Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

(1)

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TENTANG

MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN TARIF PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH

KOTA MEDAN OLEH :

NAMA : WIN PUTRAGA NAULY

NIM : 082600033

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Program Studi Diploma-III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,kekuatan,rahmad serta Anugrah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dalam bentuk laporan dengan judul Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.Tugas akhir ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya isi dari ini masih jauh dari sempurna.Dalam hal ini di sebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman baik dalam dalam memproleh ,mengumpulkan dan mengolah data.meskipun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat tersusun dengan baik dan selesai sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,penulis bersedia dan terbuka terhadap kritikan maupun masukkan atau saran yang membangun kearah perbaikan demi kesempurnaan penulisan ini,dan dapat memberikan mamfaat dimasa yang akan datang.

Disini penulis juga mengakui dan sangat memahami bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak-pihak yang terkait penulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini,dalam kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yag tulus dan sebesar-besarnya kepada:


(3)

1. Bapak Prof.DR.Badarudin,M.Si sebagai Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara.M.Si sebagai ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

3. Bapak Indra Efendi,S.Sos sebagai Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Saya dalam penulisan Laporan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran.

4. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

5. Teristimiwa dan yang paling utama buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang mempunyai andil penting dalam memberikan dukungan moral dan materil serta doa restunya buat Samruddin

6. Terima Kasih kepada seluruh pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan

7. Terima Kasih Kepada seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah khususnya Seksi Penagihan.

9. Terima kasih Juga buat para Satpam di Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Kota atas bantuannya.

10. Terima kasih buat teman-teman seperjuangan Ali,Win,Rudi

Tabutty,Baluat,Tryatna,Tya, Endah,Nnur”aini,pokoknya semua dech yang ada di prodi III Administrasi Perpajakan.

11. Thank’s Buat seluruh tema-teman Tax A 08

12 . Thank’s to sahabat-sahabat limah,Nurul,Zulfikar,Husein,Toni,Diman, kholidin,Nur ‘Aisyah,yang telah meberikan motivasi dan semangat.


(4)

Penulis

(Win Putraga Nauly)


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 9

E. Metode PKLM………10

F. Metode Pengumpulan Data……….11

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….. 12

DAFTAR PUSTAKA……….13

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan………… ……13

2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 14

2.3 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 15

2.4 Tata kerja………16


(6)

2.5 Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Bulan

Juli 2011……… 31

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN 3 1 Defenisi Pajak……… 3

3.3 Objek dan Subjek Wajib Pajak Restoran……… 45

3.4 Pendaftaran dan pendataan………46

3.5 Perhitungan dan Penetapan Pajak………..47

3.6 Tata Cara Pembayara pajak………..49

3.7 Tata Cara Pembukuan Pelaporan……… 51

3.8 Tata cara PenagihanPajak……… 51

3.9 Pengurangan , Keringanan dan Pembebanan Pajak………. 53

BAB IV ; ANALISA DAN EVALUASI

4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas PedapatanDaera Kotan Medan……… 54

4.2 Hambatan Hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran……… 59

4.3 Faktor factor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran……… 60

4.4 Upayan Upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan PAjak Restoran……….60


(7)

BAB V :

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… 62 5.2 Saran……… 63

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain lain Pendapatan Daerah yang sah.

Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikan, daerah mampu melakanakan Otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Berdasarkan kutipan tersebut bila diketahui salah satu sumber pendapatan asli daerah berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam undang-undang No 28 Tahun 2000 sebgai


(9)

perubahan atas undang-undang No 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dimana pajak daerah dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak provinsi yang terdiri dari :

1. Pajak kendaraan bermotor

2. Bea balik nama kendaraan bermotor

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4. Pajak air permukaan 5. Pajak rokok

Pajak kabupaten dan kota terdiri dari : 1. Pajak restoran

2. Pajak hiburan 3. Pajak reklame

4. Pajak penerangan jalan 5. Pajak parkir

6. Pajak air tanah

7. Pajak sarang burung walet

8. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai Peranan Yang sangat besar dalam menyelenggarakan Pajak Restoran di Kota Medan. Bagaimana sebenarnya tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalan membayar dan melaporkan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dimana pihak Dinas Pendapatan Kota Medan harus melakukan kegiatan yang lebih Intensif dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD).


