Kementerian Negara Riset dan Teknologi R (4)

BUKU PUTIH

  Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025

Jakarta, 2006

  MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN

  Dalam tata informasi, terdapat 9 dokumen dan produk hukum yang berkaitan dengan kebijakan penyelenggaraan pembangunan Iptek di Indonesia, yaitu UUD 1945, UU No. 18 tahun 2002, Inpres No. 4 tahun 2003, Peraturan Pemenrintah No.

  20 tahun 2005, Visi Misi Iptek 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009, Visi Misi Lembaga Litbang dan yang terakhir adalah Naskah akademik dalam bentuk “Buku Putih”. Muara dari seluruh informasi, dokumen dan arahan itu adalah Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (JAKSTRANAS IPTEK 2005-2009), yang merupakan pedoman arah, prioritas dan kerangka kebijakan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tahun 2005-2009.

  Mengikuti arahan pembangunan sebagaimana digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009 dan dirumuskan strateginya secara mendalam dalam JAKSTRANAS IPTEK 2005-2009, maka naskah akademik “buku putih” disusun dalam 6 bidang fokus yaitu pangan, energi, transportasi, teknologi informasi, teknologi pertahanan dan kesehatan.

  Tujuan penting yang hendak dicapai dengan penyusunan naskah akademik ”buku putih” adalah memberikan dukungan informasi dan landasan akademik setiap bidang fokus dan juga memberikan tahapan pencapaian atau ”roadmap” dari strategi pembangunan Iptek sebagaimana direncanakan dalam RPJM 2005-2009 atau dirumuskan sebagai kebijakan strategis di dalam JAKSTRANAS IPTEK 2005- 2009.

  Diharapkan melalui Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan

  Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk

  Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2005 - 2025 ini seluruh pihak yang berkepentingan dengan pembangunan Iptek di Indonesia, baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi maupun lembaga litabang dapat memanfaatkan sebaik- baiknya informasi yang disampaikan, untuk diterapkan sebagai bagian strategi yang disusun oleh masing-masing institusi.

  Jakarta, Agustus 2006

  Menteri Negara Riset dan Teknologi

  Kusmayanto Kadiman

DAFTAR SINGKATAN

  No

  Singkatan

  Kepanjangan

  1 SBM

  Setara Barel Minyak

2 BOE Barrels of Oil Equivalent

  3 TWh

  Terra Watt-hours (Terrawatt-jam =TWjam)

4 TWth Terra Watt-tahun

5 GWth Gega Watt tahun

  6 MMBTU

  Millions British Thermal Unit

  7 TSCF

  Trillion Standard Cubic Feet

  8 NPV

  Net Present Value

  9 FOB

  Free on Board

  10 PLTU

  Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batubara, Minyak, Gas)

  11 PLTB

  Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

  12 PLTS

  Pembangkit Listrik Tenaga Surya

  13 PLTMH

  Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

DAFTAR GAMBAR

  No.

  Nama Gambar

  Hal

  1 Proyeksi kebutuhan energi final Nasional per sektor

  2 Proyeksi penyediaan energi nasional

  3 Proyeksi produksi pembangkitan listrik Nasional

  4 Produksi listrik Jamali sesuai jenis bahan bakarnya

  5 Grafik proyeksi ekspor-impor minyak mentah dan BBM

  6 Grafik emisi gas buang sektor energi

  7 NPV tahunan sektor energi

I. PENDAHULUAN

  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan unsur kemajuan peradaban manusia yang sangat penting, karena melalui kemajuan IPTEK, manusia dapat mendayagunakan kekayaan dan lingkungan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupannya. Kemajuan IPTEK juga mendorong terjadinya globalisasi budaya kehidupan manusia karena manusia semakin mampu mengatasi dimensi jarak dan waktu dalam kehidupannya. Penguasaan Iptek suatu bangsa akan sangat mempengaruhi posisi tawar dalam persaingan global. Beberapa indikasi sering diungkapkan di media ataupun dalam pembicaraan di masyarakat, yaitu bahwa masyarakat Indonesia secara umum masih tertinggal tingkat kesejahteraan dan pendidikannya, lemah dalam menghasilkan

  karya yang inovatif dan kurang kreatif . Oleh karena itu bangsa Indonesia belum

  sepenuhnya mandiri di tengah persaingan dengan bangsa lain di dunia. Sudah diakui dunia, bahwa salah satu faktor penting penentu daya saing suatu

  negara adalah penguasaan teknologi. Semua hal tersebut di atas mendasari visi penelitian, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (litbangrap IPTEK) bidang energi, yaitu: ”Terwujudnya ketersediaan energi yang didukung kemampuan nasional IPTEK” yang mengacu pada amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-undang No 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan , dan Penerapan Iptek , Inpres No. 42003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , dan Perpres No. 52006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

  Mengingat bahwa Pemerintah Indonesia mempunyai keterbatasan dalam sarana dan pra-sarana yang diperlukan untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka langkah yang fokus dan strategis sangat diperlukan, sehingga pencapaian tujuan dari Visi IPTEK 2025 Kementerian Ristek dapat berhasil. Dalam sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek, ada langkah yang dipandang sangat mendesak, yaitu langkah yang harus dilakukan segera (urgent) untuk kelangsungan hidup (survival) bangsa; dan ada langkah yang penting (important), yaitu langkah yang strategis dan jangka panjang untuk kemandirian bangsa, dengan tetap mengindahkan pengaruh dan konvensi internasional.

II. KONDISI SEKARANG

2.1. Ketersediaan Energi Saat Ini

  Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.

  Keterbatasan akses ke energi komersial telah menyebabkan pemakaian energi per kapita masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Konsumsi per kapita pada saat ini sekitar 3 SBM yang setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per kapita rerata negara ASEAN. Dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang digunakan secara tradisional (non-komersial). Sekitar separuh dari keseluruhan rumah tangga belum terjangkau dengan sistem elektrifikasi Nasional.

  Data dari dokumen HDI (Human Development Index) tahun 2005 menyebutkan bahwa konsumsi tenaga listrikorang di Indonesia masih 463 kWhcap. Angka ini masih di bawah negara tetangga kita Malaysia, (3.234 kWhcap), Thailand (1.860 kWhcap), Filipina (610 kWhcap), dan Singapura (7.961 kWhcap).

  Sumberdaya energi primer baik energi fosil maupun energi terbarukan yang ada di Indonesia saat ini dapat ditunjukkan dalam tabel 1 berikut. Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi, biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar.

