Kesuburan tanah dan budidaya pertanian

BAB 1. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

1.1 Kesuburan Tanah
Tanah adalah bagian terluar dari kulit bumi yang biasanya dalam keadaan
lepas-lepas. Lapisannya bisa sangat tipis dan bisa sangat tebal perbedaannya
dengan lapisan di bawahnya adalah hal warna, struktur, sifat fisik, sifat biologis,
komposisi kimia, proses kimia dan morfologinya. Tanah dapat dikatakan subur
jika di tanami dapat menghasilkan panen sepanjang tahun. Tanah tersusun dari
empat komponen dasar yakni bahan mineral yang berasal dari pelapukan batubatuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup air dan
udara, berdasarkan unsur penyusunnya tanah dibedakan menjadi dua yaitu tanah
mineral dan tanah organik ( Marbut, ahli tanah Amerika Serikat ).
Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan
unsur hara pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara sinambung, untuk
menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman. Kesuburan tanah dibedakan
menjadi dua kesuburan tanh yang hakiki (asli / alamiah) dan kesuburan tanah
potensial yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan
intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor misalnya dengan
memasang instalasi pengairan untuk lahan yang tidak tersedia air secara terus
menerus. Di Indonesia umumnya PH berkisar antara 3-9 tanah gambut memiliki
PH nya di bawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat. Sedangkan di daerah
kering atau daerah dekat pantai PH nya mencapai diatas 9 karena banyak

mengandung garam natrium. PH yang baik untuk bercocok tanam berkisar antara
5,6 sampai 7,2.
1.2 Pemupukan
Pupuk adalah bahan atau zat yang memberikan nutrisi baik yang berupa
nutrisi organic maupun anorganik kepada tanah dengan tujuan meningkatkan
pertumbuhan tanaman, tumbuhan dan juga vegetasi lainnya. Sedangkan

pemupukan adalah tindakan memberikan tanaman unsur-unsur hara pada komplek
tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan
makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah
agar tanaman mendapatkan nilai yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan tanaman. (Ariyanto, 2010).
Tujuan pemberian pupuk, terutama pada tingkat produksi tinggi, adalah sebagai
berikut :
a.Melengkapi penyediaan hara secara alami yang ada didalam tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanaman.
b.Menggantikan unsur-unsur hara yang hilang karena terangkut dengan hasil
panen, pencucian dan sebagainya.
c. Memperbaiki kondisi tanah yang kurang baik atau mempertahankan kondisi
tanah yang sudah baik untuk pertumbuhan tanaman.


Cara pemupukan yang baik untuk digunakan, sebaiknya menggunakan
pupuk organik, karena dibuat dari sumber tanaman dan hewan, atau dari bubuk
batu. Bahan-bahan ini perlu dipecah oleh mikroba tanah dalam rangka untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi mereka, dan itu membutuhkan waktu. Karena pupuk
organik bekerja lambat, itu memberikan nutrisi jangka panjang dan mantap,
daripada pertumbuhan berlebihan.

Bab2. Intensifikasi Pertanian dan Extensifikasi Pertanian

2.1 Intensifikasi Pertanian
Menurut Yopantri, 2010. Pengertian dari intensifikasi pertanian adalah
pengolahan
meningkatkan

lahan
hasil

pertanian
pertanian


yang

ada

dengan

dengan

sebaik-baiknya

menggunakan

berbagai

untuk
sarana.

Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan memperluas Bali
yang memiliki lahan pertanian sempit. Pada awalnya intensifikasi pertanian

ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan
program sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian
menurut Yopantri, 2010 meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah yang
baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan
hama dan penyakit tanaman, pengolahan pasca panen, dan pemasaran. Menurut
pandangan kami intensifikasi pertanian ini memiliki dampak positif bagi para
petani yaitu hasil panen yang diperoleh sangat maksimal. Sedangkan dampak
negatifnya adalah terletak pada penggunaan pupuk dan pemberantasan hama
karena penggunaan pupuk dan pestisida dalam pemberantasan hama ini,
kebanyakan para petani menggunakan bahan yang mengandung kimia dan
anorganik. Ditinjau dari segi lingkungan sangatlah tidak baik karena penggunaan
bahan kimia pada pestisida untuk memberantas hama ini dapat mencemari tanah
dan udara. Sedangkan penggunaan pupuk anorganik pada tanaman memang
dinilai sangat baik tetapi dampak yang ditimbulkannya adalah tanah yang
dihasilkan memiliki PH tidak netral.

