Pemahaman tentang Makna Aqala Fakara dan

Pemahaman tentang Makna Aqala, Fakara dan Faqaha dalam Teks al-Quran
A. Pendahuluan
Alquran merupakan kitab hikmah yang mengandung banyak makna dalam setiap
uslub bahasa yang dipakainya karena ke-universalan Alquran sebagai sebuah kitab. Berbagai
macam uslub yang dipakai dalam Alquran meiliki esensi masing-masingnya dan ruang
tersendiri dalam penerapannya, sesuai dengan indikator dan orientasinya. Keuniversalan
Alquran itulah yang membuatnya kaya akan makna yang mampu membuat manusia memiliki
keluwesan dalam pemahaman, kaya akan ilmu pengetahuan serta terbinanya budipekerti yang
anggun bagi yang memahaminya.
Terbinannya budipekerti dan memahami segala tidakan yang teroganisir dengan
landasan pemahaman terhadap Alquran inilah yang menjadi esensi diturunkannya Alquran
sebagai suatu acuan bagi manusia dalam menentukan sikap dalam kehidupan. Tidak
mengherankan nantinya dalam mengkaji ayat Alquran didapati berbagai macam bentuk uslub
yang mendorong manusia untuk lebih mendalami makna dari setiap kata yang digunakannya
sebagai suatu stimulus dalam perbaikan moral dan peningkatan pemahaman akan keimanan
manusia yang mengkaji Alquran.
Dalam dari pada itu ketika memandang kepada kata yang dipakai oleh Alquran dalam
menerangkan berbagai macam peristiwa dan setiap kejadian yang ada di dunia ini, seolaholah Alquran memiliki cara tersendiri dalam membentuk kesadaran, pemahaman dan
pengertian terhadap manusia, seperti Alquran mamakai akar kata aqala, fakara, faqaha yang
sekilas memiliki arti yang sama tetapi berbeda dalam penerapan dan kedudukannya. Inilah
yang menjadi daya tarik tersendiri dalam mengkaji Alquran, yang seolah-olah dengan hal

seperti itu Alquran mencoba menggambarkan keotentikannya sebagi Kitab yang tidak dapat
ditandingi kedalamannya, baik itu dari segi bahasa, makna dan kebenaran dalam realitas
kehidupan dunia ini.
Melihat kata aqala, fakara dan faqaha ini, apa saja arti yang melingkupi kata tersebut?
Bagaimana Alquran memakai kata ini dalam padanan katanya? Bagaimana Alquran
memaknainya dengan kejadian yang melingkupi pemakaian kata tersebut? Dan apa esensi
dari pemakaian kata tersebut sehingga Alquran membedakan dalam pemakaiannya? Inilah
yang menjadi ketertarikan sendiri bagi penulis dalam menilik dan mencoba menulis sekilas
tentang hal ini.

B. Arti kata dan makna
a. Aqala
Secara bahasa akar kata aqala memiliki banyak makna, diantaranya; Mengikat,
Memahami, Mengerti, Berlindung, Berakal, Berfikir, Fikiran yang tajam, hati, Kekuatan
berfikir, Faham, yang dapat dimengerti dan banyak lagi pengartian dari kata aqala sesuai
dengan kebutuhan dalam pemakaiannya.1
b. Fakara
Fakara memiliki arti; memikirkan, mengingatkan, Pikiran, Pendapat, Memorandum dan
lain sebagainya.2
c. Faqaha

Faqaha memiliki arti; megerti, memahami, Mengingatkan, pengertian, Pengetahuan,
Kepandaian, Kecerdasan, Orang yang alim.3
C. Contoh Ayat dan Penafsiran
a. Pemakaian akar kata Aqala dalam Alquran
1. Qs. Albaqarah (2); 44

‫ل‬
‫ل‬
‫بب أ لفللل‬
‫ن لأن ل‬
‫سك لمل ولأنت لمل ت لتلللو ل‬
‫سول ل‬
‫ملرو ل‬
‫ف ل‬
‫س ب كٱللب كرر وللتن ل‬
‫أت لأل ل‬
‫ن ٱلننا ل‬
‫ن ٱللك كت تل ب‬
‫ن‬
‫ت لعل ك‬

