Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1968

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 1967
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 1968

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk tahun 1968 perlu
ditetapkan dengan Undang-undang:
Mengingat

: 1. Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Dasar;
2. Ketetapan

Majelis


Permusyawaratan

Rakyat

Sementara

No.

XXIII/MPRS/1966;

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong;

Memutuskan :

Menetapkan : Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
1968.

Pasal 1

(1)


Pendapatan Negara tahun 1968 diperoleh dari:
a. sumber-sumber Anggaran Routine dan
b. sumber-sumber Anggaran Pembangunan.

(2)

Pendapatan Routine dimaksud pada ayat (1) sub a menurut
perkiraan berjumlah Rp 97.185.960.100,-.
(3)

Pendapatan...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

(3)

2


-

Pendapatan Pembangunan dimaksud pada ayat (1) sub b menurut
perkiraan berjumlah Rp 41.500.000.000,,-.

(4)

Perincian pendapatan dimaksud pada ayat (2) dan (3) diatas
berturut-turut dimuat dalam Lampiran I dan II Undang- undang ini.

Pasal 2

(1)

Anggaran Belanja Negara tahun 1968 terdiri atas:
a. Anggaran Belanja Routine dan
b. Anggaran Belanja Pembangunan.

(2)


Anggaran Belanja Routine dimaksud pada ayat (1) sub a menurut
perkiraan berjumlah Rp 97.185.960.100,-.

(3)

Anggaran Belanja Pembangunan dimaksud pada ayat (1) sub b
menurut perkiraan berjumlah Rp 41.500.000.000,-.

(4)

Perincian pengeluaran dimaksud pada ayat (2) dan (3) di atas
berturut-turut dimuat dalam Lampiran III dan IV Undang- undang
ini.

Pasal 3

(1)

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968

dijalankan sesuai dengn pedoman-pedoman yang termuat dalam
Lampiran V Undang-undang ini.

(2)

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-royong membentuk sebuah
Panitia dengan tugas untuk bersama Pemerintah merumuskan lebih
lanjut perincian dari pedoman-pedoman yang termuat dalam
lampiran dimaksud dalam ayat (1) pasal ini. Batas waktu kerja
Panitia tersebut adalah 45 hari sesudah berlakunya Undang-undang
ini.
Pasal 4…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

3

-


Pasal 4

(1)

Setiap triwulan dibuat laporan realisasi mengenai:
a. anggaran pendapatan routine;
b. anggaran pendapatan pembangunan;
c. anggaran belanja routine;
d. anggaran belanja pembangunan.

(2)

Setiap triwulan dibuat laporan realisasi mengenai:
a. kebijaksanaan perkreditan;
b. perkembangan lalu-lintas pembayaran luar negeri.

(3)

Dalam rangka penyusunan laporan-laporan dimaksud dalam ayat (1)

dan (2) pasal ini, disusun pula laporan-laporan mengenai
pelaksanaan daripada ketentuan-ketentuan pasal 3 ayat (1).

(4)

Dalam laporan-laporan dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) pasal
ini, disusun pula prognosa untuk setiap triwulan mendatang.

(5)

Laporan-laporan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dalam pasal ini
dibahas bersama antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(6)

Badan Pemeriksa Keuangan memberitahukan hasil pemeriksaannya
atas laporan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini ini kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.


(7)

Penyesuaian anggaran dengan perkembangan/perubahan keadaan,
dibahas bersama antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong.

Pasal 5…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

4

-

Pasal 5

Selambat-lambatnya pada akhir tahun anggaran 1968 oleh Pemerintah
harus diajukan Rancangan Undang-undang tentang Tambahan dan

Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968
berdasarkan kepada perubahan/tambahan sebagai hasil penyesuaian
dimaksud dalam pasal 3 untuk mendapatkan pengesahan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.

Pasal 6.

(1)

Setelah tahun anggaran 1968 berakhir, dibuat perhitungan anggaran
mengenai pelaksanaan anggaran.

(2)

Perhitungan anggaran dimaksud dalam ayat (1) pasal ini setelah
diteliti oleh Badan Pemeriksa Keuangan disampaikan oleh
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong
untuk mendapatkan penilaian seperlunya.

Pasal 7


Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan (I.C.W.)
yang bertentangan dengan bentuk dan susunan Undang-undang ini, tidak
berlaku.

Pasal 8

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1968.