  Penggunaan energi sampai saat ini secara ekonomi juga belum optimal, hal ini ditunjukkan oleh elastisitas penggunaan energi yang masih di atas 1 (satu) dan intensitas pemakaian energi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas rerata dari negara ASEAN. Indonesia memerlukan energi sekitar 4,1 kg setara

  minyak untuk menghasilkan setiap 1 GDP (GDP per unit of energy use 2000 PPP

  US per kg of oil equivalent). Sedangkan negara-negara lainnya memerlukan kurang dari angka tersebut untuk menghasilkan GDP yang sama.

  Tabel 1. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005) 2

  RASIO CADPROD

  JENIS ENERGI SUMBER

  PRODUKSI

  CADANGAN

  (tanpa ekplorasi)

  FOSIL

  DAYA

  (per Tahun)

  Tahun

  Minyak

  miliar barel miliar barel

  juta barel

  Gas

  TSCF TSCF (P1+P2)

  TSCF

  Batubara

  miliar ton

  miliar ton

  juta ton

  ENERGI

  SUMBER

  SETARA

  PEMAN

  KAPASITAS

  NON FOSIL

  DAYA

  FAATAN

  TERPASANG

  Tenaga Air

  75,67 GW

  6.8851,0 GWh

  4,2 GW

  juta BOE 219,0

  Panas Bumi

  27,14 GW

  2.593,50 GWh

  0,852 GW

  juta SBM

  Minimicro hydro 0,46 GW

  0,084 GW

  Biomassa

  49,81 GW

  0,302 GW

  Tenaga Surya

  0,008 GW

  kWhm2hari

  Tenaga Angin

  9,29 GW

  0,0005 GW

  Uranium

  24.112 ton ) 33,0 GW )

  hanya di daerah Kalan, Kalimantan Barat

  1) PPP tahun 2000 2) DESDM

  Kita harus bersyukur bahwa negara kita dikaruniai dengan berbagai jenis sumber energi, meskipun tidak banyak dibandingkan dengan cadangan dunia. Namun apabila diperhatikan bahwa jumlah penduduk Indonesia juga cukup banyak, maka cadangan per-kapita ternyata tidak cukup besar. Oleh karena itu kita harus cermat dalam mengelola sumber energi tersebut.

  Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama untuk transportasi, yang sulit digantikan oleh jenis energi lainnya. Ketergantungan kepada BBM masih tinggi, lebih dari 60 persen dari konsumsi energi final. Pembangkitan tenaga listrik di beberapa lokasi tertentu masih mengandalkan BBM karena pada waktu yang lalu harga BBM masih relatif murah (karena di subsidi), jauh dari sumber batubara, jaringan pipa gas bumi masih terbatas, lokasi potensi tenaga air yang jauh dari konsumen dan pengembangan panas bumi serta energi terbarukan lain yang relatif masih lebih mahal.

  Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian dari impor, yang pangsanya cenderung meningkat. Komponen terbesar dari impor energi adalah minyak bumi dan BBM. Kemampuan produksi lapangan minyak bumi semakin menurun sehingga membatasi tingkat produksinya. Dalam satu dekade terakhir, kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah, sedangkan permintaan BBM di dalam negeri meningkat dengan cepat. Pada tahun 2005 peranan minyak bumi impor untuk kebutuhan bahan baku kilang BBM sudah mencapai 40 persen sedangkan peranan BBM impor untuk pemakaian dalam negeri mencapai 32 persen.

  Ekspor minyak dan kondensat cenderung semakin menurun sejalan dengan produksi minyak dalam negeri yang cenderung terus menurun karena penuaan sumur yang ada dan juga keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Bilamana tidak segera ditemukan sumber minyak baru, Indonesia akan semakin menjadi negara “net oil importer country” seperti yang sudah terjadi saat ini. Suatu gejala yang cukup merisaukan bagi keberlanjutan penyediaan energi jangka panjang, apalagi di tengah harga minyak internasional yang semakin tinggi seperti sekarang ini.

  Penggunaan energi terbarukan belum besar, kecuali tenaga air, karena biaya produksinya belum kompetitif dibandingkan dengan energi konvensional. Pada umumnya harga listrik yang dibangkitkan dari PLTS, PLTB, Geothermal dan PLT energi terbarukan lainnya masih lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan

  BBM (bersubsidi) kecuali PLTMH. Sampai dengan tahun 2005, kapasitas terpasang energi baru dan terbarukan hanya sekitar 3,0 dari potensi yang tersedia. Kapasitas terpasang dari PLTS sebesar 8 MW, dari PLTB sebesar 0,5 MW, dari PLTMH sebesar 54 MW dan dari PLT terbarukan lainnya (biomassa) sebesar 302,5 MW. Sedangkan energi nuklir belum dapat dimanfaatkan meskipun sudah dapat mencapai nilai keekonomiannya, karena adanya hambatan dari aspek penerimaaan masyarakat dan besarnya investasi awal yang dibutuhkan.

2.2. Antisipasi terhadap ”Doomsday” Energi dan usulan untuk menyelesaikannya

  Kondisi kehidupan yang bergantung pada BBM import yang semakin besar, harga

  minyak yang cenderung meningkat, subsidi yang sulit dihentikan, dan penggunaan energi yang sangat boros, serta pertumbuhan penduduk masih tinggi, akan membawa kehidupan ke berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Apabila kondisi buruk ini (doomsday) terjadi, maka akan sulit untuk memperbaikinya.

  Pada saat ini kondisi energi nasional mengalami masa transisi dari monopoli- sentralisasi ke arah terbuka-desentralisasi. Tantangan globalisasi dan reformasi telah membentuk restrukturisasi sektor energi agar dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi. Penggunaan energi nasional meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau merupakan salah satu prasyarat penting untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.

  Untuk itu diperlukan suatu kebijakan nasional jangka panjang di bidang energi yang dapat menjawab beberapa tantangan utama yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia dalam mewujudkan penyediaan energi yang berkelanjutan (energy sustainability). Penyediaan energi berkelanjutan meliputi antara lain: memperluas akses kepada kecukupan pasokan energi, andal dan terjangkau dengan memperhatikan seluruh saranaprasarana yang diperlukan (energy security) dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Untuk itu perlu dibuat suatu studi perencanaan

  energi jangka panjang yang dapat memberikan kepastian jaminan pasokan energi

  yang berkelanjutan. Kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan energi nasional

  dapat disebut sebagai “Doomsday Scenario” yaitu keterpurukan di bidang penyediaan energi yang akan berdampak besar pada kehidupan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan di Indonesia.

