PENERJEMAHAN DAN ATAU PERBANYAKAN CIPTAAN UNTUK KEPENTINGAN PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1 9 8 9
TENTANG PENERJEMAHAN DAN/ ATAU PERBANYAKAN CIPTAAN UNTUK
KEPENTINGAN PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 15 Undang-undang Nomor
6 Tahun 1982 t ent ang Hak Cipt a sebagaimana t elah diubah dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, dipandang perlu mengat ur lebih
lanj ut hal-hal mengenai pelaksanaan penerj emahan dan/ at au
perbanyakan
cipt aan
unt uk
kepent ingan
pendidikan,
ilmu
penget ahuan, dan penelit ian dan pengembangan;
Mengingat


: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 t ent ang Hak Cipt a (Lembaran
Negara Tahun 1982 Nomor 15 Tambahan Lembaran Negara Nomor
3271) sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1987 t ent ang Perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
t ent ang Hak Cipt a (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3362);
MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
PENERJEMAHAN
DAN/ ATAU
PERBANYAKAN
CIPTAAN
UNTUK

KEPENTINGAN PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1. Pendidikan adalah usaha at au kegiat an unt uk menyiapkan pesert a
didikan melalui lembaga bimbingan, pengaj aran dan/ at au lat ihan
bagi peranannya dimasa yang akan dat ang.
2. Ilmu penget ahuan adalah penget ahuan t ent ang suat u bidang yang

disusun secara sist emat is menurut met oda-met oda t ert ent u yang
dapat digunakan unt uk menerangkan gej ala-gej ala t ert ent u dalam
bidang t ersebut .
3. Penelit ian dan pengembangan adalah usaha ilmiah yang sist emat is
unt uk menemukan hal-hal yang baru, memecahkan sesuat u
masalah, menguj i kebenaran hipot esa at au t eori, dan mencari
penerapan prakt is.
BAB II
PELAKSANAAN PENERJEMAHAN DAN/ ATAU
PERBANYAKAN
Pasal 2
Unt uk kepent ingan kemaj uan pendidikan, ilmu penget ahuan, dan
kegiat an penelit ian dan pengembangan, Pemerint ah dapat mint a, dan
j ika t idak bersedia membebankan kewaj iban, kepada pemegang Hak
Cipt a sesuat u cipt aan yang selama 3 (t iga) t ahun sej ak diumumkan
dimanapun j uga belum dit erj emahkan ke dalam bahasa Indonesia at au
diperbanyak di
wilayah Negara Republik Indonesia,
unt uk
menerj emahkan cipt aannya t ersebut ke dalam bahasa Indonesia


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

dan/ at au memperbanyaknya di wilayah Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
(1)

Permint aan at au kemudian pembebanan kewaj iban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 diberit ahukan oleh Ment eri Kehakiman
at as nama Pemerint ah set elah mendengar pert imbangan Dewan
Hak Cipt a.

(2)


Pemberit ahuan sebagaimana dimaksud
dalam
ayat
(1)
disampaikan oleh Ment eri Kehakiman dengan surat t ercat at
melalui dinas Pos dan bilamana dimungkinkan melalui saluran
diplomat ik.
Pasal 4

(1)

Pernyat aan kesediaan unt uk memenuhi permint aan guna
melaksanakan penerj emahan dan/ at au perbanyakan t ersebut di
wilayah Negara Republik Indonesia disampaikan oleh Pemegang
Hak Cipt a kepada Ment eri Kehakiman selambat -lambat nya dalam
wakt u 8 (delapan) bulan t erhit ung sej ak t anggal dit erimanya
surat pemberit ahuan Ment eri Kehakiman oleh dinas Pos.

(2)


Pelaksanaan penerj emahan dan/ at au perbanyakan harus t elah
mulai dilakukan oleh Pemegang Hak Cipt a selambat -lambat nya
dalam wakt u 18 (delapan belas) bulan t erhit ung sej ak t anggal
dit erimanya surat pemberit ahuan t ersebut oleh dinas Pos.

(3)

Dalam hal pelaksanaan penerj emahan dan/ at au perbanyakan
dilakukan melalui perj anj ian lisensi, maka hal it u harus dilakukan
melalui cara kerj asama dengan badan hukum Indonesia yang
berusaha di bidang ant ara lain penerbit an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4


-

Pasal 5
Dalam keadaan t ert ent u, Pemerint ah dapat mempert imbangkan
permint aan Pemegang Hak Cipt a unt uk t idak melaksanakan
penerj emahan dan perbanyakan cipt aan t ersebut sekaligus, melainkan
hanya memperbanyak saj a.
Pasal 6
Apabila dalam wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
Pemegang Hak Cipt a secara t ert ulis menyat akan t idak bersedia
memenuhi permint aan unt uk melaksanakan penerj emahan dan/ at au
perbanyakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, at au t idak
memberi t anggapan sama sekali, maka kepada Pemegang Hak Cipt a
yang bersangkut an diberit ahukan adanya kewaj iban unt uk memberikan
lisensi kepada badan hukum Indonesia yang berusaha di bidang ant ara
lain penerbit an unt uk melaksanakan penerj emahan dan/ at au
perbanyakan cipt aannya di wilayah Negara Republik Indonesia.
Pasal 7
(1)


Apabila Pemegang Hak Cipt a secara t ert ulis menyat akan t idak
bersedia unt uk memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, at au t idak memberi t anggapan sama sekali,
Pemerint ah melaksanakan sendiri penerj emahan dan at au
perbanyakan t ersebut dengan memberikan imbalan yang waj ar
kepada Pemegang Hak Cipt a.

(2)

Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Kehakiman set elah mendengar
pert imbangan Dewan Hak Cipt a dan Ment eri Keuangan.