‫قللو ل‬

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
dirimu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?” 4
Dalam ayat ini Allah mencoba menerangkan kepada manusia agar konsekuen dan
bertanggungjawab dari apa yang dia utarakan, katakan dan bicarakan, dalam pengertian
yang simpel bahwasanya sebelum memerintah sesorang dengan satu pengertian dan
peahaman hendaklah diri pribadinya terlebih dahulu dalam mengatualisasikannya, dan
ketika apa yang dilakukannya itu bermanfaat bagi diri pribadinya maka hendaklah
disampaikan kepada manusia lain agar melaksanakan apa yang bermanfaat tadi sebagai
satu tanda bukti atas pengabdiannya kepada Tuhan dari apa yang dianugrahkanNya.
Ayat ini memberi peringatan kepada setiap manusia agar tidak memanfaatkan orang
lain sebagai satu sarana dalam uji praktek dari satu teori dalam memenuhi satu
kepentingan untuk menutupi kepentingan yang lain, tapi mewanti manusia agar
bertanggungjawab dan ayat ini berlaku secara umum bagi yang dianugrahi pemahaman.
1 Ahmad Warson Munawir, “Almunawir,” cet. Ke-14, Pustaka Progresif (Surabaya), hal.
956-957
2 Ahmad Warson Munawir, “Almunawir,” cet. Ke-14, Pustaka Progresif (Surabaya), hal.
1068
3 Ahmad Warson Munawir, “Almunawir,” cet. Ke-14, Pustaka Progresif (Surabaya), hal.

1067-1068
4 Quran in word

Dalam pengaktualisasian tentang anugrah pemahaman tersebut hendaklah manusia itu
membuktikan terlebih dahulu kepada pribadinya, lantas kemudian menyampaikannya
kepada manusia sesuai dengan kepemahaman manusia lain agar manfaat itu
berkesinambungan dalam kehidupan.
Sementara Quraisy Shihab dalam tafsinya menjelaskan dengan; Apakah kalian wahai
orang-orang Bani Israil, atau pemuka-pemuka agama Yahudi menyuruh orang lain yakni
kaum musyrikin atau kelompok lain dari orang-orang Yahudi yang seagama dengan kamu,
atau orang lain siapa pun dia melakukan berbagai macam kebajikan, dan kamu melupakan
diri kamu sendiri, yakni melupakan menyuruh diri kalian untuk berbuat kebajikan itu, atau
kalian sendiri tidak mengerjakan kebaikan itu? Tindakan demikian jelas merupakan
perbuatan yang buruk. Kalian melakukan perbuatan itu, padahal kamu membaca kitab suci
yakni Taurat yang mengandung kecaman terhadap mereka yang pandai menyuruh tanpa
mengamalkan. Tidakkah kamu berakal, yakni tidakkah kalian memiliki kendali yang
menghalangi diri kalian terjerumus dalam dosa dan kesulitan?5
2. Qs. Albaqarah (2); 164

‫إن في خللق ٱلسموت وٱللأ ل‬

‫ن‬
‫ت‬
‫ل‬
‫ك‬
‫ل ولٱلن نلهارك ولٱلل ل‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ٱ‬
‫ف‬
‫ل‬
‫ت‬
‫خ‬
‫ل‬
‫ٱ‬
‫و‬
‫ض‬
‫ر‬
‫ل‬
‫ك‬

‫ك ن ك‬
‫فلل ك‬
‫ك‬
‫ك‬
‫ك ل‬
‫ن تل تل ك ل‬
‫ل ك‬
‫ل‬
‫ما أنلز ل‬
‫ن‬
‫ما لين ل‬
‫ٱل نكتي ت لجل‬
‫ه ك‬
‫ل ٱلل ن ل‬
‫س ول ل‬
‫ري كفي ٱللب لحلرك ب ك ل‬
‫فعل ٱلننا ل‬
‫م ل‬
‫ك‬
‫من ك ل ر‬

‫ل‬
‫ماءء فلأ لحلليا ب كهك ٱللأ لرل‬
‫مولت كلها ولب ل ن‬
‫ث كفيلها ك‬
‫ماكء ك‬
‫ٱل ن‬
‫ض ب لعلد ل ل‬
‫من ن‬
‫س ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ض‬
‫س ن‬
‫س ل‬
‫ري ك‬
‫ن ٱل ن‬
‫م ل‬
‫ح ولٱل ن‬
‫س ل‬
‫ب ٱلل ل‬