  Studi perencanaan energi yang dilakukan pada tahun 20032004 terdiri atas empat tahap perhitungan yaitu mengembangkan sebuah skenario yang realistik, membuat proyeksi kebutuhan (demand), membuat rencana pengembangan pembangkit listrik, membuat kesetimbangan energi yang mempertemukan kebutuhan dan pasokan (supply) berdasar prinsip market equilibrium. Studi ini memperkirakan pertumbuhan penduduk rerata 1,4 per tahun atau dari 212 juta tahun 2002 menjadi 273 juta pada tahun 2020. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diasumsikan rerata sekitar 6 pertahun. Harga minyak bumi diasumsikan 25 USbarrel di awal studi dan meningkat menjadi 28 barrel, harga batubara 24 USton dan meningkat menjadi

27 USton, harga gas adalah 2.2 USMMBTU (FOB) dengan peningkatan sesuai harga minyak dan dengan discount rate 10.

  Dalam perkembangannya, pada tahun 2005 asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi ini telah mengalami banyak perubahan terutama asumsi mengenai harga Dalam perkembangannya, pada tahun 2005 asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi ini telah mengalami banyak perubahan terutama asumsi mengenai harga

  Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, maka untuk dapat lebih merefleksikan perkembangan masing-masing daerah dalam studi ini wilayah Indonesia dibagi menjadi empat wilayah, yaitu: Jawa, Madura dan Bali (Jamali), Sumatra, Kalimantan, dan Pulau Lain (Sulawesi, Maluku, Papua, NTB dan NTT). Pada bahasan tentang permasalahan yang terkait dengan Doomsday Scenario, yang sering dimunculkan adalah disparitas antara Jawa, Madura dan Bali (Jamali) dan Luar Jawa, karena di kedua sisi wilayah tersebut muncul perbedaan besar hampir di semua sektor, khususnya di sektor energi, baik dari sisi kebutuhan maupun dari sisi penyediaan.

  Hasil proyeksi kebutuhan energi (demand) dan hasil proyeksi penyediaan energi (supply):

  16080 Juta SBM

  150.00 673 Juta SBM

  Freight transp.

  Passenger transp.

  Households

  Services

  Gambar 1. Proyeksi Kebutuhan Energi Final Nasional per Sektor (GWth)

  Biomassa,E. Matahari

  Panas Bumi,Hidro

  Nuklir

  Gambar 2. Proyeksi Penyediaan Energi Nasional (KSBM)

  Hasil proyeksi kapasitas pembangkitan listrik nasional:

  Pulau lain

  Gambar 3. Proyeksi Produksi Pembangkitan Listrik Nasional (TWjam)

  Produksi Listrik Menurut Jenis Bahan Bakar Pembangkit

  Juta SBM

  PLTN TENAGA AIR PANAS B

  GAS MINYAK

  Gambar 4. Produksi Listrik Jamali sesuai Jenis Bahan Bakarnya (Juta SBM)

  Hasil proyeksi ekspor-impor energi dan hasil proyeksi emisi gas buang

  KSBM

  Impor Minyak Mentah BBM Ekspor Minyak Mentah

  Gambar 5. Grafik Proyeksi Ekspor-Impor Minyak Mentah dan BBM

Jumlah Emisi Tahunan, Ribu Ton

  Gambar 6. Grafik Emisi gas buang sektor energi

  Hasil proyeksi nilai ekonomi sektor energi (NPV):

NPV Tahunan

  Skenario Dasar

  Skenario-B

  Selisih

  Gambar 7. NPV tahunan sektor energi.

  Dari beberapa contoh tabel dan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Doomsday” di bidang energi dapat terjadi bilamana diversifikasi energi dan peningkatan efisiensi penggunaan energi tidak diperhatikan dengan serius, khususnya di Jawa. Rangkuman kesimpulan studi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 122 GWth (674 juta SBM) pada tahun 2002 menjadi 304 GWth (1680 juta SBM) pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2. Sekitar 51 dari kebutuhan energi nasional ini akan digunakan di wilayah Jawa- Madura-Bali (Jamali).

2. Kebutuhan energi untuk listrik meningkat dengan laju pertumbuhan tertinggi dari

  112,2 TWjam pada tahun 2002 menjadi 356,8 TWjam pada tahun 2020, mening kat sekitar 3.2 kali lipat, atau dengan pertumbuhan rerata 6,6 per tahun. Sekitar 68 dari kebutuhan listrik nasional ini akan digunakan di wilayah Jamali.

3. Dalam waktu dekat Indonesia sudah akan menjadi net importer untuk total minyak

  mentah dan BBM. Pada tahun 2002 import BBM mencapai sebesar 126,8 juta BOE dan akan meningkat menjadi 797,7 juta BOE (6,3 kali lipat). Sedangkan net importer hanya minyak mentah baru akan terjadi pada tahun 2011, dimana pada tahun 2020 jumlah impor minyak mentah diperkirakan mencapai 207,2 juta barel per tahun atau sekitar 1,7 kali lipat dari impor pada tahun 2002 yang berjumlah

  123,9 juta barel. 1

  4. Konsumsi total batubara pada tahun 2002 mencapai 22,8 juta ton. Dari jumlah tersebut 78,7 digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Sampai dengan tahun 2020 akan terjadi peningkatan penggunaan energi batubara secara besar- besaran di bidang pembangkitan listrik dari 50 TWjam menjadi 320 TWjam (4,6 kali lipat). Pasokan batubara akan terus meningkat sehingga pada tahun 2020 akan dibutuhkan batubara sebanyak 108,3 juta ton, dan sekitar 84,2 dari total produksi tahunan batubara akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Jawa.

5. Sampai tahun 2020 total produksi gas di proyeksikan mencapai 63,58 TSCF,

  sebagian berasal dari cadangan gas yang telah terikat dalam kontrak jangka panjang (committed), sisanya berasal dari cadangan gas yang belum terikat kontrak (non committed). Pada tahun 2020 masih cukup tersedia sisa cadangan sebesar 123,41 TSCF atau lebih dari setengah total cadangan gas (proven, probable, possible) sebesar 185 TSCF.

