Pengaruh Kinerja Keuangan dan Makro Ekon

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP
RETURN DAN BETA SAHAM SYARI’AH PADA PERUSAHAAN YANG
KONSISTEN DI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Ali Muhayatsyah1

Abstrak
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji bagaimana pengaruh kinerja
keuangan perusahaan yang terdiri dari rasio TAT, ROA, DPR, PBV, serta
ekonomi makro yang terdiri dari inflasi dan kurs mata uang terhadap return
dan beta saham syari’ah pada perusahaan yang konsisten terdaftar pada
Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2004-2008. Untuk menjelaskan
pengaruh variabel tersebut dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
model regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kurs mata uang yang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah, karena
tingkat kurs yang berfluktuatif tinggi maka memberikan efek negatif terhadap
tingkat return yang diperoleh. Sementara itu, hasil pengujian dan analisis yang
lainnya menunjukkan bahwa hanya rasio TAT yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap beta saham syari’ah, karena semakin efisien tingkat
perputaran aktiva maka akan meminimalkan tingkat risiko yang terjadi.
Keywords: Kinerja Keuangan Perusahaan, Ekonomi Makro, Saham Syari’ah,

Return dan Beta.

1 Dosen IAIN Lhokseumawe. Email: [email protected]. Tulisan ini dimuat
dalam Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Volume 1. Nomor 2, Juli-Desember 2012.

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

A. Pendahuluan
Dalam berbagai aktivitas investasi hal yang utama yang sering
dipertimbangkan oleh investor adalah return (tingkat pengembalian) yang
diharapkan di masa mendatang dan risiko tertentu yang berkaitan dengan
investasi tersebut. Pada pasar modal khususnya pada perdagangan sekuritas,
saham merupakan investasi yang selalu dihadapkan pada berbagai macam
risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksikan oleh investor. Oleh karena
itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar
tingkat pengembalian investasi. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan
ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam
informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan yang

mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan, serta prospek
pertumbuhan perusahaan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu
negara di masa yang akan datang dengan lebih baik.
Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat penting diperlukan
bagi para investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan
karena informasi kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan investor dalam memilih investasi pada suatu
perusahaan. Indikator yang biasa mendapat perhatian utama dari investor
adalah aspek keuangan, yaitu laporan keuangan. Bagi pihak-pihak di luar
manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela
informasi yang memungkinkan investor untuk mengetahui kondisi suatu
perusahaan pada suatu masa pelaporan. Maka informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan
transparan. Hal ini dikarenakan kegiatan investasi merupakan kegiatan yang
mengandung risiko dan ketidakpastian sehingga dengan adanya informasi
yang disajikan akan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi oleh investor.
Selain informasi mengenai kinerja perusahaan dalam melakukan
suatu penilaian terhadap saham, informasi mengenai ekonomi makro seperti


170

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

nilai mata uang dan inflasi menjadi sangat penting bagi kelangsungan
investasi saham. Naik turunnya kurs dolar Amerika berpengaruh terhadap
perdagangan dan harga saham di Indonesia. Proses meningkatnya hargaharga secara umum dan menurunnya nilai uang terus-menerus akan
mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Kedua variabel tersebut
merupakan variabel yang berpengaruh secara langsung terhadap return dan
risiko yang dihadapi. Ketika kondisi ekonomi makro mengalami penurunan
atau perlambatan, maka harga saham juga akan mengalami penurunan.
Sebaliknya, kondisi perekonomian yang membaik diharapkan akan
berdampak pada kenaikan harga saham.
Ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi saham, yaitu return
yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Dalam
konsep return dan risiko, investor tidak boleh hanya memperhatikan
besarnya return suatu aset, tetapi juga harus melihat seberapa besar risiko
yang harus ditanggung. Untuk meminimalkan risiko investasi, investor harus
mampu mendiversifikasikan dananya pada berbagai pilihan aset dengan