‫حا ك‬
‫خرك ب ليل ل‬
‫لداب نءة ولت لصل ك‬
‫ف ٱلرري تل ك‬
‫ماكء ولٱللأرل ك‬
‫ن‬
‫ت لر ل‬
‫لل لي تل ء‬
‫قولمء ي لعل ك‬
‫قللو ل‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”6
Dalam ayat ini Allah mencoba mengajak manusia berfikir tentang fenomena alam,
dimana manusia diajak untuk meresapi dan menghayati bahwa alam ini tidak ada dengan
sendirinya dan beredar seadanya tanpa ada dibalik itu yang mengendalikannya. Manusia

dituntut untuk mencari dan membuktikan kepada dirinya bahwa ada Yang Kuasa dalam

5 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran jilid I
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 179.
6 Quran in word

hidup ini, untuk meyakini bahwa adanya Tuhan dan untuk mengerti peranannya sebagai
manusia ciptaan Tuhan.7
Dengan fenomena alam seolah-olah Allah mencoba berkomunikasi dengan manusia
tentang kebesarannya, dimana Allah telah memprasaranai alam raya ini dengan segala
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, agar dapat dikelola oleh manusia dengan
sebaik mungkin dengan potensi akal yang diberikan oleh Tuhan, sebagai satu bentuk
pengabdian manusia diciptakan Tuhan sebagai Khalifah dimuka bumi ini dan sebagai
bentuk pembuktian atas kesadaran manusia bahwa ada andil Tuhan Yang Maha Esa dalam
setiap liku kehidupan.
b. Contoh Pemakaian kata Fakara dalam Alquran
1. Qs. Aljasiyah (45); 13

‫ل‬
‫خلر ل ل ل‬

‫ن‬
‫س ن‬
‫ج ك‬
‫موتل ك‬
‫من هلهب إ ك ن‬
‫ض ل‬
‫ما كفي ٱل ن‬
‫ول ل‬
‫ميععا ر‬
‫ت ول ل‬
‫س لت‬
‫كم ن‬
‫ما كفي ٱللأرل ك‬
‫ل‬
‫كفي ذ تلل ك ل‬
‫ن‬
‫قولمء ي لت ل ل‬
‫ت لر ل‬
‫ك للي تل ء‬
‫فك نلرو ل‬


“Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”8
Allah-lah yang berkuasa di alam raya ini dan semua tunduk dan patuh dibawah
kuasaNya, tiada satupun yang luput dan terhalang dari kebesaran dan kuasaNya. Inilah
yang ditekankan dalam ayat ini, bahwa manusia yang ditinggikan oleh Allah
penciptaannya dibandingkan makhluk-makhluk yang lain agar memiliki kesadaran dan
keyakinan untuk patuh kepada Allah, tidak melakukan kekejian dan kemungkaran.
Hendaknya dengan kesadaran manusia dengan fikirannya dapat membawa manfaat
kepada alam ini dan mengikis dan berusaha agar tidak adanya bala bencana di alam ini.
Penggambaran kebesaran Tuhan dengan alam memberi isyarat kepada manusia bahwa
alam ini tunduk dan patuh kepada Tuhan.
2. Qs. Yunus(10); 24

‫ل‬
‫ماكء فلٱخلت لل ل ل‬
‫مث ل ل‬
‫ط ب كهكۦ‬
‫م‬
‫ه ك‬
‫ل ٱلل ل‬
‫ن ٱل ن‬
‫س ل‬
‫ماءء أنلزللن تل ل‬
‫حي لوتةك ٱلد دنلليا ك ل ل‬
‫ما ل‬
‫إ كن ن ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ما ي لألك ل ل‬
‫ى إك ل‬
‫ض‬
‫ذا أ ل‬
‫خذ ل ك‬
‫حت ن‬
‫ض ك‬
‫م ل‬
‫س ولٱللأنلعتل ل‬
‫م ن‬
‫ن للبا ل‬
‫ت ٱللأرل ل‬
‫ل ٱلننا ل‬
‫ل‬
‫ت‬
‫ت ٱللأرل ك‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫لزخللرفللها ولٱنزي نن لتل ولظ ل‬
‫ن ع لل ليللها أت لى تلها أمللرلنا ل ليللل‬
‫ن أهلل للها أن نهلمل قتلد كلرو ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫لس ك لذ تلل ك ل‬
‫ص ل‬
‫ل‬
‫ك نل ل‬
‫ن ب كٱللأ لم س ب‬
‫ح ك‬
‫صي ع‬
‫جعلللن تللها ل‬
‫أول ن للهاعرا فل ل‬
‫ف ر‬
‫دا ك لأن ل نمل ت لغل ل‬
‫ل‬
‫ن‬
‫قولمء ي لت ل ل‬
‫ت لك ل‬
‫ٱللأي تل ك‬
‫فك نلرو ل‬