(10)

Dalam Pelaksanaan Pajak Restoran tersebut tentunya masih banyak ditentukan permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan terutama bagi Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Restoran ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul, Apabila permasalahan tersebut dapat diatasi, tentuya akan dapat meningkatkan Penerimaan Daerah,yang nantinya akan dapat digunakan sebagai pembangunan Daerah.

Hal inilah yang menjadikan Penulis tertarik dan memilih Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan “Mekanisme Pemungutan Dan Penetapan Tarif Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan” sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah Praktik Kerja Lapangan.


(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

a. Untuk mengetahui tentang tingkat kepatuhan wajib Pajak dalam

pembayaran pajak restoran di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat penerimaan pajak

restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.

a. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan Penerimaan

Pajak Restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.

2. Manfaat PKLM

Manfaat PKLM bagi Mahasiswa yaitu :

b. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke

dalam dunia kerja.


(12)

d. Mengetahui dan memahami cara Dinas Pengelola Daerah Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya Pajak Restoran.

e. Menambah wawasan dan pengetahuan Mahasiswa menyangkut sistem

dan prosedur dalam pelaksanaan Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Kota Medan.

Manfaat PKLM Bagi Universitas yaitu :

a. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Universitas dengan

Instansi Pemerintah khususnya Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Daerah Kota Medan .

b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di

perkuliahan.

c. Dapat mempromosikan sumber daya manusia yang berkompeten di

bidangnya di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

d. Membangun persepsi umum yang baik tentang universitas.

Manfaat PKLM Bagi Kantor Dinas Pengelola Kekeyaan dan Aset daerah Kota Medan .

a. Mempererat hubungan antara Kantor Dinas Pengelola Kekeyaan dan

Aset Daerah Kota Medan dengan pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(13)

b. Mendapat masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari Perguruan Tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan.

c. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di

lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis Dasar hukum 1. Definisi Pajak

a. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan , Pajak adalah kontribsusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

b. Pajak adalah Iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal balik(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

c Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang. Dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat.Resmi (2008: 27)


(14)

d. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan / atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

e. Pajak Restoran adalah Pajak atas Pelayanan yang disediakan oleh Restoran.

f. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak,termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan undang– undang perpajakan.Prakosa (2003:5)

g. Subjek Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/ atau minuman dari Restoran.

h. Wajib Pajak Restoran adalah orang Pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.

i. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.

j. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. k Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah .

Untuk pengertian-pengertian atau istilah-istilah selain tersebut dikaitkan dengan pembahasan-pembahasan selanjutnya.

2. Objek dan Subjek Pajak Restoran

a. Objek Pajak Restoran adalah setiap Pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria,kantin,warung, bar, dan sejenisnya.


(15)

1) Pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp. 600.000

2) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan

fasilitas penyantapan di hotel. b. Subjek Pajak

1) Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran atau pelayanan Restoran.

2) Wajib Pajak Restoran adalah Pengusaha Restoran. 3. Tarif Pajak Restoran

a. Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah Pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

b. Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% ( sepukuh persen)

c. Besarnya Pokok Pajak Restoran dihitung dengan cara mengalikan Tarif pajak dengan dasar pngenaan Pajak Restoran.

Upaya yang dilakukan Pemerintah

1. Memperluas basis Pajak Daerah dan memberikan deskresi dalam Penetapan tarif ( penyederhanaan dan kemudahan).

2. Mempertegas dan memperkuat dasar dasar Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah.

3. Menentukan jenis pungutan yang dapat dipungut daerah dalam rangka meningkatkan kepastian hukum.

4. Mengubah Mekanisme Pengawasan Perda dari Refresif menjadi Preventif serta mengatur sanksi bagi daerah yang melakukan pelanggaran.


