Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

(1)

LAMPIRAN

INTERVIEW GUIDE

KUESIONER UNTUK PENGURUS FKUB KOTA MEDAN

PENGANTAR

Penelitian dengan judul “Peran FKUB dalam menciptakan kerukunan umat beragama di Kota Medan” ini dilaksanakan murni untuk penelitian tugas akhir mahasiswa/Skripsi. Bila informan tidak ingin namanya dicantumkan, akan tetap dihargai. Karena itu, kejujuran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sangat dibutuhkan. Terima Kasih.

PROFIL RESPONDEN

1. Nama Responden:... 2. Agama Responden:

a. Islam d.Buddha

b. Kristen Protestan e. Hindu c. Kristen Katolik f. Khonghuchu 3. Usia Responden

a. 15-25 tahun b. 26-35 tahun c. 36-45 tahun d. > 45 tahun

4. Pendidikan responden a. Tamat tidak tamat SD b. Tamat tidak tamat SMP c. Tamat tidak tamat SMA

d. Tamat tidak tamat D-3 atau Sarjana (S-1) e. S-2 atau S-3

5. Pekerjaan

a. PNS e. Petani

b. Polri/TNI f. Karyawan swasta

c. Pedagang g. Lainnya, sebutkan... d. Sopir


(2)

6. Etnis responden

a. Mandailing d. Minang b. Batak Toba e. Tionghoa

c. Jawa f. Lainnya,...

KEANGGOTAAN FKUB 1. Apa jabatan atau posisi anda di dalam FKUB?

a. Ketua d. Anggota biasa b. Sekretaris e. Lainnya,………. c. Bendahara

2. Sudah berapa lama anda bergabung dalam FKUB? a. 1-2 tahun

b. 3-4 tahun c. 4-5 tahun d. > 5 tahun

3. Apa faktor yang melatarbelakangi anda ikut bergabung dalam FKUB? a. Kemauan sendiri

b. Pengaruh orang lain c. Lainnya…

4. Apakah ada persyaratan khusus untuk bergabung dalam FKUB? a. Iya, sebutkan..

b. Tidak

5. Bagaimana respon masyarakat terhadap hadirnya FKUB selama ini? a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

6. Apakah anda pernah mengalami penolakan dari masyarakat ketika telah bergabung dalam FKUB?

a. Ya, karena…….. b. Tidak

7. Biasanya, apa yang menjadi alasan FKUB dalam setiap melakukan suatu kegiatan?

a. Permintaan masyarakat b. Program kerja

c. Konflik agama d. Lainnya…

8. Apakah ada kendala yang dihadapi selama FKUB melakukan kegiatan di Kota Medan?

a. Ada, sebutkan… b. Tidak ada

9. Pihak mana saja yang ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh FKUB?

a. Semua pihak(Masyarakat, Tokoh Agama, Pemerintah dan Pelajar) b. Pihak tertentu ,sebutkan..


(3)

10.Seberapa sering FKUB melakukan diskusi?

a. Setiap hari d. Setahun sekali b. Seminggu sekali e. Lainnya,………. c. Sebulan sekali

11.Dalam melakukan kegiatan diskusi, pembahasan apa yang lebih sering di bahas?

a. Pembangunan rumah ibadah b. Konflik umat beragama c. Lainnya…

PERAN FKUB DALAM MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

1. Sangat Setuju 2. Agak Setuju

3. Antara Setuju dan Tdk Setuju

4. Kurang Setuju 5. Sangat Tidak Setuju

A Setelah mengenal FKUB saya lebih terbuka terhadap orang yang memiliki keyakinan berbeda

B Saya merasa pola berfikir saya terhadap orang yang berbeda agama berubah setelah mengenal FKUB C Saya pernah mengetahui bahwa FKUB pernah

berperan dalam menyelesaikan masalah antar umat beragama

D Adanya FKUB menurut saya memiliki manfaat dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama E Menurut saya FKUB penting untuk dipertahankan,

bahkan diperluas lagi di daerah-daerah lain

1. Bagaimana menurut bapak sebagai pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) melihat hubungan/interaksi antar agama di Kota Medan? ... ... ... ... ... ...


(4)

2. Apa saja kegiatan rutinitas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tahunan dan bulanan?

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan).

3. Program apa saja yang sudah dilakukan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam menjaga keharmonisan di Kota Medan?

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan).

4. Apakah ada hambatan dalam mensukseskan program-program yang dilakukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan?

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan).

5. Strategi apa saja yang digagas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam menjaga keharmonisan antar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam menjaga hubungan antar agama di Kota Medan?

... ... ... ... ... ...


(5)

6. Apakah pernah terjadi konflik antara agama di Kota Medan?

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan).

7. Bagaimana proses penyelesaian masalah jika terjadi konflik antar agama? ... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan).

KUESIONER UNTUK MASYARAKAT DAN TOKOH AGAMA TERHADAP FKUB KOTA MEDAN

PROFIL RESPONDEN

1. Nama Responden:... 2. Agama Responden:

a. Islam d.Buddha

b. Kristen Protestan e. Hindu c. Kristen Katolik f. Khonghuchu 3. Usia Responden

a. 15-25 tahun b. 26-35 tahun c. 36-45 tahun d. > 45 tahun

4. Pendidikan responden a. Tamat tidak tamat SD b. Tamat tidak tamat SMP c. Tamat tidak tamat SMA

d. Tamat tidak tamat D-3 atau Sarjana (S-1) e. S-2 atau S-3


(6)

5. Pekerjaan

a. PNS e. Petani

b. Polri/TNI f. Karyawan swasta

c. Pedagang g. Lainnya, sebutkan... d. Sopir

6. Etnis responden

a. Mandailing d. Minang b. Batak Toba e. Tionghoa

c. Jawa f. Lainnya,...

PENDAPAT MASYARAKAT DAN TOKOH AGAMA TERHADAP FKUB

1. Sangat Setuju 2. Agak Setuju

3. Antara Setuju dan Tdk Setuju

4. Kurang Setuju 5. Sangat Tidak Setuju

A Saya pernah mengetahui bahwa FKUB pernah berperan dalam menyelesaikan masalah antar umat beragama

B Adanya FKUB menurut saya memiliki manfaat dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama C Menurut saya FKUB penting untuk dipertahankan,

bahkan diperluas lagi di daerah-daerah lain

D Setiap daerah perlu untuk memiliki organisasi antar umat beragama seperti FKUB agar konflik antar agama dapat diminimalisir

E Saya ingin bergabung ke dalam FKUB jika ada kesempatan

1. Seberapa jauh anda mengenal dan mengetahui FKUB? a. Sangat tahu

b. Cukup tahu c. Tidak terlalu tahu d. Tidak tahu sama sekali

2. Darimana anda mengetahui tentang keberadaan FKUB di Kota Medan? a. Media cetak

b. Keluarga c. Teman d. Lainnya..


(7)

3. Apa anda mengetahui tentang kegiatan sehari-hari dari FKUB? a. Iya, sebutkan…

b. Tidak

4. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh FKUB? a. Pernah

b. Tidak pernah

5. Jika pernah, sudah berapa kali anda mengikuti kegiatan di FKUB? a. 1 - 3kali

b. 4 - 5 kali c. > 5 kali

6. Apakah FKUB telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan yang mereka rencanakan?

a. Sangat baik b. Baik

c. Kurang baik d. Tidak baik

7. Apakah anda setuju dengan kehadiran FKUB di tengah-tengah masyarakat perkotaan?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

8. Apakah menurut anda FKUB melibatkan masyarakat dalam melakukan kegiatannya?

a. Iya, jelaskan… b. Tidak

9. Apakah menurut pentingkah FKUB dipertahankan dalam usaha menjaga kerukunan umat beragama ?

a. Iya, jelaskan b. Tidak

10.Apakah anda setuju bahwa FKUB dapat membantu menyelesaikan persoalan agama di masyarakat?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

11. Apakah ada perubahan yang anda rasakan setelah berdirinya FKUB dengan sebelum adanya FKUB?

a. Ada, jelaskan…. b. Tidak ada


(8)

1. Jelaskan dan berikan contoh pengalaman hubungan antar agama yang paling menyenangkan dalam hidup anda!

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan). 2. Jelaskan dan berikan contoh pengalaman hubungan antaragama yang

paling menyakitkan dalam hidup anda

... ... ... ... ... ...

(jawaban responden bisa dituliskan di balik halaman jika dibutuhkan). 3. Jelaskan dan berikan contoh permasalahan apa yang pernah diselesaikan

oleh FKUB yang anda ketahui?

... ... ... ... ... ...


(9)

LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Foto Bersama Informan Peserta Dialog Pengurus Rumah Ibadah

Gambar 2. Foto Koran Yang Memberitakan Adanya Ruko Yang Dijadikan Rumah Ibadah Pada Tahun 2015


(10)

Gambar 3. Foto Suasana Dialog Tokoh-Tokoh Perempuan Lintas Agama di Hotel Garuda Plaza, Desember 2015

Gambar 4. Foto Struktur Kepengurusan FKUB Kota Medan Periode 2012-2017

Gambar 5. Foto Dialog Kerukunan Pengurus Rumah Ibadah Kota Medan di Hotel Inna Dharma Deli, Desember 2015


(11)

Gambar 6. Foto Para Anggota Kepengeurusan FKUB di Depan Kantor FKUB Kota Medan


(12)

Gambar 7. Foto Bersama Informan Skretariat FKUB Kota Medan


(13)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

_____________, 2011.Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Giddens, Anthony. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Klasik dan Modern : Suatu Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, terjemahan Soeheba K. Jakarta: UI Press.

Harahap, Palit Muda dkk. 2014. Buku Panduan Pendirian Rumah Ibadat. Medan: FKUB Kota Medan.

Hendropuspito, D. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI).

Keane, John. 2006. Civil society, Old Image – New Visions. Cambridge: Polity Press.

Nasution, Muhammad Huzaifi. 2015. Skripsi: Manajemen Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Medan Dalam Membina Kerukunan Umat Beragama. Medan: Universitas Islam Negeri Medan.

Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Taneko, Soleman B. 1986. Konsepsi Sistem Sosial Dan Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Fajar Agung.


(15)

Wirutomo, Paulus dkk. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press).

Sumber Jurnal :

Ahmad, Haidlor A. 2011. Potret Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Jawa Timur.Kementerian Agama RIBadan Litbang dan DiklatPuslitbang Kehidupan Keagamaan Jakarta.

Haryanto, Joko T. 2012. Interaksi Dan Harmoni Umat Beragama. Balitbang Agama Semarang.

Susanto, Eko H. 2012. Kelambanan Reformasi Birokrasi dan Pola Komunikasi Lembaga Pemerintah.Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara Jakarta.

Widiartati, Theresia R. 2010. Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan Asas Pancasila Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Imron, Ali. 2011. Kearifan Lokal Hubungan Antar Umat Beragama Di Kota Semarang.

Lubis, Ridwan. 2010. Agama Dalam Perbincangan Sosiologi. Bandung: Ciptapusaka Media Perintis.

