi untuk menciptakan kesehjatraan dan peciptaan lapangan pekerjaan melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intlektual dan konten”.

  Menurut Howkins (2001), Ekonomi kreatif didasarkan pada cara berpikir baru dan melakukan. Input utama adalah bakat pribadi kita atau keterampilan.

  Input tersebut mungkin terdengar akrab namun apa yang lebih penting adalah bahwa kreativitas kita mengubahnya dengan cara baru.

  Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan(nurturance hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia. Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri dari core creative industindustri,

  

forward dan backward linkage creative industindustri. Core creartive

industindustri adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya

  tambah tersebut, core creative industindustri membutuhkanoutput dari industri lainnya sebagi input. Industri yang menjadi input bagi core creative industindustri disebut sebagai backward linkage creative industindustri. Output daricore

  

creative industindustri juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang

  disebut sebagai forward linkage creative industindustri. Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai pada ekonomi kreatif. Dalam proses penciptaan nilai kreatif, industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial dan buda ya. Proses umum yang terjadi dalam rantai nilai kreatif adalah kreasi-produksi-distribusi-komersialisasi, namun setiap kelompok industri kreatif memiliki rantai niali kreatif yang berbeda.( Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014)

  Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut:

  “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesehjatraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.

  Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) mengelompokkan subsektor industri berbasis kreativitas adalah : Pertama, Periklanan : kegiatan kreatiif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan , promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar , penyebaran selebaran, pamflet ,edaran, brosur, dan reklame sejenis, distribusi dan

  

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk

iklan.

  Kedua, Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban

  

design , landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,

misalnya: arsitektur taman, desain interior).

  Ketiga, Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik,

  Keempat, Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi Kelima, Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. Keenam, Fashion: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Ketujuh, Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

  Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

  Kedelapan, Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau

  Kesembilan, Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

  Kesepuluh, Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film. Keduabelas, Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. Ketigabelas, Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

  Kempatbelas, Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti bisnis dan manajemen.

  Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference

  

on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan

  Ekonomi Kreatif sebagai: “Sebuah konsep yang berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan”. Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut: a.

  Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia.

  b.

  Menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.

  c.

  Kumpulan aktivitas ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi d.

  Suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan lintas kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.

  e.

  Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

2.1.1 Peranan Pola Pikir Kreatif

  Dimasa kini, menjadi kreatif merupakan tuntutan bagi setiap individu supaya dapat bersaing dalam perekonomian yang semakin kompetitif dan menentukan daya saing individu maupun sebuah bangsa. Kreativitas mampu mengubah barang yang hanya mengutamakan fungsi menjadi sebuah karya industria yang unik, penuh estetika, dan meningkatkan kualitas hidup bagi konsumennya. (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014) Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) terdapat beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola pikir kreatif di masa mendatang :

  1. Abundance, teknologi yang semakin maju dan globalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinteraksi telah memberiikan masyarakat kemudahan untuk mendapatkan kebutuhannya. Masyarakat mengalami kecukupan sumber daya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa Negara. Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produk yang sama harus berusaha untuk membuat sesuatu yang unik sehingga tidak mudah disubsitusi oleh produk lain.

2. Asia, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di Asia telah

  berlimpah menjadikan para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke Asia karena engan kualitas yang sama, upah tenaga kerja lebih murah di Asia.

3. Automation, tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja di negara lain, tetap juga bersaing dengan teknologi.

  Revolusi industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus rela kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan oleh komputer, mesin, robot atau teknologi lain, maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa yang akan datang.

  Ketiga hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi individu untuk mampu mengubah pola pikirnya agar dapat menciptakan inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Secara garis besar kemampuan yang dibutuhkan dalam era konseptual adalah:

  1. High Concept, yaitu kemampuan untuk menciptakan keindahan emosional dan artistik, kemampuan mengenai pola-pola perubahan dan peluang- peluang, kemampuan menghasilkan produk yang mampu menceritakan sesuatu dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide menjadi penemuan-penemuan baru dan orisinil.

  2. High Touch, yaitu kemampuan untuk berempati, memahami cara berinterakasi dalam suatu komunitas, mampu menenmukan kebahagiaan dari diri sendiri dan menularkannya kepada orang lain, dan kemampuan

  Untuk memiliki kemampuan tersebut, maka individu diharapkan memiliki enam pemikiran agar mampu bersaing di masa mendatang :

  1. Not just function but also Design. Design dapat didefinisikan sebagai sifat alami manusia untuk membentuk dan menjadikan lingkungannya menjadi tempat yang mampu memenuhi kebutuhannnya dan memberiikan makna kepada hidup manusia tanpa meniru era sebelumnya. Desain memberiikan kita keunikan dalam meningkatkan 2.