(3)

Pelaksanaan penerj emahan dan/ at au perbanyakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) t idak merupakan pelanggaran Hak

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-

5

-

Cipt a.
Pasal 8
Hak Cipt a at as karya t erj emahan diakui sebagai cipt aan t ersendiri dan
mendapat kan perlindungan berdasarkan Undang-undang Hak Cipt a,
dengan ket ent uan bahwa hak moral Pemegang Hak Cipt a harus
diperhat ikan.
Pasal 9
(1)

Pemerint ah melakukan pengawasan at as peredaran dan
pemanf aat an karya cipt aan yang dihasilkan dari pelaksanaan
penerj emahan dan/ at au perbanyakan berdasarkan Perat uran
Pemerint ah ini.


(2)

Semua karya t erj emahan dan/ at au perbanyakan cipt aan yang
dihasilkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini hanya
diperunt ukkan bagi kepent ingan pendidikan, pengembangan ilmu
penget ahuan, dan kegiat an penelit ian dan pengembangan, sert a
hanya unt uk memenuhi kebut uhan pemakaian di wilayah Negara
Republik Indonesia.

(3)

Pelaksanaan lebih lanj ut ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diat ur oleh Ment eri Kehakiman set elah
mendengar pert imbangan Ment eri at au Pimpinan Inst ansi lainnya
yang t ugas dan kewenangannya berkait an dengan masalah
t ersebut .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-

6

-

BAB III
PENILAIAN TENTANG KEPENTINGAN
DAN PERLUNYA DILAKUKAN PENERJEMAHAN
DAN/ ATAU
PERBANYAKAN SUATU CIPTAAN
Pasal 10
Penilaian bahwa suat u cipt aan pent ing dan bermanf aat bagi
perkembangan dan kemaj uan pendidikan, ilmu penget ahuan, dan
penelit ian dan pengembangan, sehingga karenanya perlu unt uk
dit erj emahkan dan at au diperbanyak di wilayah Negara Republik
Indonesia, dilakukan oleh Ment eri Kehakiman dengan memperhat ikan
pert imbangan Dewan Hak Cipt a.
Pasal 11
(1)

Lembaga pendidikan baik yang diselenggarakan oleh Pemerint ah
maupun swast a di Indonesia, dan lembaga-lembaga lainnya yang
berkepent ingan at as kemaj uan ilmu penget ahuan sert a kegiat an
penelit ian dan pengembangan, dapat menyampaikan usul kepada
Ment eri Kehakiman unt uk menet apkan bahwa suat u cipt aan perlu
dit erj emahkan dan at au diperbanyak di wilayah Negara Repubhk
Indonesia.

(2)

Usul-usul sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diaj ukan melalui
Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan dengan t embusan
kepada Ment eri at au Pimpinan Lembaga yang lingkup t ugas,
t anggung j awab dan kewenangannya mencakup bidang yang
berkait an dengan cipt aan t ersebut .

(3)

Usul sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus
dilengkapi
dengan
cont oh
cipt aan
yang
dimaksud,
pert imbangan-pert imbangan yang mendasari, t uj uan yang akan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

dicapai, manf aat past i yang akan diperoleh, dan lain-lain hal
yang mendasari usul t ersebut .
Pasal 12
Apabila dalam wakt u yang bersamaan dit erima dua usul at au lebih
yang menyangkut bidang kepent ingan yang sama dan mengandung
mat eri yang hampir sama, maka Depart emen Pendidikan dan
Kebudayaan waj ib memberikan pert imbangan yang j elas apakah usul
t ersebut dipilih salah sat u at au perlu dipert imbangkan semuanya.
Pasal 13
(1)

Dengan meniperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Ment eri Kehakiman menet apkan perset uj uan at au
penolakan t erhadap usul dan pert imbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12.

(2)

Perset uj uan at au penolakan t erhadap usul dan pert imbangan
t ersebut , dan penet apan bahwa sesuat u cipt aan waj ib
dit erj emahkan dan/ at au diperbanyak di wilayah Negara Republik
Indonesia, berikut pembebanan kewaj iban t erhadap Pemegang
Hak Cipt a, dilakukan Ment eri Kehakiman set elah memperhat ikan
pert imbangan Dewan Hak Cipt a.
BAB IV
TATA CARA PEMBERITAHUAN PERMINTAAN
DAN PEMBEBANAN KEWAJIBAN
Pasal 14

(1)

Ment eri
Kehakiman menyampaikan surat
pemberit ahuan
mengenai permint aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3 secara langsung kepada Pemegang Hak Cipt a dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

mencant umkan:
a. alasan yang j elas yang mendasari permint aan;
b. j udul at au nama cipt aan;
c. permint aan
unt uk
menerj emahkan
dan/ at au
memperbanyak cipt aan t ersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia;
d. j umlah t erj emahan dan/ at au perbanyakan yang diperlukan
dengan menunj uk perincian t iap-t iap volume cipt aan;
e. bat as wakt u unt uk menyat akan kesediaan dan/ at au
pemberit ahuan apakah Pemegang Hak Cipt a akan
melaksanakan
penerj emahan
dan/ at au
perbanyakan
t ersebut , cara pemenuhan permint aan yang akan dit empuh,
dan dalam hal dit empuh melalui perj anj ian/ lisensi, nama
dan badan hukum Indonesia yang dit unj uknya;
f . hak-hak yang dimiliki Pemegang Hak Cipt a;
g. lain-lain hal yang perlu unt uk diket ahui Pemegang Hak
Cipt a.
(2)