Agus, Bustanudin. 2006. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Rajawali Press.

Sumber Lainnya :

http://elisa.ugm.ac.id/community/show/sosiologiagamaolehandreassoeroso/#!/sect ion/10626/1422330873, diakses pada 27 januari 2015.

pada 27 januari 2015.


(16)

harmonisasi-sosial.html, diakses pada tanggal 28 januari 2015.

2015.

kerukunan-umat-beragama-di-kabupaten-tabanan.html) diakses pada 9 Mei 2015.

demokrasi-%E2%80%9Ckita/ diakses pada 1 Oktober 2015.

diakses pada tanggal 6 Januari 2016.

tanggal 22 Januari 2016.

Simanjuntak, Bungaran A. 2015. Keluhuran Agama Leluhur (Eksistensi Agama Leluhur di Indonesia).

Soeropranoto, Rachmat Basuki. 2000. Aliran Kepercayaan. http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2000/03/26/0015.html. Diakses pada 13 Januari 2016


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Arief, 1992). Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2001:48).Data deskriptif dapat dilihat sebagai indikator bagi norma-norma dan nilai-nilai kelompok serta kekuatan sosial lainnya yang menyebabkan atau menentukan perilaku manusia.

Sebelum melakukan penelitian langsung, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti halnya mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini dalam bentuk jurnal, penelitian terdahulu, hasil skripsi, dan juga data-data seperti halnya data jumlah penduduk umum, dan jumlah penduduk berdasarkan agamanya.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Kota Medan. Hal ini dikarenakan peneliti bertempat tinggal di Kota Medan dan Kota Medan ini sendiri tergolong dalam zona religius dimana terdapat rumah ibadah yang jarak antara rumah ibadah yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh bahkan ada


(18)

yang berdampingan. Selain itu, di Kota Medan terdapat berbagai rumah ibadah dari beberapa agama yang diakui di Indonesia seperti Mesjid untuk umat Islam, Gereja untuk umat Kristen dan Katholik, Kuil untuk umat Hindu, Vihara untuk umat Buddha, dan Kelenteng untuk umat Konghuchu.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang digunakan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2006).Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok, dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kepengurusan Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) Kota Medan dan juga masyarakat Kota Medan yang mewakili masing-masing umat beragama yakni umat Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghuchu.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Meleong, 2000). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Anggota Pengurus FKUB Kota Medan. 2. Tokoh Agama

3. Masyarakat Kota Medan yang ikut serta dalam kegiatan FKUB Kota Medan.


(19)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian. Dalam proses ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah :

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lapangan oleh peneliti. Pengumpulan data dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yang dapat digunakan adalah :

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota kepengurusan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas


(20)

pertanyaan itu (Meleong, 2000). Wawancara merupakan suatu proses penting yang dibutuhkan dalam metode observasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data seperti data penduduk menurut BPS, jurnal, dan mengambil bahan dari situs-situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data adalah sebuah pengkajian data yang mencakup perilaku objek, hasil wawancara, temuan data di lapangan yang teridentifikasi dan bahan-bahan kepustakaan yang telah dikumpulkan.Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang sudah ada dalam catatan lapangan. Setelah data tersebut dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan reduksi data dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan rangkuman yang terperinci dan merujuk pada inti temuan data dengan cara menelaah pernyataan-pernyataan yang diperlukan agar tetap berada pada fokus penelitian. Setelah semua terkumpul data dianalisis kemudian diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun hingga akhirnya sebagai laporan penelitian.


(21)

3.6 Jadwal Kegiatan

NO Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Proposal

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian 4 Seminar Proposal Penelitian 5 Revisi Proposal Penelitian 6 Penelitian Ke Lapangan

7

Pengumpulan Data dan Analisis Data

8 Bimbingan Skripsi 9 Penulisan Laporan Akhir 10 Sidang Meja Hijau

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kesulitan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan dari internal dan eksternal.Keterbatasan internal merupakan keterbatasan yang muncul dari dalam diri peneliti, keterbatasan pengetahuan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada penelitian ini menjadi salah satu keterbatasan penelitian dari internal peneliti. Sedangkan keterbatasan lain termasuk ke dalam keterbatasan eksternal. Keterbatasan eksternal adalah keterbatasan yang peneliti temukan dari luar diri


(22)

peneliti.Keterbatasan eksternal yang peneliti maksudkan adalah keterbatasan data sekunder yang menjadi referensi dalam penelitian ini.

Orang-orang yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan FKUB secara langsung maupun tidak langsung dan juga tokoh agama. Peneliti mengalami kesulitan menyesuaikan waktu informan, dalam hal ini adalah informan yang terlibat sebagai peserta kegiatan dialog yang dilakukan oleh FKUB karena para peserta hanya bisa dijumpai saat dialog usai, namun saat dijumpai pada jam-jam kerja, mereka memiliki keterbatasan waktu untuk diwawancarai. Dan untuk tokoh agama, dalam hal ini adalah umat Parmalim yang merupakan menjadi salah satu informan peneliti, dimana umat Parmalim ini sangat sulit untuk diwawancarai dikarenakan oleh peneliti harus memiliki surat-surat izin yang ditujukan kepada Aliansi Sumut Bersatu (ASB) untuk meneliti umat Parmalim, sementara yang peneliti punya adalah surat izin meneliti di FKUB Kota Medan karena fokus penelitian ini lebih kepada FKUB bukan ASB. Hal ini membuat peneliti harus mencari cara lain agar dapat mewawancarai umat Parmalim.


(23)

BABIV

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota ini adalah kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk sekitar 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan.

Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan.Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan.Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan.Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan.Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh.Mereka datang ke Medan bukan untuk


(24)

bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.

4.1.1 Keadaan demografi

Kota Medandengan luas wilayah 265,1 km2 didiami penduduk sebanyak 2.191.140jiwa, terdiri dari 1.081.797jiwa laki-laki dan1.109.343 jiwa perempuan. Penduduk Kota Medan tersebar di 21 kecamatan, berikut ini adalah kecamatan yang ada di Kota Medan :

1. Medan Tuntungan 2. Medan Johor 3. Medan Amplas 4. Medan Denai 5. Medan Area 6. Medan Kota 7. Medan Maimun 8. Medan Polonia 9. Medan Baru 10. Medan Selayang 11. Medan Sunggal

12. Medan Helvetia 13. Medan Petisah 14. Medan Barat 15. Medan Timur 16. Medan Perjuangan 17. Medan Tembung 18. Medan Deli 19. Medan Labuhan 20. Medan Marelan 21. Medan Belawan

Kota Medan didiami sebanyak11 etnis, mulai dari etnis Batak Toba, Karo, Mandailing,Simalungun, Minangkabau, Tionghoa, Melayu, Jawa, Aceh, Nias, dan Tamil. Sementara agama yang dianut masyarakatnya, yaitu: Agama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Konghuchu.


(25)

4.1.2 Fasilitas ibadah

Dalam pembangunan keagamaan, pemerintah Kota Medan telah mengupayakan untuk membangun fasilitasibadah. Tingkat toleransi dan saling menghargai antar umat beragamadi Kota Medan sudah berlangsung sejak lama sehingga sangat jarang terjadi gesekan dan konflik antar umat beragama di kota ini.

Kota Medan memiliki fasilitas ibadah sebanyak 2.614 buah yaitu Mesjid, Gereja, Pura, Vihara dan Klenteng. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Fasilitas Ibadah di Kota Medan Fasilitas Rumah Ibadah Jumlah

Mesjid 1.669 Gereja 725

Pura 22

Vihara 187 Klenteng 11

Total 2.614 Sumber: BPS Kota Medan, 2013

Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa fasilitas ibadah yang ada di Kota Medan sudah cukup memadai untuk masyarakatnya yang begitu banyak dengan keberagaman agama.

4.1.3 Pola Pemukiman Masyarakat Kota Medan

Masyarakat Kota Medan yang majemuk menjadikan pola pemukiman masyarakatnya yang berkelompok-kelompok berdasarkan identitas etnisnya masing-masing.Suatu pemukiman biasanya dihuni dan didominasi oleh sekelompok etnis tertentu.


(26)

Masyarakat etnis Batak Toba kebanyakan bermukim di sekitar daerah Medan Teladan, masyarakat etnis Mandailing di sekitar daerah Sei Mati, masyarakat etnis Karo di sekitar daerah Padang Bulan, masyarakat etnis Aceh di sekitar Darussalam, masyarakat etnis Jawa di sekitar daerah Medan Tembung, masyarakat etnis Melayu di daerah pesisir Medan Belawan dan Medan Maimun, masyarakat etnis Minangkabau bermukim di daerah Medan Denai, masyarakat Etnis Tionghoa banyak bermukim di daerah Medan Kota dan masyarakat Etnis Tamil bermukim di sekitar Medan Polonia tepatnya di Kampung Madras yang dulunya bernama Kampung Keling. Dengan demikian masing-masing etnis berada di dalam kantong-kantong pemukiman khusus.

Dengan pola pemukiman yang didasarkan pada pengelompokan etnis ini, maka di masing-masing pemukiman saling menjaga dan mempertahankan hubungan-hubungan atau kegiatan sosial yang bercorak tradisional beradasarkan budaya etnis masing-masing.Bahasa daerah dengan masing-masing etnis masih tetap dipakai dalam pembicaraan sehari-hari.Anggota masing-masing etnis di dalam suatu kantong pemukiman cenderung mempunyai pekerjaan serupa.Masing-masing pemukiman ini, selain merupakan arena untuk melestarikan kesinambungan kulturnya dalam interaksi sehari-hari, juga sebagai wahana tukar menukar ide dan pengalaman pekerjaan. Suatu pemukiman kelompok etnis biasanya masih merupakan pertalian sanak saudara atau teman sekampung, sehingga dapat menjadi tempat melanjutkan adat kebiasaan leluhur mereka.

Walaupun di Kota Medan terdapat beberapa kantong-kantong pemukiman beradasarkan kelompok etnisnya masing-masing, bukan berarti di daerah


(27)

pemukiman tersebut tidak ada penduduk yang berbeda etnis bermukim di daerah itu.

4.2 Profil Informan

Profil Informan PengurusFKUB Kota Medan

Nama : Drs. H. Palit Muda Harahap, M.A. Usia : 60 tahun

Etnis : Mandailing Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Jabatan di FKUB : Ketua FKUB Kota Medan

Bapak Palit merupakan ketua FKUB Kota Medan sejak periode kedua pada tahun 2012. Dia menjelaskan bahwa FKUB mengadakan suatu kegiatan berupa dialog kepada masyarakat lintas agama setidaknya 15 (lima belas) kali dalam setahun dan itu tergantung dari dana pemerintah yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut, apabila dana belum keluar maka kegiatan tidak bisa dilaksanakan.