(16)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun ruang lingkup dalam pelaksanaan PKLM ini antara lain yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak restoran, . Mahasiswa berharap kepada Kantor Dinas Pendapatan Daerah untuk memperlihatkan data-data tentang pemungutan pajak,di mulai penerbitan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak serta penerbitan Surat Teguran, Pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan, yang terjadi pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan . Selain itu juga Pelaksanaan Pemungutan tunggakan Pajak lainnya berupa pelaksanaan pemblokiran, pencegahan dan penyanderaan. Data yang digunakan adalah data tahun 2009-2010 agar dapat membantu mahasiswa dalam penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan penentuan judul dan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan.


(17)

Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung terhadap masalah yang dibahas dan meninjau secara langsung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .

4. Wawancara

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan pegawai instansi yang berkompeten yang di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .

5. Analisa Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.


(18)

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Prosedur Administrasi Pemungutan Pajak dan Kontribusinya terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan 2. Data Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas

3. Daftar Dokumentasi (Optional)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan Prosedur Administrasi Pemnungutan Pajak dan kontribusinya terhadap penerimaan pajak atau arsip yang dianggap sah sebagai bukti otentik.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini :


(19)

a. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan

b. BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap seksi di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan .

c. BAB III GAMBARAN DATA TENTANG PROSEDUR ADMINISTRASI PEMUNGUTAN PAJAK

Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang terdiri dari pengertian beberapa istilah dalam pemungutan pajak, dasar-dasar penagihan pajak, tugas dan wewenang serta kewajiban jurusita pajak sampai dengan pelaksanaan lelang dan dasar hukum Pemungutan Pajak.

d. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan mengevaluasi data yang telah diterima selama proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.


(20)

e. BAB V PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya. Kemudian penulis juga akan memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singakat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Pada bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu Wajib Pajak / Wajib Retribusi yang berdomisili di Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju

pertumbuhan penduduk Kota Medan melalui Peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi bagian Pendapatan. Pada bagian Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak / Wajib Retribusi dalam Daerah Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan sunggal, dan Lainnya.

Sehubungan dengan Intruksi Mentri Dalam Negeri KUPD Nomor 7/12/41-10 tentang penyeragaman stuktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Daerah di seluruh Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 tahun 1987 menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Daerah, juga dibentuk


(22)

bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala sub bagian yang merupakan sub sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan Daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung serta memelihara hasil-hasil pembangunan dari peningkatan pendapatan daerah. Namun sebagai unsur pelaksanaan Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi daerah, dan Pendapatan Daerah terdiri dari 1 (satu) bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) dan 5 (lima) sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional.

Meningkatkan Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara kebijaksanaannya menaikan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan Administrasi, Sistem dan Prosedur serta Organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang sekarang. Namun kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya peninjauan kembali dan menyempurnakan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secra Sektoral perlu diubah secara Fungsional dan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga disusun Manual Paendapatan Daerah (MAPATDA).


(23)

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun 1988 pada tanggal 26 mei 1988, tentang Sistem Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988 tentang

Pelaksanaannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1989 tanggal 26 Mei 1988,

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah.

Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan terhadap dan penyempurnaannya sebagai tahap awal untuk Dinas Pendapatan Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 061/1861/PUOD, tentang 2 Mei 1988, Intruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.324.20/1991, tanggal 11 Maret 1991 yang terakhir diubah dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 188.324/790/SK/1991, tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan daerah Kota Medan.

B. Organisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri atas :

1. Dinas

2. Sekertariat, terdiri atas :

a. Sub Bagian Umum


(24)

3. Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri atas : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan, terdiri atas :

a. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi 5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri atas :

a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 01 Tahun 2010, pasal 02 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(25)

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.

3. Walikota adalah Walikota Medan.

4. Sekertaris Daerah adalah Sekertaris Daerah Kota Medan

5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) adalah unsur Pelaksanaan Teknis pada

Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Pemegang Jabatan Fungsional yang

tugasnya berdasarkan para keahlian atau keterampilan tertentu sesuai kebutuhan daerah.

Adapun tugas Pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas, mempunyai tugas yaitu :

a. Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan demi terlaksananya

tugas-tugas yang akan dilaksanakan pada setiap seksi.

b. Mengumpulkan dan mensistemasikan data-data bahan yang berhubungan

dengan setiap tugas.

c. Membuat perkiraan dan memberikan saran kepada tiap Kepala seksi sebagai bahan masukan untuk menetapkan kebijakan.