2.2 Extensifikasi Pertanian
Menurut Yopantri, 2010 adalah usaha meningkatkan hasil pertanian
dengan cara memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan
semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum

dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka

persawahan pasang surut.Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah
jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah
tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Dampak
negatif akibat dari extensifikasi pertanian ini, menurut pandangan kami adalah
menurunnya tingkat kesuburan pada tanah, sering terjadi erosi terutama didaerah
dataran tinggi atau pegunungan, dan paling buruk lagi adalah global warming
atau pemanasan global karena hutan yang semula menjadu paru – paru dunia
kini telah menjadi daerah pertanian.

BAB 3. Pemanfaatan Lahan Pertanian dengan Konsep Agroteknologi yang
Berkelanjutan

3.1 Pemanfaaatan Lahan Pertanian dengan Konsep Agroteknologi yang
Berkelanjutan.
Agroteknologi adalah Agro berasal dari kata agronomi yaitu ilmu yang
mempelajari gejala (fenomena) dalam hubungannya dengan pertanian atau teori
dan praktek dalam pengolahan tanah dan produksi tanaman. Teknologi berkaitan
erat dengan sains dan perekayasaan. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang

dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksi satu terhadap lainnya. Pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka ( Komisi Brundtland 1987, dalam Fauzi 2006). Konsep pembangunan
berkelanjutan adalah suatu konsep pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan datang.
Keberlanjutan

pembangunan

dilihat

dalam

tiga

dimensi

keberlanjutan


sebagaimana dikemukakan oleh Seregeldin (19960 sebagai “a trianguler
framework”, yakni keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi. Spangenber
(1999) menambahkan dimensi kelembagaan (institution) sebagai dimensi
keempat, sehingga keempat dimensi tersebut membentuk suatu prisma
keberlanjutan (prism of sustainability) (Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju 2006).
Menurut (Reijntjes, Haverkort dan Bayer 1992, dalam Noy 2005) pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan melestarikan
sumberdaya alam. Namun demikian, banyak orang menggunakan definisi yang
lebih luas dan menilai pertanian bisa dikatakan pertanian berkelanjutan jika
mencakup hal-hal berikut :

1. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dan manusia,
tanaman dan hewan sampai oragnisme tanah ditingkatkan. Kedua hal
ini akan dipenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya
lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa

dan energi bisa ditekan serendah meungkin serta mampu mencegah pencemaran.
2. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup
menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan/ atau pendapatan sendiri serta
mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan
biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya
dalam hal produk usaha tani yang langsung, namun juga dalam hal fungsi seperti
melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.
3. Adil, yang berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan terdistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi
dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan
teknis serta peluang pemasaran terjamin.
4. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan
manusia) dihormati. Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan
dipelihara.
5. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaaan mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya
pertambahan penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan sebagainya. Hal ini
meliputi bukan hanya perkembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga
inovasi dalam hal sosial budaya.


BAB 4. Budidaya Tanaman Pertanian

4.1 Tanaman Semusim
Tanaman semusim adalah tanaman yang memiliki kemampuan untuk
dapat dipanen 1 kali dalam setahun atau semusim dan harus ditanam kembali jika
ingin memperoleh hasilnya.
1. Persiapan bahan tanam, memilih bibit yang bagus, dengan cara direndam
dalam air, apabila biji tenggelam maka biji tersebut layak untuk ditanam
dan memilih bibit yang tepat guna.
2. Persiapan lahan, mengolah lahan dengan cara menggemburkan tanah agar
mudah menyerap air, serta menentukan PH yang tepaat untuk tanaman
tersebut.
3. Penanaman, harus diberi jarak ideal, sekitar 40 X 40 cm antar tanaman
agar perkembangan dan pertumbuhan tanaman berjalan maksimal.
4. Pemeliharaan, membersihkan gulma di sekitar tanaman dan memberi
pupuk secara rutin dan sesuai takaran, serta pemberantasan hama yang
harus dilakukan agar menjaga kualitas tanaman.
5. Pemanenan, memanen tanaman yang benar-benar siap panen, jangan
tanaman yang masih muda
6. Pasca panen, mengolah lahan sisa panen sehingga siap untuk ditanami lagi

Juga memaksimalkan hasil pasca panen yang dapat dimanfaatkan.
4.2 Tanaman Keras / Tahunan
Tanaman keras atau tanaman tahuan adalah tanaman yang dapat
dimanfaatkan sepanjang tahun atau selamanya selama tanaman itu masih hidup,
tanaman ini memiliki pohon yang keras dan juga batang yang besar.