Dia juga mengungkapkan bahwa pembahasan yang lebih sering dibicarakan pihak FKUB dalam setiap diskusi biasanya mengenai pembangunan rumah ibadah, konflik/ gesekan-gesekan antar umat agama dan sumber-sumber konflik/gesekan-gesekan yang terjadi.Menurutnya hubungan/ interaksi yang terjalin antar umat agama di Kota Medan saat ini sangat akrab dan harmonis. FKUB akan melakukan dialog-dialog dengan masyarakat lintas agama yang bertujuan agar kehidupan bermasyarakat di Kota Medan tetap harmonis.


(28)

Nama : Ir. Sutopo Usia : 55 tahun Etnis : Tionghoa Agama : Buddha Pekerjaan : Wiraswasta

Jabatan di FKUB : Wakil Ketua I FKUB Kota Medan

Bapak Sutopo merupakan wakil ketua I FKUB Kota Medan dan sudah bergabung dengan FKUB lebih dari 5 tahun sejak FKUB pertama kali didirikan di Kota Medan.Dia menjadi salah satu anggota FKUB karena diutus oleh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) sebagai perwakilan umat agama Buddha.Dan menurutnya salah satu syarat untuk bergabung menjadi anggota FKUB adalah harus berasal dari utusan majelis agama.

Dia juga menjelaskan bahwa beberapa kedala yang dihadapi FKUB saat ini adalah adanya penolakan dari masyarakat terkait pembangunan rumah ibadah di suatu wilayah, apa itu karena bangunannya yang tidak memiliki izin ataupun dikarenakan rumah ibadah tersebut dibangun di wilayah yang umatnya minoritas. Pak Sutopo menjelaskan bahwa FKUB Kota Medan memiliki kegiatan diskusi setiap hari rabu sore dan mengadakan dialog-dialog bersama masyarakat Kota Medan lintas agama setidaknya 15 (lima belas) kali dalam setahun tergantung anggaran yang dikeluarkna oleh pemerintah.

Nama : Pdt. Dr. L. Karo Sekali, M. Th. Usia : 63 tahun


(29)

Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : Pegawai Swasta Jabatan di FKUB : Sekretaris

Bapak Karo Sekali merupakan sekretaris FKUB Kota Medan dan sudah bergabung dengan FKUB lebih dari 5 tahun sejak FKUB pertama kali didirikan di Kota Medan.Dia menjadi salah satu anggota FKUB perwakilan umat Kristen Protestan karena beliau merupakan ketua umum BKAG (Badan Kerjasama Antar Gereja) dan juga ketua GBKP (Gereja Batak Karo Protestan).Dia sangat aktif di bidang organisasi keagamaan.

Dia menjelaskan bahwa diskusi yang diadakan FKUB biasanya membahas mengenai pembangunan rumah ibdah dan gesekan-gesekan konflik antar umat beragama.Dia mengungkapkan apabila ada rumah ibadah berbentuk sebuah ruko dan rumah ibadah tersebut menimbulkan gesekan-gesekan antar umat beragama, maka yang perlu diteliti adalah pemilik bangunan tersebut, apakah dia memiliki izin pendirian rumah ibadah. Dan apabila izin sudah didapat tetapi masyarakat masih keberatan, pihak FKUB akan berbicara kepada lurah atau camat dan menanyakan apa permasalahan sebenarnya.

Nama : Selwa Kumar Usia : 38 tahun Etnis : Tamil Agama : Hindu Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di FKUB : Anggota FKUB


(30)

Bapak Selwa merupakan anggota FKUB Kota Medan perwakilan umat Hindu. Sebenarnya dia bukanlah anggota resmi FKUB, namun dia sering menggantikan posisi Bapak Ir. Hariram selaku anggota resmi FKUB perwakilan umat Hindu apabila Pak Hariram berhalangan hadir dalam kegiatan seperti dialog yang diadakan oleh FKUB Kota Medan. Dia baru saja bergabung dengan FKUB selama 2 tahun.Dia diutus oleh PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) untuk bergabung dalam FKUB. Menurutnya untuk bergabung menjadi anggota FKUB tidak perlu harus tamatan dari universitas (sekolah tinggi), yang penting aktif dalam organisasi keagamaan dan cukup dikenal baik oleh masyarakat sekitar sehingga pihak majelis agama akan bersenang hati untuk menunjuk kita bergabung dalam FKUB.

Nama : Js. Munazad Usia : 42 tahun Etnis : Tionghoa Agama : Konghuchu Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan di FKUB : Anggota FKUB

Bapak Munazad merupakan anggota pengurus FKUB Kota Medan sebagai perwakilan dari umat Konghuchu selama kurang lebih 4 tahun.Faktor yang melatarbelakanginya ikut bergabung dengan FKUB adalah karena diutus oleh MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia).

Dia menjelaskan bahwa kegiatan yang diadakan oleh FKUB biasanya didasari oleh program kerja FKUB dan program pemerintah. Adapun kegiatan


(31)

rutin FKUB menurutnya adalah mengadakan rapat/ diskusi pada hari rabu sore di kantor FKUB dan biasanya pembahasan diskusi mengenai rekomendasi kepada pemerintah untuk pembangunan rumah ibadah. Pertentangan antar umat beragama yang selama ini terjadi menurutnya adalah mengenai perbedaan pendapat tentang pendirian rumah ibadah, itu sebabnya FKUB disini memiliki peran penting dalam hal itu.

Nama : Drs. H. Manippo Pohan Usia : 55 tahun

Etnis : Batak Toba Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS Jabatan di FKUB : Anggota Sekretariat

Bapak Manippo merupakan anggota pengurus FKUB Kota Medan sebagai sekretariat selama 4 tahun.Faktor yang melatarbelakanginya ikut bergabung dengan FKUB adalah kemauannya sendiri. Berdasarkan penjelasannya FKUB Kota Medan melakukan suatu kegiatan beradasarkan program kerja, dan kelangsungan acara atau dialog yang diselenggarakan FKUB berdasarkan bantuan dana hibah dari pemerintah Kota Medan. Apabila dana dari pemerintah tersebut belum ‘cair’ (keluar), maka kegiatan yang akan dilakukan FKUB tidak akan terlaksana. Dia juga menjelaskan bahwa diskusi yang diadakan FKUB biasanya paling sering membahas mengenai pembangunan rumah ibadah. Pihak-pihak yang terkait dalam setiap kegiatan seperti dialog yang dilakukan FKUB Kota Medan adalah masyarakat lintas agama dan tokoh-tokoh agama.


(32)

Profil Informan peserta dialog yang diadakan olehFKUB Kota Medan Nama : Erpita Simorangkir

Usia : 47 tahun Etnis : Batak Toba Agama : Katholik

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Ibu Erpita merupakan salah satu peserta dialog yang diadakan FKUB Kota Medan. Dia sudah 3 (tiga) kali mengikuti dialog tersebut. Biasanya dia menghadiri dialog-dialog itu berdasarkan undangan yang diterimanya dari majelis agama atau anggota pengurus gereja. Pengalaman hubungan antar agama yang paling menyenangkan menurutnya adalah pada saat tetangganya yang muslim mengadakan acara pesta, seperti pesta perkawinan dia selalu diundang untuk bergotong royong membantu tetangganya tersebut untuk memasak makanan yang akan dihidangkan di pesta tetangganya tersebut, mereka menyebutnya rewangan. Walaupun dia bukan beragama Islam, namun tetangganya yang muslim tetap mau mengajaknya untuk berbaur dalam acaranya tersebut tanpa memandang suku dan agamanya.

Menurutnya FKUB memberikan dampak positif bagi kehidupannya. Karena dengan mengikuti dialog-dialog yang diadakan oleh FKUB, dia jadi lebih terbuka dengan umat agama lain dan saling memahami satu sama lain. Contoh nyata sudah dialami dalam hidupnya pada saat saudaranya yang berpindah agama dari Katholik menjadi Islam.Keluarganya mengalami pertentangan pada saat saudaranya tersebut meninggal dunia. Mereka mempersoalkan mengenai tata


(33)

carapemakaman dan tanah pemakaman berdasarkan agama apa yang harus dilaksanakan pada saat saudaranya itu meninggal, namun FKUB dapat membantu permasalahan yang dihadapi keluarganya itu.

Nama : Kartini Usia : 39 tahun Etnis : Jawa Agama : Hindu

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Ibu Kartini merupakan salah satu peserta dialog yang diadakan FKUB Kota Medan. Dia sudah sering mengikuti dialog tersebut sebanyak kurang lebih 5 (lima) kali. Dialog-dialog yang dihadirinya dari FKUB selama ini berasal dari undangan yang diterimanya dari organisasi WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia). Dia sangat bersyukur aktif dalam organisasi keagamaan tersebut, karena dengan bergabung dengan ormas keagamaan dia bisa menghadiri dialog-dialog yang diadakan oleh FKUB, dengan begitu dia bisa saling mengenal agama yang satu dengan lainnya.

Dia berpendapat bahwa FKUB telah menjalankan perannya dengan baik. Salah satu pengalaman hubungan antaragama yang paling menyakitkan dalam hidupnya adalah pada saat orang lain memandang agama yang dianutnya tidak baik karena menyembah patung. Menurutnya dengan hadirnya FKUB ditengah-tengah masyarakat dapat memberikan dampak positif dengan memberikan pengarahan-pengarahan yang baik terhadap semua masyarakat Kota Medan yang plural akan pentingnya toleransi dalam beragama.


(34)

Nama : Nur Aisyah Siregar Usia : 42 tahun

Etnis : Mandailing Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta

Ibu Aisyah merupakan salah satu peserta dialog yang diadakan FKUB Kota Medan. Dia sudah mengikuti dialog tersebut sebanyak 3 (tiga) kali. Menurutnya FKUB memang harus melibatkan masyarakat lintas agama dalam melakukan setiap kegiatan dialognya. Karena menurutnya masyarakat Kota Medan masih ada sebagian yang belum terlalu memahami agama orang lain sehingga terkadang terjadi gesekan-gesekan konflik diantara mereka.

Salah satu pengalaman hubungan antar agama yang paling menyenangkan dalam hidupnya adalah saat ini mereka sudah sangat terbuka dengan agama lain, contohnya dia sering saling memberikan makanan kepada tetangganya yang bukan seagama dengannya, padahal sebelumnya hal itu sangat jarang sekali dia lakukan.

Nama : Chyntia Usia : 20 tahun Etnis : Tionghoa Agama : Buddha


(35)

Ibu Chyntia berpendapat bahwa FKUB kurang memperkenalkan keberadaannya kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Karena menurutnya masih ada sebagian masyarakat yang belum tahu apa itu FKUB. Dia sendiri baru mengenal FKUB satu tahun belakangan ini dari temannya.Dia hanya mengetahui bahwa FKUB berperan menjaga keharmonisan masyarakat lintas agama di Kota Medan yang plural ini. Selain daripada itu dia kurang memahami apa saja sebenarnya tugas-tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan oleh FKUB.