Apabila dalam j angka wakt u 4 (empat ) bulan t erhit ung sej ak
t anggal penerimaan oleh dinas pos surat pemberit ahuan kedua
t idak dikembalikan oleh dinas Pos, maka pemberit ahuan it u
dianggap t elah dit erima oleh Pemegang Hak Cipt a dan unt uk it u
diberlakukan ket ent uan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 15

(1)

Dalam hal Pemegang Hak Cipt a menyat akan kesediaan unt uk
melaksana- kan penerj emahan dan/ at au perbanyakan, maka
pelaksanaannya harus t elah mulai dilakukan selambat -lambat nya
dalam kurun wakt u 18 (delapan belas) bulan sebagaimana

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
(2)

Apabila pelaksanaan penerj emahan dan/ at au perbanyakan
t ersebut akan dilakukan melalui pemberian lisensi t et api
Pemegang Hak Cipt a menghadapi kesulit an karena t idak
diperolehnya kesepakat an mengenai besarnya royalt i at au t at a
cara pembayarannya, Ment eri Kehakiman at as permint aan
pihak-pihak yang bersangkut an dapat melakukan upaya-upaya
yang diperlukan bagi t ercapainya kesepakat an t ersebut .
Pasal 16

(1)

Apabila dalam wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) Pemegang Hak Cipt a sama sekali t idak memberikan t anggapan
at as permint aan unt uk melaksanakan penerj emahan dan/ at au
perbanyakan, at au menolaknya, maka Ment eri Kehakiman
menyampaikan surat pemberit ahuan mengenai adanya kewaj iban
unt uk memberi lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
kepada Pemegang Hak Cipt a yang bersangkut an.

(2)

Surat pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disampaikan dengan memperhat ikan ket ent uan t ent ang t at a cara
dan hal-hal sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.

(3)

Dalam hal berlangsung keadaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), maka pemberian lisensi dimint a agar t elah t erlaksana
dalam j angka wakt u 10 (sepuluh) bulan t erhit ung sej ak t anggal
dit erimanya surat pemberit ahuan oleh dinas Pos.
Pasal 17

(1)

Apabila Pemegang Hak Cipt a secara t ert ulis menyat akan t idak
bersedia unt uk memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1), at au t idak memberi t anggapan sama

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

sekali, sedangkan surat -surat pemberit ahuan yang dikirimkan
melalui Dinas Pos kepadanya t idak dikembalikan kepada Ment eri
Kehakiman, at au t idak j uga melaksanakan penerj emahan
dan/ at au perbanyakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2), maka Ment eri Kehakiman set elah
mendengar pert imbangan Dewan Hak Cipt a menet apkan bahwa
penerj emahan dan/ at au perbanyakan cipt aan dilakukan sendiri
oleh Pemerint ah.
(2)

Ment eri Kehakiman set elah berkonsult asi dengan Ment eri lain
yang t erkait , menunj uk badan usaha milik negara yang berusaha
di bidang ant ara lain penerbit an unt uk dan at as nama Pemerint ah
melaksanakan penerj emahan dan/ at au perbanyakan cipt aan yang
bersangkut an.
Pasal 18

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 berlaku pula apabila
badan hukum Indonesia yang diberi lisensi oleh Pemegang Hak Cipt a
unt uk menerj emahkan dan/ at au memperbanyak sesuat u cipt aan di
wilayah Negara Republik Indonesia t ernyat a t idak melaksanakannya
dalam wakt u yang dit et apkan.
Pasal 19
(1)

Penet apan
bahwa
pelaksanaan
penerj emahan
dan/ at au
perbanyakan
akan
dilakukan
sendiri
oleh
Pemerint ah
diberit ahukan oleh Ment eri Kehakiman dengan surat t ercat at
kepada Pemegang Hak Cipt a melalui dinas Pos at au bilamana
mungkin melalui saluran diplomat ik.

(2)

Pelaksanaan
penerj emahan
dan/ at au
perbanyakan
oleh
Pemerint ah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, disert ai
dengan pemberian imbalan yang besarnya, cara perhit ungannya,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

dan t at a cara
Pemerint ah ini.

11

-

penyerahannya

didasarkan

at as

Perat uran

BAB V
IMBALAN
Pasal 20
(1)

Ment eri Kehakiman set elah mendengar pert imbangan Dewan Hak
Cipt a menet apkan besarnya imbalan yang harus diberikan kepada
Pemegang Hak Cipt a at as penerj emahan dan/ at au perbanyakan
cipt aan yang dilakukan sendiri oleh Pemerint ah.

(2)

Penet apan besarnya imbalan dilakukan dengan memperhat ikan
komponen at au unsur biaya dan t at a cara perhit ungannya yang
lazim digunakan dalam lisensi penerbit an.
Pasal 21

(1)

Penyerahan imbalan dilakukan dengan cara yang cepat , mudah
dan langsung kepada Pemegang Hak Cipt a.

(2)

Pelaksanaan ket ent uan t ent ang penyerahan imbalan diat ur lebih
lanj ut oleh Ment eri Kehakiman set elah mendengar pert imbangan
Dewan Hak Cipt a dan Ment eri Keuangan.
Pasal 22

Dalam hal Pemegang Hak Cipt a t idak bersedia menerima imbalan yang
dit ent ukan berdasarkan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20, maka imbalan t ersebut dit it ipkan pada Pengadilan Negeri Jakart a
Pusat .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

BAB VI
PENUTUP
Pasal 23
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal dit et apkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 14 Januari 1989
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 14 Januari 1989
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1 9 8 9
TENTANG
PENERJEMAHAN DAN ATAU PERBANYAKAN CIPTAAN
UNTUK KEPENTINGAN PENDIDIKAN, ILMU
PENGETAHUAN,
DAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