7 Abu Ja’far Muhammad Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 2, hal. 725
8 Quran in word

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakanakan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.”
. Maksud ayat ini adalah perumpamaan dan permisalan yaitu sifat fana dan
ketidakkekalan kehidupan dunia diumpamakan dengan air yang diturunkan dari langit
yang bercampur denga air yang ada di bumi. Dengan air, maka tumbuhlah tanam-tanaman
yang beragam karena tumbuhan menyerapa air yang hujan dari langit. Diantara tanam
tersebut ada yang dimakan manusia dan juga hewan. Apabila bumi telah mencapai tingkat
puncak keindahannya yaitu biji-bijian, buah-buahan, serta bunga-bunga yang sangat
banyak yang tidak dapat dihitung lagi jumlahnya maka penduduk bumi mampu menguasai
dan mengambil manfaat dari tanaman yang ada di bumi yang tumbuh karena air hujan.
Namun apabila Allah berkehendak maka Allah mendatangkan Azab atau
menghancurkannya pada siang atau malam dengan perumpamaan seakan-akan telah
dipotong dan tidak ada yang tersisa yang dapat dipahami dengan gempa bumi yang
tertinggal dan memakmurkan suatu tempat yang belum dibangun atau dikelola. Nasib
bumi akan seperti tanaman yng dihancurkan tersebut. Maka demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada orang yang berfikir tentang ayat-ayat
Allah.9
c. Contoh Pemakaian kata fuqaha dalam Alquran
1. Qs. Annisa (4); 78

‫ل‬
‫ت ولل لول ل‬
‫ما ت ل ل‬
‫م ل‬
‫شي ند ل ءةة ولكإن‬
‫كنت لمل كفي ب للروءج د‬
‫مول ل‬
‫م ٱلل ل‬
‫كولنوا ا ي لدلكركك د ل‬
‫أيلن ل ل‬
‫سي رئ لةة‬
‫سن لةة ي ل ل‬
‫منل ك‬
‫عند ك ٱلل ن سهه ولكإن ت ل ك‬
‫قوللوا ا هتلذ كهكۦ ك‬
‫تل ك‬
‫صبلهلمل ل‬
‫صبلهلمل ل‬
‫ح ل‬
‫ل هلتؤ لللكء‬
‫يل ل‬
‫منل ك‬
‫منل ك‬
‫قوللوا ا هتلذ كهكۦ ك‬
‫عند ك ٱلل ن س هه فل ل‬
‫عند ك بك قللل ك لةلل ر‬
‫ما ك‬
‫قولم ك لل ي ل ل‬
‫ديعثا‬
‫ن ي لفل ل‬
‫ٱلل ل‬
‫ح ك‬
‫ن ل‬
‫قلهو ل‬
‫كالدو ل‬

Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di “
dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
9Syaik Islam al-Qurṭubi, Tafsir al-QUrṭubi, jilid VIII, penerjemah, Faturrahman dan Ahmad
Hotib (jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hal. 802-805

mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah,” dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah:
“Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang
”?munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun
Ayat ini seolah mengatakan kepada manusia agar menyadari adanya ketentuan takdir
10

Tuhan, dimana bahwa setiap liku kehidupan semua udah ada dalam rancangan skenario
Tuhan, manusia hanya menjalani setiap ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan,
hidup dan matipun sudah barang tentu merupakan ketentuan yang pasti. Salah dan benar,
baik dan buruk, laki-laki dan perempuan, binatang dan tumbuhan adalah ketetapan pasti
dari Tuhan.
Dengan adanya akal, fikiran dan hati pada manusia melalui ayat ini Tuhan hendak
menyadarkan manusia agar memiliki ketetapan hati dan fikiran bahwa segala sesuatu tidak
dapat tidak kalau tidak ada kuasa, kebesaran dan ketetapan dari Tuhan akan hal itu untuk
terjadi. Oleh sebab itu manusia dituntut agar memperkokoh keimanan dan keyakinannya
kepada Tuhan dalam terbentuknya wujud dari manusia yang sejati.