Nama : Metta Rani Usia : 18 tahun Etnis : Tamil Agama : Buddha Pekerjaan : Pelajar

Metta adalah salah satu masyarakat Kota Medan yang beretnis Tamil namun sering dipandang sebagai pemeluk Agama Hindu.Menurutnya dengan hadirnya FKUB kiranya mampu memberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat, khususnya Kota Medan agar jangan menilai agama seseorang berdasarkan etnisnya. Diakuinya banyak sekali orang lain mengaggapnya sebagai orang Hindu. Tetapi dia selalu menjelaskan bahwa tidak semua Etnis Tamil itu beragama Hindu.

Nama : J. Gultom Usia : 59 tahun Etnis : Batak Toba


(36)

Agama : Kepercayaan (Parmalim) Pekerjaan : PNS

Bapak Gultom adalah salah satu umat Parmalim yang berdiam di Kota Medan.Dia menjelaskan bahwa ada sekitar 102 KK (Kepala Keluarga) umat Parmalim yang tinggal di Kota Medan.Di dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk) Pak Gultom tertera agama yang dianutnya adalah Kepercayaan, yaitu mempercayai Tuhan Yang Maha Esa.Walaupun sempat disuruh memilih salah satu agama dari enam agama yang diakui pemerintah, Pak Gultom tetap tidak ingin memilih dan kukuh terhadap keyakinannya yaitu agama leluhur Parmalim. Dia beranggapan bahwa semua agama itu sama, menyembah satu Tuhan yang sama. Hanya saja dalam pengucapan Tuhan dalam masing-masing agama itu berbeda-beda.

4.3 Agama dan aliran kepercayaan

Menurut Emile Durkheim (dalam Prambudi, 2014) berpendapat bahwa agama adalah suatu pranata yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengikat individu menjadi satu-kesatuan melalui pembentukan sistem kepercayaan dan ritus.

Berdasarkan penjelasan atas ketetapan Presiden No.1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu.Keenam agama tersebut adalah agama yang diakui dan dilindungi di Negara Indonesia.”Selain dari keenam agama tersebut ada beberapa aliran kepercayaan yang saat ini masih diyakini oleh masyarakat


(37)

Indonesia.Menurut Soeropranoto (2000), aliran kepercayaan merupakan suatu ajaran pandangan hidup berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bersandarkan sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada.Biasanya penganut aliran kepercayaan (agama leluhur) kebanyakan bermukim di daerah terpencil yang jauh dari kota-kota besar.Salah satu diantaranya adalah aliran kepercayaan Parmalim.Parmalim disebut-sebut sebagai agama asli suku Batak.Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama yang dalam Malim adalah Debata Mula Jadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh Umat Ugamo Malim (Parmalim). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di (Sumber: Wikipedia.org/ diaskes pada 28 Desember 2015).

Pada tanggal 25 November 2015 peneliti mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Aliansi Sumut Bersatu (ASB) yang bertemakan Keluhuran Agama Leluhur (Eksistensi Agama Leluhur di Indonesia) dimana materi tersebut disusun oleh Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak. Acara tersebut berjudul Temu Akbar Penghayat Se-Sumatera Utara (Penghayat Bersatu, Negara Kuat) dengan tujuan agar agama leluhur jangan dilupakan oleh masyarakat, karena agama leluhur ini masih diyakini oleh sebagian masyarakat yang berdiam di daerah Toba Samosir, Sumatera Utara.


(38)

Dalam acara tersebut Prof. Dr. Bungaran menjelaskan Dasa Sabda sebagai bukti eksistensi agama leluhur sebagai berikut:

1. Berbudi Luhur, artinya manusia harus mempunyai rasa penghormatan kepada Tuhan, sesama manusia dan ciptaan Tuhan yang lain yang ada di bumi dan jagat raya dengan dasar tulus, suci dan mulia.

2. Berpekerti, artinya memiliki kelakukan yang baik. Dalam hal ini pekerti yang baik dan luhur menjadi ajaran yang utama di dalam agama leluhur.

3. Pewarisan pengajaran agama kepada keturunan, artinya tidak ada misi penyiaran agama kepada yang bukan keturunan. Tetapi mereka tidak menutup diri kepada orang yang datang kepada mereka untuk mempelajari agama tersebut.

4. Landasan adat leluhur, agama leluhur lahir dari pengalaman hidup dan alam pemikiran yang paling asli para leluhur. Kebiasaan adat dan budaya menjadi bagian yang mendukung keyakinan dan kepercayaan kepada sesuatu yang maha kuat yang menjadi pelindung mereka.

5. Pedoman hidup, mencintai dan memelihara ciptaan Tuhan, artinya mereka tidak akan merusak alam yang dipercaya disediakan yang maha kuasa untuk kehidupan mereka. Bahkan kewajiban mereka untuk mencintai dan memelihara alam dan segala ciptaan yang maha agung itu untuk dijadikan sumber bekal kehidupan manusia dahulu, sekarang dan yang akan datang. 6. Menghormati manusia, agama leluhur juga menekankan penghormatan

kepada sumber asal manusia secara turun temurun yakni orang tua yang dinamakan ayah ibu, nenek kakek, hingga nenek moyang.


(39)

7. Bekerjasama, sabda bekerjasama atau bergotong royong adalah intisari kesatuan dan persatuan kehidupan sosial nenek moyang bangsa-bangsa yang bermukim di pulau-pulau nusantara sejak dahulu kala.

8. Mengingat latar belakang, agama leluhur selalu mengingatkan bahwa mereka tidak boleh melupakan masa lalu yang telah dijalani. Bahkan untuk yang telah dilalui itu selalu diucapkan terimakasih kepada para leluhur yang telah menurunkan mereka, mewariskan adat istiadat dan agama kepercayaan mereka.

9. Merancang masa depan, Orang Batak memiliki ungkapan dan perintah yang berbunyi mamereng tu jolo, manaili tu pudi. Artinya selalu melihat ke depan dan menatap ke belakang. Maksudnya belajar dari masa lalu untuk membentuk dan merancang masa depan.

10.Memelihara saling percaya, pada hakekatnya pada jaman silam rumah masyarakat hampir tidak berkunci, tidak dikunci pemiliknya. Jaman dahulu tidak ada pencurian, mereka saling percaya dan saling menjaga sesama penghuni desa. Agama leluhur menempatkan manusia adalah peta wajah Tuhan, karena itu dipercaya Tuhan itu ada di dalam kedirian manusia.

Kegiatan yang bertemakan tentang eksistensi agama leluhur di Indonesia ini tidak didukung oleh FKUB Kota Medan maupun FKUB Sumatera Utara. Karena FKUB hanya melakukan kegiatan yang bertemakan agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, yaitu Agama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Konghuchu, namun demikian FKUB tetap menghargai aliran kepercayaan seperti Parmalim tersebut. Tetapi jika terjadi permasalahan terkait agama Parmalim ini


(40)

seperti halnya masalah pembangunan rumah ibadah atau area pemakaman, FKUB tidak dapat membantu. Hal tersebut dijelaskan oleh salah seorang anggota sekretariat FKUB Kota Medan Bapak Drs. H. Manippo Pohan sebagai berikut:

“… FKUB mencoba membantu membina kerukunan umat beragama.Salah satunyadengan membantu masyarakat dalam membangun rumah ibadah.Karena sering terjadi gesekan diantara masyarakat apabila di suatu daerah ingin mendirikan sebuah rumah ibadah.Disini FKUB berperan penting dalam hal pemberian izin dan memfasilitasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan rumah ibadah. Dengan syarat, rumah ibadah yang akan didirikan adalah tempat ibadah para umat beragama yang agamanya diakui oleh Negara Indonesia..”

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan FKUB tidak dapat membantu umat dari aliran kepercayaan seperti Parmalim untuk mendirikan rumah ibadah.Tetapi bukan berarti FKUB acuh terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat minoritas ini. Penjelasan mengenai hal tersebut ditambahkan lagi oleh Pak Pohan sebagai berikut:

“… namun bukan berarti kalau ada umat dari aliran kepercayaan mengalami masalah dalam hal ini Parmalim, FKUB tidak akan membantu. Tidak, FKUB akan tetap membantu bagaimana caranya agar masyarakat beragama dapat hidup damai dan harmonis. Kita tahu agama Parmalim mayoritas umatnya beretnis Batak Toba yang banyak tinggal di daerah Tobasa, jadi jika ada permasalahan dengan umatnya, kita akan cari solusinya. Caranya adalah siapa umat terdekat dari Parmalim. Umat Kristen dan Katholik adalah yang terdekat dengan Parmalim karena etnis Batak Toba yang tinggal di Tobasasana kebanyakan menganut Agama Kristen dan Katholik. Kita akan datangkan salah satu perwakilan umat Kristen atau Katholik dari FKUB untuk membantu permasalahan apa yang sedang mereka hadapi. Tapi kalau permasalahan tersebut tidak bisa diatasi oleh salah seorang anggota dari FKUB, maka permasalahan itu akan diserahkan kepada pemerintah setempat..”

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa FKUB tetap mencari solusi bagaimana caranya agar masyarakat beragama bisa hidup rukun dan


(41)

harmonis dalam satu wilayah dengan berbagai ragam budaya dan agama.Kehadiran agama leluhur Parmalim ini tidak terlalu menjadi polemik bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kota Medan. Karena umat dari agama Parmalim ini hanya banyak bermukim di daerah yang jauh dari kota besar seperti di daerah Tobasa. Tetapi pada tahun 2005 umat Parmalim mulai banyak bermukim di Kota Medan, hingga saat ini setidaknya ada sekitar 102 KK (Kepala Keluarga) umat Parmalim yang tinggal di Kota Medan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu umat Parmalim yang bermukim di Kota Medan bernama Bapak J. Gultom.