1. Pembibitan, umumnya pada tanaman keras cara memperbanyak tanaman
nya dengan cara okulasi, cangkok dan sambung pucuk hal ini dapat
dilakukan karena melihat dari struktur tanaman yang memungkinkan dan
juga cara perkembangbiakan seperti ini sangatlah efektif.
2. Penanaman, menanam dengan cara sesuai aturan biasanya antara jarak
tanaman 3 sampai 4 meter, karena tumbuhan keras memiliki batang dan
dahan yang besar.
3. Pemeliharaan, menjaga dari serangan hama dengan memberikan pestisida
dan gulma memberantas gulma yang menganggu pertumbuhan tanaman.
Terutama pada hewan wereng yang sering menggagu tanaman keras, serta
benalu yang sering menggagu pada tanaman ini pada pohon mangga.
4. Pemupukan, memberi pupuk secara rutin dan sesuai takaran, Pupuk buatan
yang diberikan berupa campuran 150 kg urea, 450 kg TSP (667 kg SP-36),
dan 125 kg KCl per hektar atau 150 g urea, 450 g TSP, dan 125 g KCl per

tanaman. Pemupukan dilakukan empat kali dengan selang tiga bulan.
Dosisnya meningkat sesuai dengan umur tanaman
5. Pemanenan, memanen yang sudah siap panen, agar mendapat hasil yang
maksimal.
4.3 Tanaman holtikultura
Tanaman holtikulura adalah meliputi tanaman hias, sayuran, dan buahbuahan. Cara budidaya tanaman holtikultura :
1. Pembibitan, memilih bibit yang unggul dan berkualitas.
2. Penanaman, menanam dengan cara sesuai aturan dan memilih suhu yang
tepat untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
3. Pemeliharaan, menjaga dari serangan hama dan gulma
4. Pemupukan, memberi pupuk secara rutin dan sesuai takaran
5. Pemanenan, memanen yang sudah siap panen, agar mendapat hasil yang
maksimal.

4.4 Budidaya tanaman padi menggunakan metode SRI.
4.4.1 Pengertian budidaya metode SRI

Menurut Suprapto (2006) budidaya SRI ini, adalah usaha
pemanfaatan pada sistem padi secara intensifikasi dengan memanfaatkan
sebesar mungkin segala potensi yang terdapat dialam baik tanaman itu
sendiri maupun dari lingkungan tanaman itu hidup seperti tanah, air, sinar
matahari dan akhluk hidup sehingga tanaman itu dapat tumbuh dengan
optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya.
4.4.2 Keunggulan budidaya metode SRI
Menurut Suprapto (2006) keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan metode ini sangat banyak yaitu
a. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai
panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5
mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
b. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg per hektar. Tidak memerlukan
biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga
tanam kurang, dll.
c. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 – 12 hari setelah semai, dan waktu
panen akan lebih awal.
d. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton per hektar.
e. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan
dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikrooragisme lokal), begitu juga penggunaan pestisida.

4.4.3 Budidaya tanaman padi metode SRI secara umum
Teknik budidaya tanaman padi metode SRI secara umum (Adnany,
2013) sebagai berikut

1)

Pemilihan benih untuk disemai
Benih dari hasil panen petani dapat digunakan sebagai bibit kembali,

dengan cara ini petani tidak perlu membeli bibit setiap kali tanam, hanya saja
perlu diseleksi dengan baik, dapat diseleksi dengan teknik perendaman dengan air
garam, pertama yang dilakukan telur sebagai tester, setelah telur tersebut
mengapung ke atas maka larutan tersebut sudah pas dan siap untuk dimasuki
gabah, unutk menentukan gabah yang layak atau tidak dilihat dari gabah yang
terisi penuh akan tenggelam dengan sendirinya dan gabah tersebut layak untuk
dijadikan benih, setelah itu cuci gabah dengan air untuk menghilangkan kadar
garamnya.
2)

Pengolahan lahan yang maksimal
Pemanfaatan lahan organik dilakukan sebelum mengolah tanah tujuannya

agar tanah mampu memberi daya dukung yang cukup bagi tanaman dan berfungsi
sebagai penyedia hara yang dibutuhkan tanaman dengan komposisi jerami,
kotoran, dan batang pisang yang telah diolah digunakan sebagai organik untuk
menghemat biaya dengan cara ini sudah memenuhi kebutuhan tanaman dari bahan
organik tersebut. Secara keseluruhan prosesnya adalah mengistirahatkan tanah
dahulu setelah panen, mengolah tanah secara baik, dan mengembalikan jerami
yang akan diolah.
3)

Penyemaian
Untuk memperoleh bibit yang bisa ditanam muda bisa menggunakan

beberapa beberapa cara, intinya bagaimana bibit dapa dengan mudah dipindahkan
dari persemaian ke penanaman pada umur muda yaitu antara umur 7 sampai
dengan 14 hari.
Cara pertama : dengan menggunakan besek atau nampan, caranya dengan kita beri
tanah dan pupuk kompos yang perbandingan 1 : 1, setelah itu gabah yang telah

ditiriskan dan keluar titik putih kemudian ditebarkan diatas nampan, dan setelah
tumbuh daun 4 baru siap untuk ditanam.
Cara kedua : dilakukan di lahan seperti menyemai, hanya saja diatas tanah diberi
alas untuk tempat tanah dan pupuk kompos, kemudian diberi campuran tanah dan
pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 1 tipis saja dengan ketebalan 1 cm setelah
itu tebari bibit yang telah disiapkan, apabila sudah siap untuk ditanam antara umur
7 sampai dengan 14 hari bisa memotong alas tersebut dengan menggunakan papan
sebagai alasnya.
4)

Penanaman
Pada saat penanaman gabah hasil dari pembibitan masih ada dan

penanamannya membentuk huruf L, posisi penanaman seperti huruf L adalah
gabah sebagai garis bawah dan batang padi yang keatas sebagai garis yang keatas.
Untuk kondisi tanaman berdaun 4, mengapa kita harus menanam dengan dengan
berdaun 4, karena kondisi daun 4 itu masih tanam muda dan ditanam dengan
dangkal, tanam bibit muda memberikan keuntungan yaitu memberikan
kesempatan tumbuh tanpa perlu memakan waktu lama untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Yaitu lahan dimana tanaman dipindahkan dari persemaian
karena bibit muda lebih memiliki cadangan makanan dari dalam biji, dan lebih
potensial untuk lebih melahirkan lebih banyak anakan, karena kondisi jarak
tanaman yang lebih lebar menggunakan sistem satu lubang satu tanam. Jarak
tanam kurang lebih 25 cm karena dapat tumbuh dengan maksimal dan menyerap
kandungan hara dalam tanah dengan baik selain itu juga melahirkan anakan dan
memaksimalkan pertumbuhan anakan, selan itu keunggulannya adalah dalam
kesediaan pangan dan pengendalian hama.

5)

Perawatan

Pada penanaman budidaya padi organic dengan metode SRI yang paling
penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus
namun lebih pada pengaliran air saja. Berikut panduan pengairan SRI:

6)



Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, macak-macak, sampai anakan
sekitar 10-14 hari, kkondisi air tidak boleh menggenangi tanaman, jika
menggenangi maka padi akan roboh, maka tanah harus dalam keadaan
basah.



Setelahitu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk
pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai
tanah tidak tersinari matahari, setelah itu dilairi air saja.



Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan
pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup



Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika
akan panen dikeringkan
Pemupukan
Pemberian Pupuk Organik pada metode SRI diarahkan kepada perbaikan

kesehatan tanah dan penambahan unsur hara. Pemberian pupuk organik yang
dilakukan pada tahap pengolahan tanah dilakukan terus menerus pada setiap
musimnya dan dosis pemakaiannya akan berkurang sesuai dengan kondisi tanah
yang semakin baik. Pemupukan kedua dilakukan pada umur padi 15 hari
disemprotkan merata pada permukaan padi seperti teknik penyemprotan seperti
biasanya. Selanjutnya pemupukan ketiga dilakukan pada umur padi 30 hari
pemupukan keempat pada umur padi 45 hari sehingga total pemupukan sebanyak
4 kali, tetapi bisa juga dilakukan sampai dengan 5 kali dengan selang waktu yang
kita tentukan. Dan pemupukan dihentikan apabila tanaman tersebut telah
berbunga
7)

Pemanenan

Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan bulan dan bisa dipanen rata-rata pada
umur sekitar 3,5sampai 6 bulan, tergantung jenis dan varietasnya.