UMUM
Pembangunan Nasional bert uj uan mewuj udkan masyarakat adil dan
makmur, secara mat eriil dan spirit ual berdasarkan Pancasila.
Dengan arah sepert i it u, kemaj uan yang diinginkan bukan saj a unt uk
bidang-bidang yang bersif at lahiriah sepert i kebut uhan pangan, papan,
sandang, dan kesehat an. Kemaj uan yang diinginkan bukan j uga
semat a-mat a pemenuhan kebut uhan bat iniah sepert i rasa aman,
pendidikan, keadilan, kebebasan mengemukakan pendapat yang
bert anggung j awab, dan lain-lain. Yang ingin diwuj udkan adalah
adanya keselarasan ant ara keduanya. Keselarasan ant ara manusia
dengan Tuhan-nya, dan ant ar kehidupan masyarakat . it u sendiri baik
dalam art i sebagai sat u bangsa maupun dalam kerangka kehidupan
ant ar bangsa. Hal yang t erakhir ini perlu memperoleh perhat ian,
karena pada dasarnya t uj uan Negara sebagaimana t ercant um dalam
Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 ant ara lain adalah unt uk ikut
sert a mewuj udkan ket ert iban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian dan keadilan sosial.
Sebagai konsepsi, dengan demikian pembangunan nasional t idak hanya
menj adikan manusia sebagai obyek at au sasaran. Kegiat an
pembangunan pada akhirnya j uga dilaksanakan oleh manusia pula.
Dengan kat a lain bagaimana wuj ud program yang disusun, t ingkat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

pelaksanaannya, dan hasil yang dapat dicapai, akan sangat
dipengaruhi oleh kualit as manusia yang mendukungnya. Pengert ian
mengenai hal di at as menj adi pent ing, karena semuanya menunj ukkan
hakekat pembangunan nasional sebagai upaya pembangunan manusia
dan masyarakat Indonesia seut uhnya, yait u manusia Indonesia yang
t umbuh dengan segala rasa, karsa, dan cipt anya.
Pemahaman ini menunj ukkan bet apa perlunya perhat ian yang lebih
besar t erhadap sumber daya manusia. Yang dimaksudkan sudah barang
t ent u, kualit as manusia dalam keut uhannya, yang dengan rasa, karsa,
dan cipt anya t elah menyuburkan dan meningkat kan harkat dan
mart abat melalui karya-karya int elekt ual mereka.
Ilmu penget ahuan, seni dan sast ra, adalah karya cipt a yang pada
dasarnya merupakan karya int elekt ual. Karya-karya sepert i it u t idak
sekedar memiliki art i sebagai hasil akhir, t et api j uga sekaligus
merupakan kebut uhan yang bersif at lahiriah dan bat iniah. Oleh
karenanya, pengembangan dan perlindungan karya di bidang ilmu
penget ahuan, seni, dan sast ra t idak mungkin dilepaskan dari usaha
unt uk lebih mengembangkan sumber daya manusia Indonesia.
Di bidang ini harus diakui bahwa Indonesia masih banyak memerlukan
berbagai keahlian dan ilmu penget ahuan, met oda dan hasil-hasil
kegiat an penelit ian dan pengembangan dari bangsa lain. Termasuk di
dalamnya, karya-karya cipt aan di berbagai bidang t erut ama yang
t ert uang dalam bent uk buku. Sej auh cipt aan t ersebut t ersedia di
Indonesia, sudah barang t ent u t idaklah menj adi masalah. Cara
bagaimana cipt aan t ersebut dapat t ersedia, pada dasarnya diserahkan
seluas-luasnya kepada masyarakat . Dengan sendirinya, sej auh hal it u
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku, khususnya
di bidang Hak Cipt a. Mekanisme niaga yang lazim, sepert i melalui
impor at au melalui perj anj ian lisensi yang saling menghormat i dan
saling mengunt ungkan, bet apapun perlu didorong dan dit ingkat kan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Namun begit u, mungkin pula t erj adi bahwa berdasarkan penelit ian
kemudian t ernyat a bahwa sesuat u cipt aan sangat diperlukan bagi
kemaj uan
penyelenggaraan
pendidikan,
pengembangan
ilmu
penget ahuan, at au bagi kemaj uan kegiat an penelit ian dan
pengembangan di Indonesia, t et api cipt aan t ersebut belum t ersedia di
Indonesia at au t idak cukup t ersedia karena sangat t erbat asnya impor.
Karenanya, sudah pada t empat nya pula apabila Pemerint ah
mengusahakan agar Pemegang Hak Cipt a at as cipt aan t ersebut
bersedia menerj emahkan dan/ at au memperbanyaknya di wilayah
Indonesia. Dengan begit u, lat ar belakang pemikiran dan sekaligus
t uj uan daripada ini semua, adalah t ersedianya dalam j umlah yang
cukup sesuat u cipt aan, yang dinilai sangat pent ing bagi perkembangan
dan kemaj uan bidang-bidang di at as. Pert anyaan yang mungkin t imbul
adalah, apabila masalahnya hanya t ersedianya cipt aan, yang
diperlukan dalam j umlah yang cukup, dapat kah permint aan it u segera
diat asi oleh Pemegang Hak Cipt a dengan j alan menambah
pemasukannya (ekspor) ke Indonesia kepada rekannya di Indonesia,
sebelum masalahnya berkembang menj adi obyek yang diat ur lebih
lanj ut dalam Perat uran Pemerint ah ini. Jawabnya sudah barang t ent u
dapat saj a hal it u dilakukan, sebab hal it u berart i dihindarkannya
alasan-alasan yang menj adi dasar diberlakukannya pembebanan
berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.
Ia dapat memenuhinya dengan mengekspor sesuai dengan prakt ek
perdagangan buku yang lazim, at au memberi lisensi bagi
penerj emahan dan/ at au perbanyakannya di Indonesia.
Langkah yang diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini berbeda dan
sama sekali bukanlah merupakan perampasan at au penyit aan, at au
yang sej enis dengan it u. Yang berlangsung adalah upaya agar cipt aan
yang bersangkut an dapat t ersedia dalam bent uk t erj emahan dan/ at au
perbanyakannya di Indonesia. Memang ada kewaj iban yang
dibebankan. Tet api bukan perampasan. Bukan pula penyit aan. Sebab,
kegiat an unt uk it u pada dasarnya dan pert ama-t ama t et ap dimint a
agar dilakukan sendiri oleh Pemegang Hak Cipt a. Bahwa cara yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