“…untuk sekarang ini udah ada 102 KK umat Malim yang tinggal di Kota Medan. Dan selama ini nggak ada masalah dengan umat lain. Awalnya saja mereka tidak menerima kami pada tahun 2005.Waktu itu kami bangun rumah ibadah di daerah Air Bersih, Parsaktian namanya.Warga dekat situ nggak setuju dengan rumah ibadah yang kami buat.Mereka menganggap kami si Pelebegu (memuja setan).Tetapi setelah beberapa tahun kami mengurus surat-surat izin dan akhirnya disetujui pemerintah. Tahun 2011 lah Parsaktian itu sudah bisa digunakan…”

Berdasarkan penjelasan Pak Gultom di atas, dapat diketahui bahwa Umat Malim sudah mulai banyak mendiami Kota Medan sekitar tahun 2005, namun untuk rumah ibadah mereka belum memilikinya pada saat itu. Pada saat merekamelakukan pembangunan rumah ibadah, mereka mendapat pertentangan dengan umat lain di sekitar daerah pembangunan rumah ibadah tersebut. Hingga pada akhirnya salah satu Umat Parmalim dari Jakarta bernama Pak Sirait datang ke Kota Medan dan mengurus segala sesuatunya agar rumah ibadah umat Parmalim yang bernama Parsaktian ini bisa didirikan. Pak Gultom menjelaskan bahwa Pak Sirait berusaha mengundang masyarakat sekitar pembangunan rumah ibadah tersebut untuk bermusyawarah, dimana Pak Sirait berbicara terlebih dahulu


(42)

kepada Kepling (Kepala Lingkungan) setempat untuk mengundang beberapa warganya untuk berkumpul mendiskusikan perihal pembangunan rumah ibadah umat Parmalim di Jalan Air Bersih tersebut. Setelah melakukan musyawarah, akhirnya masyarakat dapat menerima kehadiran rumah ibadah tersebut dan umat Parmalim dapat melaksanakan ibadah setiap hari sabtu di rumah ibadah yang mereka sebut dengan Parsaktian.Dalam pembangunan rumah ibadah ini, mereka memang tidak memiliki rekomendasi dari FKUB Kota Medan dikarenakan pada saat itu FKUB belum didirikan, FKUB berdiri sekitar tahun 2007. Meskipun demikian, seandainya mereka mendirikan rumah ibadah itu sesudah FKUB didirikan, izin rekomendasi pendirian rumah ibadah umat Parmalim juga tidak akan dikeluarkan oleh pihak FKUB karena Parmalim bukanlah termasuk dari 6 (enam) agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia.Tetapi mereka mengungkapkan bahwa mereka telah memiliki izin dari pemerintah dan warga setempat.Pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata, bukan berasal dari Kementrian Agama.Dinas Pariwisata memberikan apresiasi terhadap keberadaan Parmalim dengan ikut serta dalam kegiatan Parmalim yang dianggap oleh umat Parmalim sebagai bentuk izin pendirian rumah ibadah mereka.Dalam hal ini izin yang didapat oleh umat Parmalim adalah izin mendirikan sebuah bangunan bukan izin untuk mendirikan rumah ibadah.

Untuk saat ini hanya ada satu rumah ibadah Umat Parmalim yang ada di Kota Medan.Dan untuk tanah pemakaman, mereka juga sudah memiliki lahannya di daerah KM 12 Marendal, Kota Medan.Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Pak Gultom.


(43)

“… sekarang masih ada satu rumah ibadah kami di Kota Medan ini, dan untuk tanah kuburan kita ada tanah pemakaman di daerah Marendal, KM 12 dan itu udah ada sejak tahun 2005 lalu…”

Tidak banyak warga Kota Medan yang mengetahui akan kehadiran rumah ibadah umat Parmalim. Terkait hal ini, meskipun Parmalim adalah sebuah aliran kepercayaan dan bukan merupakan agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, FKUB Kota Medan juga tidak bisa langsung menutup rumah ibadah tersebut.Hal itudikarenakan tidak adanya konflik atau pertentangan dari warga sekitar terkait rumah ibadah tersebut, sehingga eksistensi rumah ibadah umat Parmalim tidak menjadi permasalahan yang berarti oleh FKUB Kota Medan.Apabila masyarakat sekitar rumah ibadah tersebut merasa tergganggu dan menyampaikan rasa ketidaknyamanan hidup mereka kepada FKUB atau pihak yang berwajib, maka FKUB akan bertindak sesuai perannya. Tetapi kenyataannya untuk saat ini kehidupan masyarakat di sekitar rumah ibadah Parmalim tidak mengalami gangguan, oleh karena itu FKUB tidak melakukan apapun karena kerukunan di daerah tersebut dianggap sudah damai. FKUB juga menganggap bahwa bangunan yang didirikan oleh umat Parmalim itu bukanlah termasuk salah satu jenis bangunan rumah ibadah, sehingga apabila mereka tidak memiliki surat izin rekomendasi dari FKUB, hal itu tidak jadi permasalahan, yang mereka miliki hanyalah izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh Dinas Pariwisata, karena pihak dari Dinas Pariwisata menganggap bahwa agama leluhur ini merupakan salah satu budaya yang sudah ada dari nenek moyang Etnis Batak Toba. Sehingga bangunan bernama Istana Parmalim ini diizinkan pendirian pembangunannya oleh Dinas Pariwisata sebagai apresiasi terhadap kebudayaan, namun umat Parmalim menganggapnya sebagai rumah ibadah mereka.


(44)

Bapak L. Karo Sekali selaku sekretaris FKUB menerangkan bahwa rumah ibadah yang dibangun sebelum hadirnya FKUB, FKUB tidak bisa menutup rumah ibadah tersebut begitu saja karena harus melalui prosedur tertentu.

“… FKUB berwenang menutup rumah ibadah yang tidak memiliki izin dan rekomendasi dari kita. Tapi untuk rumah ibadah yang sudah berdiri sebelum FKUB ada, walaupun pihak pengurus rumah ibadah itu tidak memiliki izin kita tetap izinkan berdiri…”

Pernyataan tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Manippo Pohan selaku anggota sekretariat FKUB Kota Medan sebagai berikut:

“…FKUB sebetulnya bisa menutup rumah ibadah yang bukan termasuk 6 agama yang diakui pemerintah, cuma harus melewati beberapa prosedur. Misalnya harus meninjau lokasi, menanyakan pendapat masyarakat setempat yang tinggal disekitar lokasi rumah ibadah tersebut, dan yang terakhir adalah menanyakan izin pendiriannya, apakah mendapat izin dari pemerintah atau tidak. Penutupan rumah ibadah itu akan dilakukan terlebih jikalau masyarakat setempat menolak atau keberataan atas keberadaan rumah ibadah tersebut, karena pasti akan memunculkan konflik…”

Berdasarkan wawancara diatas, FKUB sebenarnya memiliki wewenang dalam menutup rumah ibadah milik selain 6 (enam) agama yang dilayani di Indonesia, namun dalam hal ini FKUB tidak bisa menutup rumah ibadah umat Parmalim dikarenakan tidak adanya konflik atau pertentangan dari warga sekitar, sehingga keberadaan rumah ibadah tersebut tidak menjadi permasalahan oleh FKUB Kota Medan.

Sebenarnya Parmalim bukanlah sebuah aliran kepercayaan yang baru hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya Kota Medan karena kepercayaan ini sudah ada sejak nenek moyang Etnis Batak Toba.Selain itu umatnya yang minoritas tidak terlalu mengganggu masyarakat beragama yang bermukim di Kota


(45)

Medan oleh sebab itu belum ada terdengar adanya gesekan dari umat manapun terhadap agama Parmalim.Hanya saja permasalahan yang dihadapi umat Parmalim adalah mereka harus memilih salah satu diantara enam agama yang diakui di Indonesia di dalam kartu tanda pengenal (KTP) mereka agar memudahkan mereka dalam urusan bernegara.Karena hanya ada enam agama yang diakui di negara Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu dan Konghuchu. Apabila mereka tidak memilih salah satu diantaranya, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam urusan administrasi negara, contohnya saja dalam hal pembuatan paspor, surat nikah, bahkan untuk mencari pekerjaan. Dalam hal ini mereka terpaksa disuguhkan untuk memilih antara Agama Kristen atau Katholik yang merupakan agama yang terdekat dengan mereka.Hal inilah yang menjadi dilema bagi umat Parmalim.Meskipun demikian tetap saja mereka memilih agama Parmalim untuk di letakkan di dalam kartu identitas mereka, dalam hal ini agama yang tertera di dalamnya adalah Kepercayaan, seperti yang tertera di KTP Pak Gultom.Hal tersebut juga sudah dijelaskan dalam U ndang-Undang Administrasi Kependudukan (Adminduk) yang merupakan revisi terhadap Undang-undang Administrasi Kependudukan Nomor 23 Tahun 2006

dijelaskanbahwa hanya diakui 6 (enam) agama di tanah air, Kementerian Agama (Kemenag) menjamin tidak akan memberikan hak istimewa ataupun memperlakukan diskriminasi dalam memberi pelayanan terhadap pemeluk agama, termasuk pemeluk agama di luar keenam agama yang diakui.


(46)

4.4 Profil FKUB Kota Medan

Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan awalnya dibentuk pada tanggal 30 Juli 2007 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 450/432.K/2007 yang menindaklanjuti peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 yang menyebutkan tentang Kerukunan Umat Beragama. Kantor FKUB Kota Medan yang berada di Jalan IAIN No.10 Medan Kode Pos 20253 berdekatan dengan gedung pasca sarjana (S2) Universitas Islam Negeri (UIN). FKUB kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas:

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. 2. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat.

3. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/ walikota.

4. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat, dan

5. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu, Muhammad Huzaifi (2015) dalam Manajemen Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Medan dalam membina kerukunan umat beragama, menjelaskan bahwa tugas utama FKUB adalah menampung aspirasi masyarakat tentang kerukunan dan memelihara kerukunan, oleh karenanya diundang para kepling di Kota Medan untuk membangun kerjasama dalam rangka memelihara kerukunana di Kota Medan.


(47)

Lurah dan kepling lah yang lebih mengerti permasalahan di masyarakat, dengan demikian kerukunan umat beragama di Kota Medan dapat terus terjaga. Kepling yang hampir setiap hari bertatap muka dengan para warganya diharapkan dapat merangkul dan mensosialisasikan atas apa yang menjadi dasar peraturan kedua menteri agama dan menteri dalam negeri, diantaranya mensosialisasikan peraturan tentang pembangunan rumah ibadah.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Js. Munazad selaku anggota FKUB Kota Medan sebagai berikut:

“… kalau terjadi perselisihan diantara warga terkait masalah agama, biasanya kita melakukan pendekatan dengan masyarakat misalnya bermusyawarah dengan masyarakat di kantor camat atau lurah, kemudian kita juga mengajak kepling berdiskusi karena kepling lah yang paling mengerti bagaimana warganya karena dia sering bertemu dengan warganya terkait dalam hal administrasi bernegara…”

Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama yaitu tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. Berdasarkan Tanya Jawab dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 BAB (III) bahwa untuk tingkat provinsi jumlah anggota FKUB maksimal 21 orang dan untuk tingkat kabupaten/ kota maksimal anggotanya berjumlah 17 orang. Perhitungan jumlah anggota berdasarkan perimbangan jumlah penduduk di suatu daerah. Anggota FKUB Kota Medan terdiri dari 10 umat Islam, 3 umat Kristen, 1 umat Katholik, 1 umat Buddha, 1 umat Hindu, dan 1 umat Konghuchu.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bergabung dalam anggota FKUB yaitu; harus utusan dari majelis agama atau ormas keagamaan yang diikuti,


(48)

aktif dalam ormas keagamaan, dikenal baik oleh warga sekitar, berintelektual dan memiliki waktu luang untuk menghadiri kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan oleh FKUB.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Pdt. DR. L. Karo Sekali selaku Sekretaris FKUB Kota Medan:

“… anggota FKUB Kota Medan berjumlah 17 orang yang diambil dari wakil masing-masing umat beragama. Itu berdasarkan peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam negeri.Saya bergabung menjadi anggota FKUB karena diutus oleh BKAG (Badan Kerjasama Antar Gereja) untuk menjadi sekretaris FKUB Kota Medan. Dan memang untuk menjadi anggota FKUB harus melalui majelis agama dan diutus langsung oleh mereka…”

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Js. Munazad selaku anggota FKUB Kota Medan:

“… persyaratan untuk menjadi anggota FKUB harus aktif di majelis agama atau ormas keagamaan dan juga harus dikenal oleh warga sekitar. Saya ditunjuk oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) sebagai perwakilan umat konghuchu sebagai anggota FKUB Kota Medan…”

Begitu juga dengan Bapak Selwa Kumar selaku anggota pengganti dari perwakilan umat Hindu yaitu Bapak Ir. Hariram, menyampaikan:

“… saya sebenarnya bukan anggota resmi FKUB Kota Medan, namun saya disini menggantikan Bapak Hariram selaku anggota FKUB perwakilan umat hindu karena beliau berhalangan hadir di acara dialog ini. Yang saya tahu, syarat untuk bergabung menjadi anggota FKUB Kota Medan adalah harus berintelektual, tetapi tidak harus berasal dari tamatan perguruan tinggi, dan juga memiliki waktu luang untuk menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh FKUB. Tentunya orang yang dipilih FKUB adalah orang yang ditunjuk langsung oleh majelis masing-masing agama..”