6. Peningkatan emisi gas buang hasil pembakaran berupa CO 2 dari 183,1 juta Ton

  pada tahun 2002 menjadi 584,9 juta Ton pada tahun 2020 (3,2 kali lipat), NO X dari 651,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 2.292,5 ribu Ton pada tahun 2020 (3,5 kali lipat), SO x dari 192,5 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 600 juta Ton

  pada tahun 2020 (3,1 kali lipat), CH 4 dari 131,7 ribu Ton pada tahun 2002

  menjadi 286,7 juta Ton pada tahun 2020 (2,2 kali lipat), abu terbang dari 81,2 ribu Ton pada tahun 2002 menjadi 238,1 ribu Ton pada tahun 2020 (2,9 kali lipat).

  7. Dengan harga energi yang lebih tinggi (Skenario B), maka perbandingan nilai uang ( net present value -NPV) yang dibelanjakan di sektor energi akan menjadi lebih tinggi sekitar 19 . Hal ini akan mempersulit neraca keuangan negara dan masyarakat, karena akan menyebabkan peningkatan subsidi yang selanjutnya akan menurunkan daya saing bangsa, sehingga akan dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi nasional dan akhirnya akan berdampak pada program pembangunan nasional.

  Perkembangan tentang ketersediaan energi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi internasional, terutama terkait dengan harga minyak mentah internasional. Sejak akhir tahun 2004 pada saat studi tentang kondisi “doomsday scenario” selesai,

  1 Data dalam Blue-Print PEN 2005-2025 (Dep. ESDM) menyebutkan bahwa produksi minyak mentah (MM) Indonesia di tahun 2004 adalah sebesar 1.125 ribu barel per hari (RBPH), ekspor MM sebesar 514 RBPH, penggunaan dalam negeri 1.098

  RBPH, impor MM sebesar 487 RBPH. Sedangkan produksi BBM dalam negeri sebesar 822 RBPH, kebutuhan BBM dalam negeri 1.034 RBPH, sehingga diperlukan impor sebesar 212 RBPH.

  harga minyak mentah telah bergejolak dan bahkah sampai saat ini masih memperlihatkan situasi yang belum kembali ke harga yang semula digunakan sebagai referensi dalam kajian tersebut.

  Perkembangan ini juga sangat berpengaruh terhadap konsep pengelolaan energi Nasional. Blue-print Pengelolaan Energi Nasional yang dibuat pada awal tahun 2005 selalu harus direvisi untuk mengakomodasikan kondisi perubahan harga minyak mentah yang akhirnya juga mempengaruhi harga energi fosil lainnya. Sampai akhirnya pada awal tahun 2006, Kebijakan Energi Nasional dituangkan dalam bentuk Perpres No. 5 tahun 2006, yang pada prinsipnya, isinya menekankan pada:

1. Mengoptimalkan penggunaan bauran energi (diversifikasi)

2. Melakukan penghematan dan meningkatkan efisiensi energi (konservasi)

  3. Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang sudah siap secara teknis maupun ekonomis serta ramah lingkungan, seperti: • Bahan Bakar Nabati (biodiesel, bio-ethanolgasohol, bio-oil dan Pure Plant Oil)

  • Bahan bakar sintetis ( Batubara Cair, GTL, DME,dll) • Panas Bumi • Mini dan mikro hidro • Nuklir • Surya • Anginbayu • Hidrogen (fuel cell). • Energi arus gelombang samudera

4. Meningkatkan eksplorasi energi fosil (intensifikasi)

5. Meningkatkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur energi, baik disisi hulu maupun disisi hilir, seperti:

  • Industri pengilangan minyak dan sarana transportasinya • Instalasi pemipaan atau terminal LNG dan sarana distribusinya • Sarana transportasi dan pelabuhan batubara • Pembangkit listrik dan sarana transmisi serta distribusinya.

6. Memperhatikan permasalahan lingkungan, khususnya di Jawa yang mempunyai

  populasi sekitar 945 orangkm 2 , antara lain:

  • Pengembangan teknologi energi fosil bersih • Melakukan penelitian daya dukung lingkungan (lokasi, populasi, sos-bud, dll) • Melakukan penelitian dan kajian tentang dampak lingkungan dan biaya

  kerugian yang ditimbulkannya (eksternalitas).

  7. Melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sektor tersebut di atas, serta melibatkan industri nasional dalam rangka peningkatan kemampuan nasional.

2.3. Pandangan Pemangku Kepentingan (Stakeholder)

  Data sumber energi yang tersedia di Indonesia, serta kebijakan yang menjadikan sumber daya energi sebagai suatu komoditas untuk mendapatkan devisa guna menunjang pembangunan perlu dicermati. Ekspor sumber energi yang dilakukan dengan suatu mekanisme kontrak jangka panjang, menimbulkan kekhawatiran tentang prinsip terjaminnya pasokan energi nasional (security of energy supply) yang diperlukan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Terjaminnya Data sumber energi yang tersedia di Indonesia, serta kebijakan yang menjadikan sumber daya energi sebagai suatu komoditas untuk mendapatkan devisa guna menunjang pembangunan perlu dicermati. Ekspor sumber energi yang dilakukan dengan suatu mekanisme kontrak jangka panjang, menimbulkan kekhawatiran tentang prinsip terjaminnya pasokan energi nasional (security of energy supply) yang diperlukan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Terjaminnya

  

III. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

3.1. Kekuatan dan Kelemahan

  a. Letak Indonesia di antara 6° Lintang Selatan dan 11° Lintang Utara membentang di sepanjang garis khatulistiwa. Posisi ini memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi surya.

  b. Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin yang bermacam-macam, diantaranya mempunyai prospek dalam pengembangan Energi Angin (Bayu). Demikian pula adanya potensi dinamika lautan dapat dijadikan sebagai sumber energi samudera.

  c. Limpahan energi surya hampir sepanjang tahun serta kecukupan air memberikan jaminan terjadinya proses fotosintesa atau asimilasi untuk produksi biomassa yang dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam pengembangan energi biomassa.

d. Indonesia mempunyai struktur geologi yang memiliki potensi sumber energi

  seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi (kecuali panas bumi) sehingga jumlah cadangannya sudah mulai menyusut, namun eksplorasi masih membuka peluang untuk mendapatkan sumber energi.

  e. Indonesia terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam demikian membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan perencanaan dan penanganan yang tidak mudah.

  f. Indonesia tergolong negara berpenduduk padat. Jumlah penduduk tahun 2005 telah mencapai sekitar 220 juta. Lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa. Jumlah dan sebaran penduduk tersebut memerlukan sumber energi yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat.

g. Emisi gas CO 2 dan CH 4 berperan penting dalam gejala pemanasan global atau

  dikenal sebagai gejala rumah kaca (green house effect) yang diikuti oleh penipisan lapisan ozon, telah menimbulkan ketidak-teraturan iklim dunia. Dampak ini dapat berpengaruh terhadap pola iklim di Indonesia, mengganggu ekosistem, merusak SDA hayati yang merupakan sumber energi berbasis biomassa. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan energi yang berbasis pada sumber energi terbarukan (seperti antara lain biomassa, panas bumi, surya, angin dll.) harus menjadi pertimbangan yang utama dalam pengelolaan dan pemakaian sumber energi dimasa datang.

h. Tingkat kesejahteraan dan daya beli sebagian masyarakat Indonesia masih

  rendah sehingga menuntut penyediaan energi yang terjangkau dan rasional.

i. Pola hidup sebagian besar masyarakat yang bersifat konsumtif dan budaya tidak hemat memberikan dampak pada pemborosan sumber daya energi.

j. Budaya masyarakat yang kurang mencintai produk bangsa sendiri dapat

  menghambat pengembangan litbangrap di bidang energi. k. Sistem transportasi umum yang tidak kondusif memberikan dampak pada

  pemborosan sumber daya energi.

3.2. Peluang dan Tantangan

  a. Potensi iklim tropis basah dan sinar matahari merupakan “dapur” yang sangat produktif untuk produksi biomassa melalui proses asimilasi yang merupakan keunggulan komparatif terhadap negara lain.

  b. Indonesia dengan penduduk yang demikian besar merupakan pangsa pasar yang potensial. Namun demikian, pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menjadikan beban dalam mengupayakan pemenuhan ketersediaan energi.

c. Penyebaran penduduk Indonesia di berbagai pulau dan tidak merata memberikan dampak terhadap distribusi penyediaan energi.

d. Pelaksanaan otonomi daerah yang konsisten diharapkan dapat memacu

  pengembangan sumber energi sesuai dengan potensi dan kompetensi daerah.

e. Keberhasilan IPTEK bidang energi di negara maju dapat merupakan peluang

  untuk alih teknologi dengan memanfaatkan teknologi informasi.

  f. Terbukanya kerjasama dengan pihak asing di bidang IPTEK dapat memberikan peluang untuk kegiatan litbangrap di bidang energi. Kerja sama ini sangat menguntungkan ditengah minimnya anggaran pemerintah untuk penelitian masih sangat minim.

g. Banyaknya komponen impor untuk kegiatan produksi dan distribusi sumber

  energi dari luar (impor). Hal ini merupakan peluang untuk dapat disubstitusi dengan hasil litbangrap nasional.

  h. Issue global yang dihembuskan negara maju seperti isu HAM, demokrasi, lingkungan hidup, Trades-related Intellectual Properties Rights (TRIPs), penerapan standar internasional (ISO 14000 tentang menejemen lingkungan hidup) dapat merupakan tantangan bagi dunia usaha Indonesia yang bergerak di bidang energi.

  i. Pengaruh kepentingan negara maju terhadap negara produsen minyak di Timur Tengah masih merupakan faktor yang dominan dalam penciptaan fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dapat berpengaruh pada kondisi pasar energi di dalam negeri, dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada litbangrap energi.

j. Masih rendahnya minat investor untuk melakukan kegiatan investasi di bidang

  energi. k. Meningkatnya pembangunan di sektor industri dan transportasi meningkatkan

  kebutuhan energi. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan energi.

l. Tingginya kebutuhan energi memerlukan inovasi dalam berbagai sumber energi

  sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan kompetensi,

  m. Banyak hasil litbangrap dalam negeri bidang energi belum dapat didayagunakan

  secara maksimal, karena masih banyak yang belum berorientasi ekonomi dan pasar kurangnya kerja sama antara lembaga litbang dengan dunia usaha.

3.3. Solusi

  Dari tinjauan kondisi saat ini dan analisa lingkungan stratejik SWOT tersebut di atas, Indonesia ke depan akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi ketersediaan energi sekarang tidak mungkin kebutuhan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka Dari tinjauan kondisi saat ini dan analisa lingkungan stratejik SWOT tersebut di atas, Indonesia ke depan akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi ketersediaan energi sekarang tidak mungkin kebutuhan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka

  

IV. BUKU PUTIH PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN IPTEK ENERGI BARU DAN TERBARUKAN UNTUK MENDUKUNG KEAMANAN KETERSEDIAAN ENERGI 2005 - 2025

4.1. Visi

  Terwujudnya ketersediaan energi yang didukung kemampuan nasional IPTEK.

4.2. Misi

1. Menyusun kebijakan dan strategi litbangrap IPTEK di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung dan menjamin ketersediaan energi.

2. Meningkatkan kemampuan litbangrap dalam bidang energi.

3. Mengoptimalkan litbangrap untuk mendapatkan energi dengan nilai tambah

  tinggi.

4. Melakukan litbangrap untuk mendorong diversifikasi sumber daya energi dan pemanfaatannya, serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

5. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangrap dalam pengelolaan energi secara etis (energy ethics) dan berkelanjutan.

6. Meningkatkan peran litbangrap dalam penyediaan energi yang terjangkau oleh

  seluruh lapisan masyarakat.

4.3. Tujuan

a. Mempersiapkan arah dan tahapan pencapaian pembangunan IPTEK yang

  mempertimbangkan perkembangan teknologi dalam pemanfaatan sumber energi nasional.

b. Menjadi acuan bagi penyusunan strategi pembangunan IPTEK di tingkat pusat, daerah dan masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi nasional.

c. Mewujudkan peran litbangrap IPTEK pada pembangunan energi yang

  berkesinambungan untuk meningkatkan daya saing nasional.

d. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan bauran energi (energy mix) di Indonesia yang memenuhi nilai keekonomian dan ramah lingkungan.

e. Meningkatkan peran litbangrap dalam pemanfaatan sumber daya energi

  lokal spesifik berkelanjutan.

4.4. Sasaran

a. Terwujudnya peran teknologi dan infrastruktur energi bangsa sendiri guna mendukung bisnis energi.

b. Terwujudnya peran litbangrap untuk mencapai rasio elektrifikasi sektor

  rumah tangga sebesar 90.

c. Terwujudnya peran litbangrap dalam meningkatkan pangsa energi

  terbarukan 1 (selain panas bumi) menjadi sekurang-kurangnya 5.

d. Digunakannya hasil litbangrap dalam pemanfaatan energi nuklir dengan

  pangsa sekitar 4 dari produksi listrik nasional.

e. Digunakannya hasil litbangrap dalam penyediaan bio-fuels sektor transportasi sebesar 10 .

  Hidro skala besar tidak diperhitungkan sebagai energi terbarukan Hidro skala besar tidak diperhitungkan sebagai energi terbarukan

g. Terwujudnya peran Litbangrap untuk pemakaian energi perkapita sebesar

  10 SBM.

h. Digunakannya hasil litbangrap dalam mendukung terwujudnya infrastruktur

  energi yang mampu memaksimalkan akses masyarakat terhadap energi dan pemanfaatannya untuk ekspor.

i. Digunakannya hasil litbangrap untuk mencari sumber energi di dalam dan luar negeri.

  j. Digunakannya hasil litbangrap konservasi energi untuk menurunkan

  elastisitas energi lebih kecil dari 1. k. Digunakannya hasil litbangrap dalam meningkatkan penggunaan kandungan

  lokal dan meningkatnya peran sumber daya manusia nasional dalam industri energi.

  l. Digunakannya hasil litbangrap untuk memenuhi 100 kebutuhan listrik

  masyarakat yang tidak terjangkau jaringan nasional.

4.5. Metodologi

  Penetapan langkah strategis Buku Putih Litbangrap Energi Nasional adalah menggunakan metodaTechnology Roadmapping (Peta Jalan) sebagai salah satu alat stratejik dalan Technology Foresight (peramalan teknologi) untuk pencapaian keberhasilan penyediaan energi. Peta jalan tersebut digunakan untuk membantu mengidentifikasi teknologi dan kebijakan kunci yang harus dibuat dan langkah- langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi untuk keberhasilan penyediaan energi nasional.

  Penetapan Peta Jalan Litbangrap energi diharapkan dapat menimbulkan:

  - Komunikasi: interaksi antar berbagai kelompok pemangku kepentingan - Konsentrasi atau fokus: untuk perencanaan jangka panjang - Koordinasi: menyatukan pemaham umum dari permasalahan - Konsensus: membentuk gambaran yang jelas tentang arah atau tindakan

  yang harus dilakukan - Komitmen: yang lebih berupa tindakanaksi, bukan hanya teori. - Komprehensif: pemahaman yang lebih baik tentang kemungkinan perubahan

  lingkungan yang dapat terjadi.

  Metodologi dan Langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta jalan litbangrap energi nasional adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi dengan para pakar dan berbagai pihak pemangku kepentingan.

2. Scenario planning sederhana: dengan memakai skenario “Keterpurukan Energi” (Doomsday Scenario) nasional sebagai dasar.

3. Critical technology: pemilihan teknologi penentu yang dapat mempengaruhi litbangrap IPTEK energi nasional.

  Diharapkan dengan peta jalan tersebut timbul teknologi yang market driven yang dapat dilakukan oleh industri Indonesia, perencanaan yang pasti dalam jangka menengah-panjang, dan membuat dasar yang kuat bagi pengambil keputusan Diharapkan dengan peta jalan tersebut timbul teknologi yang market driven yang dapat dilakukan oleh industri Indonesia, perencanaan yang pasti dalam jangka menengah-panjang, dan membuat dasar yang kuat bagi pengambil keputusan

4.6. Roadmap

  Transformasi penguasaan IPTEK perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber daya RIPTEK secara keseluruhan. Untuk mencapai tingkat itu dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat “membuktikan” bahwa aktivitas penguasaan dan pemberdayaan litbangrap IPTEK bidang energi pasti akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan negara. Oleh karena itu diperlukan waktu yang panjang (15 – 25 tahun) untuk melakukan investasi secara berkelanjutan sebelum teknologi potensial dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Untuk itu ditetapkan pembuatan peta jalan IPTEK Energi sampai tahun 2025, sehingga dapat :

a. Diprediksi dengan cermat capaiannya, dengan menggunakan indikator yang jelas, menggunakan asumsi dasar yang sahih.

b. Diidentifikasi critical enabling technology dan jarak yang ada antara teknologi

  yang ada saat ini dan yang akan dikembangkan kemudian.

c. Ditingkatkan kerja sama dan kemitraan melalui tukar menukar pengetahuan dan teknologi.

d. Diwujudkan suatu konsensus nasional untuk bergerak maju dalam litbangrap IPTEK Energi.

4.7. Strategi

  Dengan tahapan pencapaian yang jelas, maka dapat ditetapkan Ilmu pengetahuan dan teknologi Energi yang strategis dari berbagai cabang Iptek yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan iptek secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan.

  Menyadari jalan panjang yang ditempuh, dalam Buku Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Energi Baru dan terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi 2025, akan ditempuh sesuai dengan kerangka perioritas waktu yang bertahap, yaitu:

1. Pertama – Jangka Pendek (2005-2010)

  Tahap ketahanan nasional yang dilakukan pada 5 tahun pertama dengan indikator utama menjadikan IPTEK sebagai elemen kunci dalam tahap mencapai kemandirian dalam pengelolan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan secara terkendali dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi di bidang energi.

  Tahap Pertama untuk mencapai kemandirian mencakup:

a. Penguasaan litbangrap IPTEK bidang energi

b. Litbangrap IPTEK dalam penyediaan sumber energi nasional mencakup

  teknologi Energi dari sumber nabatiBiofuel , mikrominihidro, teknologi fuel cell, teknologi energi panas bumi, persiapan pembangunan PLTN, teknologi Energi dari sumber nabatiBiofuel , mikrominihidro, teknologi fuel cell, teknologi energi panas bumi, persiapan pembangunan PLTN,

c. Penguasaan dan penerapan IPTEK bagi pengelolaan lingkungan hidup.

d. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat

  rendah dan teknologi pencairan batubara, fuel cell dan infrastruktur gas.

2. Kedua – Jangka Menengah (2011-2015)

  Tahap kreasi kekayaan berbasis IPTEK (wealth creation) dalam periode 10 tahun pertama, dengan indikator utama tercapai kemandirian dan daya saing di bidang energi.

  Tahap Kedua untuk mencapai IPTEK yang mandiri sekaligus memiliki daya saing pasar yang ekonomis mencakup:

a. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan teknologi biomassa dan

  biogas, teknologi intensifikasi gas bumi, teknologi mikro minihidro, hidrogen dan biodieselbioetanolbio-oil, teknologi pemanfaatan batubara berkualitas rendah, teknologi energi surya, teknologi energi angin, dan teknologi energi panas bumi.

b. Peningkatan litbangrap IPTEK untuk menunjang pemenuhan infrastruktur

  energi.

c. Pengujian teknologi otomotif BBG, peningkatan kualitas batubara peringkat

  rendah dan teknologi pencairan batubara, Fuel Cell dan infrastruktur gas

3. Ketiga – Jangka Panjang (2016-2025)

  Tahap percepatan kemandirian dan kesejahteraan berbasis dukungan IPTEK dalam pencapaian waktu 20 tahun, dengan indikator utama tumbuh dan berkembangnya kehidupan sosial, ekonomis dan budaya berbasis IPTEK (Knowledge Based Economy-KBE) dan masyarakat yang inovatif (innovative society). Penguatan pilar ’Knowledge Based Economy-KBE’ menjadi tumpuan dalam jangka panjang, yaitu:

a. Sistem Penyediaan Energi, yang menjamin masyarakat dapat memanfaatkan IPTEK secara luas,

b. Sistem Inovasi, (termasuk sistem HKI) yang memungkinkan para peneliti dan kalangan bisnis menerapkan secara komersial hasil RIPTEK,

c. Infrastruktur ICT, yang menjamin masyarakat dapat melakukan akses secara efektif terhadap informasi sistem energi nasional,

d. Kerangka kelembagaan, peraturan perundang-undangan dan suasana yang

  kondusif, yang menjamin kemantapan lingkungan makro ekonomi, persaingan, lapangan kerja dan keamanan sosial.

  Untuk mencapai sasaran ditetapkan strategi, yaitu: ƒ Pentahapan litbangrap IPTEK ƒ Pentahapan struktur litbangrap IPTEK yang kompetitif sesuai dengan aturan dan

  permintaan pasar yang berlaku secara konsisten untuk mewujudkan industri energi yang efisien

  ƒ Pentahapan skema pendanaan, rezim fiskal, perpajakan dan insentif lainnya yang

  kondusif untuk meningkatkan investasi. ƒ Pemanfaatan IPTEK mandiri dengan memperhatikan kelompok masyarakat tidak

  mampu; ƒ Pemanfaatan IPTEK mandiri yang dapat bersaing sesuai dengan mekanisme

  pasar agar dicapai harga yang paling menguntungkan bagi konsumen dan produsen.

  ƒ Pemanfaatan IPTEK mandiri yang menjadi pilihan yang kompetitif pada sisi

  produsen untuk melayani kepentingan konsumen sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan

  ƒ Pemanfaatan IPTEK mandiri untuk menciptakan open access pada sistem

  penyaluran energi khususnya untuk BBM, gas dan listrik (mandiri bisa diganti dengan “berbasis kemampuan bangsa sendiri”)

  ƒ Pemberdayaan Daerah dalam pengembangan IPTEK ƒ Mengembangkan perencanaan pengembangan IPTEK berbasis daerah sebagai

  bagian dari perencanaan energi nasional dengan memprioritaskan energi terbarukan

  ƒ Pengembangan infrastruktur IPTEK ƒ Mengembangkan infrastruktur IPTEK yang terpadu terutama di daerah yang

  tingkat konsumsi energinya tinggi. ƒ Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta dalam pengembangan

  infrastruktur IPTEK. ƒ Litbangrap IPTEK untuk peningkatan efisiensi energi ƒ Litbangrap IPTEK dalam Demand Side Management (DSM) melalui peningkatan

  efisiensi pemanfaatan listrik, penerapan standar dan pengendalian pemakaian energi

  ƒ Litbangrap IPTEK dalam Supply Side Management (SSM) melalui peningkatan

  kinerja pembangkit yang sudah ada, jaringan transmisi dan distribusi listrik ƒ Pemanfaatan IPTEK dalam meningkatkan peran industri energi nasional ƒ Menyiapkan sumber daya manusia dalam negeri yang andal di bidang energi ƒ Meningkatkan penguasaan teknologi energi yang mengutamakan industri

  manufaktur nasional ƒ Meningkatkan kemampuan perusahaan nasional dalam industri energi ƒ Peningkatan kegiatan litbangrap untuk investasi oleh dunia usaha (industri dan

  jasa) di bidang energi baru dan terbarukan: ¾ Peningkatan litbangrap untuk pendayagunaan dan peningkatan nilai tambah

  gas bumi: ¾ Peningkatan keberdayaan masyarakat dengan pengembangan kapasitas

  IPTEK-nya. ƒ Melembagakan kemampuan IPTEK dalam pemberdayaan masyarakat; ƒ Menciptakan kelembagaan IPTEK secara kemitraan dalam rangka

  pengembangan sarana dan industri energi ƒ Meningkatkan kelembagaan IPTEK terhadap peranan swadaya masyarakat,

  usaha kecil menengah dan koperasi dalam industri energi

4.8. Rekomendasi Kebijakan

  Agar sasaran dan strategi pencapaian Buku Putih energi dapat tercapai langkah kebijakan yang ditempuh adalah melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan dan pemanfaatan IPTEK yang beriorientasi pada intensifikasi, Agar sasaran dan strategi pencapaian Buku Putih energi dapat tercapai langkah kebijakan yang ditempuh adalah melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan dan pemanfaatan IPTEK yang beriorientasi pada intensifikasi,

  koperasi, terutama di bidang material dan manufaktur. • Mempermudah akses bagi dunia usahaindustri ke fasilitas penyedia IPTEK,

  termasuk pemanfaatan kapasitas untuk peningkatan keterampilan tenaga kerja. • Menajamkan prioritas kegiatan litbang pada sektor energi. • Mengembangkan atau memperkuat hubungan antara industri besar dan industri

  kecil dan menengah, khususnya yang berdampak pada peningkatan penguasaan IPTEK.

  • Menyusun skema insentif untuk mempercepat difusi IPTEK khususnya dari hasil

  litbang dalam negeri bidang energi • Meningkatkan dukungan IPTEK untuk menunjang daya saing sektor produksi

  energi, serta sektor yang berpotensi untuk memberikan dampak ekonomi yang luas.

• Meningkatkan peran lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa sebagai

  mitra dunia usahaindustri untuk mengembangkan kemampuan inovasi pelaku usahaindustri, serta mendorong pembangunan kelembagaan iptek di daerah.

• Mempersiapkan prasarana untuk pengembangan HKI, standar mutu, keamanan

  produksi dan lingkungan, serta membina sumber daya manusia dan memberdayakan organisasi profesi ilmiah.

4.9. Prakondisi dan Indikator Keberhasilan

  Prakondisi

1. Tercapai kesamaan persepsi dan adanya dukungan dari seluruh sektor terkaitpemangku kepentingan terhadap pemanfaatan hasil litbangrap.

2. Komitmen pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang memadai untuk kegiatan litbangrap.

3. Adanya komitmen dari pihak swasta untuk meningkatkan rasio kontribusi anggaran non pemerintah untuk kegiatan litbangrap.

4. Komitment pelaku riset dan lembaga litbang untuk melaksanakan program litbangrap secara terencana, sungguh-sungguh, konsisten dan tepat waktu.

5. Adanya kebijakan fiskal, moneter dan peraturan perundangan yang berpihak pada masyarakat dan UKM bidang energi.

6. Meningkatnya budaya masyarakat cinta produksi dalam negeri, hemat energi dan tidak konsumtif.

  Indikator Input

1. Tersusun perencanaan litbangrap yang saling mendukungkomplemen antar

  kelembagaan IPTEK.

2. Alokasi anggaran yang memadai dari setiap unit penelitian yang terkait dengan bidang energi di atas 20 untuk pelaksanaan Buku Putih.

3. Alokasi dana penelitian melalui program insentif, program kompetitif dan

  sejenisnya untuk pelaksanaan litbangrap yang mendukung Buku Putih, minimal sebesar 15 .

4. Tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan Buku Putih.

5. Tersedia SDM yang kompeten dan memadai untuk mendukung pelaksanaan Buku Putih.

  Indikator Proses

1. Tercipta iklim yang kondusif terhadap pelaksanaan litbangrap

2. Ada motivasi yang kuat dari SDM dalam pelaksanaan litbangrap.

3. Terealisasi inovasi dalam litbangrap yang mengacu pada Buku Putih.

4. Terlaksana monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Buku Putih

5. Terdokumentasikan dengan baik hasil pelaksanaan Buku Putih.

  Indikator Output

1. Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil litbangrap.

2. Peningkatan jumlah publikasi dan jumlah patent.

3. Paket teknologi dan model implementasi yang mendukung ketersedian energi meningkat jumlahnya.

4. Diseminasi hasil litbangrap yang mendukung ketersediaan energi terjadi.

5. Akses informasi terhadap hasil litbangrap ke seluruh stakeholder meningkat.

  Indikator Outcome

1. Tersedia dan dipakai hasil litbangrap (teknologi, inovasi, dan kebijakan) pada tingkat pengguna.

2. Tersedia lapangan kerja baru di bidang produksi dan distribusi energi.

3. Terwujudnya budaya cinta produk dalam negeri dan hemat energi.

4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.

5. Tersedia energi untuk seluruh lapisan masyarakat.

V. PENUTUP

  Letak Indonesia yang berada di antara 6° Lintang Selatan dan 11° Lintang Utara membentang di sepanjang garis khatulistiwa memberikan intensitas sinar matahari yang cukup besar dan stabil sepanjang tahun. Energi matahari semacam ini merupakan modal dasar untuk pengembangan sumber energi, khususnya energi surya. Indonesia dengan iklim tropis nya menjadikan suatu rahmat dengan tumbuh suburnya tanaman yang dapat menjadi sumber energi terbarukan yang potensial.

  Indonesia yang mempunyai struktur geologi memiliki potensi sumber energi seperti batu bara, gas, minyak bumi, panas bumi. Walaupun sumber energi tersebut sebagian sudah sekian lama dieksploitasi dan sudah mulai menyusut jumlah cadangannya (kecuali panas bumi), namun hasil eksplorasi masih membuka peluang untuk mendapatkan sumber energi.

  Indonesia yang terdiri atas 17 ribu lebih pulau besar dan kecil. Kondisi alam demikian membuat sistem transportasi dan distribusi energi memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat.

  Kondisi geografis Indonesia yang spesifik memungkinkan terjadinya pola angin yang bermacam-macam, yang diantaranya mempunyai prospek pengembangan Energi Bayu.

  Indonesia yang tergolong negara berpenduduk padat memerlukan pasokan energi yang besar sesuai dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Indonesia ke depan akan memerlukan ketersediaan energi yang cukup tinggi. Dengan kondisi ketersediaan energi sekarang tidak memungkinkan kebutuhan tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mantap yang dapat digunakan sebagai acuan dalam litbangrap IPTEK yang mampu mendukung ketersediaan energi berkelanjutan. Dengan memperhatikan jumlah dan angka pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, meningkatnya standar hidup, dan issue lingkungan, maka perencanaan energi jangka panjang harus dilakukan secara arif dan bijaksana. Dengan keterbatasan sumber energi tak terbarukan, maka untuk memenuhi kebutuhan energi di tahun mendatang, maka harus diterapkan konsep bauran energi (energy mix) serta harus lebih mengarah kepada energi berbasis teknologi (technology base), dibandingkan dengan energi berbasis sumber daya (resource base) yang bersifat tidak terbarukan. Oleh karena itu, peranan litbang IPTEK untuk energi menjadi semakin jelas dalam mendukung kebijakan energi ke depan yang berbasis teknologi. Dengan penerapan IPTEK, Skenario terburuk di bidang penyediaan energi dapat diantisipasi lebih dini agar tak terjadi.

  Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan litbangrap IPTEK yang mendukung pencapaian ketersediaan energi adalah: ƒ Anggaran yang tersedia jauh lebih kecil dari yang dibutuhkan ƒ Minat investor masih relatif kecil ƒ Sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan kompetensi masih sangat

  kurang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020, Departemen Energi Sumber Daya Mineral, 24 Februari 2004.

2. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005 – 2025, Departemen Energi Sumber Daya Mineral