Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merupakan salah satu forum

yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan
Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan
Nomor 8 Tahun 2006 tanggal 21 Maret 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian
Rumah Ibadat, perlu membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kota Medan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Harahap dkk, 2014).
Berdasarkan buku panduan FKUB Kota Medan, forum ini pertama kali
dibentuk pada tahun 2007 yang disetujui oleh Walikota Medan Drs. H. Abdillah,
Ak, MBA dan diketuai oleh Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA. Periode
Kepengurusan FKUB Kota Medan adalah 5 (lima) tahun dan seseorang hanya
dapat menjadi Ketua FKUB Kota Medan sebanyak-banyaknya 2 (dua) periode
dan segala mengenai pemilihan pengurus diatur sendiri oleh musyawarah anggota

FKUB masing-masing.
Saat ini kepengurusan FKUB Kota Medan sudah memasuki periode kedua
yaitu 2012 – 2017 dengan pemimpin yang berbeda. FKUB Kota Medan periode
kedua ini disetujui oleh Walikota Medan Drs. H. Dzulmi Eldin S,M.Si dan
diketuai oleh Drs. H. Palit Muda Harahap, MA. Adapun tugas dari FKUB Kota
Medan ini adalah sebagai berikut :

1

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.
2. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat.
3. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan Walikota.
4. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama
dan pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah
ibadat.
Dalam melaksanakan tugasnya FKUB Kota Medan harus berpedoman
kepada ketentuan peraturan yang berlaku dan bertanggungjawab serta melaporkan

hasil kepada Walikota Medan. Selain memiliki tugas, FKUB Kota Medan
mempunyai

fungsi

komunikasi,

mediasi,

sosialisasi,

edukasi,

motivasi,

pengejawantahan, representasi, konsultasi dan memberi rekomendasi dalam
memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama yang bersifat
musyawarah,

keagamaan,


kemasyarakatan,

kemanusiaan,

konsultatif

dan

informatif serta independen dan tidak bersifat partisan.
FKUB dan Dewan Penasehat FKUB Kota Medan didanai dan difasilitasi
oleh Pemerintah (dalam hal ini pemerintah daerah) yang berasal dari beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan dalam rangka
membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan
dan kesejahteraan. Kepengurusan FKUB Kota Medan dikukuhkan oleh Walikota
Medan atas usul FKUB Kota Medan melalui Kakandep Agama Kota Medan.
Berikut ini merupakan bentuk struktur kepengurusan FKUB Kota Medan :

2


Bagan 1. Struktur Kepengurusan FKUB Kota Medan
KETUA

DEWAN PENASEHAT

WAKIL KETUA I

WAKIL KETUA II

BENDAHARA

SEKRETARIS

WAKIL BENDAHARA
WAKIL SEKRETARIS I
WAKIL SEKRETARIS II
ANGGOTA

ANGGOTA


ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

STAFF SEKRETARIAT

Perwakilan dari masing-masing agama dalam kepengurusan FKUB Kota
Medan diambil dari berbagai Ormas Keagamaan dari berbagai agama. Untuk
perwakilan Agama Islam diambil dari Majelis Ulama Indonesia (MUI),
perwakilan Agama Kristen Protestan dari Badan Kerjasama Antar Gereja

(BKAG), perwakilan Agama Katholik dari Keuskupan Agung, perwakilan Agama
Hindu dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), perwakilan Agama Buddha
dari Perwakilan Buddha Indonesia (WALUBI), dan perwakilan Agama
Konghuchu dari Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN).
Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang penduduknya
memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan
keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar
penduduk Kota Medan bersifat terbuka.Setiap anggota masyarakat yang telah