2. Qs. Alisra (17); 44

‫تسبح ل له ٱلسموت ٱلسبلع وٱللأ ل‬
‫من ل‬
‫شيلءء‬
‫ر‬
‫ل‬
‫من كفيهك لبنب ولكإن ر‬
‫ض ول ل‬
‫ن تل تل ل‬
‫ل ل ر ل ل‬
‫ل‬
‫ن ل ل‬
‫هۥ ل‬
‫ما‬
‫كن نل ت لفل ل‬
‫حملد كهكۦ ولل تل ك‬
‫ن ل‬
‫كا ل‬
‫ن ت لسلكبي ل‬
‫قلهو ل‬
‫ح بك ل‬
‫سب ر ل‬
‫إ كنل ي ل ل‬
‫حكلي ل‬
‫حهلملب إ كن ن ل‬
‫فوعرا‬
‫غل ل‬

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.”11
Ayat ini menjadi mediator dari Tuhan agar manusia menyadari bahwa semua makhluk
yang ada disetiap lapisan langit dan bumi tunduk dan patuh kepada Tuhan. Tak ada satu
makhlukpun yang luput dari kepatuhannya kepada Tuhan semesta alam. Baik dan
buruknya amal merupakan suatu proses dalam terbentuknya kesadaran dalam perealisasian
kepatuhan itu sendiri. Dalam hal ini kemudian Tuhan coba mengutarakan sebuah
perbandingan bagi manusia, bahwa alam semesata beserta isi-isinya tak luput dalam
mentasbihkan Allah, sebagai bentuk agar manusia mawas diri dalam melakukan tindakan
kekeliruan dalam kehiupan ini dengan mengoptimalkan akal, hati dan keyakinan yang ada
10 Quran in word
11 Quran in word

pada dirinya. Apabila manusia tidak menggunakan sert mengoptimalkan potensi dari
ketiga hal ini, maka akan jatuhlah manusia kepada jurang kehinaan. Inilah yang dituntut
dari ayat ini agar manusia memiliki kedalaman pemahaman dalam mawas diri.
D. Simpulan
Memahami pemakaian kata aqala, fakara dan faqaha diatas, teranglah bahwa ketiga
hal ini merupakan potetnsi yang ada pada manusia yang dianugrahi oleh Allah agar manusia
berusaha mencapai kesadaran yang utuh. Ketiga hal ini tida dapat dipisahkan satu sama lain
karena hal iniberkesinambungan antara satu dengan yang lain, dimana hal pertama adalah
mendayagunakan akal sebagai sarana murni dari tuhan sebagai alat untuk berfikir. Potetnsi
akal manusia yang pada dasarnya baik apabila itu dipelihara dan dioptimalkan dengan pasti
maka akan terbentuklah budipekerti yang baik pada diri manusia, sehingga hal itu nanti dapat
memberi dampak kemaslahatan bagi manusia yang lainnya.
Setelah akal ini tercermin dalam wujud budi pekerti maka dengan sifat dasariah
manusia yang selalu ingin tahu dan mengerti, akan berlanjut kepada penghayatan dan
pengkajian kearah yang lebih tinggi lagi, dimana manusia bisa memngembangkan potensi
akal fikirnya dalam membentuk satu kedamaian, ketenangan dan keselamtan didunia ini, baik
itu yang sifatnya pribadi maupun kolektif. Setelah hal itu akal fikir ini telah padu dalam
pembentuk kedamaian, ketenangan dan keselamatan, maka manusiapun akan berusaha
mengembangkan hatinya agar kokoh dalam sebuah pengertian dan pemahaman dalam setiap
kata, perilaku dan perbuatan yang nantinya akan menimbulkan sebuah keikhlasan, kesenagan
dan kebahagian yang menjadi tujuan adanya manusia dan kuatnya keyakinan.
Daftar Pustaka

-

Ahmad Warson Munawir, “Almunawir,” cet. Ke-14, Pustaka Progresif

(Surabaya),

-

Quran in word
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran

jilid I (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

-

Abu Ja’far Muhammad Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 2,

-

Syaik Islam al-Qurṭubi, Tafsir al-QUrṭubi, jilid VIII, penerjemah,

Faturrahman dan Ahmad Hotib (jakarta: Pustaka Azzam, 2007)