dit empuhnya harus melalui pemberian lisensi kepada badan hukum
Indonesia yang bergerak di bidang ant ara lain penerbit an, semest inya
t idak menimbulkan masalah karena memang cara it ulah yang paling
prakt is dan realist ik. Penent uan syarat -syarat nya pada dasarnya j uga
t et ap diserahkan kepada kesepakat an kedua pihak yang bersangkut an.
Dengan demikian, asas kebebasan berkont rak, j uga t et ap dij unj ung
t inggi.
Hanya apabila Pemegang Hak Cipt a t idak bersedia melakukannya,
Pemerint ah yang akan melaksanakannya sendiri. Sekalipun demikian,
hal ini t et ap berlangsung dengan pemberian imbalan yang sewaj ar
mungkin. Cara perhit ungan imbalan it upun, dilakukan dengan
cara-cara yang lazim dilakukan dalam perlisensian di bidang it u.
Sesuai dengan ket ent uan Undang- undang Hak Cipt a, kewenangan
unt uk it u hanya ada pada Pemerint ah. It upun baru dapat dilakukan
set elah mendengar pert imbangan Dewan Hak Cipt a.
Dengan lat ar belakang pemikiran di at as, Perat uran Pemerint ah ini
disusun sebagai penj abaran Pasal 15 Undang-undang Hak Cipt a.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Cukup j elas
Angka 3
Kegiat an penelit ian dan pengembangan pada hakekat nya j uga
sering dianggap sebagai kegiat an penemuan t eknologi, yait u
upaya penerapan ilmu penget ahuan secara sist imat ik dalam
kegiat an indust ri dan perdagangan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Pasal 2
Dengan ket ent uan ini maka cipt aan yang menj adi obyek pengat uran
Perat uran Pemerint ah ini hanya dibat asi pada cipt aan yang
benar-benar dinilai pent ing dan karenanya diperlukan bagi
kemaj uan pendidikan, pengembangan ilmu penget ahuan, sert a
kegiat an penelit ian dan pengembangan.
Apabila cipt aan t ersebut berwuj ud buku, maka yang dimaksudkan
adalah yang berbahasa asing.
Adapun cipt aan yang menj adi obyek dalam Pasal ini adalah yang
selama (t iga) t ahun sej ak diumumkan, belum pernah
dit erj emahkan dan/ at au diperbanyak di wilayah Negara Republik
Indonesia.
Art i pengumuman dalam ket ent uan ini adalah sama dengan
pengert ian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hak Cipt a.
Pengumuman it u mungkin dilakukan di Indonesia at au dimanapun
j uga.

Pasal 3
Ayat (1)
Dalam hal ini Ment eri Kehakiman bert indak unt uk dan at as nama
Pemerint ah, set elah mendengar pert imbangan Dewan Hak Cipt a
sebagaimana dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah Nomor 14
Tahun 1986 t ent ang Dewan Hak Cipt a.
Ayat (2)
Surat pemberit ahuan disampaikan melalui dinas Pos secara
t ercat at dan bilamana dimungkinkan : melalui saluran diplomat ik
dengan mana Indonesia memiliki perset uj uan kerj asama di

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

bidang kebudayaan dengan Negara dari Pemegang Hak Cipt a yang
bersangkut an.

Pasal 4
Ayat (1)
Pernyat aan t ersebut pada dasarnya bersif at kesediaan unt uk
memenuhi permint aan. Oleh karena yang pent ing adalah
t ersedianya cipt aan, maka Pemegang Hak Cipt a boleh
melakukannya dengan cara :
Pert ama, segera mengekspor at au menambah ekspor cipt aan
t ersebut ke Indonesia;
Kedua, melalui perj anj ian lisensi guna menerj emahkan dan/ at au
memperbanyak cipt aan t ersebut di Indonesia;
Ket iga, gabungan kedua cara t ersebut .
Jangka wakt u 8 (delapan) bulan dinilai cukup unt uk
mempert imbangkan permint aan dan memberikan j awaban.
Kapan harus dilaksanakan, periksa penj elasan berikut nya.
Tanggal penerimaan surat oleh dinas Pos yang t ert era pada bukt i
pengiriman surat t ercat at , digunakan sebagai saat mulai
dihit ungnya j angka wakt u unt uk pelaksanaan penerj emahan
dan/ at au perbanyakan. Pemilihan t anggal penerimaan oleh dinas
Pos ini, semat a-mat a karena penggunaan j asa Pos, t elah umum
diket ahui dan lazim digunakan
Ayat (2)
Jangka wakt u 18 (delapan belas) bulan ini j uga dihit ung dari t anggal
penerimaan surat pemberit ahuan yang pert ama oleh dinas Pos.
Yang dimaksud dengan saat mulainya pelaksanaan penerj emahan
dan/ at au perbanyakan adalah saat Pemegang Hak Cipt a mulai
melakukan langkah-langkah yang nyat a unt uk memperbanyak
melalui cara ekspor ke Indonesia, at au memberi lisensi guna