membentuk portofolio yang terdiri dari banyak aset. Return merupakan salah
satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya. 2 Return dan risiko secara teoretis pada berbagai
sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin tinggi risiko akan
semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu juga sebaliknya.3
Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kinerja
keuangan perusahaan dan ekonomi makro.
Ekonomi makro secara umum memiliki hubungan dengan tingkat
return dan risiko terutama dampak inflasi dan pergerakan kurs mata uang
Varietmi Wira, Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta
Perusahaan
Makanan
dan
Minuman
Di
Bursa
Efek
Jakarta,
http://fekon.unand.ac.id/icbe/images/Paper/Analisa_Karakteristik_Perusahaan_Terhadap_

Return_Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuman_Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30
Mei 2010, hlm. 2.
3 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIM
YKPN, 2007), hlm. 299.
2

171

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

karena faktor ekonomi makro tersebut merupakan faktor eksternal
perusahaan yang mempengaruhi tingkat harga saham dan tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel
ekonomi makro sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang
diambil oleh investor karena dampak tersebut tidak terjadi pada suatu
perusahaan tetapi memiliki dampak terhadap pasar modal.
Kinerja keuangan perusahaan dengan kondisi ekonomi makro pada
dasarnya memiliki hubungan yang saling berkaitan, terutama pada aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam perdagangan saham. Tingkat return yang

diperoleh oleh perusahaan dari investasi saham tidak terlepas dari faktor
eksternal. Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya
nilai uang terus-menerus akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham
(return), walaupun dalam analisis fundamental perusahaan atau investor
menggunakan informasi mengenai kinerja perusahaan atau laporan
keuangan sebagai indikator mengestimasikan tingkat return dan risiko dari
investasi saham. Jadi setiap perubahan ekonomi yang terjadi baik itu
mengalami pertumbuhan atau penurunan sangat memiliki dampak terhadap
kinerja perusahaan dalam menghasilkan return dan ketidakpastian risiko
yang dihadapi oleh perusahaan maupun investor.
Perdagangan saham, baik pada pasar modal konvensional maupun
pasar modal syari’ah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardi Hamzah mengenai perbandingan tingkat

return antara saham syari’ah dan non syari’ah menjelaskan bahwa saham
non syari’ah mempunyai tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan

saham syari’ah. 4 Hal ini menunjukkan bahwa saham syari’ah masih
menghasilkan return yang rendah.


Return yang diharapkan oleh investor biasanya dalam bentuk
kenaikan atau penurunan capital gain dan dividen. Risiko dari sekuritas
4 Ardi (amzah, Analisa Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi makro Terhadap
Return Saham Syari’ah dan Non Syari’ah, makalah call for paper, UNAIR, Surabaya, 1-2
Agustus 2008, hlm. 20.

172

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

berupa risiko spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan
dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat
dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik, dikarenakan risiko
tersebut terjadi di luar perusahaan seperti gejala ekonomi makro. Risiko
sistematik juga disebut dengan beta, karena beta merupakan pengukur dari
risiko sistematik. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Beta
suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas
atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat
keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.5

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin menguji pengaruh
kinerja keuangan dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham
syari’ah pada perusahaan yang konsisten di Jakarta Islamic Index (JII). Dalam
penelitian ini variabel kinerja keuangan diproksikan dengan rasio keuangan.

Rasio keuangan tersebut terdiri dari Total Assets Turnover (TAT), Return on
Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price Book Value (PBV). Serta
variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan
inflasi.

B. Landasan Teori dan Hipotesis
1. Teori Signalling
Orang-dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi
yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya
asymmetric information tersebut menyulitkan investor dalam menilai
obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Munculnya masalah
asymmetric information ini

membuat


investor

secara

rata-rata

memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham
perusahaan. Dalam bahasa teori signalling, kecenderungan ini disebut
5 Ardi (amzah, Analisa Ekonomi Makro, )ndustri dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Beta Saham Syari’ah, Simposium Nasional Akuntansi VIII, (September 2005), hlm.
367.

