Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Chapter III IV

BAB III

GAMBARAN MENGENAI PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN
PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak
Orang Pribadi
Undang – undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2000. Pengertian mengenai pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap
WajiB Pajak Orang Pribadi
1. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan Peraturan Undang –
undang Perpajakan (Mardiasmo, 2006:113).
2. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

menegur atau memperingatkan melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakapenyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang yang
telah disita (Mardiasmo, 2006:113).
3. Biaya penagihan adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah
melakukan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang jasa
penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan dengan penagihan pajak.
(Mardiasmo, 2006:113)

B. Definisi Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah seraingkain tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegor atau memperingatkan,
melaksanakan pelaksanan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa,

mengusulkan

pencegahan,

melaksanan

penyitaan,


melaksanakan

penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Menurut Moeljo Hadi, yang dimaksud dengan penagihan adalah:“Serangkaian
tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak berhubung Wajib Pajak tidak
melunasi baik sebagian atu seluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut
Undang-Undang Perpajkan yang berlaku”.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro, yang dimaksud dengan penagihan adalah:
“Perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak
mematuhi ketentuan Undang-Undang Perpajakan khususnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya
proses penagihan pajak melibatkan beberpa unsur-unsur yang mempunyai arti yang
cukup penting, diantaranya yaitu:
1. Utang pajak, yaitu “Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupa bunga , denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak
atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.”4
2. Serangkaian tindakan dilakukan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu penerbitan
Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan berdasarkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), sampai dengan pelaksanaan
lelang.
3. Aparat Direktorat Jendral Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi syarat
untuk melakukan penagihan pajak.
4. Penanggung pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak.
5. Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU PPSP
serta peraturan pelaksanaan yang mengaturnya

Universitas Sumatera Utara

mengenai pembayaran pajak.”Penagihan dilaksanakan oleh fiksus sehubungan
adanya kewajiban wajib pajak, baik sebagian maupun keseluruhan, yang masih
terutang pada negara menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses
penagihan yang optimal akan lebih meningkatkan realisasi penerimaan negara
melalui pencairan tunggakan. Agar penagihan dapat maksimal, maka harus dilakukan
dengan tertib dan taat asas.


C. Penagihan Utang Pajak
Tindakan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2 langkah:
1. PenagihanPasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan
yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan
Keberatan yang menyebabakan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika
jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo
akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan
tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran, dan dilanjutkan
dengan pelaksanaan lelang. Dalam hal ini Utang Pajak itu adalah Pajak yang
masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau

Universitas Sumatera Utara

kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat sejenisnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Penagihan Aktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,

dimana dalam upaya panagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya
mengirim Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan
tindakan sita yang didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama wajib pajak atau penanggung pajak
b. Besarnya utang pajak
c. Perintah untuk membayar dalam waktu 2x24 jam sejak surat paksa
disampaikan.

D. Dasar Hukum Penagihan Pajak
1. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No
19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

Universitas Sumatera Utara

E. Tata Cara Penagihan
1. Penagihan Seketika dan Sekaligus
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang

dilaksanakan juru sita pajak kepada penaggung pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran. Jadi, juru sita pajak akan melaksanakan penagihan
atas utang pajak sebelum surat tagihan pajak atau surat ketetapan pajak jatuh
tempo. Tujuannya adalah mencegah terjadinya utang pajak yang tidak dapat
ditagih. Apabila saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus penanggung
pajak belum membayar maka juru sita pajak akan menunggu pembayaran
sampai dengan tanggal jatuh tempo.
2. Surat Teguran
Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan pejabat
(Pihak yang berwenang menerbitkan surat teguran dan surat lain yang
digunakan untuk melaksanakan penagihan pajak) apabila dalam waktu tujuh
hari setelah tanggal jatuh tempo surat ketetapan, penanggung pajak belum
melunasi utang pajaknya. Tujuan diterbitkannya surat teguran adalah memberi

Universitas Sumatera Utara

peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi utang pajak
sehingga tidak perlu dilakukan penagihan secara paksa.

3. Surat Paksa

Surat paksa adalah surat yang diterbitkan apabila 21 hari setelah jatuh tempo
surat teguran penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Surat paksa ini
harus dilunasi dalam waktu 2x24 jam. 4) Surat Sita Surat sita adalah surat yang
diterbitkan apabila dalam waktu 2x24 jam penanggung pajak belum membayar
utang pajaknya. Penerbitan surat sita ini dibebani biaya pelaksanaan sita
sebesar Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah) dan ditanggung penanggung
pajak.
4. Penyitaan
ini tidak ditujukan untuk menjual barang milik penanggung pajak, melainkan
hanya digunakan sebagai jaminan agar penanggung pajak melunasi utang
pajaknya. Dengan demikian, penanggung pajak masih memiliki kesempatan
untuk melunasi utang pajaknya sampai dengan dilakukannya penyitaan.
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh
juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

Universitas Sumatera Utara

5. Lelang
Apabila dalam waktu 14 hari setelah dilakukan penyitaan utang pajak belum
dibayar maka akan dilakukan tindakan penyitaan. Dalam hal penanggung pajak

belum membayar biaya atas penagihan paksa dan pelaksanaan sita maka biaya
tersebut akan digabungkan dengan biaya iklan untuk pengumuan lelang dalam
surat kabar dan biaya pada saat pelelangan.

E.1 Penagihan Seketika Dan Sekaligus
Perlu diketahui bahwa dalam penagihan pajak dikenal adanya penagihan seketikadan
sekaligus. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran dan meliputi seluruh uang pajak dari semua jenis pajak,
masa pajak, dan tahun pajak. Penagihan pajak seketika dan sekaligus dilakukan
ketika
1. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya atau berniat itu.
2. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat

untuk

pergi.


Penanggung

Pajak

menghentikan

atau

secara

nyatamengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia atau pun memindahtangankan barang yang dimilikinya atau
dikuasainya.
3. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara, atau
4. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Mungkin saja terjadi bahwa Penangung Pajak mempunyai itikad kurang baik,

sebagaimana dicerminkan oleh berbagai indikator tersebut. Adanya itikad kurang
baik tersebut mungkin disebabkan karena yang bersangkutan bermaksud agar ketika
terjadi penyitaan terhadap kekayaan untuk kemudian dilelang, kekayaan tersebut
sudah tidak ada lagi atau tidak ditemukan lagi. Hal semacam ini tentu perlu
diantisipasi sekaligus dihindarkan, sehingga keadilan dapat diwujudkan dan Negara
tidak dirugikan.
Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu Jurusita Pajak dapat melakukan
penagihan seketika dan sekaligus. Dalam hal ini terjadi penagihan seketika dan
sekaligus, maka penagihan dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika
dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh juru sita Pajak kepada Penanggung
Pajak. Ketika hal Juru sita Pajak mengetahui bahwa barang milik Penanggung Jawab
akan disita oleh pihak ketika atau terdapat tanda-tanda kepailitan, atau Penanggung
Pajak akanmembubarkan badan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang

Universitas Sumatera Utara

dimilikinya atau dikuasainya, maka jurusita pajak segera melakukan penagihan
seketika dan sekaligus dengan melaksanakan penyitaan terhadap sebagian besar
barang milik Penanggung Pajak tersebut setelah Surat Paksa diberitahukan. Indikator

tersebut merupakan petunjuk yang kuat bahwa Penanggung Pajak berniat untuk
mengurangi atau menjual/ memindahtangankan barang-barangnya sehingga tidak ada
lagi barang yang dapat disita.

E.2 Surat Teguran
Pengertian surat teguran sesuai dengan peraturan menteri keuangan Nomor
24/PMK.03/2008 sebagaimana telah mengalami perubahan Nomor 85/PMK.03/2010
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan
Penagihan Seketika Dan Sekaligus adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan wajib pajak untuk melunasi utang pajak nya sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran (PMK.Nomor.85/PMK.03/2010).
PenerbitanSuratTeguran
1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain sejenis setelah tujuh hari sejak tanggal
jatuh tempo pembayaran (1 bulan sejak tanggal atau keputusan diterbitkan).