(26)

2. Sekertariat

Sekerariat dipimpin oleh Sekertaris, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Kepala Dinas. Seketariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Lingkup Keseketariatan meliputi Pengelolaan Administrasi Umum, Keuangan, dan rumahtangga dan menyusun program.

Adapun fungsi Seketariatan yaitu :

1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan

2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas

4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi, dan ketatalaksanaan

5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas

6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan


(27)

Bagian Seketariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Penyusun Program

Setiap Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Adapun tugas-tugas setiap bagian Sekertariat adalah :

1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

sekretariat lingkup administrasi umum.

2. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

3. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.

3. Sub Pendataan dan Penetapan

Sub Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pendataan dan penetapan mempunyai Tugas Pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, Pendaftaran, Pemeriksaan Penetapan, dan Pengelolahan Data dan Informasi.

Adapun fungsi Bidang Pendataan dan penetapan yaitu :

1. Penyusunan Rencana, Progaram, dan Kegiatan Bidang Pendataan dan


(28)

2. Penyusun petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

3. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib

Retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

4. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan

pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (S{TRD), hasil pemeriksaan dan informasi instansi yang terkait.

5. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

6. Perencaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan

Wajib Retribusi.

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi, yaitu; a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.


(29)

Adapun tugas-tugas dari setiap Bagian Pendataan dan Penetapan yaitu :

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pandataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

2. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan.

3. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokk pajak daerah / pokok retribusi daerah.

4. Seksi pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas

dan fungsi yaitu :


(30)

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya

d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib

pajak atas permohonan wajib pajak

Adapun Bidang Penagihan terdiri dari beberapa seksi, yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Adapun tugas-tigas dari setiap seksi dari bidang Penagihan yaitu:

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan

tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan


(31)

5. Bidang Hasil dan Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:

1. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pandapatan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan

menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil

Pendapatan

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan

pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan

pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan

bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan

pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah


(32)

f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

bagi hasil pendapatan

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

Adapun Bidang Bagi Hasil Pendapatan, terdiri atas : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendataan

Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada Bidang Bagi Hasil Pendapatan yaitu :

1. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.


(33)

4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

6. Bidang Pengembangan dan Pendapatan

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan

Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan

Pendapatan Daerah

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,

retribusi dan pendapatan lain-lain

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya


(34)

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.

Adapun Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, terdiri atas :

a. Seksi Pengembangan Pajak

b. Seksi pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Setiap Seksi Pengembangan Pengembangan dan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Adapun tugas-tugas dari setiap seksi pada bidang Pengembangan dan Pendapatan yaitu :

1. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

2. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain.

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.


(35)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional

Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

D.Gambaran Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2011

No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT / Security Jumlah

1 Seketariat 74 orang

Kepala Dinas 1 orang

Bidang Umum / Keuangan / Penyusunan Program 38 orang

Bidang Penerimaan / Pengeluaran 19 orang

Penyimpanan Barang Berharga

Penyimpanan Barang dan Pengurus Barang

16 orang


(36)

3 Bidang Penagihan 41 orang

4 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 orang

5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 82 orang

6 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 15 orang

7 Security 15 orang

8 Pegawai Outsourching 230 orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 551

orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan 2011

E.Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan

No Golongan Jumlah

1 IV / b - Orang

2 IV / a 3 Orang

3 III / d 38 Orang

4 III / c 38 Orang

5 III / b 64 Orang

6 III /a 59 Orang

7 II / d 9 Orang

8 II / c 16 Orang

9 II/ b 3 Orang

10 II / a 34 Orang

Jumlah 264 Orang


(37)

Pegawai Negeri Sipil = 264 Orang

TNI yang dikaryakan = 1 Orang (Bidang

Penagihan)

Pegawai Honor = 56 Orang

Pegawai Outsourcing (Desember 2010) = 230 Orang


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

3.1. Defenisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran data Pajak Restoran, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Prof. P. J. A. Adriani, (1991 : 11) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasinya kembali, yang dapat ditunjuk langsung dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang harus menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Rachmat Soemitro SH, (1994 : 7) Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini tercemin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Anggaran tersebut dikelompokkan menjadi biaya rutin dan


(39)

biaya pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak dikumpulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan termasuk pendapatan rutin khususnya di sector bukan migas. Pajak mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara pemerintah pelayanan umum dan pembangunan.

Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu pajak yang diandalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayananan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/kopi dan meliputi penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai tempat penyantapan maupun diantar dan dibawa pulang.

Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah : 1. Pelayanan usaha jasa boga atau catering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang

peredarannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan daerah.


(40)

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan pada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Tariff pajak restoran paling tinggi sebesar 10 % dan ditetapkan dengan peraturan daerah atas undang-undang No 34 Tahun 2000.

Pajak restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak restoran paling tinggi 10 % dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Proses pemungutan pajak yaitu : pajak dikutip di bank atau tempat yang telah ditentukan oleh menteri keuangan sebagai tempat pembayaran pajak lalu disetorkan ke kas bendaharawan. Dengan tujuan untuk menambahkan anggaran berikutnya apabila tidak mencapai target atau realisasi yang diharapkan.

Hambatan Pemungutan Pajak 3.1.1 Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan(pasif) membayar pajak, yang disebabkan antara lain :

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat

c. Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik


(41)

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu : a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

undang-undang

b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar

undang-undang (menggelapkan pajak)

3.1.3 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Restoran

Pemungutannya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran. Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan system official assessment. Sistem self assessment adalah sistem dimana wajib pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah. Sedangkan official assessment yaitu sistem dimana pemungutannya pajak dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data-data dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak.

Adapun mekanisme dari pemungutan dan penyetoran pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Pemungutan

a. Kegiatan yang terdiri dari : 1) Operasi Pemungutan


(42)

a. Petugas pemungut setiap hari melaksanakan pemungutan ke masing-masing WR dengan menyerahkan lembar Benda Berharga sesuai dengan beban Retribusi.

b. Petugas pemungut menerima uang hasil pemungutan

c. Petugas pemungut setiap hari menyerahkan uang hasil pemungut

dan bonggol Benda Berharga ke UKT.

2) Laporan Pemungut dan Penyetoran Uang :

a. UKT tiap hari menerima uang hasil pemungutan dan bonggol

Benda Berharga.

b. UKT tiap hari membuat Laporan Pemungutan dan Penyetoran 5

(lima) lembar.

c. Koordinator Pemungut menyerahkan Laporan Pemungut dan

Penyetoran beserta uang hasil pemungutan kepada BKP Dipenda.

d. UKT mencatat ke Buku Harian UKT.

b. Formulir dan buku yang dipergunakan adalah :

1) Formulir terdiri dari :

a. Tanda Terima UKT

b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT

2) Buku terdiri dari :

a. Buku Harian UKT

b. Buku Harian Petugas Pemungut

2. Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :


(43)

1) BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang dari Uang dari UKT.

2) BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis

secara harian.

3) BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada

kolom penerimaan pada Buku Kas Umum yang dibuat 2 (dua) lembar.

4) BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas Daerah

dengan membuat Bukti Sektor Bank.

5) Kas daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian

menandatangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank.

6) BKP Dipenda atas dasar Bukti Sektor Bank yang diterima dari Kas

Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum.

7) BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum

kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum.

b. Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah :

1) Formulir terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang

b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT

2) Buku terdiri dari :

a. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis


(44)

3.1.4 Mekanisme Penetapan Tarif Paja Restoran Pasal 45

Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran.

Pasal 46

1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

Pasal 47

1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara

mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45.

2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat

restoran berlokasi.

3.2 Ketentuan

a. Undang-undang No. 18 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas

undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

c. Peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan

Retribusi Daerah.

d. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan


(45)

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain.

f. Peraturan daerah No. 4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan

tata kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintah kota medan.

g. Keputusan Walikota Medan No. 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kota Medan.

h. Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah

Kota Medan.

i. Keputusan Walikota No. 25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

j. Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi

perangkat daerah.