4.5 Budidaya Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,
sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan
produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi
budidayanya . Hevea sp. Termasuk famili Euphorbiaceae. Dari sejumlah.
Tanaman-tanaman lain dapat menghasilkan karet ternyata Hevea brasilliensis
sebagai bahan penghasil keret (rubber).
4.5.1 Pedoman budidaya
Untuk mendapatkan tanaman karet dengan produktivitas tinggi
penggunaan bibit tidak boleh sembarangan. Selain dapat ditanam secara
monokultur, karet juga dapat ditumpangsari dengan berbagai tanaman lain.
4.5.2 Persiapan lahan
Ada dua jenis penanaman karet yaitu newplanting dan replanting. Newplanting
adalah usaha penanaman karet di areal yang belum dipakai untuk budidaya karet.
Sementara itu replanting adalah usaha penanaman ulang di areal karet karena
tanaman lama sudah tidak produktif lagi (peremajaan). Khusus untuk newplanting
tahap awal yang harus dilakukan adalah memastikan kondisi lahan sesuai untuk
budidaya karet Selanjutnya lakukan pekerjaan pengolahan lahan yang terdiri dari
3 (tiga) tahapan yaitu:
1. membabat pepohonan atau semak yang tumbuh, dapat dikakukan secara manual
atau mekanis bergantung luas lahannya
2. Pengumpulan sisa pohon dan semak dalam satu tempat, dimana daun dan
rantingnya dapat digunakan sebagai bahan kompos, sedangkan kayu yang besarbesar sabagai kayu bakar
3. Pembangunan sarana jalan baik untuk pemeliharaan maupun kegiatan produksi.
Jalan ini diantaranya jalan utama, jalan antar blok, jalan kontrol dan jalan
4.5.3 Persemaian Perkecambahan

- Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
- Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm. Tebarkan pupuk
kandang setebal 5 cm.Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi
timur dan 80 cm di sisi Barat.
- Benih direndam zat pengatur tumbuh akar selama 3-6 jam (11cc/liter air).
- Benih disemaikan, air perendamannya tadi siramkan ke benih yang ditanam tadi.
- Jarak tanam benih 1-2 cm.
- Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 1014 hari setelah semai dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.
Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara
vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada
awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sebagai
berikut: Okulasi ada 2 macam okulasi yaitu okulasi coklat dan okulasi hijau.
Teknik Okulasi keduanya sama.
4.5.4 Penentuan jarak tanam
Jarak tanam disesuaikan dengan tajuk tanaman, jika tajuk tanaman tinggi dan
lebar maka jarak tanam semakin jauh jarak antartanamannya. Jarak tanaman yang
lebar ini diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan perakaran dan
perkembangan tajuk tanaman.
4.5.5 Pembuatan lubang tanaman
Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya. Buat lubang tanam dengan jarak
tanam yang sudah ditentukan . Setelah ditentukan dan ditandai dengan ajir, lubang
tanam segera dibuat. Ukuran lubang tanam disesuaikan dengan jenis karet dan
stadium bibit. Bentuk lubang tanam tidak harus kubus, tetapi juga dapat berbentuk
silinder atau kerucut yang semakin menyempit ke dalam lubang.
4.5.6 Perawatan tanaman sebelum panen
Tanaman yang belum menghasilkan ini berumur sekitar 1-4 tahun. Perawatan
tanaman ini umumnya sama dengan perawatan tanaman perkebunan
lainnya yaitu:
- Penyiangan

Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam
pengambilan unsur hara. Kegiatan penyiangan sebenarnya dapat dilakukan setiap
saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mengganggu perkembangan tanaman
karet. Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam
setahun untuk menghemat tenaga dan biaya.
- Pemupukan
Kegiatan ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan karet muda dan mempercepat
matang sadap.
4.5.7 Panen / penyadapan
Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi
bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan
okulasi.
Kriteria umum untuk menentukan tanaman karet sudah matang sadap atau belum
dengan kriteria:
- Umurnya, Biasanya karet sudah mulai dapat disadap setelah berumur 5 tahun
- Lingkar batang Jika lilit batang sudah mencapai 45cm yang diukur pada
jarak 100 cm dari pertautan okulasi, pohon karet sudah masuk kriteria matang
sadap. Pengukuran lilit batang ini dapat dilakukan dengan metode sampel, tidak
perlu seluruh tanaman karet diukur (sekitar 65% dari jumlah seluruh tanaman).

DAFTAR PUSTAKA

Adnany, Z. 2013. Budidaya Padi Pendekatan Teknologi SRI (System Of Rice
Intensification).
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-padi-dengan-pendekatanteknologi-sri-system-rice-intensification
Ahsoni, MA 2008.
repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9867/2008maa.pdf
Anwar, D. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Cetakan I. Surabaya : Amelia
ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2010/06/pupuk-bw.pdf
bse.mahoni.com/data/.../kelas_12_Teknik_Budidaya_Tanaman_Jilid_3.p
disbun.kuansing.go.id/_uploads/2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf
perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp.../perkebunan_budidaya_karet.pdf
sugeng.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/6.-Pemupukan.pdf
xa.yimg.com/kq/groups/25896088/1494902981/.../BUKU+karet.doc
Yopantry, A. 2010. Program Intensifikasi dan Extensifikasi Tanaman .
http://anandayopantry.blogspot.com/2010/11/program-intensifikasidan.html