Universitas Sumatera Utara

2. Penerbitan surat teguran dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur
wajib pajak untuk melunasi pajaknya.
3. Surat teguran tidak diterbitkan kepada penanggung pajak yang telah disetujui
untuk mengangsur atau pun menunda pembayaran pajaknya.
4. Penerbitan surat teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan
dan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan pengeluaran
SuratPaksa.
5. Pada dasarnya surat teguran hanya diterbitkan 1 kali saja.
6. Bila terhadap wajib pajak tidak pernah diterbitkan surat teguran tapi langsunga
diterbitkan Surat peringatan, maka secara yuridis Surat peringatan tersebut
dianggap tidak ada, karena tidak didahului dengan pengeluaran SuratTeguran.

E.3 Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Sesuai dengan pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang
dimaksud dengan Surat Paksa adalah : Surat Perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
1. Dasar Hukum Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 sebagaimana
telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008.

Universitas Sumatera Utara

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000
sebagaimana telah diubah dengan Nomor 24/PMK.03/2008 .
c. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-564/KMK.04/2000
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kep-474/PJ./2002.
d. Surat edaran direktorat jenderal pajak nomor : SE-13/PJ.75/1998
sebagaimana telah diubah dengan Nomor SE-19/PJ/2011.
2. Isi Dan Karakteristik Dari SuratPaksa
Berbicara lebih lanjut tentang surat paksa, maka surat paksa dapat ditainjau
dari 2 (dua) segi,yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
a. Dari segi isinya:
1. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan’’ yang dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 pasal 4 disesuiakan bunyinya menjadi’’ Demi
Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa’’.
2. Nama wajib pajak/ penaggung pajak, keterangan cukup tentang alasan
yang menjadi dasar penagihan,perintah membayar.
3. Dikeluarkan/ ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh
menteri keuangan/ Kepala Daerah.
b. Dari segi karak teristik nya:

Universitas Sumatera Utara

1. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan hakim
dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim
atasan.
2. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak
(biaya-biaya penagihan).
4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan
/pencegahan.

3. PenerbitanSuratPaksa
Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan bahwa
surat paksa diterbitkan apabila:
a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus.

Universitas Sumatera Utara

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak. Dalam hal tetentu, misalnya karena penanggung pajak mengalami
kesulitan likuidasi, kepada penanggung pajak atas dasar permohonannya
dapat diberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak melalui keputusan pejabat. Oleh karena itu keputusan dimaksud
mengikat kedua belah pihak. Dengan demikian, apabila kemudian
penanggung pajak, tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak. Maka surat paksa dapat diterbitkan langsung tanpa surat teguran,
surat peringatan, atau surat lainnya yang sejenis.

4. Fungsi Surat Paksa
Adapun fungsi surat paksa adalah sebagai sarana atau alat pemabayaran
kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu
2x24 jam. Sebagai tindak lanjut untuk mencairkantunggakan pajak atas tidak
hiraukan nya penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan
penyitaan.

5. Tata Cara Penagihan Surat Paksa

Universitas Sumatera Utara

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan
Pelaksanaan Surat Paksa.
a. Surat diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan
penyerahaan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
b. Pemberitahuan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari
dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang
menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.



Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Juru sita Pajak kepada:
a. Penanggung Pajak ditempat, tempat usaha atau ditempat lain yang
memungkinkan.
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja
ditempat usaha penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang
bersangkutan tidak dapat dijumpai.
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat, yang mengurus harta
penggilan, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
belum dibagi, atau

Universitas Sumatera Utara

d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meningal dunia dan harta
warisan telah dibagi.


Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Juru sita Pajak kepada:
a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat
tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan; atau
b. Pegawai tempat ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
sebagaimana dalam huruf a.