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

menerj emahkan dan/ at au memperbanyak cipt aannya di wilayah
Negara Republik Indonesia.
Ket ent uan ini diperlukan unt uk mencegah upaya yang bersif at
semu dari Pemegang Hak Cipt a, yait u sekedar menyat akan
kesediaan saj a t et api t idak mewuj udkannya dalam
langkah-langkah yang kongkrit .
Dalam hal pemberian lisensi, j angka wakt u selama 18 (delapan
belas) bulan t ersebut memberikan kesempat an yang sangat
cukup kepada Pemegang Hak Cipt a unt uk menemukan rekan
usaha di Indonesia yang dapat diaj ak bekerj a sama dalam rangka
penerj emahan dan/ at au perbanyakan. Seandainya kesediaan
t ersebut pada akhirnya baru diberikan pada bulan ke delapan
sej ak adanya pemberit ahuan yang pert ama kali, sisa wakt u
selama sepuluh bulan it upun dipandang masih cukup.
Ayat (3)
Pemegang Hak Cipt a t idak diij inkan unt uk melaksanakan sendiri
secara langsung di Indonesia. Kerj a sama t ersebut harus
dilakukan dengan badan hukum Indonesia yang berusaha di
bidang ant ara lain penerbit an di Indonesia. Bahwa sebagai
penerbit badan hukum t ersebut j uga memiliki unit at au f asilit as
percet akan; t idaklah menj adi masalah. Sebaliknya t idak
dibolehkan apabila kerj a sama it u dilakukan dengan badan
hukum yang semat a-mat a hanya berusaha di bidang percet akan.
Unt uk kelancaran pelaksanaannya, apabila perlu Pemerint ah
membant u Pemegang Hak Cipt a dengan menyampaikan daf t ar
badan hukum serupa it u, at au alamat asosiasi-nya.

Pasal 5
Yang dimaksud dengan keadaan t ert ent u adalah kesulit an yang
mungkin dihadapi unt uk melakukan penerj emahan karena belum
adanya penerj emah yang mampu menerj emahkan secara benar dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

t epat , at au kesulit an penerj emah unt uk memenuhi permint aan
menyelesaikan penerj emahan t ersebut dalam wakt u t ert ent u
berhubung
dengan
banyaknya
penerj emahan
yang
harus
diselesaikannya.
Dalam hal demikian, Pemerint ah dapat mempert imbangkan bahwa
pelaksanaannya baru dipenuhi t erbat as pada perbanyakan. Dengan
demikian dalam kasus sepert i ini yang diperbanyak adalah cipt aan
yang asli. Hal ini berart i hanya penundaan kewaj iban
penerj emahan. Bilamana kesulit an sebagai di at as t elah t erat asi,
maka penerj emahan dan perbanyakan harus segera dilakukannya. Di
lain pihak, apabila Pemerint ah dapat menunj ukkan penerj emah
yang mampu melaksanakannya dengan benar dan t epat , Pemerint ah
menyampaikannya kepada Pemegang Hak Cipt a. Dalam hal ini,
Pemerint ah t idak mempert imbangkan permint aan unt uk hanya
melaksanakan perbanyakan saj a.

Pasal 6
Langkah ini dit empuh set elah langkah pert ama yang berupa
permint aan dan dengan t et ap memberikan kebebasan t ent ang
cara pelaksanaan yang begit u lunak, t idak dit anggapi at au dit olak
oleh Pemegang Hak Cipt a. Dalam hal demikian, kepada
Pemegang
Hak
Cipt a
kemudian
diberit ahukan
unt uk
melaksanakan penerj emahan dan/ at au perbanyakan t ersebut
dengan cara memberikan lisensi kepada badan hukum Indonesia
yang berusaha di bidang ant ara lain penerbit an unt uk
menerj emahkan dan/ at au memperbanyak cipt aannya t ersebut .
Kat a "ant ara lain" pada bagian kalimat "badan hukum Indonesia
yang berusaha di bidang ant ara lain penerbit an" t idak berart i
pengarahan bahwa badan usaha t ersebut mempunyai berbagai
bidang usaha t ermasuk penerbit an. Sebaliknya hal it u menunj uk
lingkup usaha yang khusus. Kalau cipt aan t ersebut berupa karya
yang diwuj udkan dalam bent uk buku, maka badan hukum

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

t ersebut haruslah yang berusaha di bidang penerbit an.

Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 8
Hasil t erj emahan pada dasarnya merupakan karya t ersendiri, yang
karenanya memperoleh perlindungan sebagai cipt aan. Sekalipun
begit u, hak moral yang ant ara lain meliput i nama Pemegang Hak
Cipt a, t ermasuk nama pencipt anya, unt uk dicant umkan secara
lengkap dalam karya t erj emahan t ersebut harus t et ap diperhat ikan
dan dipenuhi.

Pasal 9
Ayat (1)
Pengawasan ini dimaksudkan agar usaha-usaha unt uk membuat
agar cipt aan t ersedia secara cukup berdasarkan Perat uran
Pemerint ah ini, benar-benar mencapai sasaran yait u kemaj uan
pendidikan, ilmu penget ahuan, dan kegiat an penelit ian dan
pengembangan.
Ayat (2)
Hasil penerj emahan dan/ at au perbanyakan t ersebut t idak boleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

diekspor.
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 10
Dengan ket ent uan ini, maka t idak set iap orang dapat menyat akan
bahwa sesuat u cipt aan pent ing bagi kegiat an pendidikan, ilmu
penget ahuan, dan kegiat an penelit ian dan pengembangan di
Indonesia. Bidang-bidang t ersebut pent ing bagi kemaj uan Bangsa
dan Negara. Karenanya, yang menilai adalah Pemerint ah dalam hal
ini Ment eri Kehakiman.
Kewenangan ini dilakukan dengan memperhat ikan pert imbangan
Dewan Hak Cipt a.