  Not just argument but also Stoindustri. Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang mampu bercerita dan mampu membuat konsumen terus mengingatnya. Produk-produk yang mampu bercerita sehingga mememberiikan daya imajinasi dan menginspirasi konsumennya menjadi kebutuhan manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

  3. Not just focus but also Symphony. Simfoni menggambarkan kemampuan untuk menyatukan ide-ide menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna. Simfoni adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari hal-hal yang kelihatannya tidak berkaitan menjadi sesuatu penemuan yang baru.

  4. Not just logic but also Empathy. Empati berarti kemampuan untuk membayangkan diri kita pada posisi orang lain dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Disaat hampir semua pekerjaan dapat dikerjakan oleh komputer, salah satu fungsi yang tidak dapat digantikan oleh komputer dan teknologi adalah empati.

5. Not just seriousness but also Play. Kesuksesan dalam bekerja datang ketika seseorang menikmati dan mencintai apa yang ia kerjakan.

  Bekerja pada bidang-bidang yang disukai akan menciptakan produktivitas tinggi dan kualitas hidup.

  6. Not just accumulatin but also Meaning. Makna menjadi aspek yang seharusnya tidak sekedar menumpuk pengalaman namun juga memberiikan kesenangan dan meningkatkan kualitas hidup. Pola pikir disipliner merupakan pola pikir yang bisa didapat dari latihan atau sekolah. Pola pikir disipliner hanya berfokus pada apa yang sudah dilatih.

  Sementara itu, pola pikir menyintensis adalah pola pikir yang mampu untuk memilah informasi yang penting dan yan bukan yang berasal dari pengetahuan yang diperolehnya dan dapat dimanfaatkan untuk diri sendiri atau orang lain. Sedangkan pola pikir kreasi tidak hanya mampu menyaring informasi dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga mampu menggunakan informasi untuk menciptakan sesuatu. Orang kreatif akan menggunakan informasi yang ada sebagai input untuk menciptakan sesuatu. Di sisi lain, pola pikir penghargaan kemampuan untuk menghargai, bersimpati dan memahami perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan pola pikir etis adalah kemampuan utuk menggabungkan peran dengan baik sebagai inividu, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang baik dan selalu berusaha menjalankan perannya dengan benar untuk mendatangkan kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat.

2.1.2 Perkembangan Konsep Ekonomi Kreatif

  Bakat individu Skala industri HKI Pengguna

  (startup)

  Pendidikan Kewirausahaan Branding Karsausaha

  INKUBASI

  Kesehjatraan Kompetisi Kompetisi Pertumbuhan dan Inovasi

  ORIENTASI

  Warga konsumen

  Humanisme sipil Industri budaya Kelompok kreatif dan jasa kreatif

  AGEN

  Ekonomi kreatif memiliki kata kunci, yaitu kata ‘kreatif’ itu sendiri. Sejak zaman pencerahan hingga era modern dengan industrialisasinya, hingga masuk ke era digital masa kini, pemahaman tentang proses kreatif dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat terus berkembang. (Kementerian Pariwisata dan

  Seni dan budaya manusia telah tumbuh sejak awal peradaban, dan berkembang pesat dalam peran pentingnya di berbagai tonggak peradaban manusia di masa lalu. Namun, pembabakan ekonomi kreatif diulas dari zaman modern, yaitu pada era pencerahan sebagai asal mula pemikiran dunia modern hingga abad ke-21 sekarang ini. John Hartley (2007) memetakan evolusi tersebut dalam empat babak.

  Industri dan Media Pasar global Budaya dan Ilmu Pengetahuan Pada era modern, perkembangan ekonomi kreatif diawali dengan diangkatnya kreativitas rasional dalam era pencerahan (1650-1850), yang dicirikan dengan masuknya manusia rasional sebagai subyek utama penggerak dunia. Dalam era ini, perkembangan peradaban dunia masih berpusat di negara- negara Eropa, terutama Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia.