Agar...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

5

-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara
Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 1967.
Pd. Presiden Republik Indonesia,

ttd

SOEHARTO
Jenderal T.N.I.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 1967.
Kabinet Ampera Republik Indonesia
Sekretaris,

ttd

SUDHARMONO S.H.
Brig. Jen. T.N.I.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1967 NOMOR 33

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 1967
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN 1968

UMUM.
Memenuhi ketentuan-ketentuan perundangan, maka di dalam Undang-undang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968 yang dicantumkan secara
ringkas jumlah-jumlah Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968. Untuk tahun ini
secara terpisah disebutkan sumber-sumber untuk Anggaran Routine dan sumbersumber untuk Anggaran Pembangunan karena Pemerintah bermaksud melaksanakan
anggaran belanja fungsional yang berarti program oriented. Sehingga Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dalam aspek pembiayaannya diarahkan sedemikian
rupa sehingga penerimaan dari dalam Negeri diperuntukkan pembiayaan routine,
sedangkan penerimaan dari luar Negeri dikhususkan untuk pembiayaan
pembangunan.
Selanjutnya Pemerintah dengan berpegang pada azas Balanced budget, berusaha
agar penerimaan routine seimbang dengan pengeluaran routine, dan penerimaan
pembangunan seimbang dengan pengeluaran pembangunan. Pemerintah tidak
bermaksud mengadakan percampuran antara dua sumber penerimaan itu.
Untuk memungkinkan langkah-langkah penyesuaian dengan perkembangan
ekonomi, diperlukan kerja sama erat antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat secara teratur dengan laporan kwartalan mengenai realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan kebijaksanaan perkreditan. Hasil penilaian
terhadap realisasi periodik itu dipergunakan untuk mengadakan penyesuaianpenyesuaian dengan keadaan dimana hal itu dipandang perlu.
Secara keseluruhan angka-angka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
1968 lebih besar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1967 karena
Pemerintah bermaksud melaksanakan lebih banyak dari tahun 1967, baik di bidang
routine maupun pembangunan secara bertahap seperti dijelaskan di dalam Nota
Keuangan. Untuk memungkinkan kegiatan yang lebih tinggi itu diperlukan pula
penerimaan-penerimaan yang lebih besar, terutama dari sumber-sumber dalam
Negeri.

PASAL…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

2

-

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1.
Ayat(1). Cukup jelas.
Ayat(2). Cukup jelas.
Ayat(3). Cukup jelas.
Ayat(4). Cukup jelas.
Pasal 2.
Ayat(1). Cukup jelas.
Ayat(2). Cukup jelas.
Ayat(3). Cukup jelas.
Ayat(4). Cukup jelas.
Pasal 3.
Ayat(1). Cukup jelas.
Ayat(2). Cukup jelas.
Pasal 4.
Ayat(1). Cukup jelas.
Ayat(2). Cukup jelas.
Ayat(3). Cukup jelas.
Ayat(4). Cukup jelas.
Ayat(5). Cukup jelas.
Ayat(6). Cukup jelas.
Ayat(7). Cukup jelas.
Pasal 5.
Pasal ini menetapkan bahwa tidak ada perubahan atau penyesesuai dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968 di atas plafond yang telah ditetapkan
selain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat yang dilaksanakan dalam
bentuk suatu Undang-undang tentang Perubahan dan Tambahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968. Rancangan Undang-undang tersebut
harus sudah disampaikan Pemerintah selambat-lambatnya pada akhir tahun 1968.
Pasal 6…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

3

-

Pasal 6.
Ayat (1). Cukup jelas.
Ayat (2). Cukup jelas.
Pasal 7.
Pasal ini menetapkan bahwa di dalam hal di mana jelas-jelas terdapat pertentangan
antara kedua Undang-undang tersebut, maka pasal dari Undang-undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ini yang diperlakukan. Di mana tidak ada
pertentangan itu, seperti halnya dengan pasal 24 Undang-undang Perbendaharaan
(I.C.W.), maka pasal dari Undang-undang Perbendaharaan tersebut tetap berlaku
sepenuhnya.
Pasal 8.
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2841
Mengetahui:
Presidium Kabinet Ampera.
Sekretaris,
ttd
SUDHARMONO S.H.
Brig. Jen. T.N.I

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN
LANDASAN POLITIK/PENGARAHAN PELAKSANAAN
KEBIJAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA TAHUN 1968.
I.

Bidang Politik.
1.

Selain Undang-undang Dasar 1945 terutama pasal 23 dan penjelasan resmi
dari pasal yang dimaksud maka yang juga menjadi landasan untuk
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968 oleh
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong adalah Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIII/MPRS/1966 dan
XXIII/MPRS/ 1966.

2.

Pemerintah melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
1968 dengan mengintensifkan pelaksanaan Tertib Hukum dan menegakkan
Tertib Hukum Ekonomi. Ketentuan ini mengandung makna, bahwa:

3.

a.

pelaksanaan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan; pengawasan
secara effektif oleh Lembaga-lembaga Negara dan Aparatur Pemerintah
yang berwenang serta perlindungan hukum bagi pelaksana;

b.

tugas dan tanggung jawab Aparatur Perekonomian Negara dilaksanakan
atas dasar prinsip-prinsip ekonomi dan management yang realistis dan
rasionil;

c.

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab itu memperhatikan kepentingan
Pemerintah dan Rakyat.

Prinsip Balanced Budget dan Politik Kredit.
a.