Pasal 11
Ayat (1)
Usul harus dat ang dari lembaga yang langsung mengelola at au
menj alankan kegiat an pendidikan, at au yang berkepent ingan
dengan pembinaan dan usaha unt uk memaj ukan ilmu
penget ahuan, sert a kegiat an penelit ian dan pengembangan.
Lembaga sepert i ini, dapat dimiliki Pemerint ah maupun swast a.
Pembat asan di at as perlu diadakan agar hanya pihak-pihak yang
secara langsung berkepent ingan saj alah yang berurusan dengan
masalah
t ersebut .
Pembat asan
lembaga
yang
boleh
menyampaikan usul ini dimaksudkan unt uk menj aga agar t uj uan
t ersebut t idak dicemari oleh kepent ingan yang sebenarnya
semat a-mat a bersif at ekonomi f inansial t et api menggunakan
dalih kepent ingan nasional. Begit u pula penyampaian melalui
Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan t ersebut dimaksudkan
agar usul-usul t ersebut dapat dit elit i t erlebih dahulu secara

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

f ungsional dan t erpusat .
Hasil penelit ian selanj ut nya disusun dengan memperhat ikan
pert imbangan dari Ment eri at au Pimpinan Lembaga yang
bersangkut an. Dengan disert ai pendapat t erhadap hasil
penelit ian, usul t ersebut selanj ut nya disampaikan kepada
Ment eri Kehakiman. Dilingkungan Depart emen Pendidikan dan
Kebudayaan, t ugas ini diselenggarakan oleh sat uan organisasi
yang dit et apkan oleh Ment eri Pendidikan dan Kebudayaan.
Ayat (2)
Bila usul t ersebut menyangkut kepent ingan penelit ian dan
pengembangan di bidang t eknologi indust ri, maka t embusan usul
harus disampaikan kepada Ment eri Perindust rian dan Ket ua
Badan Pengkaj ian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Bila usul menyangkut kepent ingan pendidikan, t embusan usulan
disampaikan kepada Ment eri Pendidikan dan Kebudayaan. Begit u
set erusnya bila menyangkut kepent ingan ilmu penget ahuan,
t embusannya disampaikan kepada Ket ua Lembaga Ilmu
Penget ahuan Indonesia.
Ment eri
at au Pimpinan Lembaga t ersebut ,
secepat nya
memberikan pert imbangan dan saran t erhadap usul t adi, dan
selanj ut nya menyampaikannya kepada Ment eri Kehakiman
melalui Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ayat (3)
Cukup j elas, dan selanj ut nya lihat pula penj elasan Pasal 14 ayat
(1).

Pasal 12
Seringkali t erdapat beberapa cipt aan, misalnya
membahas cabang Ilmu penget ahuan yang sama.

buku,

yang

Tet api t idak mungkin diant ara beberapa cipt aan t ersebut t erdapat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

kesamaan yang mut lak. Biasanya masing-masing memiliki kelebihan
dari yang lain at au sebaliknya. Bila perbedaan diant aranya begit u
besar, maka hal it u berart i memiliki sif at saling melengkapi. Dalam
hal ini, Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan
pendapat kepada Ment eri Kehakiman unt uk mempert imbangkan
semuanya, at au beberapa diant aranya.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Ment eri Kehakiman mengkaj i dan mempert imbangkan usulan dan
saran t ersebut bersama Dewan Hak Cipt a.
Pert imbangan Dewan Hak Cipt a disampaikan secara resmi kepada
Ment eri Kehakiman sesuai dengan t at a cara dan prosedur kerj a
yang dit et apkan Dewan Hak Cipt a.

Pasal 14
Ayat (1)
Pencant uman hal-hal yang perlu diket ahui t ersebut dimaksudkan
unt uk memberikan kej elasan bagi Pemegang Hak Cipt a.
Surat pemberit ahuan disampaikan dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.
Ayat (2)
Dengan ket ent uan ini, diharapkan Pemegang Hak Cipt a segera
memberikan t anggapan at as surat pemberit ahuan t ent ang
perset uj uan at au penolakannya.
Dalam hal penolakan, harus disert akan pula alasan-alasannya

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

yang j elas. Perset uj uan unt uk memenuhi permint aan disert ai
dengan penj elasan t ent ang cara dan rencana pelaksanaannya :
akan melakukannya dengan memperbanyak pemasukan (ekspor)
ke Indonesia, at au dengan memberikan lisensi, at au gabungan
kedua
cara
t ersebut .
Kalau
kesediaan
unt uk
hanya
memperbanyak disebabkan karena kesulit an memperoleh t enaga
at au badan penerj emah yang dapat melakukan penerj emahan
dengan benar dan t epat , Ment eri Kehakiman dapat memberikan
bant uan dengan memberit ahukan alamat t enaga at au badan
penerj emah yang diket ahuinya.