  Seni dan Rasionalitas

  WUJUD

  Informasi/Kapitalis me global Kreatif/kapitalis me global

  Perdagangan/M erkantilisme Industri/Kapitalism e awal

  INDUSTRI KREATIF BARU (>2005) KONTEKS EKONOMI

  INDUSTRI KREATIF AWAL(> 1995)

  INDUSTRIALISASI

Tabel 2.1 Evolusi Industri ERA PENCERAHAN ERA

  NILAI

  Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya adalah masa industrialisasi kreativtas dalam era industri (1850-1995). Memasuki akhir abad ke-19, industri pergerakan pusat keadidayaan dunia dari Eropa menuju Amerika Serikat dengan adanya eksplorasi baru industri dan media di Amerika Serikat. Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya ditandai dengan globalisasi kreativitas sebagai industri kreatif (pasca 1995). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dunia serta sistem transportasi yang semakin mudah dan terjangkau mengahantarkan dunia pada era globalisasi. Memasuki era globalisasi, industri kreatif pertama yang muncul pada akhir tahun 1990-an mulai mengambil pasar global sebagai target utamanya. Pada era ini pulalah invasi soft

  

power bermunculan dengan lebih tegas yang digerakkan oleh berbagai kelompok

kreatif penyedia jasa kreatif.

  Ekonomi kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi yang mengakibatkan terjadinya kolaborasi global dan kesamarataan baru dalam era industri kreatif baru (pasca 2005). Memasuki abad 21, dengan munculnya literatur dua arah telah memungkinkan masyarakat untuk tidak hanya era baru ini, kelahiran wujud kereativitas baru dalam industri kreatif terjadi yaitu wujud kreativitas yang diambil bukan lagi pasar global, namun budaya dan ilmu pengetahuan yang unik dan baru. Kita mulai melirik kembali nilai-nilai tradisi lokal sebagai sumber daya intelektual, serta kegiatan pasar maupun kewirausahaan baru di tempat-tempat yang sebelumnya jarang dianggap di luar monolir budaya popular Amerika dan Jepang.

2.2 Struktur Industri

  komponen pada suatu bentuk. Dengan kata lain, struktur adalah susunan bagian- bagian dalam suatu bentuk bangunan. Bila diartikan dalam konteks ekonomi, struktur adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Semakin besar hambatan untuk masuk. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar. Hambatan masuk meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemerintah untuk memasuki pasar, yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan, efesiensi tingkat produksi, bermacam- macam usaha penjualan, serta besarnya sunk cost.(Kuncoro: 137).

  Struktrur industri adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Struktur pasar yang menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Kemudian biasa dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing. Elemen dalam struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration), dan hambatan (barrier). Secara garis besar, jenis-jenis struktur pasar terdiri atas pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik. Sebaliknya, struktur industri merupakan bentuk atau tipe keseluruhan pasar industri.

  Jumlah atau besarnya penduduk umumnya ikaitkan dengan pertumbuhan

  

income per capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemanjuan

  perekonomian negara tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi.

  Tetapi ada pula yang berpendapat lain aitu bahwa justru penduduk yang jumlahnya sedikit yang dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik. Disamping kedua pendapat ini, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasionalnya. Ini berarti jumlah penduduk tidak boleh terlampau sedikit tetapi juga tidak boleh terlampau banyak. (Subri, 2003:53)

  Dengan demikian, pembangunan ekonomi sangat diperolehkan untuk memperkeci tingkat pengangguran. Dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih akanmenjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menggangur.

2.3.1 Teori Ketenagakerjaan

  Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah.

  Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa : (a) lebih besarnya penawaran permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess demand for labor).

  (Subri, 2003:54) Ada dua teori penting perlu dikemukan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akanmemberiikan andil terhadap pertumubuhan output dan penyediaan pekerja disektor lain.

  Ada dua sektor di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

  Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada kapitalis modern. Lebih murahnya biaya upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di perkotaan perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.

  Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penwaran pekerja tidak memberiikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal kuntuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancara dan perpindahan tersebut aakn pernah menjadi “terlalu

  Teori kedua adalah Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

  (Ibid:57) Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, di mana para pengangur semu (yang tidak menambah

  

output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang

  sama. Kedua, tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar daipada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap kesektor jasa dan industri yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertambahan output dan

2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan

  Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu : (1). Tenaga Kerja (Manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpatisipasi dalam aktivitas tersebut.

  (2). Angkatan Kerja (Labor force) adalah bagian dari tenaga kerja yang yaitu produksi barang dan jasa.

  (3). Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor force participation rate) adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagi persentase penduduk dalam kelompok tersebut. (4). Tingkat pengangguran (Unemployment rate) adalah angka yang menunjukkan beberapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di sini adalah aktif mencari pekerjaan. (5). Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.

  (6). Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pidahnya seorang ari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut.

  (7). Pengangguran struktural adalah penganggur yang disebabkan karena ketrampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi.

  (8). Setengah Menganggur (Underemployment) adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerja yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya. (9). Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time)di luar keinginannya sendiri, atau (10). Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya. (11). Pengangguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment) dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Misalnya Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dua orang, tetapi dikerjakan oleh tiga orang sehingga 1 orang merupakan disguised unemployment.