3

memeluk agama sesuai kepercayaan serta keyakinan yang telah mereka pegang
tentunya memiliki hubungan dengan masyarakat yang memeluk agama yang
berbeda mengingat mereka berada dalam suatu lingkup kehidupan yang disatukan
sebagai “bangsa Indonesia”. Hubungan yang terjalin tidak selamanya mulus,
adakalanya konflik akan terjadi manakala perbedaan kepercayaan yang mendasar
dalam diri tiap masyarakat tersebut.
Agama sendiri sudah menjadi suatu landasan dalam kehidupan masyarakat
di Indonesia.Bahkan keberadaan agama di Indonesia sudah sangat diakui serta erat
kaitannya dalam pertimbangan pembuatan kebijakan serta aturan.Di Indonesia

terdapat 6 (enam) agama yang diakui secara nasional.Keenam agama tersebut
adalah Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu.
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 dari BPS (Badan Pusat
Statistik), Kota Medan memiliki jumlah penduduk sekitar 2.097.610 jiwa, dimana
67,80% penduduknya beragama Islam, 20,27% beragama Kristen Protestan,
1,79% beragama Katholik, 0,44% beragama Hindu, 8,81% beragama Buddha,
0,02% beragama Konghuchu, dan sisanya 0,87% tidak diketahui.
Kehidupan keagamaan di Kota Medan selama ini tampaknya telah terbina
dengan baik.Hal ini terlihat dari tempat-tempat ibadah yang tersebar di sudutsudut Kota Medan. Menurut data Kantor Kementrian Agama Kota Medan, jumlah
tempat ibadah di Kota Medan adalah sebagai berikut: 1.047 masjid, 669 musholla,
637 gereja, 26 kuil, 52 vihara, dan 6 klenteng. Oleh karena masyarakat banyak
terkonsentrasi di wilayah pusat perkotaan, maka tempat-tempat ibadah ini banyak
di pusat kota dan bahkan beberapa di antaranya berdiri berdampingan, terutama
vihara dengan tempat ibadah lainnya, baik masjid ataupun gereja. Walaupun

4

tempat ibadah ini berdiri berdampingan, di Kota Medan hampir tidak ada masalah
dengan peribadatan masing-masing agama.
Sanderson (1993) menyatakan bahwa agama merupakan suatu kehidupan

sosial manusia yang universal, dalam arti bahwa setiap masyarakat memiliki caracara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai
agama.Secara sosiologis, konsep agama terdiri atas berbagai simbol, citra,
kepercayaan, serta nilai-nilai spesifik tempat manusia menginterpretasikan
eksistensi mereka. Secara sosiologis, agama merupakan suatu isu yang berkaitan
dengan kepercayaan, dimana menurut sosiologi semua agama yang ada memiliki
kedudukan yang sama dan merupakan satu bentuk kesatuan dengan manusia.
Salah satu unsur universal dalam kehidupan umat manusia adalah
agama.Hampir setiap manusia dibumi mengenal keberadaan agama.Kemunculan
agama tidak terlepas dari munculnya sebuah kesadaran dalam diri manusia
mengenai adanya kekuatan yang melebihi kekuatan dirinya.
Agama berkaitan erat dengan kepercayaan manusia akan kekuatan
supranatural tersebut. Kepercayaan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk
maupun aktivitas, juga diwujudkan dalam berbagai simbol.Agama kemudian
mampu menggerakkan pola pikir manusia, dan mampu mengendalikan perilaku
manusia, agama juga mampu mengubah hidup manusia.
Menurut Dr. H. Goddijn dan Dr. W. Goddijn (dalam Hendropuspito,
1983:7) sosiologi agama merupakan bagian dari sosiologi umum (versi barat)
yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju
kepada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan


5

perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan
kegamaan.
Kerukunan umat beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang
dimaksud dengan toleransi saling pengertian saling menghormati dan saling
menghargai dalam kesetaraan pengalaman ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Joko (2012)
dengan judul “Interaksi Dan Harmoni Umat Beragama” menyimpulkan bahwa
Bangsa Indonesia yang memiliki norma-norma kemasyarakatan yang di antaranya
bersumber pada nilai-nilai agama mendukung terciptanya kerukunan di
lingkungan mereka. Nilai-nilai agama mendorong umat penganutnya untuk cinta
damai, membangun kerjasama, sikap toleransi dan menghormati agama lain.
Ajaran-ajaran inilah yang sebenarnya menjadi landasan sikap dan perilaku
masyarakat secara umum dalam berinteraksi dan berhubungan dengan oranglain
yang menganut agama berbeda. Kerukunan merupakan nilai yang universal, yang
dapat ditemukan dalam setiap ajaran agama.Setiap agama mengajarkan kepada
umatnya untuk mengasihi sesama makhluk hidup dan bersikap positif terhadap
alam.Semua agama pada hakikatnya mengajarkan umatnya untuk mawas diri,

mengenal dirinya terlebih dahulu, mengenalsegala musuh yang ada dalam dirinya
serta kelobaan, iri hati, kemarahan dan lain sebagainya. Dengan senantiasa mawas
diri, umat beragamaakan tetap dapat menjaga saling pengertian dengan umat lain
dan benar-benar dapat mengembangkan wawasan kebangsaan, menyadari diri
sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.

6

FKUB menjadi pengikat dan perekat kerukunan antar umat oleh karena
mereka menjadi penghubung antaragama atau tokoh agama dengan umatnya
dalam membina kerukunan antar umat beragama dan menyelesaikan persoalanpersoalan terkait dengan hubungan antar umat beragama seperti pembangunan
tempat ibadah.Di FKUB dalam menyelesaikan masalah selalu menggunakan
musyawarah sehingga bisa memuaskan semua pihak.Karena itu dalam
pengambilan keputusan tidak pernah dilakukan voting.Bagi anggota FKUB, kunci
menjaga kerukunan, pembinaan kerukunan tidak dapat dilakukan sesaat tetapi
harus rutin.
Melalui

wadah


FKUB

inilah

lapisan

elit

umat

beragama

berinteraksi.Komunikasi antartokoh agama yang terjalin dengan baik dan intens
sangat bepengaruh pada kerukunan umat beragama.Terlebih dengan adanya
FKUB, pertemuan antar perwakilan tokoh agama ini berjalan dengan rutin,
komunikasi berjalan rutin.Komunikasi antartokoh inilah yang kemudian
dilanjutkan ke masing-masing umatnya.Dengan demikian komunikasi lintasagama lintas-adat terjadi dengan sendirinya, karena umumnya tokoh agama
banyak pula yang menjadi tokoh adat.Jadi kalau pertemuan di satu majelis agama,
pasti juga melibatkan anggota yang berasal dari etnis yang berbeda, begitu juga
kalau di majelis agama anggotanya ada yang dari etnis yang berbeda.

7

1.2

Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka peneliti membuat rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam
menjaga harmonisasi sosial di Kota Medan ?

2.

Bagaimana perbedaan harmonisasi sosial masyarakat Kota Medan
sebelum dan sesudah berdirinya FKUB Kota Medan ?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui :
1.

Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam menjaga
harmonisasi sosial di Kota Medan.

2.

Sejauh mana harmonisasi sosial masyarakat Kota Medan sebelum dan
sesudah berdirinya FKUB Kota Medan.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu untuk memperkaya

penelitian-penelitian sejenis terdahulu yang telah ada dan dapat dijadikan
perbandingan

terhadap

penelitian-penelitian

selanjutnya dan

juga

untuk

menambah khazana kajian sosiologi agama tentang peran Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Kota Medan.

8

1.4.2

Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi organisasi

maupun instansi pemerintahan mengenai informasi kerukunan umat beragama
dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penelitian ini
dan juga diharapkan berguna bagi masyarakat Kota Medan yang multi etnis dan
agama agar dapat hidup rukun dalam satu wilayah.

9

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

4 95 241

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 16 98

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 5 16

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 3 13

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 1

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

1 1 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 20