Pasal 15
Ayat (1)
Mengenai cara pelaksanaan, periksa penj elasan Pasal 14 ayat (2).
Tet api kalau ia melihat bahwa penerj emahan dan/ at au
perbanyakan melalui cara selain pemasukan (ekspor) ke
Indonesia merupakan cara yang lebih mengunt ungkan, ia t idak
dapat melakukannya sendiri di Indonesia.
Unt uk it u, ia perlu menunj uk dan bekerj asama dengan badan
hukum Indonesia yang berusaha di bidang ant ara lain penerbit an.
Kerj asama sepert i it u, biasanya berlangsung dalam bent uk
perj anj ian pemberian lisensi. Apabila cara it u dit empuh, maka
kedua belah pihak bebas unt uk merundingkan syarat -syarat nya
sendiri.
Bagi Pemerint ah, yang pent ing adalah t ersedianya cipt aan
t ersebut di Indonesia.
Bila kesediaan t ersebut diberikan pada akhir bulan kedelapan,
maka ia masih memiliki wakt u 10 (sepuluh) bulan unt uk memulai
kegiat an penerj emahan dan/ at au perbanyakan. Kalau kesediaan
t ersebut diberikan lebih awal lagi, maka wakt u unt uk memulai
kegiat an t ersebut menj adi lebih longgar.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Ayat (2)
Bant uan t ersebut t idak berart i campur t angan. Sebab pada dasarnya
hal it u diserahkan sepenuhnya kepada pihak-pihak yang
bersangkut an.
Hanya kalau usaha t ersebut benar-benar menghadapi j alan bunt u,
Ment eri Kehakiman membant u mencarikan pemecahannya, ant ara
lain dengan menawarkan cara penghit ungan yang waj ar dan
berlaku, sert a dengan memperhat ikan daya beli masyarakat
Indonesia pada umumnya.

Pasal 16
Ayat (1)
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mengat ur kemungkinan bila
sampai dengan lewat nya j angka wakt u 8 (delapan) bulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Pemegang Hak
Cipt a sama sekali t idak memberikan j awaban at as surat
pemberit ahuan, at au baru pada saat -saat t erakhir menyat akan
penolakan
t erhadap
permint aan
unt uk
melaksanakan
penerj emahan dan/ at au perbanyakan. Dalam hal ini, Ment eri
Kehakiman memberit ahukan secara t ert ulis dan langsung t ent ang
adanya kewaj iban unt uk memberi lisensi kepada badan hukum
Indonesia yang berusaha di bidang ant ara lain penerbit an.
Ayat (2)
Pemberit ahuan t ersebut dilakukan secara t ert ulis, langsung
kepada Pemegang Hak Cipt a, dan mencant umkan hal-hal
sebagaimana diat ur dalam Pasal 14 ayat (1).
Ayat (3)
Apabila penolakan t ersebut baru dinyat akan kepada Ment eri
Kehakiman menj elang at au set elah berakhirnya j angka wakt u 8
(delapan) bulan, at au hingga berakhirnya j angka wakt u t ersebut

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

t idak ada t anggapan sama sekali, maka kepada Pemegang Hak
Cipt a disediakan wakt u unt uk segera memberi lisensi dalam
wakt u 10 (sepuluh) bulan.
Jangka wakt u t ersebut pada dasarnya adalah selisih wakt u ant ara
j angka wakt u yang disediakan unt uk paling lambat melaksanakan
penerj emahan dan/ at au perbanyakan dalam Pasal 4 ayat (2),
dengan j angka wakt u unt uk pemenuhan permint aan yang
disediakan dalam Pasal 4 ayat (1). Dengan sendirinya sisa j angka
wakt u 10 (sepuluh) bulan t ersebut , sudah t ermasuk di dalamnya
unt uk j uga mulai melaksanakan penerj emahan dan at au
perbanyakan t ersebut . Oleh karena it u, bila pernyat aan t idak
bersedia at au menolak unt uk memenuhi permint aan t ersebut
berlangsung lebih awal, sisa wakt u t ersebut berart i dapat lebih
panj ang, sampai berakhirnya j angka wakt u 18 (delapan belas)
bulan sepert i diat ur dalam Pasal 4 ayat (2) t adi.

Pasal 17
Ayat (1)
Ket ent uan ini dengan demikian diberlakukan dalam hal Pemegang
Hak Cipt a t idak bersedia melaksanakan kewaj iban, at au t idak
menanggapi sama sekali pemberit ahuan t ent ang kewaj iban, at au
kalau menyat akan kesediaan t et api t idak mulai melaksanakannya
dalam wakt u yang dit ent ukan. Ket ent uan ini j uga diberlakukan
dalam hal serupa, sepert i diat ur dalam Pasal 15 ayat (1).
Ayat (2)
Ment eri lain yang t erkait ant ara lain adalah Ment eri yang lingkup
t ugas dan kewenangannya meliput i pembinaan usaha penerbit an
at au Ment eri yang berkait an dengan sif at dan mat eri cipt aan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Pasal 18
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mencegah t imbulnya semacam
persekongkolan ant ara Pemegang Hak Cipt a dan badan hukum
Indonesia yang menerima lisensi yang merugikan Bangsa dan
Negara. Jangka wakt u t ersebut adalah sama dengan j angka wakt u
pelaksanaan yang disediakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2).
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang diberikan adalah imbalan, dan bukan royalt i at aupun gant i
rugi.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Sekalipun namanya imbalan, t et api t idak berart i bahwa
penet apan besar at au j umlahnya kemudian dapat dilakukan
t anpa dasar. Penet apan besarnya imbalan t et ap dengan
memperhat ikan komponen at au unsur biaya yang lazim digunakan
dalam penghit ungan biaya-biaya dalam usaha penerbit an dengan
lisensi.
Dengan begit u, pada dasarnya
berlangsung dengan waj ar.

penet apan

imbalan

it upun

Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan penyerahan imbalan yang cepat adalah,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

t idak t ert unda-t unda.
Mudah, dalam art i sedikit mungkin prosedur yang harus dilewat i
dan t anpa perant ara/ pihak ket iga lainnya (broker).
Pengiriman imbalan dilakukan dengan j asa bank.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 22
Cukup j elas
Pasal 23
Cukup j elas