(49)

Beberapa pernyataan yang diungkapkan oleh beberapa informan menunjukkan bahwa anggota FKUB berasal dari perwakilan agama yang di yakini di Indonesia, mereka adalah yang diutus dari majelis agama atau ormas keagamaan dan tentunya harus dikenal baik oleh masyarakat. Persyaratan tersebut menjadi hal yang harus dimiliki oleh setiap anggota. Tidak melihat dari jenjang pendidikan yang sudah didapat, tetapi lebih kepada rekomendasi yang diterima dari majelis agama atau ormas keagamaan yang dijalankan oleh setiap anggota tersebut sebelum menjadi anggota FKUB.

4.4.1 Kegiatan FKUB Kota Medan

Beberapa kegiatan FKUB Kota Medan yang sering dilaksanakan adalah berupa rapat atau diskusi yang dilakukan oleh beberapa anggota FKUB. Diskusi ini biasanya dilakukan di gedung FKUB Jalan IAIN tersebut pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB atau 17.00 WIB atau tepatnya pada saat jam pulang kantor. Selain itu FKUB juga sering melakukan dialog-dialog yang mengikutsertakan masyarakat Kota Medan dari berbagai umat, khususnya umat dari keenam agama yang diakui oleh negara Indonesia.Hal ini dijelaskan oleh Bapak H. Palit Muda Harahap selaku ketua FKUB Kota Medan.

“… kami biasanya melakukan diskusi di kantor FKUB Kota Medan pada hari rabu sore sekitar jam 4 atau 5. Tetapi tidak setiap hari rabu juga.Namun biasanya sih hari rabu.Tergantung kegiatannya, kalau ada rekomendasi pembangunan rumah ibadah, ya kami harus diskusi pada hari rabu itu. Begitu juga kalau ada kegiatan dialog-dialog yang akan diadakan oleh FKUB Kota Medan…”

Dialog-dialog yang diselenggarakan oleh FKUB Kota Medan pada umumnya diadakan di sebuah hotel dan semua kegiatan tersebut didanai oleh


(50)

pemerintah setempat.Hal ini juga diterangkan oleh Bapak Pdt. DR. L. Karo Sekali selaku sekretaris FKUB Kota Medan.

“… FKUB biasanya mengadakan dialog-dialog dengan masyarakat Kota Medan dari masing-masing agama di sebuah hotel. Dan dana yang kami gunakan untuk melakukan dialog itu dibantu oleh pemerintah Kota Medan…”

Beberapa dialog yang diselenggarakan FKUB Kota Medan beberapa bulan terakhir ini adalah Dialog Tokoh-Tokoh Perempuan Lintas Agama yang diadakan di Hotel Garuda Plaza Medan pada tanggal 3 Desember 2015 dan Dialog Kerukunan Pengurus Rumah Ibadah Kota Medan yang diadakan di Hotel Inna Dharma Deli Medan pada tanggal 19 Desember 2015.

Di dalam dialog tokoh-tokoh perempuan lintas agama yang diadakan oleh FKUB Kota Medan masyarakat diajak untuk membahas bagaimana peran perempuan dalam memelihara dan mengukuhkan kerukunan umat beragama. Dra. Khairtati Purnama Nasution adalah seorang Psikolog selaku salah satu pembiacara dalam dialog tersebut menjelaskan bahwa perempuan mampu memberikan pengaruh kepada dunia baik ketika berada didepan kendali (sebagai pemimpin) maupun jika berada dibalik kendali orang lain, mampu memberikan kontribusi kepada negara yang dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu lingkungan keluarga, perempuan menjadi pihak pertama dalam terbukanya relasi sosial dalam masyarakat, dan sangat signifikan dalam memberikan pemahaman dan pendidikan kepada anak-anak, anggota keluarga tentang pentingnya kerukunan umat beragama, dan perempuan menempati posisi dalam mensupport pada orang terdekat tentang hidup berdampingan.

Psikolog tersebut juga menjelaskan bahwa persoalan toleransi adalah persoalan kesadaran beragama yang menyangkut aspek psikologis, sehingga


(51)

penting mengetengahkan isu toleransi dengan pendekatan psikologis. Wanita sebagai salah satu pihak penganut agama aktif memiliki potensi psikologis yang besar untuk berperilaku toleran, berbagai peran yang dijalaninya memberikan wanita makna nilai-nilai kemanusiaan, bahwa semua manusia apa pun agama, suku dan rasnya adalah satu keluarga besar yang bisa hidup dengan harmonis.Pendekatan psikologis ini difokuskan kepada kalangan wanita, karena wanita ada1ah makhluk yang secara psikologis sangat potensial untuk bersikap toleran. Seorang wanita terutama dalam perannya sebagai ibu, yang selalu berhubungan dengan anaknya dan selalu bekerja sama, memupuk sikapnya untuk tidak mementingkan diri sendiri, sabar, rela berkorban, dan keibuan. Sikap-sikap tersebut menjadikan wanita selalu siap menyesuaikan diri, mempertimbangkan alternatif atau kemungkinan-kemungkinan lain dan mampu melihat perbedaan-perbedaan yang ada dilingkungannya.

Penjelasannya mengenai peran perempuan dalam memelihara dan mengukuhkan kerukunan umat beragama pada dialog yang diselenggarakan FKUB Kota Medan sangat menginspirasi perempuan-perempuan yang menghadiri dialog tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta yang diwawancarai oleh peneliti yaitu Ibu Kartini.

“… acara ini sangat menginspirasi kami, khususnya kaum perempuan. FKUB sering mengadakan dialog-dialog yang bertujuan untuk memelihara kerukunan umat beragama.Dan saya rasa perempuan memiliki peran penting dalam hal memelihara kerukunan tersebut.Karena perempuan adalah seorang ibu.Ibu adalah orang yang pertama kali memberikan pelajaran kepada seorang bayi yang baru dilahirkan di dunia. Jadi dengan demikian, perempuan berkontribusi untuk mengajari kepada manusia dari usia dini untuk dapat bertoleransi kepada seluruh umat beragama tanpa terkecuali..”


(52)

“...menurut saya dialog ini sangat bermanfaat bagi masyarakat kota Medan yang sangat kompleks. Disini kita jadi tahu bagaimana agama yang satu dan agama yang lain. Kita juga jadi lebih toleran terhadap agama lain. Saya pribadi sudah sering mengikuti dialog-dialog yang diadakan oleh FKUB ini, karena menurut saya dialognya sangat bermanfaat...”

Kedua informan tersebut mengaku bahwa diskusi yang diselenggarakan oleh FKUB sangat bermanfaat terhadap toleransi kehidupan beragama yang semakin terbangun di dalam diri setiap individu yang ikut dalam dialog tersebut. Setelah peserta mendapatkan pendidikan toleransi setelah dialog tersebut, mereka tentu saja akan mengajari sejak dini kepada orang lain untuk dapat bertoleransi kepada seluruh umat beragama yang ada dalam lingkungan kehidupan mereka.

Dua minggu setelah dialog tokoh-tokoh perempuan lintas agama yang diselenggarakan tanggal 3 Desember 2015, FKUB kembali menyelenggarakan dialog dengan tema yang berbeda. Hanya saja tujuan dialog tersebut tetap sama, yaitu menciptakan kehidupan pluralisme yang penuh rasa toleransi.Didalam dialog Kerukunan Pengurus Rumah Ibadah Kota Medan yang diadakan FKUB Kota Medan pada tanggal 19 Desember 2015 mengajak masyarakat untuk membahas bagaimana peran pengurus rumah ibadah dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Medan.

Pada dialog kali ini, para pengurus rumah ibadah dari 6 agama yang di akui di Indonesia lah yang menjadi peserta. Hal itu dikarenakan para pengurus rumah ibadah menjadi orang yang sangat berperan penting dalam menyebarkan rasa saling menghargai kepada masyarakat umum tiap-tiap agama. Selain itu, khusus di Kota Medan yang sangat jarang bahkan dapat dikatakan hampir tidak pernah terjadi kasus intoleransi kehidupan beragama, ternyata ada satu permasalahan yang memungkinkan untuk terjadinya gesekan konflik yaitu


(53)

pendirian rumah ibadah. Rumah ibadah yang dibangun diantara kehidupan yang didominasi oleh agama lain ditakutkan dapat memicu konflik. Misalnya saja, Gereja dibangun di lingkungan yang didominasi umat muslim, atau Mesjid yang dibangun di tengah lingkungan umat kristen atau contoh lainnya. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya konflik, sehingga sangat penting dialog pengurus rumah ibadah dilakukan. Dalam dialog tersebut, FKUB berusaha menjelaskan bahwa setiap pendirian rumah ibadah harus memiliki izin pendirian rumah ibadah. Izin tersebut harus dimiliki oleh setiap rumah ibadah yang ada. Izin tersebut di dapat dari Pemerintahan Kota Medan, hanya saja sebelum mendapatkan surat izin tersebut, pengurus rumah ibadah harus mendapat surat rekomendasi dari FKUB. Rekomendasi dari FKUB dimaksudkan apabila terjadi konflik karena pendirian rumah ibadah, FKUB dapat mengambil peran menjadi penengah.

Dr. H. Maratua Simanjuntak selaku ketua FKUB Sumatera Utara, pada dialog tersebut menjelaskan bahwa pengurus rumah ibadah adalah orang-orang pilihan yang dengan suka rela mengurus tempat-tempat ibadah, jamaah agama masing-masing ditentukan menurut tata cara masing-masing agama yang dilayani di indonesia yaitu: Islam, Kristen,Katolik, Hindu, Buddha dan Konghocu. Mereka sekaligus menjadi pemuka agama.

Beliau juga menjelaskan nama-nama pengurus rumah ibadah beradasarkan agamanya masing-masing sebagai berikut:

1. Islam :Nazir, BKM, Ulama, Ustad, TuanSyekh, dan lain-lain. 2. Katholik : Uskup, Imam Paroki, Pastor, Diakon, Cardinal,dan Paus. 3. Kristen : Pendeta, Penatua, Penginjil, Sintua, dan Eporus.