2.3.3 Pengertian Pasar Tenaga Kerja

  Pasar tenaga kerja tidak jauh berbeda dengan pasar barng yang ada menurut pandangan kaum klasik. Akan terjadi keseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja, apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel. Pada tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah yang berlaku tersebut sehingga tenaga kerja tidak akan mengalami pengangguran. Mereka yang menganggur adalah tenaga kerja, jadai tenaga kerja digolongkan menjadi pengangguran sukarela. (Mulia: 1997:30-31).

  Menurut pendapat klasik, jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja adalah orang yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah riil yang berlaku (harga tenaga kerja). Perekonomian yang mengalami kelebihan produksi ini hanya bersifat sementara. Bila mekanisme harga yang fleksibel telah bekerja, semua barang akan terjual kembali dan tingkat produksi akan normal kembali.

  Konsepsi Keynes untuk mengatasi pengangguran adalah tentang peringatannya bahwa anggapan dasar klasik khususnya fleksibel harga dan tingkat upah, serta reaksi yang cepat dari pelaku ekonomi menuju proses keseimbangan baru dalam kenyataannya memakan waktu yang lama, tergantung besarnya hambatan-hambatan dalam proses pemulihan perekonomian tersebut. Fleksibel harga tidak akan bisa berjalan seluruhnya pada perekonomian, karena banyak faktor-faktor penyebab terjadinya kelesuan perekonomian yang bukan disebabkan perekonomian secara keseluruhan, misalnya penurunan tingkat upah riil sedangkan variabel yang terjadi dalam perekonomian dianggap tetap, tidak bisa digunakan asumsi seperti yang digunakan kaum klasik untuk menerangkan akibat penurunan tingkat upah riil pada penggunaan tenaga kerja. Apabila upah riil menurun, pendapatan masyarakat akan mengalami penurunan juga (pendapatan bertambah rendah), dan daya beli masyarakat juga akan berkurang. Oleh sebab itu, pengeluaran masyarakat untuk konsumsi akan turun, dan penurunan di pasar barang. Apabila keadaan berlanjut terus menyebabkan tingkat produksi turun, full employment tidak akan tercapai.

  Kebijaksanaan yang dianjurkan Keynes untuk mengatasi ini adalah seyogianya pemerintah melakukan sesuatu untuk membawa perekonomian kembali ke posisi full employment bukan hanya proses alamiah (melalui fleksibel harga) model analisi kaum klasik. Suatu tindakan pemerintah untuk menggeser atau membawa perekonomian kembali pada tingkat full employment sebagai arus balik mengatasi kelesuan (stagnasi) perekonomian dan pengangguran melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G). kenaikan pengeluaran pemerintah (G) ini melalui proses multiplier effectakan meningkatkan pendapatan masyarakat serta diwujudkan dalam permintaan efektif.

2.4 Pengertian Pendapatan

  Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

  Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen; serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, atau si pengangguran.

2.4.1 Distribusi Pendapatan dan Produksi Marjinal

  Upah merupakan harga tenaga kerja, sewa adalah harga tanah, dan bunga adalah harga modal. Jadi penunjuk pertama tentang distribusi pendapatan adalah berasal dari pengamatan terhadap kekuatan-kekuatan yang melatarbelakngi penawaran dan permintaan faktor-faktor produksi. (Samuelson, 1992:259)

  Kunci distribusi pendapatan suatu perekonomian pasar terdapat pada teori produktivitas-marjinal perusahaan. Pada teori produksi telah diketahui bahwa kurva permintaan untuk berbagai faktor produksi permintaan tenaga kerja, tanah, dan sebagainya dapat dinyatakan dalam pengertian pendapatan yang diperoleh dari produk marjinalnya. Dengan menempatkan kurva penawaran dari tiap sektor, kita dapat menghitung pendapatan yang diperoleh setiap faktor produksi. Sebuah perusahaan mencapai laba maksimum (biaya minimum) pada saat MRP setiap faktor produksinya sama dengan biaya marjinal faktor produksi tersebut yaitu harga faktor produksi tersebut. Hal ini dapat dinyatakan secara ekuivalen sebagai ini harus berlaku dalam ekuilibrium karena seorang pengusaha yang bertujuan memaksimumkan laba akan memperkerjakan setiap faktor produksi sampai suatu titik ketika produk marjinal faktor memberiikan penerimaan marjinal (dalam satuan dolar) yang persis sama dengan faktor produksi tersebut.