173

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

pooling


equilibrium

karena

perusahaan

berkualitas

bagus

dan

perusahaan berkualitas jelek dimasukkan dalam pool penilaian yang
sama.6

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa
promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa prospek

perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasiinformasi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi daya tarik
bagi para investor untuk membeli atau menjual saham yang dipunyai,
karena dengan kondisi keuangan yang baik dimungkinkan dapat
menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga informasi
tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pemegang saham.
2. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang
belum terjadi namun diharapkan dapat terjadi di masa mendatang.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.7
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan
investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang
diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang
tinggi dengan risiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para
investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang
optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini
penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur.
Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara

6

Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm. 11-

12.
7 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2008),
hlm. 195.

174

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham dapat dihitung
dengan rumus:8
�� �� =

Pt − Pt−
Pt−

Komponen return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital
gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang
relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan
persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode
tertentu dari suatu investasi. Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih
tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi
keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal
(capital loss).9
3. Risiko Sistematis (Beta Saham)
Risiko yang berkaitan dengan investasi saham dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu (a) risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah
risiko sekuritas yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau dalam
istilah lain risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau
institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas. (b) risiko sistematis
(systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui
diversifikasi, atau dalam istilah lain risiko yang terjadi karena faktor
perubahan pasar secara keseluruhan seperti kurs mata uang dan
inflasi.10
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas
atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta
merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau
portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan
sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam
suatu periode waktu tertentu. Beta merupakan pengukur risiko
8

Ibid., hlm. 196.
Ibid.
10 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001),
hlm. 169.
9

175

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap risiko pasar. 11 Menurut Husnan dalam Variyetmi Wira
menyatakan beta merupakan ukuran risiko yang bersal dari hubungan
antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal
dari faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar.12
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang
menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengistemasi beta masa datang.
Beta historis diukur dengan koefisien regresi antara imbal hasil saham
individual dengan tingkat imbal hasil pasar. Data historis dapat juga
berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi
(laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data fundamental
(menggunakan variabel-variabel fundamental).13 Dalam Njo Anastasia,
untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi
beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas
sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel
bebas.14Persamaan regresi yang digunakan untuk mengistemasi beta
pasar dapat didasarkan pada beberapa model, yaitu model indeks
tunggal atau model pasar atau menggunakan model CAPM, beta pasar
dengan model indeks tunggal dapat dihitung berdasarkan persamaan
sebagai berikut: 15
Ri =

i

+

i

Dari persamaan di atas, koefisien

∙ RM + ei
i

merupakan beta sekuritas ke-i

yang diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak ei di persamaan regresi
menunjukkan bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung
kesalahan.

Untuk setiap

observasi,

nilai kesalahan

residu (ei)

11

Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 358.
Variyetmi Wira, Analisa Karakteristik Perusahaan, akses
Mei
, hlm. .
13 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 359.
14 Njo Anastasia dkk, Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap
(arga Saham Properti Di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 5 No 2 (November
2003), hlm. 126.
15 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 361.
12

176

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

menunjukkan perbedaan antara return observasi sesungguhnya dengan
return estimasi yang berada di garis linier.
Investor biasanya ketika menganalisis saham berdasarkan
harapan terhadap risiko yang sistematis. Investor akan memperoleh
tingkat keuntungan sebagai imbalan atas kesediaannya menghadapi
risiko yang sistematis. Investor yang berani menanggung risiko akan
mengambil saham yang mempunyai risiko tinggi dan konsekuensinya
juga berpeluang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Sedang
investor yang tidak berani mengambil risiko akan memilih saham yang
memberikan imbal hasil yang relatif stabil walaupun nilainya kecil.
Kontribusi sekuritas terhadap risiko portofolio tergantung atas
sensitifitas atau kovarian tingkat keuntungan sekuritas terhadap
perubahan pasar yang sering diukur dengan koefisien beta

. Risiko

beta mencerminkan tingkat sensitifitas imbal hasil saham perusahaan
individual terhadap pasar. Jika kondisi pasar membaik (ditunjukkan
dengan naiknya indeks pasar) maka saham yang memiliki beta positif
akan menunjukkan kecenderungan harga saham meningkat, demikian
juga sebaliknya jika pasar memburuk maka harga saham cenderung
turun.
4. Hubungan Variabel Terhadap Return dan Beta Saham
Total Assets Turnover (TAT) pada dasarnya digunakan untuk mengukur
sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan total aktiva.16 Dampak
dari semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di
dalam menghasilkan volume penjualan akan meningkatkan laba dari
sebuah perusahaan, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan
aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh
terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba
perusahaan.17 Ketika perusahaan berinvestasi pada saham, tingkat laba
yang diperoleh dari hasil investasi aktiva perusahaan menjadi
16
17

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 81.
Ibid.

177

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

pertimbangan yang menarik untuk diperhatikan. Ketika laba yang
diperoleh meningkat maka secara tidak langsung saham-saham
perusahaan tersebut menjadi daya tarik oleh investor untuk melakukan
investasi saham, dengan harapan saham dapat diperdagangkan dengan
harga yang meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga tingkat
return menjadi meningkat dan menyebabkan menurunnya risiko pada
harga saham tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui, menemukan bahwa TAT
tidak bermanfaat untuk memprediksi return apabila jangka waktunya
satu tahun ke depan. Berbeda hasilnya ketika digunakan untuk
memprediksi return dua tahun ke depan. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kennedy menunjukkan variabel TAT berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Kemungkinan perbedaan ini karena
perbedaan sampel dan ukuran perusahaan. Menurut White, Sondhi &
Fried, rasio antar perusahaan bisa berbeda karena perbedaan waktu
perolehan aset. Misalnya aset yang baru lebih efisien karena pengaruh
teknologi dan jika keadaan inflasi, aset dapat menjadi lebih mahal.
Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas belum
mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return, diharapkan
investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio
aktivitas ini.18
Dari perubahan rasio ROA yang semakin meningkat maka
dianggap sebagai informasi yang positif bagi investor dan menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian
investasi (return) semakin besar dan risiko yang dialami semakin kecil.
Dengan

demikian

akan

semakin

banyak

para

investor

untuk

menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Dengan banyaknya
18 ) G. K. A. Ulupui, Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan
Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
Dengan Kategori )ndustri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta
BEJ ,
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/i%20g%20k%20a%20ulupui%281%29.pdf, akses 9
Februari 2010, hlm. 14.

178

Syarah: (Jurnal Hukum Islam dan Ekonomi) STAIN Malikussaleh Lhokseumawe,
Vol.1. No.2, Juli-Desember 2012. Hal. 169-192. ISSN: 2302-9978

permintaan atas saham, maka harga saham akan naik dan return saham
juga ikut naik. Selain itu, teori signalling membenarkan bahwa adanya
informasi baru dengan laporan keuangan (yang tepat waktu)
mempengaruhi harga saham di pasar, dan tentunya akan berimbas pada
return saham yang akan didapat.
Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning
(pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Dengan
alasan yang rasional bahwa perusahaan enggan untuk menurunkan
dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap
sebagai sinyal yang buruk. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai
risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil,
dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika laba
yang diperoleh turun. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka
dapat dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai hubungan
yang negatif. Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara beta
dengan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih
kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian
perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai
risiko yang kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk
laba yang ditahan.
Price Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham
yang beredar.19 Rasio PBV menunjukkan berapa kali rupiah harga yang
dibayarkan investor untuk nilai riil (nilai buku) per lembar saham.
Saham dengan PBV tinggi termasuk saham overvalued, sebab nilai pasar
saham lebih tinggi dari nilai bukunya, disebut juga PBV>1, sedangkan
saham dengan PBV rendah termasuk saham undervalued, sebab nilai
pasar saham lebih rendah dari nilai bukunya, disebut juga PBV