Prinsip Balanced Budget buat tahun 1968 dilanjutkan secara fleksibel
dan diarahkan pada peningkatan kegiatan dalam sektor produksi dan
industri dalam Negeri;

b.

Kredit Luar Negeri yang disalurkan melalui sistim BE lebih diarahkan
pada kepentingan rehabilitasi dan stabilitasi ekonomi nasional;

c.

Kredit dalam Negeri dilaksanakan dengan cara yang selektif dan terarah
pada peningkatan kegairahan ekonomi masyarakat umum, terutama
dalam bidang agraria dan industri rakyat.

4.

Pelaksanaan…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

4.

5.

6.

2

-

Pelaksanaan IPEDA.
a.

Angka-angka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan
IPEDA dikeluarkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
1968;

b.

Wewenang untuk melaksanakan IPEDA secara bertahap diserahkan
kepada Pemerintah Daerah yang menggunakannya dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong; Penggunaan hasil IPEDA
diarahkan kepada kepentingan desa;

c.

Pengaturan dan Pengawasan terhadap yang termaksud sub. b dilakukan
oleh Pemerintah Pusat.

Aparatur Perekonomian Negara.
a.

Aparatur Perekonomian Negara disederhanakan secara institutionil dan
selektif agar dapat bekerja dengan effisiensi dan effektivitas yang lebih
tinggi;

b.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Aparatur Perekonomian Negara.
mengindahkan betul-betul Tertib Hukum dan Tertib Hukum Ekonomi;

c.

Aparatur Perekonomian Negara yang bergerak dalam bidang usaha
dalam bentuk apa pun memerlukan landasan baru terutama mengenai
struktur, kedudukan, ruang gerak, permodalan dan management, yang
berarti mengganti Undang-undang No. 19/Prp/1960;

d.

Sesuai dengan pasal 39 dan 49 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara No. XXIII/MPRS/1966, maka secara bertahap, hasilhasil yang bersumber pada kekayaan Negara diintegrasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968.

Kebijaksanaan pengadaan pangan.
Dalam melaksanakan kebijaksanaan mengenai pangan rakyat diutamakan
usaha pengadaan beras yang meliputi usaha peningkatan produksi, perluasan
areal sawah, distribusi dan pembiayaan dalam suatu rencana yang menyeluruh
dan terperinci.

7.

Dewan Pertimbangan Agung.
Undang-undang Dewan Pertimbangan Agung supaya dilaksanakan.

II. Bidang…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

II.

3

-

Bidang tehnis budgetair.
A.

Anggaran Pendapatan.

1.

Tarip-tarip yang ada bagi pajak-pajak langsung (khusus pajak pendapatan dan
kekayaan) tidak akan dinaikkan dan terhadapnya diadakan penyesuaian
dengan biaya-biaya hidup yang riil.

2.

Progresivitas dari pajak-pajak langsung sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali
dan disesuaikan dengan daya-beli rupiah yang riil.

3.

Tambahan-tambahan dalam hasil-hasil pajak langsung hanya diusahakan
dengan jalan:

4.

a.

memperluas lingkungan wajib pajak;

b.

menambah effisiensi dan integritas aparatur pemungut pajak;

c.

melalui politik ekonomi memperbaiki keadaan dan tingkat pendapatanpendapatan pada umumnya.

Tambahan-tambahan pajak tidak langsung, bila diperlukan diusahakan dengan
jalan:
a. menaikkan bea/pajak (khususnya bea masuk) terhadap barang-barang lux
yang non-esensiil.
b. menaikkan bea/pajak terhadap barang-barang yang tidak menyangkut
kebutuhan-kebutuhan esensiil bagi penghidupan rakyat banyak guna
memberi proteksi terhadap produksi dalam negeri;
c. melalui politik ekonomi yang mendorong ekspor dan impor.

B.

Anggaran Routine dan Anggaran Pembangunan.

1.

Terhadap Anggaran Routine diadakan penelitian lebih lanjut dan
penghematan-penghematan yang dicapai dipindahkan kepada anggaran
Pembangunan.

2.

Terhadap anggaran Pembangunan diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
jenis-jenis pembangunan yang kurang esensiil dan hasil penelitian
dipindahkan kepada jenis-jenis pembangunan yang pokok yaitu:
pengangkutan, pengairan, tenaga, transmigrasi dan reboisasi.
3.

Bila…

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-

3.

4

-

Bila Anggaran Pendapatan akibat dari perubahan koers rupiah menghasilkan
kelebihan, kelebihan itu akan dipergunakan untuk rehabiliasi jenis-jenis
pembangunan tersebut diatas.

III. Penutup.
Demikian rumus Landasan Politik/Pengarahan Pelaksanaan Kebijaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1968 ini dibuat, dan merupakan
rangkaian kesatuan yang mutlak dengan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun 1968,ini, untuk dilaksanakan oleh Pemerintah.