3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin, Kedai nasi/ kopi dan meliputi penjualan makanan/ minuman di tempat yang disertai tempat penyantapannya maupun yang diantar/ dibawa pulang (take away)

Pengecualian terhadap Objek Pajak Restoran adalah : 1. Pelayanan jasa boga/ catering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang

pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.


(46)

3. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 %.

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :

1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah.

2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama

dengan satu bulan takwin.

3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan.

3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44

1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam

maupun di luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah.

2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan

mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak. 3. Wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar


(47)

4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam induk wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi Wajib Pajak.

PASAL 45

1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang

disamakan dengan itu.

2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.

3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala

Daerah atau Pejabat selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.

4. Bentuk, isi, dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan

oleh Kepala Daerah.

3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46

1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 (1) Kepala

Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menertibkan SKPD atau yang dipersamakan dengan itu.

2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak kurang bayar

setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD.


(48)

1. Wajib pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

2. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Dearah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB

b. SKPDKBT

c. SKPDN

3. SKPDKB sebagimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu yang lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang

ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang

terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa 2 % sebulan dihitung dari


(49)

pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan

apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila

jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetorkan.

6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan

SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan SPTPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa sebesar 2 % sebulan.

7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (3)

tidak dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48

1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang

ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 hari setelah diterimanya SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.


(50)

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.

3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan

dengan menggunakan SSPD.

4. Pembayaran pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas

Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak bilamana tanggal tersebut jauth pada hari libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya.

PASAL 49

1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas

2. Kepala Daerah atatu pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib

untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan

3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

4. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib

pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.


(51)

5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (4) ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat

PASAL 50

1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan

tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam bukti penerimaan

2. Bentuk, jenis, isi, dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti

penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah

3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51

1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku

menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD/

2. Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam Buku Jenis

Pajak dan atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan per jenis Pajak.

3. Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan, dan Tunggakan dibuat

pelaporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai dengan Masa Pajak.

3.8 TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PASAL 52


(52)

1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat

Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat.

PASAL 53

1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam

jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.

2. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.

PASAL 54

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa. Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

PASAL 55

Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah


(53)

melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Lelang Negara.

PASAL 56

Setelah Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.

PASAL 57

Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah

3.9 PENGURANGAN KERINGANAN DAN KEBEBASAN PAJAK PASAL 68

1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat

memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.

2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak


(54)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Dengan berkembang pesatnya masyarakat di Kota Medan ini mendorong pengusaha untuk membukan banyak restoran yang sesuai dengan selera dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dengan banyaknya restoran tersebut maka Dinas Pendapatan Daerah mengelompokkan restoran tersebut dalam beberapa bagian serta menghitung jumlah restoran tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table berikut ini

4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2010 adalah

No. Kode

Rekening Jenis Pajak

Jumlah WP Restoran

1 4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji 66

2 4.1.1.02.07 Restoran Nasional 156

3 4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah 90

4 4.1.1.02.09 Warung nasi,kedai kopi,

dll

723

5 4.1.1.02.10 Tempat Hiburan 35

Jumlah 1.070

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2010


(55)

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah restoran yang terdapat di Kota Medan adalah 1.070 restoran. Dengan banyaknya jumlah restoran tersebut Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mengenakan Pajak dan Usaha tersebut. Hal ini berarti berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika diperhatikan lebih jauh potensi pajak restoran sangat besar apabila dilihat dari perkembangan jenis usaha restoran di Kota Medan misalnya :

1. Usaha restoran yang cepat saji seperti KFC, MC Donnald`s, A&W serta restoran lain yang mempunyai banyak cabang di Kota Medan.

2. Usaha Rumah Makan seperti rumah makan ACC, rumah makan Garuda

dan lain-lain.

Dinas pendapatan daerah seharusnya melihat potensi ini dan berupaya agar mampu mengelola sumber pendapatan asli daerah atau PAD yang berasal dari pajak restoran dengan baik dan benar, sehingga pada tahun-tahun yang akan dating penerimaan pendapatan asli daerah dapat lebih ditingkatkan. Besarnya pengenaan Pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya usaha restoran yang dikelola.