(54)

4. Hindu : Pandita, Pinandita, Brahmana.

5. Buddha : Pikkhu(Rahib Pria), Bikhuni (Rahib Wanita), Mahayana, dan Pandita.

6. Konghuchu: Jiao Shen (Js),Penebar Agama, Wanse (Ws), Guru Agama, Xuese(Pendeta), dan Jong Lau (Sesepuh).

Penjelasan Bapak Dr. H. Maratua Simanjuntak mengenai peran pengurus rumah ibadah dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Medan pada dialog yang diselenggarakan FKUB sangat menginspirasi para peserta yang menghadiri dialog tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta yang diwawancarai oleh peneliti yaitu Bapak Suriadi.

“… dialog ini sangat bagus. Kita jadi tahu mana rumah ibadah umum mana rumah ibadah keluarga. Saya sebagai anggota pengurus masjid jadi memahami rumah ibadah keluarga dari umat agama lain. Awalnya saya nggak tahu. Dan disini kita juga jadi tahu apa peran kita sebagai pengurus rumah ibadah, tidak hanya menjaga rumah ibadah, kita juga bisa berperan dalam hal menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat…”

Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Erpita Simorangkir:

“… dengan mengikuti dialog-dialog ini saya dan peserta lainnya jadi lebih mengerti dan memahami agama lain. Saya sebagai salah satu pengurus gereja jadi lebih tahu peran saya sebagai pengurus rumah ibadah bukan cuma menjaga gereja saja, tapi lebih memahami bagaimana prosedur dalam pembangunan rumah ibadah, karena itu kan nggak sembarangan…”

Kedua informan tersebut mengaku bahwa dialog yang diadakan oleh FKUB sangat bermanfaat terhadap toleransi kehidupan beragama yang semakin terbangun di dalam diri setiap individu yang mengikuti dialog tersebut. Mereka jadi lebih memahami apa peran penting pengurus rumah ibadah dan bagaimana prosedur untuk dapat membangun suatu rumah ibadah di suatu wilayah.


(55)

4.4.2 Peran FKUB Kota Medan

Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB dibentuk di Kota Medan bukan tanpa alasan, banyak manfaat dari pembentukan FKUB di Kota Medan. Manfaat tersebut dapat tergambar dari peran-peran FKUB. Salah satunya adalah terkait surat rekomendasi pendirian rumah ibadah.

Pada umumnya nama rumah ibadah yang ada di Indonesia berdasarkan enam agama yang diakui oleh pemerintah adalah masjid untuk umat Islam, gereja untuk umat Kristen dan Katholik, vihara untuk umat Buddha, pura/ kuil untuk umat Hindu, dan klenteng untuk umat Konghuchu. Selain itu ada juga rumah ibadah keluarga, Pak Maratua menjabarkannya sebagai berikut:

1. Islam : Mushalla, Langgar, Surau,dan Meunasah. 2. Kristen : Kapel dan Rumah Doa.

3. Katholik : Kapel.

4. Hindu : Sanggah, Mrajan, Panti dan Paibon. 5. Buddha : Cetya

6. Konghuchu:Siang Hwee, Co Bio, Cong Bio dan Kong TekSu.

Rumah ibadah yang disebutkan diatas bisa didirikan jika ada rekomendasi dari FKUB dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan.Tetapi rumah ibadah umum saja yang dapat dibantu oleh pihak FKUB.Sementara rumah ibadah keluarga tidak dapat dibantu oleh FKUB. Hal ini disampaikan oleh Bapak Ir. Sutopo selaku wakil ketua I FKUB Kota Medan sebagai berikut:


(56)

“… FKUB akan membantu masyarakat yang ingin mendirikan rumah ibadah apabila memenuhi syarat yang sudah ditentukan seperti menyerahkan surat permohonan yang kemudian akan ditindak lanjuti oleh pihak FKUB. Tetapi FKUB hanya membantu masyarakat yang ingin mendirikan rumah ibadah umum seperti masjid, gereja, vihara, pura atau kuil, dan juga klenteng. Selain daripada itu, kita tidak bisa bantu. Misalnya pembangunan rumah ibadah keluarga seperti surau, kapel, cetya dan sebagainya…”

Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak Pdt. Dr. L. Karo Sekali, M. Th. Selaku sekretaris FKUB Kota Medan sebagai berikut:

“… FKUB berwenang mengeluarkan surat rekomendasi pembangunan rumah ibadah seperti masjid, gereja, vihara, pura atau kuil, dan juga klenteng. Selain rumah ibadah tersebut kita tidak akan keluarkan surat rekomendasinya…”

Untuk mendirikan sebuah rumah ibadah di suatu wilayah, masyarakat harus menjalani beberapa prosedur yang sudah ditentukan oleh FKUB. Dan untuk memperoleh rekomendasi tertulis dari FKUB, panitia pembangunan rumah ibadah dapat mengajukan permohonan kepada FKUB dengan melampirkan persyaratan sebagi berikut:

1. Daftar nama dan kartu tanda penduduk (KTP) pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkatan batas wilayah.

a. Apabila pengguna yang 90 orang berdomisili lebih di satu kelurahan, maka daftar nama dan fotokopi KTP disahkan oleh Lurah kelurahan tempat rumah ibadah itu didirikan.


(57)

kecamatan, maka daftar nama dan fotokopi KTP disahkan oleh Camat kecamatan tempat rumah ibadah itu didirikan.

c. Apabila pengguna yang 90 orang berdomisili lebih daripada satu kecamatan atau beberapa kecamatan, tetapi masih di dalam wilayah satu kota, maka daftar nama dan KTP disahkan oleh pemerintah kota. 2. Apabila pengguna yang 90 orang sebagian berdomisili di dalam wilayah

satu kota dan sebagian lagi berdomisili di luar kota yang berbeda, maka daftar nama dan fotokopi KTP disahkan oleh pemerintah provinsi.

3. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh Lurah. Dukungan tersebut harus dibuat daftar nama pendukung dan fotokopi KTP, yang berisi nama, alamat, agama, dan nomor KTP serta dibubuhi tanda tangan pendukung.

Agar penerbitan rekomendasi terhindar dari permasalahan setelah rekomendasi dikeluarkan, maka FKUB menetapkan persyaratan tambahan sebagai lampiran permohonan sebagai berikut:

1. Fotokopi surat tentang hak atas tanah yang diatasnya akan didirikan rumah ibadah.

2. Fotokopi surat keputusan tentang susunan panitia pendirian rumah ibadah. 3. Gambar bangunan rumah ibadah yang akan didirikan.

4. Pamphlet pemberitahuan rencana pendirian rumah ibadah di lokasi rencana tempat bangunan rumah ibadah.

Selanjutnya, karena Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan No.8 Tahun 2006 menyaratkan, selain syarat administratif


(58)

juga syarat kerukunan, maka selain kelengkapan syarat administratif, juga diharapkan agar penduduk yang berbatasan langsung dengan lokasi bangunan rumah ibadah menjadi bagian dari pendukung atau penggunanya.

Sesuai dengan Bab V pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, khusus untuk permohonan izin sementara pemanfaatan bangunan gedung yang digunakan sebagai rumah ibadah sementara, pemohon mengajukan permohonan kepada FKUB dengan melampirkan:

1. Izin tertulis pemilik bangunan. 2. Rekomendasi tertulis dari Lurah. 3. Pelaporan tertulis kepada FKUB.

Untuk melanjutkan proses pemberian rekomendasi FKUB melakukan dua tahapan. Pertama, pemeriksaan berkas.Kedua, peninjaun lapangan. Prosedur yang dilalui dalam pengajuan permohonan rekomendasi pendirian rumah ibadah dapat dilihat dalam skema berikut:


(59)

Bagan 2.

Skema Prosedur Pengajuan Permohonan Rekomendasi Pendirian Rumah ibadah

(Sumber FKUB, 2014)

Dari pernyataan diatas dapat terlihat jelas bahwa FKUB memiliki peran penting dalam proses pembangunan rumah ibadah. Kota Medan sangat jarang ditemukan konflik akibat perbedaan agama, namun untuk mengantisipasi terjadinya konflik salah satunya akibat pendirian rumah ibadah maka FKUB memiliki peran khusus yaitu menjaga perdamaian dengan menjadi penengah jikalau terjadi konflik. FKUB akan menjadi penengah jikalau rumah ibadah yang telah berdiri memiliki surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh FKUB. Bukan berarti rumah ibadah yang telah berdiri dan apabila terjadi konflik disana FKUB tidak mau membantu menengahi, hanya saja diharapkan semua rumah ibadah harus memiliki surat dari FKUB agar FKUB dapat lebih antisipatif dalam menangai konflik yang muncul akibat pendirian rumah ibadah.

FKUB

SELEKSI BERKAS

PENINJAUAN LAPANGAN RAPAT PLENO

RAPAT PLENO

TIDAK DAPAT DIKELUARKAN REKOMENDASI DIKELUARKAN

REKOMENDASI

DIPERBAIKI USUL REKOMENDASI


(60)

4.5 Permasalahan Yang Ditangani Oleh FKUB Kota Medan

Kota Medan yang masyarakatnya majemuk berpotensi mengalami gesekan-gesekan atau pertentangan antara umat agama yang satu dengan lainnya.Tetapi kebanyakan masalah yang ditangani oleh FKUB adalah bukan permasalahan mengenai agama mana yang terkuat dan agama mana yang lemah, bukan juga mengenai agama minoritas dan mayoritas.Beberapa permasalahan yang sering dihadapi FKUB adalah mengenai pembangunan rumah ibadah dan juga permasalahan mengenai masyarakatnya yang tidak terbuka terhadap agama yang dipeluknya, dalam hal ini adalah bagi mereka yang sudah berpindah keyakinan.

Hal tersebut dialami oleh salah seorang responden yang diwawancarai peneliti.Dia bernama Ibu Erpita Simorangkir. Ibu Erpita yang beragama Katholik sudah pernah mengikuti kegiatan dialog yang diadakan oleh FKUB Kota Medan setidaknya sebanyak tiga kali pertemuan. Salah satu permasalahan yang dia dan keluarganya alami pernah diselesaikan oleh pihak FKUB, seperti yang dia jelaskan sebagai berikut:

“… keluarga saya pernah mengalami perdebatan mengenai pemakaman saudara saya yang meninggal beberapa waktu lalu. Saya beragama Katholik, saudara saya juga Katholik.Namun beberapa tahun lalu pada saat dia menikah, dia berpindah agama menjadi Islam.Awalnya keputusan saudara saya tersebut menimbulkan konflik diantara keluarga kami.Namun beberapa waktu kemudian akhirnya keluarga kami dapat menerimanya.Pada saat saudara saya itu meninggal, pertentangan didalam keluarga kami pun muncul kembali.Orang yang dituakan didalam keluarga kami ingin memakamkannya di tanah pemakaman umat Katholik dan dimakamkan secara Katholik.Pihak keluarga satunya lagi tidak terima karena mereka mengatakan bahwa saudara saya sudah berpindah agama menjadi Muslim, jadi dia harus dimakamkan secara Islam.Saat itu suasana sangat kacau, hingga akhirnya FKUB dapat membantu permasalahan tersebut.Kemudian saudara saya dimakamkan di


(61)

tanah pemakaman umat Islam dan dimakamkan secara Islam karena berdasarkan hukum, KTP saudara saya tercantum agama yang dipeluknya adalah Agama Islam, jadi kita harus mengikuti ketentuan tersebut.Ya, walaupun saudara saya adalah umat Katholik kian, namun kita harus mengikuti peraturan-peraturan yang ada di negara kita. Dan ini juga berkat bantuan FKUB yang mau berdiskusi kepada keluarga saya untuk mengatasi permasalahan yang sedang kami hadapi..”