2.4.2Teori Distribusi Pendapatan Produksi Marjinal

  Teoritis ekonomi terkenal dari Columbia University, yaitu John Bates Clark, sekitar tahun 1990 mengemukana teori distribusi sederhana. Teori tersebut barang akhir (final goods) dan input faktor produksi. Untuk memudahkan pemahaman atas teori tersebut, misalkan hanya ada satu produk yang dihitung dalam satuan riil. Misalnya jagung atau suatu kombinasi komiditi yang kita sebut Q. Selanjutnya, dengan menganggap harga sama dengan satu, kita dapat membentuk keseluruhan pembahasan ini dalam satuan riil yaitu kita menamakan nilai output sebagai Q dan tarif upah sebagai tarif upah riil dalam satuan barang atau Q. dalam situasi ini, fungsi produksi menjelaskan berapa Q yang akan dihasilkan dari setiap jumlah jam kerja tenaga kerja, L bersama sekian luas tanah yang homogen, A. Perhatikan bahwa karena P=1, maka pada persaingan sempurna MRP= MR x P =MP x 1 = MP dan upah =MP L . (Samuelson,1992:158).

  Kemudian, Clark mengemukakan penalarannya sebagai berikut. Pekerja yang pertama mempunyai produk marjinal yang sangat besar, karena begitu banyak tanah yang tersedia untuk digarap. Pekerja kedua menghasilkan produk marjinal yang sedikit lebih rendah dibanding pekerja pertama. Akan tetapi, kedua sama. Masalahnya sekarang, upah itu didasarkan atas apa? Apakah didasarkan pada MP (Produk Marjinal) pekerja pertama atau MP pekerja kedua yang lebih rendah? Ataukah menurut rata-rata keduanya.

  Dalam persaingan sempurna, dengan pemilik tanah bebas menentukan banyaknya pekerja yang akan digunakan, jawabannya adalah: Tuan tanah tidak akan menggunakan pekerja kedua kalau upah yang harus mereka bayar melebihi produk marjinal yang diterimanya. Dengan demikian kurva permintaan DD atas upah sebesar produk marjinal yang terakhir.

  Bagaimana dengan kelebihan total output yang dihasilkan oleh pekerja pertama dan pekerja lain sebelum pekerja yang terakhir. MP itu dinikmati oleh tuan tanah dan merupaka laba residu baginya, yang ddisebut sebagai sewa. Dalam persaingan bebas, laba itu tetap milik pemilik tanah dan tidak ada yang bisa mengambilnya. Selain distribusi dari kontribusi tenaga kerja dapat juga meentukan kontribusi dari sewa tanah. Besarnya kelebihan output yang dihasilkan pekerja tidak diterima sebagi upah, namun ditentukan sebaoleh seberapa besar penurunan MP tenaga kerja pada saat tenaga kerja ditambahkan artinya ditentukan oleh hokum hasil lebih yang semakin menurun.

2.5 Pengertian Potensi

  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Potensi merupakan kemampuan yang kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan atau daya. Potensi pada umumnya dapat dijadikan sebagai sebuah bahan atau nilai tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam pemanfaatannya potensi diarahkan untuk dapat dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi kelebihan dan keunggulannya dapat diberdayakan secara baik pula.

2.6 Penelitian Terdahulu

  Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Kerajinan:Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar

  • 0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama halnya dengan bordir/sulaman.

  Dani Danuar Tri U. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang” mengemukakan bahwa UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang belum dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan industri besar lebih mendominasi di kota tersebut. UMKM yang berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas serta mengalami permasaahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menyebabkan UMKM berbasis ekonomi

  Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia”mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif (kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing – masing memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan

  

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk

iklan.

2.7 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberiikan gambaran atau batasan-batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan. Tahap awal penelitian ini adalah dimulai dengan melakukan proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder ataupun data primer mengenai industri berbasis ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan. Selanjutnya melakukan identifikasi terhadap kegiatan ekonomi kreatif guna memberii gambaran umum survei lapangan yang menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Terakhir, dapat dirumuskan beberapa potensi dan strategi dalam pengembangan industri kreatif di Kota Medan dengan pendekatan deskriptif.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  

Sumber : Diolah oleh penulis

  Ekonomi Kreatif Strategi Potensi

  Pengembangan Ekonomi Kota Medan

Dokumen yang terkait

Wisata Salib Kasih (Studi Etnografi mengenai Wisata Religi di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 3 15

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. - Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

0 14 22

25.5 Rata – rata 42.5 10 12.5 3 0.85 - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 1 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupa

0 1 30

BAB I PENDAHULUAN - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

0 0 8

Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

1 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi di Sumatera Utara

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi di Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Indonesia

0 0 11