Dasar Pendaftaran dan Pemungutan Pajak adalah :

1. Self Assessment, yaitu untuk restoran-restoran yang besar. 2. Official Assessment, yaitu untuk restoran-restoran yang kecil

Besarnya perkiraan Potensi Pajak Restoran Kota Medan pada tahun 2011 tidak sepenuhnya dapat direalisasikan walaupun ada juga yang dapat direalisasikan. Seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.


(56)

Kode Rekening Jenis Pajak

4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji

4.1.1.02.07 Restoran Nasional

4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah

4.1.1.02.09 Warung nasi, kedai kopi, dll

4.1.1.02.10 Tempat Hiburan

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

N

Bulan

Target APB

Target perbulan

Realisasi Bulan

ini

Perse nta

se (% )

1 Januari 36.756.400.0

00

3.063.033.333 652.588.9

34,00


(57)

2 Februar i

36.756.400.0

00

3.063.033.333 3.547.895

.395,8

6

9,65

3 Maret 36.756.400.0

00

3.341.490.909 6.335.996

.992,6

6

17,24

4 April 36.756.400.0

00

3.341.490.909 9.324.673

.093,1

6

25,37

5 Mei 36.756.400.0 00 3.341.490.909. 00 12.434.34 2.288, 25 33,83

6 Juni 36.756.400.0

00 003.341.490.9 09,08 15.779.75 9.971, 00 42,93

7 July 36.756.400.0

00 003.341.490.9 09,08 19.149.01 8.558, 95 52,10

8 Agustu

s 36.756.400.0 00 003.341.490.9 09,08 22.601.74 9.495. 55 61,49

9 Septem

ber 36.756.400.0 00 003.341.490.9 09,08 25.815.67 4.531. 45 70.23 1 Oktobe r 36.756.400.0 00 003.341.490.9 09,08 29.457.21 7.663, 80,14


(58)

30 1 Novem ber 36.756.400.0 00 003.341.490.9 09,08 33.162.38 2.292, 70 90.22 1 Desem ber 36.756.400.0 00 003.341.490.9 09,08 37.189.87 8.638, 70 101,18

Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dari uraian di atas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan dari bulan januari sampai desember dilihat dari persentasenya 101,18 % dan bulan januari sebesar 1,78 %. Sebagai contoh perbandingan saya akan membandingkan perhitungan realisasi bulan januari dan bulan desember 1. Januari = 652.588.934,00 (1,78)

2. Desember = 37.189.878.638,70 (101,18)

Jumlah Desember – Januari

= Rp.37.189.878.638,70-652.588.934,00 = Rp.36.537.289.704,70

Jumlah persentasenya = 101.18 % - 1.78 % = 99,8

Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut :

Dimana : I1 : Pendapatan Restoran I per Hari

H : Hari per tahun = 365


(59)

10 % : Dasar pengenaan pajak Analisa Data

Dari tabel di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran bulan Desember sekitar 99,8 % berarti telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Bisa kita lihat 99,8 % = Rp. 36.537.289.704,70.

Sungguh jumlah yang sangat besar dari pencapaian Dinas Pendapatan Daerah Kota atau yang disebut dengan Over Target. Dari jumlah ini kita bisa menilai cara kinerja petugas pemungut Pajak daerah ini sangat Intesitas dalam menyukseskan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga anggaran APBD unutk kota medan bisa distabilkan dengan pendapatan pajak daerah. Meningkatnya pendapatan ini tidak terlepas dari pendataan dan pendaftaran Wajib Pajak yang semakin lama banyak dibangun tempat-tempat hiburan, restoran-restoran berkelas yang memungkinkan pajak bisa kita pungut dari sana.

Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan Internal maupun hambatan External. Target dan realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyaknya objek-objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.

Hambatan Internal itu dapat berupa kendala administrative serta kurangnya kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan External dapat berupa hambatan yang dihadapi langsung di lapangan.


(60)

Intensifikasi dan Ekstensifikasi dalam target dan realisasi pajak restoran bulan Januari tahun 2011 adalah paling rendah diantara semua sector pajak restoran yang ada di Kota Medan. Hal ini dapat terjadi karena intensifikasi dan ekstensifikasi merupakan suatu pemungutan-pemungutan pembayaran yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak restoran sebagai pertambahan insidentil.