E.4 Penyitaan
1. Pengertian penyitaan
Penyitaan adalah tindakan lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat
Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
2x24 jam (dua kali dua puluh empat) sesudah tanggal pemberitahuan dengan
pernyataan dan penyerahaan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan
oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2 orang
saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun, dikenal
oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah memperbolehkan
jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan

Universitas Sumatera Utara

dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat
lain sekalipun penguasanya berada ditanganpihak lain. Prinsipnya penyitaan
dilakukan terhadap sejumlah barang bergerak dan jika ternyata tidak cukup barang
bergerak menurut Surat Paksa dan biaya-biaya penagihannya, maka dilanjutkan
penyitaan terhadap barang-barang tidak bergerak. Namun apabila barang bergerak
tidak memadai langsung dapat disita barang tidak bergerak. Dalam hal ini pengertian
penyitaan oleh Mardiasmo adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan perundang-undangan.
2. Objek sita
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang
berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditemapat lain
termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan
sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga
lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan.

Universitas Sumatera Utara

E.5 Pelaksanaan Lelang

Dasar hukum pelaksanaan Lelang diatur pada peraturan pemerintah Nomor
136 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang
Sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang dalam rangka penagihan pajak
dengan surat paksa. Pelelangan Barang Sitaan dilakukan setelah pengumuman lelang
ternyata Penangung Pajak tidak melunasi utang pajaknya. Pelaksanaan lelang
dilakukan paling cepat Setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak Pengumuman
Lelang.

1. Apabila utang pajak dan/atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah
dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang, sebelum
dilaksanakan lelang harus diumumkan dulu minimal 14 hari setelah
penyitaan.
2. Untuk barang yang bergerak pengumuman lelang dilakukan 1 kali, sedangkan
barang tidak bergerakdilakukan 2 kali
3. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling
singkat setelah pengumuman lelang melalui media masa, kecuali untuk
barang dengan nilai paling banyak Rp. 20,000,000 tidak harus melalui media
masa

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa Perkembangan Wajib Pajak Yang Menunggak Pajak

Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak
yang dilakukan tindakan Pelaksanaan Penagihan Pajak serta pencairannya guna
meningkatkan penerimaan pajak dengan dasar teori dan praktik pelaksanaan
Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Surat Teguran, Penyitaan, dan
Pelaksanaan Lelang yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Ketidakpatuhan Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan dapat dilihat melalui tabel di
bawah ini:

Jumlah Lembaran Surat Paksa Dan Jumlah Tunggakan Pajak Pada Surat
Paksa dan Juga Jumlah Surat Paksa Yang Dilunasi

Universitas Sumatera Utara

Tabel IV.1
Bulan

Lembar Surat

Jumlah Tunggakan Pajak Pada Surat Paksa

Paksa

Januari

Februaari

Maret

April

2013

2014 2015

2013

2014

2015

0

5

Rp -

Rp

Rp

161,674,800

563,925,108

Rp -

Rp

180

0

0

0

90

0

36

172

Rp

241

1,904,692,990
40
Rp -

159

Rp -

6,186,235,428
Rp

Rp

3,931,585,942

3,921,840,137

Rp -

Rp
10,048,474,525

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

0

5

120

5

34

0

136

83

75

80

130

100

120

16

194

148

230

192

202

215

220

Rp

Rp

Rp

1,313,473,070

1,071.656.941

816,350,690

Rp

Rp

Rp

118,411,400

2,064,494,903

3,031,459,465

Rp

Rp

Rp

923,692,472

1,923,692,472

2,559,826,158

Rp

Rp

Rp

150,130,000

1,549,621,933

6,363,779,835

Rp

Rp

Rp

527,154,657

2,772,519,909

450,362,489

Rp -

Rp

Rp

1,574,228,304

502,350,897

Rp

Rp

Rp

950,597,614

4,114,283,304

511,426,339

Universitas Sumatera Utara

Desember

Total

6

480

86

259

785

2368

Rp

Rp

Rp

1,007,367,382

2,415,319,522

719,043,125

Rp

Rp

Rp

7,010,519,585

21,579,079,859

35,683,074,196

Jumlah Surat Paksa Yang Dilunasi
2013

2014

Rp

30,800,000

Rp

Rp

-

Rp

75,012,340

Rp

Rp

35,614,231

Rp

Rp

84,512,310

Rp

Rp

54,564,561

Rp

63,212,384

2015
Rp

6,120,586

Rp

151,292,433

-

Rp

130,522,974

-

Rp

177,277,442

115,326,000

Rp

570,541,159

Rp

154,687,417

Rp

232,184,450

Rp

175,142,104

Rp

527,586,460

Rp

-

38,336,355

Universitas Sumatera Utara

Rp 145,561,231

Rp

216,879,895

Rp

660,359,878

Rp

54,561,423

Rp

235,845,145

Rp

554,600,387

Rp

45,324,585

Rp 56,456,564

Rp

670,355,689

Rp 143,883,676

Rp 1,084,384,378

Rp

526,501,765

Rp 816,594,586

Rp 2,204,881,045

Rp 4,273,565,013

Dari tabel di atas dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan
di KPP Pratama Medan Kota dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 20132015. Dalam tiap bulannya wajib pajak masih banyak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakan. Namun Setelah Surat Teguran diterbitkan masih tetap ada
Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, maka pihak aparatur pajak menerbitkan Surat
Paksa sebagai sarana pencarian tunggakan pajak. dan dapat kita lihat juga bahwa

Universitas Sumatera Utara

wajib pajak lah yang kurang taat pada kewajiban nya sebab pajak yang terutang lebih
banyak dibandingkan terhadap pajak yang dillunasi oleh wajib pajak yang terutang.
Untuk mencegah terjadinya penyelewengan atau tidak dibayarnya utang
pajak oleh wajib pajak, maka aparatur pajak atau pegawi pajak akan membuat data
seperti diatas sehingga petugas pajak akan memantau terus wajib pajak yang masih
terutang maupun yang sudah melunasinya.

B. Pelaksanaan Penagihan Pajak Yang Dilakukan
Tata cara Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Terhadap wajib Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya adalah:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota mengeluarkan Surat Teguran setelah
7(tujuh) hari jatuh tempo pembayaran melalui kantor POS dari produk hasil
penelitian diantaranya:
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaan penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan
ketetapan pajak.
2. Tujuh hari setelah saat jatuh tempo Pengajuan Banding, dan Wajib Pajak tidak
mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan
(SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 8 ayat (1).
3. Tujuh hari setelah jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar
berdasarkan putusan banding.
4. Setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pelunasan sebagaimana dalam pasal 5 dalam
akhir pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran.
5. Tujuh hari sejak tanggal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas surat
keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo
pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh
Wajib Pajak, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 8 ayat (1).
6. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak yang seharusnya
dibayar setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, pejabat
segera menerbitkan Surat Paksa, dalam hal ini:

Universitas Sumatera Utara

(1). Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa
tersebut.
(2). Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Pajak/penganggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri.
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa
tersebut.
(3). Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak/penanggung pajak
dan meminta agar Wajib pajak memperlihatkan surat-surat keterengan
pajak yang ada untuk diteliti:
1 .Apakah tunggakan pajak menurut STP/STKP cocok dengan
jumlah tunggakan yang tercantum dengan surat paksa.
2. Apakah ada surat keputusan pembetulan dan keberatan/
penghapusan.
3. Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya
yang diperhitungkan.
4. Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam surat paksa,
diajukan keberatan.

Universitas Sumatera Utara

(4) Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/penangggung pajak maka
salinan surat paksa tersebut dapat diserahakan kepada:
a. Keluarga Wajib pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama
Wajib Pajak/penanggung pajak yang dewasa dan sehat mental.
b. Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha
bersangkutan atau;
c. Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah)
dalam hal ini mereka tersebut pada butir 1 dan 2 diatas juga tidak
dijumpai. Pejabat harus member tanda tangan pada surat paksa dan
salinannya sebagai tanda diketahuinya dan
salinannya

kepada

Wajib

Pajak/penanggung

menyampaikan
pajak

yang

bersangkutan.
d. Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat
paksa herus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.
(5) Jurusita pajak mendatangi tempat tinggal/tempat kedudukan Wajib
Pajak/penangggung pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri
Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan
Surat Paksa dengan pernyataan dan meyerahkan salinan surat paksa
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

(6) Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha/tempat
tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan
surat paksa kepada:
a. Seseorang yang ada dikantornya (salah seorang pegawai)
b. Seseorang yang ada ditempat tinggalnya ( misalnya : istri,anak, atau
pembantu rumah tangga).

(7) Biaya Penyampaian Surat Paksa
a Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi
biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita pajak. Biaya ini
dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh
Jurusita pajak kepada penganggung pajak.
b. Apabila seorang Jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak
sepenuhnya biaya Penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak
dan biaya penagihannya telah diluniasi atau belum oleh Wajib
Pajak/penganggung pajak.
Tetapi itu tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah
menerima biaya Penagihan, lalu bebas dari tanggung jawab terhadap
pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakni Wajib.

Universitas Sumatera Utara

Pajak/penangggung pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia
harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan
Penagihan lebih lanjut.
(8) Surat Paksa yang telah dilaksanakan,diserahkan kepada Kasi Penagihan
disertai laporan pelaksanaan Penagihan dengan surat paksa dan
diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Vertifikasi untuk ditanda
tangani dan selanjutnya dimaasukan dalam berkas Penagihan Wajib
Pajak/penangggung pajak yang bersangkutan atau terlebih dahulu dicatat
tanggal pelaksanaan surat paksa dalam buku register pengawasan
Penagihan, buku register tindakan Penagihan, kartu pengawasan
tunggakan pajak dan tindakan STP/SKP yangbersangkutan. Dalam
melaksanakan surat paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat
keadaan rumah tangga/perusahaan Wajib Pajak/penangggung pajak
untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah
berikutnya.
(9) Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.
a. Atas pelaksanaan surat paksa dibuat laporan oleh jurursita yang
melaksanakan Penagihan pajak dengan surat paksa tersebut.
b. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu : Pengakuan Penyelesaian surat keberatan. Mengenal hal ini agar
diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah
dikurangi Jenis letak dan taksiran harga dari objek sita dengan
memperlihatkan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang
mungkin dikeluarkan.
Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya
dari Wajib
bayar,itikad

Pajak/penangggung
mau

membayar

pajak
dan

antara lailn:
pandangannya

kemampuan
terhadap

penetapan/penagihan pajak dan sebagainya,sehingga Jurusita dapat
mengajukan usul untuk tindakan Penagihan selanjutnya.

(10) Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan surat paksa secara langsung,
maka jurursita membuat laporan secara tertulis mengenai sebabsebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa,
antara lain menghubungi Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya.
7. Apabila utang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penaggung Pajak
setelah lewat 2x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya Pejabat
segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan
oleh Jurusita dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang
telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat
dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

penundaan pelaksanaan Penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan tehadap
penganggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan
pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan
utang tertentu. Didalam pelaksanaan Jurusita dapat menempel kertas Penyitaan
kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan
dibawa oleh Jurusita dikarenakan:
a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.
b. Mengantistipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dengan perjalanan.
Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang
ditanggung Penanggung pajak dan jika tidak sebanding maka akan
dilakukan Penyitaan.
8. Apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi
oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal
pelaksanaan Penyitaan, Pejabat segera melaksanakan pengumuman Lelang. Dan
dalam hal pelaksanaan Lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang
bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang. Hasil Lelang
dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya Penagihan pajak yang
belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal hasil Lelang
sudah mencapai jumlah yang cukup utnuk melunasi biaya Penagihan pajak dan
utang pajak, pelaksanaan Lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang

Universitas Sumatera Utara

masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasi Lelang dikembalikan oleh
Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan Lelang.

C. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui Surat
Paksa
Adapun kendala-kendala yang sering ditemui berkaitan dengan Penagihan
pajak dengan surat paksa pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah
:

1. Data yang tidak jelas atau identitas Wajib Pajak tidak jelas
2. Wajib Pajak tidak ditemukan/pindah tetapi tidak memberitahu data ke
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
3. Kemampuan Ekonomis Wajib Pajak (Kondisi Usaha Wajib Pajak)
4. Wajib Pajak menolak pemberian Surat Paksa
5. Daftar penetapan hutang pajak kurang valid
6. Wajib pajak yang sudah meninggal dunia

D. Langkah Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Melalui
Surat Paksa

1. Mencari data dari pihak ketiga melalui konfirmasi tertulis
2. Meminta bantuan unit organisasi lain:

Universitas Sumatera Utara



Kepolisian



Pemerintah daerah setempat

3. Melakukan Update Data agar kondisi data Kantor pelayanan pajak sesuai
dengan yang ada dilapangan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya Penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan Penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. (Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2000).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasa yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1. Penagihan pajak timbul akibat dari adanya penelitian dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap SPT yang disamapaikan oleh Wajib pajak kepada kantor
pelayanan pajak. Pada KPP Pratama Medan Kota pun terdapat tunggakan pajak

Universitas Sumatera Utara

dari hasil pemeriksaan yang dimana tindakan Penagihan terhadap tunggakan
tersebut telah dilakukan.
2. Bedasarkan pencapaiannya KPP Pratama Medan kota telah melakukan Penagihan
pajak dengan optimal, dan bedasarkan Prosedur pelaksanaan Penagihan pajak
pada KPP Pratama Medan Kota sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000. Pelaksanaan Penagihan pajak yang dilakukan KPP Pratama Medan
Kota merupakan salah satu upaya penegakan hukum (Law Enforcement) yang
53
dimana upaya ini memiliki kekuatan humum dan dalam prosesnya sendiri upaya
ini dapat meminimalisasikan jumlah tunggakan pajak yang ada.
3. Hambatan yang dihadapi dalam Penagihan pajak berasal dari dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meruapakan faktor yang
berasal dari instansi perusahaan itu sendiri. Sedangkan untuk faktor eksternal
meruapakan faktor yang berasal dari luar isntansi perusahaan yang diantaranya
adalah mengenai objek sita, kerjasama dengan pihak-pihak lain likuliditas,
pengetahuanwajib pajak yang kurang mengenai perpajakan, dan Wajib pajak yang
tidak diketahui alamatnya.

B. Saran

Universitas Sumatera Utara

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada,
pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Pelakasanaan Penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
bedasarkan sistem harus lebih ditingkankan lagi, sehingga dapat mengurangi
tunggakan pajak dan meningkatkan penerimaan pajak.
2. Meningkatkan pengetahuan Jurusita melalui pendidikan dan pelatihan agar
terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu juga lebih meningkatkan penyuluhan
Wajib pajak dan membuat kerjasama dengan pihak lain untuk membuat talkshow
seputar perpajakan ataupun membuat penayangan iklan perpajakan lebih intensif
lagi agar mampu menggugah ssemangat Wajib pajak untuk membayar pajak.
Dalam hal pendaftaran Wajib pajak baru, sebaiknya perlu dilakukan penelitian
lapangan agar alamat yang diberikan oleh Wajib pajak dapat dibuntikan
kebenarannya (tidak fiktif). Selain itu juga pemberitahuan yang jelas dan
menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintahan mengenai setiap perubahan
peraturan perundang-undangan pajak, dan penyuluhan tentang pentingnya pajak
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, seperti dengan cara mendatangi langsung Wajib
pajaknya maupun dengan membuat selebaran tentang informasi perpajakan.
Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat
membayar pajaknya tepat pada waktunya, sehingga akan meningkatkan
penerimaan pajak

Universitas Sumatera Utara

3. Perlunya dilaksanakan penyuluhan pajak secara lebih intensif oleh Direktorat
Jenderal Pajak, agar Wajib Pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak
untuk kelangsungan pembangunan.
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota hendaknya menindak tegas Wajib
Pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang disampaikan oleh KPP.
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota hendaknya menindak tegas oknumoknum yang berusaha menghalangi proses Penagihan yang dilanjutkan dengan
Penyitaan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara