Uji Berbagai Diameter Puli pada Alat Pembuat Sari Kedelai

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Meski merupakan makanan khas Indonesia, namun bahan baku pembuatan
tahu dan tempe masih harus diimpor. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN)
Kemendag Srie Agustina mengungkapkan, produksi kedelai lokal saat ini hanya
sekitar 995.000 ton. Sedangkan, kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2,5-2,6
juta ton per tahun. Menurut Kementerian Pertanian rata-rata (peningkatan
produksi) sekitar 10-15%, sebanyak 84% pemenuhan kedelai dalam negeri
diperuntukkan bagi industri tahu dan tempe. Sedangkan, 15% untuk diolah
menjadi susu kedelai. Meski demikian, Indonesia diharapkan dapat mencapai
swasembada kedelai dalam beberapa tahun ke depan (Sari, 2015., dalam
merdeka.com kolom 2 dan 6 tanggal 7/01/2015).
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena
itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi
dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan

tersebut. Lahan budidaya

kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan (Adisarwanto, 2005).

Kedelai sudah lama diakui sebagai sumber protein, serat larut air dan
berbagai zat gizi mikro yang memiliki kontribusi unggul dalam pola makan.
Kedelai memiliki kandungan lemak rendah (18%) tetapi memiliki asam lemak tak
jenuh yang tinggi (85%). Banyak hasil olahan kedelai yang nilai gizinya semakin
meningkat, salah satunya susu kedelai. Susu kedelai merupakan minuman hasil
ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas yang bergizi tinggi
(Muchtaridi, 2008)
1

2

Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil
ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang
hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai
pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu
kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama kandungan proteinnya.
Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat
besi,

provitamin A,


vitamin

B

kompleks

(kecuali

B12),

dan

air

(Budimarwanti, 2013)
Sebagai salah satu hasil olahan dari kedelai, sari kedelai atau yang biasa
disebut dengan susu kedelai cukup diminati karena banyaknya kandungan protein
yang dimilikinya. Pengolahan sari kedelai cukup sederhana jika dibandingkan
dengan pengolahan produk kedelai yang lain seperti tempe dan tahu, karena hal

ini peluang untuk berkembangnya pembuatan sari kedelai cukup terbuka jika
dijadikan usaha rumah tangga atau industri seperti industri tempe dan tahu.
Pengolahan kedelai untuk jadi sari kedelai mulai menggunakan alat
mekanis untuk mengekstrak sarinya, karena jika menggunakan tangan atau secara
manual membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak. Untuk
mengekstrak sari kedelai membutuhkan beberapa tahap pekerjaan seperti
perendaman, penghalusan dan pemerasan sari kedelai. Penghalusan dan
pemerasan sari kedelai ini akan membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak
sedikit, maka dibuatlah alat mekanis yang dapat menghaluskan dan memeras sari
kedelai agar pembuatan sari kedelai dapat dilakukan lebih mudah dan cepat.
Alat pembuat sari kedelai telah banyak dipasaran, baik itu yang
dikembangkan oleh

rumah industri pembuatan mesin pertanian atau yang

3

dikembangkan oleh mahasiswa. Salah satunya adalah alat yang dikembangkan
oleh Deby Delima Dewi, yaitu mahasiswi Universitas Surabaya (UBAYA), alat
pembuat sari kedelai ini dapat mencacah, memeras dan memasak sekaligus (3 in

1). Mesin rancangannya memadukan alat pencacah (blender), alat penyaring, alat
penumbuk (press), dan periuk (dandang) yang dihubungkan dengan elpiji. Waktu
yang dibutuhkan untuk membuat sari kedelai adalah 40 menit untuk 1 kg kedelai
dan tanpa ampas sedangkan waktu untuk mencacah dan memeras tidak sampai 10
menit, dari 1 kg kedelai dapat menghasilkan 15 kg sari kedalai. Alatnya ini
membutuhkan dana sebesar Rp 7.000.000 (Anonim, 2012).
Perancangan alat pembuat sari kedelai juga dibuat oleh Winanda Pardhanu
di Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) pada
tahun 2015, tetapi perancangan alat ini lebih sederhana karena hanya mencacah,
memeras, menyaring dan memisahkan sari kedelai dengan ampasnya. Alat ini
dapat mengolah 1 kg kedelai dalam waktu 12 menit, banyaknya waktu untuk
memeras sari kedelai membuat kapasitas efektif alat ini tidak maksimal sehingga
dibutuhkan beberapa pengujian komponen alat, misalnya saja dengan melakukan
pengujian diameter puli pada ulir pengepres yang akan mempengaruhi jumlah
putaran ulir pengepres tersebut per menit (rpm), dengan mengamati parameter
kapasitas efektif alat, rendemen serta persentase bahan tertinggal. Pengujian
diameter puli ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas efektif alat dan
rendemen serta mengurangi jumlah bahan yang tertinggal di alat.

4


Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh berbagai diameter puli
pada alat pembuat sari kedelai terhadap kapasitas efektif, rendemen dan
persentase bahan tertinggal di alat.
Kegunaan penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
3. Sebagai informasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan alat pembuat
sari kedelai sebagai usaha rumah tangga atau industri.
Hipotesis Penelitian
1. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap kapasitas efektif alat.
2. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap rendemen alat.
3. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap persentase bahan tertinggal di
alat.
Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada satu komoditi yaitu kedelai.