Ibu Erpita berpendapat bahwa FKUB sangat memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupannya, tidak hanya membantu permasalahan yang dihadapi oleh keluarganya, baginya FKUB telah membuatnya menjadi orang yang toleransi terhadap semua masyarakat umat beragama. Hal ini seperti yang diungkapkannya sebagai berikut:

“… menurut saya kondisi keharmonisan sosial di Kota Medan ini semakin baik. Dan FKUB juga punya peran dalam hal ini.Salah satu contohnya, saya yang bertetangga dengan orang Jawa yang beragama Islam, kami sering ‘rewang’ kalau ada acara pesta. Rewang itu melakukan kegiatan gotong royong dalam hal masak memasak untuk sebuah acara…”

Selain permasalahan tentang perpindahan agama, masalah yang kerap ditangani oleh FKUB Kota Medan adalah tentang banyaknya ruko (rumah toko) dan rumah tempat tinggal serta bangunan seperti Department Store (Pusat Perbelanjaan) yang dijadikan rumah ibadah umat Kristen berupa gereja.

Di dalam sebuah berita surat kabar Waspada pada tanggal 28 November 2015 tertera bahwa di Kota Medan banyak terdapat ruko dan rumah tempat tinggal yang dijadikan sebagai rumah ibadah. Di dalam berita tersebut H. Hamdani Harahap selaku Direktur Lembaga Advokasi Umat Islam – Majelis Ulama Indonesia (LADUI – MUI) Sumatera Utara mengungkapkan bahwa cukup banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan rumah ibadah sesuai


(62)

ketentuan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/ wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadah. Dia juga menyebutkan bahwa mendirikan rumah ibadah dibutuhkan rekomendasi tertulis dari Kepala Kantor Kemenag kabupaten/ kota, rekomendasi FKUB, surat keterangan perubahan peruntukkan lahan/ tempat, termasuk ruko yang hendak didirikan (dibangun) rumah ibadah.

Khususnya di Kota Medan, menurut Hamdani tidak mudah dilakukan perubahan peruntukkan bangunan ruko menjadi tempat ibadah.Karena yang namanya ruko, sudah jelas berada dalam satu kawasan (komplek) rumah toko yang memang peruntukkannya untuk ruko. Persyaratan lain, lanjut Hamdani adalah kajian dan masalah lalu lintas dan izin gangguan/ lingkungan (HO) dari tetangga atau masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, jika hal-hal tersebut tidak terpenuhi maka sudah jelas membuat ruko menjadi rumah ibadah adalah pelanggaran sehingga harus segera ditutup.Hamdani Harahap menyebutkan, potensi konflik apabila ruko atau rumah tempat tinggal dijadikan rumah ibadah sangat tinggi.Karena itu dia meminta pemerintah harus benar-benar serius dalam menangani masalah ini.

Berita mengenai pemanfaatan ruko sebagai rumah ibadah tersebut membuat peneliti ingin menanyakan kepada anggota kepengurusan FKUB Kota Medan bagaimana cara penyelesaiannya. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Pdt. DR. L. Karo Sekali selaku Sekretaris FKUB Kota Medan sebagai berikut:

“… apabila ada rumah ibadah berbentuk ruko atau mall, kita harus pastikan apakah pengurus rumah ibadah tersebut


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, kritikan, saran, dukungan semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen salah satu mata kuliah yang saya ambil selama belajar di Sosiologi. Terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan kepada saya.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi

sekaligus sebagai Dosen di berbagai mata kuliah yang saya ambil selama belajar di Sosiologi. Terima kasih atas waktu, tenaga, ide, gagasan, kritikan, dan saran yang diberikan selama ini kepada saya, serta telah sangat baik dalam membimbing saya dalam belajar menulis karya ilmiah pada saat saya mencoba beasiswa PPA.

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik selama saya menjadi mahasiswa Sosiologi. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas evaluasi, semangat, ilmu, dan memberikan banyak hal yang bermanfaat bagi saya terutama dalam hal penulisan skripsi ini


(2)

dari awal hingga akhir, dan terimakasih juga karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menghadiri acara dari umat Parmalim sehingga saya menjadi memahami aliran kepercayaan tersebut yang pada awalnya saya belum terlalu mengenal apa itu Parmalim. Dan tentunya hal itu sangat membantu saya dalam mendapatkan informasi dalam penulisan saya yang ada kaitannya dengan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku Ketua Penguji pada Ujian

Komprehensif meja hijau saya. Terimakasih atas saran, masukan, kritikan, dan sumbangan pemikiran kepada saya yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya.

5. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku Dosen Penguji II atau Reader Skripsi saya.

Terimakasih atas masukan, saran, serta kritikan terhadap Skripsi saya.

6. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga

selama saya kuliah di Sosiologi. Terimakasih atas ilmu, pelajaran berharga, jurnal-jurnal yang sangat berharga untuk penelitian ini, dan yang terpenting atas waktu yang diberikan kepada saya untuk diskusi serta berbagi pengalamannya. Semua hal itu sangat membantu saya dalam membuka wawasan dan pola berpikir saya. Terimakasih.

7. Kepada seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara, terutama Kak Fenni Khairifa, Kak Betty, Bang Abel, dan PD III FISIP USU Bapak Drs. Edward, M.Si yang selalu membantu saya mengurus keperluan administrasi guna untuk kepentingan kuliah.

8. Penghargaan yang tertinggi saya berikan yang setinggi-tingginya untuk

kedua orang tua tercinta yaitu untuk BapakRasikun dan Ibu Ringah yang telah merawat serta mendidik saya dengan sepenuh hati. Akhirnya inilah persembahan yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya kepada kedua orang tua.

9. Saya ucapkan terimakasih kepada saudara-saudari saya yaitu Reny Wati,

Muhammad Ahyar, Ahmad Sudiro, Zumala Sari, Minarty Rahmadani dan Rasyia Bilani atas segala dukungannya kepada saya.


(3)

10.Terkhusus untuk sahabat terbaik saya dalam belajar yaitu Anita Syafitri dan Ahmad Yasser Effendi, terimakasih atas waktu, semangat, pengorbanan, dan segala kebaikannya dalam membantu saya terutama dalam menyelesaikan skripsi ini dan segala urusan lainnya. Serta kepada teman-teman saya yang selalu ada selama 4 tahun mulai dari pertama menjadi mahasiswa yaitu Siti Aisyah Rangkuti, Putria Mawaddah, Ismi Andari, Ernita Yanthi Siregar, May Pratiwi Purba, Firda Melda, Brenda Iskarina dan seluruh teman-teman Sosiologi stambuk 2011 yang saling memberikan semangat. Terimakasih atas kebersamaan di segala suasana, dari senyuman, tawa, hingga tangisan pernah kita lewati bersama. Terimakasih sahabat-sahabat terbaikku.

11.Kepada teman baik saya yaitu Hanafi Darussalam dan Arif Sarmanda,

kedua teman dekat sejak di bangku SMP hingga sekarang masih saling mendukung satu sama lain, dan juga buat teman-teman SMK Pariwisata Sandhy Putra-2 Fajaruddin Pratama, Boston Parulian, Fauzan Tanjung, dan Hisyam Zulfahmi yang selalu mendukung untuk terus semangat. Terima kasih atas motivasi yang sangat luar biasa untuk saya.

12.Kepada teman-teman kerja saya di Matahari Department Store dan juga

Hotel Swissbelinn Yudha Pratama, Herry Kuswanto, Siska, Debby, Ririn, Izar, Chyntia dan Pak Herman Munthe. Terimakasih atas pengalaman berharga selama saya bekerjasama dengan kalian dan motivasi untuk terus berprestasi.

13.Untuk keluarga di desa baruku, Emak dan bapak kami di Desa Sei

Nagalawan yaitu Ibu Ita Pak Arman, Ibu Ina dan Pak Ian serta seluruh masyarakat di Desa Sei Nagalawan.

14.Terakhir saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian lapangan yaitu kepada para pengurus FKUB Kota Medan, Bapak Drs. H. Palit Muda Harahap, M.A, Bapak Ir. Sutopo, Bapak Pdt. DR. L. Karo Sekali, M. Th, Bapak H. Erwan Efendi, M.A, Bapak Js. Munazad, Bapak Drs. H. Manippo Pohan, dan Bapak Amin Lubis, terimakasih sudah menyambut saya dengan baik untuk meneliti di FKUB Kota Medan, terimakasih atas informasi yang diberikan


(4)

dan kesempatan untuk menghadiri beberapa dialog yang dilaksanakan oleh FKUB. Dan juga terimakasih saya ucapkan kepada Bapak J. Gultom perwakilan dari umat Parmalim yang mau meluangkan waktunya untuk saya wawancara, serta tidak lupa juga para peserta dialog-dialog FKUB, Ibu Erpita, Ibu Siti Nur Aisyah, dan Metta Rani. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan untuk diwawancarai guna menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, 26Januari 2016 Penulis

NIM. 110901075 Ayub Purnomo


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Civil Society ... 10

2.2Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ... 15

2.3Organisasi Keagamaan ... 16

2.4 Definisi Konsep ……….. 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian ... 20

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 21

3.3.1 Unit Analisis ... 21

3.3.2 Informan ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder ... 23

3.5 Interpretasi Data ... 23

3.6 Jadwal Kegiatan ... 24

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 24

BAB IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1 Keadaan Demografi ... 27


(6)

4.1.3 Pola Pemukiman Masyarakat Kota Medan ... 28

4.2Profil Informan ... 30

4.3Agama dan Aliran Kepercayaan ... 39

4.4 Profil FKUB Kota Medan ... 48

4.4.1 Kegiatan FKUB Kota Medan ... 52

4.4.2Peran FKUB Kota Medan ... 57

4.5 Permasalahan Yang Ditangani Oleh FKUB Kota Medan ... 62

4.6Harmonisasi Sosial Masyarakat Kota Medan ... 66

4.7 Faktor Penghambat FKUB Kota Medan Dalam Membina Kerukunan Umat Beragama ... 69

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


Dokumen yang terkait

Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

4 95 241

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 5 16

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 3 13

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 1

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

1 1 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 20