Dari target yang ditetapkan Rp. 3.063.033.333,- untuk bulan Januari yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp. 652.588.934,00 atau 1, 78 %. Maka dapat dikatakan intensifikasi dan ekstensifikasi tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu:

Jumlah Realisasi- Target

= Rp.652.588.934,00-Rp.3.063.033.333 =Rp. 2.410.445.399

Hal ini terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan tidak mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang menyebabkan target jauh dari jangkauan untuk direalisasikan.

Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan eveluasi tentang Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.

4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang

telah diterbitkan (menunggak pajak).

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai


(61)

c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai

dengan yang dikutip dari subjek pajak.

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang

dilaporkan (tunggakan pajak)

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran adalah sebagai berikut ;

a. Kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya

b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Restoran, café, rumah makan, kedai

nasi/ kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan Kota Medan saat ini.

d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan

4.4 Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan. Maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya-upaya tersebut adalah ;

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan


(62)

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasive kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum

menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat

bekerja optimal melalui rapat evaluasi

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan

SPTPD

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/

omzet yang sebenarnya

h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebagai akhir dari penulis ini menyimpulkan sebagai berikut ;

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sistem

Official Assessment dan Sistem Self Assessmenn.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Mendata ulang setiap potensi wajib pajak restoran yang

memiliki omzet yang besar.

b. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum

menyampaikan SPTPD.

c. Melakukan penagihan langsung pada wajib pajak .

d. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja


(64)

e. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak yang tidak patuh pada pemungutan pajak.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya belum sepenuhnya mencapai target.

6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan unsure pelaksana

pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan walikota medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

5.2 Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum

otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak

restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar

akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemngutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harmein, 2002, Potensi Pajak Hotel dan Restoran di Kota

Medan. Medan

Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta.

Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia. Jakarta.

Himpunan Peraturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 2003, Eko Jaya, Jakaarta.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah


(1)

Intensifikasi dan Ekstensifikasi dalam target dan realisasi pajak restoran bulan Januari tahun 2011 adalah paling rendah diantara semua sector pajak restoran yang ada di Kota Medan. Hal ini dapat terjadi karena intensifikasi dan ekstensifikasi merupakan suatu pemungutan-pemungutan pembayaran yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak restoran sebagai pertambahan insidentil.

Dari target yang ditetapkan Rp. 3.063.033.333,- untuk bulan Januari yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp. 652.588.934,00 atau 1, 78 %. Maka dapat dikatakan intensifikasi dan ekstensifikasi tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu:

Jumlah Realisasi- Target

= Rp.652.588.934,00-Rp.3.063.033.333 =Rp. 2.410.445.399

Hal ini terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan tidak mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang menyebabkan target jauh dari jangkauan untuk direalisasikan.

Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan eveluasi tentang Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.

4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang telah diterbitkan (menunggak pajak).

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.


(2)

c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak.

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang dilaporkan (tunggakan pajak)

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran adalah sebagai berikut ;

a. Kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Restoran, café, rumah makan, kedai nasi/ kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan Kota Medan saat ini.

d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan

4.4 Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan. Maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya-upaya tersebut adalah ;

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan melaksanakan penjagaan


(3)

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasive kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/ omzet yang sebenarnya

h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak i. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebagai akhir dari penulis ini menyimpulkan sebagai berikut ;

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sistem Official Assessment dan Sistem Self Assessmenn.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Mendata ulang setiap potensi wajib pajak restoran yang memiliki omzet yang besar.

b. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

c. Melakukan penagihan langsung pada wajib pajak .


(5)

e. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak yang tidak patuh pada pemungutan pajak.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya belum sepenuhnya mencapai target.

6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan unsure pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan walikota medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

5.2 Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan. 3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak

restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemngutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang pajak daerah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harmein, 2002, Potensi Pajak Hotel dan Restoran di Kota Medan. Medan

Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta.

Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia. Jakarta.

Himpunan Peraturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 2003, Eko Jaya, Jakaarta.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah