Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA

DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Oleh:

SABAM SYAHPUTRA MANURUNG

110903109

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i Abstrak

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)

PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama : Sabam Syahputra Manurung

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : ISIP USU

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA.

Ironi agama disatu sisi Agama mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan, yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik, saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana. Urgensi ini membutuhkan pilot project kerukunan harus jadi prioritas di Sumatera Utara ini. Oleh karena kondisi ketidakrukunan yang mulai tampak dalam masyarakat lahirlah, usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif adalah dialog antar agama, mencari solusi dengan jalan kekeluargaan. Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang melegakan hati. Agama-agama di Sumatera Utara membangun kebersamaan untuk perdamaian, dari kebersamaan ini pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.

Dengan melihat penjelasan diatas penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi, sosialisasi regulasi agama dan pemberdayaan masyarakat. Penulis ingin melihat apakah kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya sudah mampu menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan tinjauan kepustakaan. Kemudian metode analisis kualitatif digunakan dengan menguraikan serta mendeskripsikan data yang diperoleh dilapangan hingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan. Informan utama, informan kunci, dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah jajaran Pengurus FKUB Sumut dan stakeholder lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut.

Adapun kesimpulan penelitian ini disimpulkan bahwa hasil evaluasi berdasarkan tugas pokok dalam menjaga umat Sumatera Utara agar tetap rukun menunjukkan paradoks, bahwa kepada umat tingkat tokoh agama, majelis agama, dan tokoh masyarakat se tingkat provinsi (masyarakat atas) kinerjanya telah


(6)

ii dikerjakan dengan dengan baik, tetapi kepada umat masyarakat tingkat bawah belum maksimal dikerjakan, hal ini terjadi karena belum memadainya aggaran FKUB Sumut sehingga tidak bisa menjagkau lapisan umat yang amat kompleks di Sumatera Utara. Oleh karenanya itu urgent untuk FKUB Sumut disalurkan aggaran yang memadai sehingga FKUB Sumut dapat memaksimalkan seluruh program kerja, terutama ke masyarakat bawah yang banyak belum terealisasi. Kata Kunci : Menjaga Kerukunan, Kinerja FKUB, Evaluasi pelasanaan kinerja FKUB


(7)

iii Abstract

PERFORMANCE EVALUATION FORUM OF RELIGIOUS HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA MAINTAIN RELIGIOUS

HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA Name : Sabam Syahputra Manurung

Major : Public Administration

Faculty : Social Studies and Political Science University : University Of Sumatra Utara Supervisior : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

irony Religion teaches religion on the one hand a good thing, which gives instructions on how moral is run, which teaches love and brotherhood actually even religions that contribute to conflict and wounding harmony. Relationship conflicts, mutual suspicion, bigotry and other forms of other negative relationship appears everywhere. This urgency requires harmony pilot project should be a priority in North Sumatra. Therefore, the condition of disharmony that begin to appear in society was born, efforts to prevent it and keep it. Among the most effective way is inter-religious dialogue, seek a solution by way of kinship. As a follow up of the dialogue, it gives sutu siatuasi that comforting. Religions in North Sumatra build unity for peace, of unity government is taking the right momentum to facilitate religious harmony by forming a government official forum;Forum for Religious Harmony (FKUB) on the basis of the Law of the Regulation of the Minister of Religious Affairs and the Minister of the Interior 9 and 8 in 2006.

By looking at the above explanation the study was conducted to evaluate the performance of FKUB North Sumatra based duties and functions of the dialogue, the aspirations, aspirations, socialization regulation of religious and community empowerment. The authors wanted to see if the performance FKUB North Sumatra by the main task has been able to maintain harmony in the province of North Sumatra.

The form of this research is descriptive qualitative approach with in-depth interviews and review of literature. Then qualitative analysis methods used by outlining and describing the data obtained in the field to obtain a clear picture of the object under study and then draw conclusions. The main informant, key informants, and additional informants in this study is a line of Sumatra FKUB Board and other stakeholders who deal directly or indirectly with FKUB Sumatra.

The conclusions of this study concluded that the results of the evaluation is based on the principal task in keeping the people of North Sumatra in order to remain in harmony shows the paradox, that the people of the level of religious leaders, councils, and community leaders throughout the province (society) performance has done well, but to the people of grassroots not maximized done,


(8)

iv

this occurs because inadequate budgetary FKUB Sumatra that can not menjagkau layer of an immense complex in North Sumatra. Therefore it is urgent to FKUB Sumatra adequate budgetary channeled so FKUB Sumatra can maximize the entire program of work, especially to people under a lot of unrealized.

Keyword : keeping Harmony, Performance of FKUB, evaluation performance of FKUB


(9)

v KATA PENGANTAR

Syukur dan terimakasih terbesar bagi Yang Maha Mulia, Yesus Kristus yang saya akui sebagai Tuhan dan Juruslamat saya. setelah menempuh jalan panjang proses perkuliahan dan jalan panjang penyusunan skripsi ini akhirnya segalanya telah rampung juga. Saya berhutang kepada banya pihak yang dengan berbagai cara telah membantu saya dalam proses penyelesaian studi sarjana satu dan proses penyelesaian skripsi ini.

Ide penulisan skripsi ini bermula dari apresisasi tinggi terhadap sebuah wadah forum yang didalamnya berbaur para majelis agama yang berbeda-beda, bukan untuk menyatukan agama, tetapi membangun kerukunan ditengah perbedaan. Gagasan pun mulai berkembang, sedikit-demi sedikit saya mulai mengumpulkan bahan, sejak Desember 2014 hingga Mei 2015 proses panjang pembelajaran dan pengumpulan bahan telah dilalui. Data tersebut saya bandingkan dengan penelitian terdahulu, kajian kepustakaan dan data lapangan, dari bahan-bahan tersebutlah skripsi ini saya tulis.

Teriring salam dan terimakasih kepada orang tua tercinta L. Manurung dan M Br. Naiborhu yang telah mengajarkan banyak keteladanan kepada anak-anaknya untuk tetap semangat menjalani kuliah hinga berhasil menyelesaikan perkuliahan ini. Kepada abangda Togar manurung dan keluarga di BPKP Provinsi Jambi, kakak Nurmaita Manurung yang terus mengajarkan contoh kasih dan keeladanan bagi proses perkuliahan saya, kepada abang Sarmatua Manurung di Unit Bea dan Cukai Pusat Jakarta yang telah membiayai saya sepanjang penyelesaian proses perkuliahan hingga tamat sarjana ini, dan kepada adik kecil kami Anita Dosmaria yang sedang kuliah di STAN jakarta. Kami hanyalah “anak uak epo” yang diperlayakkan Tuhan untuk bisa mandiri mengecap pendidikan untuk keluar dari kerasnya hidup masa kecil di kampung.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada para pejabat tinggi di FISIP USU yang terlibat langsung untuk proses penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan dukungan baik administratif maupun sumbangsih ilmu sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Saya berterimakasih Bapak Prof. DR. Badaruddin,


(10)

vi M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Teriring salam dan apresiatif tinggi bagi bapak pembimbing saya Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA. Dan kepada bapak penguji skripsi saya bapak Dadang Darmawan S.Sos, M.Si. kepribadian mereka memberi saya banyak pelajaran berharga, mereka tidak hanya memdidik skripsi saya tetapi juga mendidik kepribadian saya.

Saya berterimakasih kepada FKUB Provinsi Sumatra Utara, untuk bapak ketua FKUB Sumatera Utara, Dr. H. Maratua Simanjuntak, untuk seluruh pengurusnya yang berjumlah 21 orang ditambah dua staf full timer yang telah bersedia dan terbuka untuk saya melakukan penelitian di kantor FKUB Sumatera Utara, saya mengapresiasi dan menghargai kinerja FKUB Sumatera Utara degan segala upaya dan dayanya telah mencontohkan keteladanan bagi saya.

Saya berterimakasih dan mengapresiasi responsivitas dari seluruh staf yang melayani saya di kantor wilayah kementrian agama Provinsi Sumatera Utara dengan nyata telah melayani saya tidak berbelit-belit dan lancar, terimakasih saya kepada bapak H. Syafarruddin Lubis SH, M.Si. Kasubbang Hukum dan KUB, Kanwil Kemenang-SU. Di sesi wawancara selain memberikan informasi juga elah manduidik saya akan pentingnya kerukunan.

Saya berterimakasih kepada seluruh pegawai dan staf di kantorkesbangpolinmas Provinsi Sumatera Utara yang telah memberi saya kesempatan untuk menghimpun data dan wawancara terkait dengan FKUB Sumatera Utara. Kepada Drs. H. Mumammad D (kabid. Pembinaan, ideoligi dan wawasan kebangsaan KesbangpoLinmas.) dan Dra. Yunita Sari, MSP. (Kasubbid. Ideologi & wasbang) Kesbang Polinmas Provinsi Sumatera Utara.

Saya berterimakasih dan apresiatif kepada Aliansi Sumut Bersatu (ASB) pemberi beasiswa penelitian kepada saya, dan seluruh pengurus dan staff di ASB


(11)

vii yang terbukti sangat membantu saya untuk mengeskplorasi penelitian ini labih jauh dan tidak terlalu khawatir mengenai pendanaan penelitian saya.

Saya berterimakasih Kepada seluruh Kelompok Rohaniku yang sah didalam Iman Patriot Of Truth (Bang Mian Juandi S.Sos, Obed Firdaus Nababan, Martin Rambe, S.Sos. dan Fanny Kudadiri), Golden Lion (Bertua Simanjuntak dan Lilis M Simanullag) terima kasih untuk doanya bagi penulis.

Terimakasih kepada selurus staf dan dosen pengajar

Terimakasih yang besar kepada seluruh mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, dari stambuk 2011,2012,2013, dan 2014. Mereka lah inspirator saya teman, adik, dan saudara yang selalu saling mengisi ilmu untuk menjadikan diri lebih baik.

Salam terimakasih Kepada BUMN Industri Asahan Alumanium, INALUM yang telah memberikan dana beasiswa sebagai putra daerah Asahan kepada saya, pemberian dukungan dana tersebut sangat membantu saya menopang dana perkuliahan saya.

Akhir kata Semoga skripsi ini berguna bagi yang membutuhkan dan dapat menjadi gambaran dan masukan untuk perbaikan kebijakan di seluruh Indonesia dan khusus untuk pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Peneliti berharap masukan dari pihak-pihak yang membaca untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.***

Medan, 03 Juni 2015 Sabam Syahputra Manurung, S.Sos


(12)

viii DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Grafik ... x

Daftar Gambar ... xi

Alus Skema... xii

Abstract ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 10

I.2.1. Fokus Masalah dan Pembatasan Masalah ... 10

I.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 16

II.1. Kerangka Teori ... 16

II.1.1. Organisasi ... 16

II.1.1.1. syarat-syarat terbentuknya organisasi ... 17

II.1.1.2. Jenis-Jenis Organisasi ... 18

II.1.2. Evaluasi ... 19

II.1.2.1. Pendekatan Evaluasi ... 20

II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi ... 23

II.1.4. Agama ... 25

II.1.5. Tinjauan Tentang Kerukunan Umat Beragama... 29


(13)

ix

II.1.5.2. Aspek Kerukunan Umat Beragama ... 31

II.1.5.3. Indikator Kerukunan Antar Umat Beragama ... 32

II.1.5.4. Konsep Kerukunan Hidup Beragama dalam Kitab Suci agama- agama di Indonesia ... 34

II.1.5.5. Menjaga Kerukunan Umat Beragama ... 36

II.1.6. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ... 37

II.1.7. Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama ... 41

II.1.8. Defenisi Konsep ... 45

II.1.9. Operasionalisasi Konsep ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

III.1 Bentuk Penelitian... 49

III.2 Lokasi Penelitian ... 49

III.3 Informan Penelitian ... 50

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

III.5 Teknik analisis Data ... 52

III.6 Pengujian Keaslian Data ... 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 56

IV.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 56

IV.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara ... 56

IV.1.2. Kondisi Geografis ... 58

IV.1.3. Lambang Provinsi Sumatera Utara ... 60

IV.1.4. Suku Bangsa ... 61

IV.1.5. Bahasa ... 62

IV.1.6. Agama ... 65

IV.2. Peta Sebaran Kerukunan Umat Beragama diProvinsi Sumatera Utara. ... 66


(14)

x

IV.2.1. Demografi Etnis dan Agama ... 68

IV.2.1.1. Sebaran Karakteristik Masyarakat BerdasarkanAgama dan Etnis ... 72

IV.2.2. Sebaran Tokoh Agama di Sumatera Utara ... 76

IV.3. Pemetaan faktor Pendukung dan Penghambat Kerukunan di Sumatera Utara... 78

IV..3.1. Pendukung Kerukunan ... 78

IV.3.2. Penghambat Kerukunan ... 81

IV.4. Monografi FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 83

IV.4.1. Sejarah FKUB Sumut... 83

IV.4.2. Dasar Pembentukan ... 84

IV.4.3. Visi-Misi FKUB Sumatera Utara ... 86

IV.4.4. Pengurus FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 87

BAB V TEMUAN LAPANGAN ... 92

V.1. Data Kinerja Organisasi FKUB Sumatera Utara ... 92

V.1.1. Data Primer ... 92

V.1.1.1. Wawancara Mendalam (Depth Interview) ... 93

1. Melakukan Dialog ... 94

2. Menampung Aspirasi ... 98

3. Menyalurkan Aspirasi ... 100

4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayan masyarakat ... 101

5. kendala-kendala FKUB Sumut dalam Menjalankan Tugas Pokok ... 104

V.1.2 Data Sekunder ... 105


(15)

xi

2. Menampung Aspirasi ... 112

3. Menyalurkan Aspirasi ... 113

4. Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayan Masyarakat ... 114

V.1.2.1. Rekapitulasi Kegiatan Kinerja FKUB Prov. Sumut dari Januari 2013 hingga Februari 2015 ... 115

V.1.2.1.1. Rekapitulasi Menghadiri Undangan dengan Instansi/Lembaga Terkait ... 115

V.1.2.1.2. Total Realisasi Acara dan kegiatan yang Diprogramkan FKUB Sumut ... 116

V.2. Skala Nasional Kondisi Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Sumatera Utara... 117

V.2.1. Data Survei Kerukunan Berdasarkan Publikasi Lembaga Nasional dan Regional ... 118

1. Survei Setara Institude... 118

2. Survei Aliansi Sumut Bersatu (ASB) ... 124

3. Survei Kerukunan Nasional di Indonesia Tahun 2013... 129

V.3. Data Eksistensi Kinerja FKUB dalam menjaga Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara... 136

V.3.1. Upaya dan Teknik FKUB dalam penyelesaian Ketidakrukunan di Sumatera Utara ... 137

V.3.2. Eksistensi Internal FKUB Sumatera Utara ... 143

V.3.3. Eksistensi Eksternal FKUB Sumatera Utara ... 145

V.3.4. Hubungan Konsultatif FKUB Provinsi dengan FKUB daerah Kabupaten/Kota ... 149

BAB 1V. ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA FKUB PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA ... 152


(16)

xii VI.2. Analisis Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama provinsi

Sumatera Utara dalam menjaga Kerukunan Antar Umat

Beragama di Provinsi Sumatera Utara ... 157

VI..2.1. Analisis Lingkup Primer ... 160

VI.2.1.1. Melakukan Dialog ... 161

VI.2.1.2. Menampung Aspirasi ... 164

VI.2.1.3. Menyalurkan Aspirasi ... 165

VI.2.1. 4.Sosialisasi Regulasi Keagamaan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 167

VI.2.1. 5. Eksistensi Eksternal dan Internal FKUB Provinsi Sumatera Utara ... 170

VI.2.2. Analisis Lingkup Sekunder ... 172

VI.3. Analisis Lingkup Sasaran Kinerja FKUB Sumut ... 184

VI.4. Simpulan Analisis ... 194

VI.5. Umpan Balik Keberlangsungan FKUB Sumut Kedepan ... 205

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 207

VII.1. Kesimpulan ... 207

VII.2. Saran ... 211


(17)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1. : Pendekatan Evaluasi ... 21

Tabel 2. : Indikator Evaluasi Kinerja Organisasi ... 24

Tabel 3. : Konsep Kerukunan dalam Kitab Suci Agama-agama di Indonesia ... 34

Tabel 4. : Rincian tugas Pokok FKUB ... 42

Tabel 5. : Pemetaan Letak Wilayah Provinsi Sumatera Utara ... 59

Tabel 6. : data Penyebaran Suku-Suku di Sumatera Utara ... 62

Tabel 7. : Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Provinsi Sumatera Utara ... 67

Tabel 8 : Jumlah Rumah Ibadah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara ... 69

Tabel 9 : Peta Sebaran Penganut Agama Menurut Etnis/Suku di Sumut ... 75

Tabel 10 : Rekapitulasi Data Pemuka Agama Provinsi Sumatera Utara ... 76

Tabel 11 : Komposisi Jabatan FKUB Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2017 ... 89

Tabel 12 : Rekapitulasi FKUB se-Sumatera Utara tahun 2013 ... 90

Tabel 13 : Laporan Kontiunitas Dialog FKUB Sumut ... 106

Tabel 14 : Kasus Intoleransi di Sumut hasil pemantauan ASB tahun 2010... 125

Tabel 15 : Kasus Intoleransi di Sumatera Utara Hasil Pemantauan ASB tahun 2011... 126

Tabel 16 : Kasus Pemantauan Media yang Menghambat Perkembangan Pluralisme tahun 2012 ... 126

Tabel 17 : Tabel Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Jumlah Kasus Intoleransi di Sumatera Utara (2011-2014) ... 120

Tabel 18: Klasifikasi Penilaian Indeks Kerukunan Nasional ... 130

Tabel 19 : Konflik Di Sumatera Utara dan Upaya Penyelesaiannya ... 138

Tabel 20 : Tabel Analisis Kinerja FKUB Sumatera Utara dalam Menjaga Kerukunan di Sumatera Utara ... 195


(18)

xiv DAFTAR GRAFIK

Grafik1. : Diagram Persentase Penduduk Sumut Berdasarkan Agama tahun 2010 ... 68

Grafik 2 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2008 ... 120

Grafik 3 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2009 ... 120

Grafik 4 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2010 ... 121

Grafik 5 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2011 ... 121

Grafik 6 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2012 ... 122

Grafik 7 : Sebaran KBB berdasarkan Provinsi di Indonesia tahun 2013 ... 123

Grafik 8 : Sebaran Laporan KBB Setara Institude di Sumut 2008-2013 ... 124

Grafik 9 : Jumlah Intoleransi di Sumut Publikasi ASB 2015 ... 129


(19)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. : Lambang Provinsi Sumatera Utara ... 60

Gambar 2 : Peta Provinsi Sumatera Utara ... 70

Gambar 3 : Proses Pengambilan Sampel ... 131


(20)

xvi ALUR SKEMA

Alur Skema 1. : Evaluasi Kinerja FKUB dalam menjaga kerukunan Umat

Beragama ... 47

Alur Skema 2 : Analisis Interaktif ... 53

Alur Skema 3 : Model Lingkup Analisis Aktivitas FKUB Provinsi ... 159


(21)

i Abstrak

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)

PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama : Sabam Syahputra Manurung

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : ISIP USU

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA.

Ironi agama disatu sisi Agama mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan, yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik, saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana. Urgensi ini membutuhkan pilot project kerukunan harus jadi prioritas di Sumatera Utara ini. Oleh karena kondisi ketidakrukunan yang mulai tampak dalam masyarakat lahirlah, usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif adalah dialog antar agama, mencari solusi dengan jalan kekeluargaan. Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang melegakan hati. Agama-agama di Sumatera Utara membangun kebersamaan untuk perdamaian, dari kebersamaan ini pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.

Dengan melihat penjelasan diatas penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yakni melakukan dialog, menampung aspirasi, menyalurkan aspirasi, sosialisasi regulasi agama dan pemberdayaan masyarakat. Penulis ingin melihat apakah kinerja FKUB Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya sudah mampu menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan tinjauan kepustakaan. Kemudian metode analisis kualitatif digunakan dengan menguraikan serta mendeskripsikan data yang diperoleh dilapangan hingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan. Informan utama, informan kunci, dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah jajaran Pengurus FKUB Sumut dan stakeholder lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan FKUB Sumut.

Adapun kesimpulan penelitian ini disimpulkan bahwa hasil evaluasi berdasarkan tugas pokok dalam menjaga umat Sumatera Utara agar tetap rukun menunjukkan paradoks, bahwa kepada umat tingkat tokoh agama, majelis agama, dan tokoh masyarakat se tingkat provinsi (masyarakat atas) kinerjanya telah


(22)

ii dikerjakan dengan dengan baik, tetapi kepada umat masyarakat tingkat bawah belum maksimal dikerjakan, hal ini terjadi karena belum memadainya aggaran FKUB Sumut sehingga tidak bisa menjagkau lapisan umat yang amat kompleks di Sumatera Utara. Oleh karenanya itu urgent untuk FKUB Sumut disalurkan aggaran yang memadai sehingga FKUB Sumut dapat memaksimalkan seluruh program kerja, terutama ke masyarakat bawah yang banyak belum terealisasi. Kata Kunci : Menjaga Kerukunan, Kinerja FKUB, Evaluasi pelasanaan kinerja FKUB


(23)

iii Abstract

PERFORMANCE EVALUATION FORUM OF RELIGIOUS HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA MAINTAIN RELIGIOUS

HARMONY IN THE PROVINCE OF NORTH SUMATRA Name : Sabam Syahputra Manurung

Major : Public Administration

Faculty : Social Studies and Political Science University : University Of Sumatra Utara Supervisior : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

irony Religion teaches religion on the one hand a good thing, which gives instructions on how moral is run, which teaches love and brotherhood actually even religions that contribute to conflict and wounding harmony. Relationship conflicts, mutual suspicion, bigotry and other forms of other negative relationship appears everywhere. This urgency requires harmony pilot project should be a priority in North Sumatra. Therefore, the condition of disharmony that begin to appear in society was born, efforts to prevent it and keep it. Among the most effective way is inter-religious dialogue, seek a solution by way of kinship. As a follow up of the dialogue, it gives sutu siatuasi that comforting. Religions in North Sumatra build unity for peace, of unity government is taking the right momentum to facilitate religious harmony by forming a government official forum;Forum for Religious Harmony (FKUB) on the basis of the Law of the Regulation of the Minister of Religious Affairs and the Minister of the Interior 9 and 8 in 2006.

By looking at the above explanation the study was conducted to evaluate the performance of FKUB North Sumatra based duties and functions of the dialogue, the aspirations, aspirations, socialization regulation of religious and community empowerment. The authors wanted to see if the performance FKUB North Sumatra by the main task has been able to maintain harmony in the province of North Sumatra.

The form of this research is descriptive qualitative approach with in-depth interviews and review of literature. Then qualitative analysis methods used by outlining and describing the data obtained in the field to obtain a clear picture of the object under study and then draw conclusions. The main informant, key informants, and additional informants in this study is a line of Sumatra FKUB Board and other stakeholders who deal directly or indirectly with FKUB Sumatra.

The conclusions of this study concluded that the results of the evaluation is based on the principal task in keeping the people of North Sumatra in order to remain in harmony shows the paradox, that the people of the level of religious leaders, councils, and community leaders throughout the province (society) performance has done well, but to the people of grassroots not maximized done,


(24)

iv

this occurs because inadequate budgetary FKUB Sumatra that can not menjagkau layer of an immense complex in North Sumatra. Therefore it is urgent to FKUB Sumatra adequate budgetary channeled so FKUB Sumatra can maximize the entire program of work, especially to people under a lot of unrealized.

Keyword : keeping Harmony, Performance of FKUB, evaluation performance of FKUB


(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena nyata bahwa didalam setiap agama terkandung dua macam kecendrungan ajaran yang tampak saling bertentangan. Pertama kecenderungan yang mengajarkan bahwa agama yang dianut oleh seseorang adalah agama yang paling benar, mutlak, tidak sesat dan menyelamatkan; sedangkan orang-orang yang beragama lain adalah sesat, kafir, celaka dan harus dijauhi atau dibujuk untuk mengikuti agamanya. Kedua, adanya ajaran bahwa setiap orang harus dihormati, dicintai, tidak ada paksaan dalam memeluk agama dan dianjurkan berbuat kebajikan kepada siapa saja; bahkan kebajikan ini dianggap sebagai inti dari ajaran agama.

Kedua kecendrungan tersebut sangat paradoks, disatu sisi bisa menimbulkan kerukunan dan di satu sisi lagi menimbulkan ketidakrukunan1, tetapi berdasarkan dua macam kecendrungan tersebut, Indonesia malah didera

1

Ketidakrukunan adalah suatu kondisi yang berbalik dari kondisi rukun, tepatnya ketidakrukunan adalah suatu kondisi hubungan sesama umat beragama yang tidak dilandasi toleransi, tidak saling pengertian, tidak saling menghormati, tidak menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945.


(26)

2 banyak ketidakrukunan antar pemeluk agama, kemudian dalam kehidupan bermasyarakat muncul pula budaya agama mayoritas dan minoritas, agama mayoritas lebih punya kuasa sedangkan minoritas tertindas, kemudian hal lain yang manjadi masalah adanya fanatisme, kerusuhan, dan banyak masalah yang membuat kerukunan terganggu. apabila ketidakrukunan umat beragama telah tercederai, maka akan “menggoncang” Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) , dimana akan terjadi pergejolakan sehingga mengganggu jalannya sistem kenegaraan. Padahal di satu sisi salah satu prioritas pembangunan di Indonesia era pemerintahan Joko widodo adalah menjaga kerukunan hidup antar umat beragama2. Maka untuk memelihara kerukunan antar umat beragama selain dituntut kedewasaan dikalangan umat beragama perlu juga adanya forum atau organisasi yang menjembatani antar umat beragama yang berkonflik agar terjaga keseimbangan antara kepentingan agama dan kepentingan nasonal.

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia mencatat bahwa berbagai peristiwa ketidakrukunan antar umat beragama telah terjadi di negara agamis3 Indonesia. Ketidakrukunan itu kerap muncul dalam bentuk ketegangan atas umat beragama, penyalahgunaan kebebasan beragama, konflik, dan pelarangan beribadah, lalu menimbulkan permusuhan bahkan sampai adu fisik. Tahun 2010 lalu tepatnya minggu 12 September terjadi penyerangan terhadap rohaniawan HKBP di RT 003/RW 006, Ciketing Bekasi timur sekaligus tuntutan agar ditutupnya tempat ibadah HKBP tersebut. Pada 14 Januari 2009, puluhan warga merusak masjid

2

Dari 9 prioritas Jokowi, kerukunan umat beragama ada dalam prioritas nomor satu, yakni menghadirkan kembali negara yang melindungi bangsa dan menjamin rasa aman.

3

Negara Agamis adalah negara yang memiliki masyaraat yang multi etnis dan multi agama.


(27)

3 kecil milik sebuah keluarga kecil yang sedang dalam tahap pembangunan di desa Sumberduren, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Pelaku perusakan beralasan bahwa masjid tersebut tidak memiliki izin. Pada 26 Ferbruari 2009. Pada Juli 2008 atas perintah camat setempat, kepolisian menghancurkan Gereja Kristen Indonesia (Gekindo) di Jatimulya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Gereja tersebut tidak melakukan kegiatan ibadah apapun selama dua tahun terakhir karena masih menunggu izin dari pemerintah daerah. Pada 5 Oktober 2009, sekelompok orang merusak masjid Mubarak di kawasan Mahato, Desa Tanjung Medan, Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau setelah Hari Raya Idul Fitri. Pada Januari 2008 ratusan demonstran dari kelompok mayoritas komunitas Muslim Sasak menyerang kuil Hindu di Pura Sangkareang, Keru, Lombok Barat, yang mengakibatkan kerusakan dan menghentikan proses renovasi. Terdapatnya perbedaan dalam menginterpretasi berbagi aturan perizinan terkait pembangunan rumah ibadah, beberapa pejabat daerah berpendapat bahwa pengelola kuil harus mendapatkan izin dan persetujuan dari masyarakat setempat sebelum memulai pekerjaan renovasi. Sebaliknya, pengelola kuil berpendapat bahwa renovasi, tidak seperti membangun, dapat dilakukan tanpa harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah kota dan warga setempat. Pada 7 Mei, 2009, anggota jemaat Huria Kristen Batak Protestant (HKBP) mengajukan gugatan dan banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung untuk membatalkan putusan pemerintah kota yang membatalkan izin gereja mereka. Meskipun pihak jemaat telah mendapatkan izin dan memulai proses pembangunan, walikota membatalkan izin tersebut pada 27 Maret, 2009, dengan alasan adanya keluhan dari masyarakat. Hal ini adalah


(28)

4 sebaga refleksi gambaran nyata dari sekian banyaknya kasus ketidakrukunan yang terjadi di negara agamis Indonesia.

Dari bebagai peristiwa itu memunculkan pelarangan memeluk agama selain yang mereka yakini, tampak jelas adanya larangan melakukan ibadah berdasarkan keyakinannya, padahal Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 memberikan kebebasan beragama dengan menyatakan bahwa

“setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-masing dan kepercayaanya itu; dan” “Negara Menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing -masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” Dasar negara pancasila juga menyatakan pula bahwa ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ideologi nasional negara ini, Pancasila, menyatakan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sumatera Utara

Keragaman Agama di Sumatera Utara nyaris terbilang sempurna, semua agama ada di Sumatera Utara. Agama terbanyak di Sumatra Utara adalah Islam, terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Batak Mandailing, Tapsel (Angkola) sebagian Batak Karo, Batak Tapanuli Utara, Simalungun, Nias dan Pakpak. Kemudian diikuti Kristen Protestan dan Katolik, terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Taput, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Nias. Sedangkan Hindu terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan. Agama Buddha dipeluk terutama oleh suku peranakan di perkotaan. Konghucu dipeluk oleh suku peranakan di perkotaan.


(29)

5 Sejatinya pun Sumatera Utara merupakan “Indonesia Mini”, tetapi masih tetap saja ada beberapa kasus ketidakrukunan di Sumatera Utara, pantauan beberapa media di Sumatera Utara mengulas permasalahan yang terjadi adalah, pada awal Januari 2010 terjadi pembakaran rumah ibadah, dua gereja yakni gereja HKBP dan GPDI serta rumah dinas pendeta dibakar massa di Sibuhuan, padang Lawas, alasan pembakaran tersebut karena kedua rumah ibadah tersebut belum memiliki izin.4 pada tanggal 12 Juni 2012 adanya organisasi masyarakat berbasis agama yang menolak pelaksanaan kongres Konghuchu se-dunia di selenggarakan di Kota Medan yang sejatinya akan dilaksanakan tangal 22 Juni sampai dengan 26 Juni 2012, alasan penolakan tersebut dikarenakan penganut agama Konghuchu di kota Medan hanya sedikit.5 Kabar lain muncul serangan kepada umat Budha di tanjung Balai, yakni pada Mei sampai Juni 2010 terjadi pergejolakan, bahwa masyarakat sekitar atas nama agama menuntut diturunkannya patung Budha Amitabha Vihara Triratna, Tanjung Balai, tuntutan tersebut pun telah di diskusikan ke banyak Pihak, baik ke FKUB tanjung Balai, ke DPRD Tanjung Balai hingga Walikota Tanjung Balai, yang sepakat memerintahkan agar patung tersebut diturunkan dan dipindahkan ke tempat yang terhormat. Alasan dituntutnya penurunan patung tersebut karena keberadaan patung tersebut tidak mencerminkan kesan religius di Kota Tanjung Balai, dan dapat mengganggu keharmonisan masyarakat. Kemudian adanya pembongkaran mesjid di Medan, yakni Masjid Al-Ikhlas Jl. Timor dibongkar untuk kepentingan pengembang, lokasi masjid telah ditukar-guling oleh kodam I/BB kepada PT Gandareksa Mulia

4Lihat, Sinar Indonesia Baru, 4 Januari 2010. “ Dua Gereja di Bakar di Sibuhuan, padang

Lawas”

5 Lihat selengkapnya, koran Waspada tanggal 13 Juni 2012, “ormas Islam dan elemen


(30)

6 dan masjid tersebut dimediasikan untuk pindah tempat.6 terahir di Di Kabupaten Langkat, pemerintah setempat menangguhkan pembangunan gereja Katolik meskipun telah dipenuhi persyaratan hukum untuk melakukan pembangunan. Masalah ini pada akhirnya bisa diselesaikan melalui mediasi dengan FKUB. Kondisi ketidakrukunan tersebut merupakan refleksi hubungan antar agama yang terjadi di Sumatera Utara, kendati pun masih banyak lagi kasus lain yang pernah mencederai kerukunan di provinsi yang berjuluk “Indonesia Mini

Pengalaman Empiris

Pengalaman empiris peneliti bahwa ketika menjalani usia sekolah Dasar (SD), selama kurang lebih 5 tahun, saya tidak pernah tuntas belajar agama di sekolah, ketika masuk jam mata pelajaran agama kami yang laki-laki mengisinya dengan bermain bola di lapangan sekolah sedangkan perempuan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, atau sekedar melirik teman yang beragama lain sedang belajar agama bersama gurunya. Kami tidak pernah tuntas belajar agama karena ketidak adaan guru agama, kalaupun ada guru agama yang mengajar itupun tidak berlangsung lama karena ada indikasi diskriminasi dilingkungan guru-guru sekolah, membuat guru agama tidak betah dan memilih keluar. jadi selama kurang lebih 5 tahun kami tidak belajar agama di SD tapi ketika menerima rapot nilai agama kami tertera di rapot. kemudian di dalam kelas selama proses belajar semasa SD, kami yang beragama minoritas selalu mengalami diskriminasi dari beberapa guru yang sering menjelekkan ajaran agama kami dan selalu menyudutkan Tuhan yang kami sembah, dan menganggap Tuhan mereka lah yang benar, tetapi karena kami masih anak-anak, kami tidak berani melawan,

6


(31)

7 dan beberapa dari kami hanya melaporkan ke orang tua, kemudian orang tua juga tidak melanjutkannya ke ranah lebih serius, tetapi hanya sebatas membangun gosip dan menjadi angin lalu di tengah-tengah masyarakat, para orang tua kami sebenarnya tahu bahwa kami yang beragama minoritas didiskriminasi di sekolah tetapi hanya pasrah karena kami juga minoritas di desa kami. Oleh karena kondisi ini peneliti sesungguhnya mempertanyakan; apakah begitu pengamalan ajaran agama yang benar, mendiskriminasi pihak minoritas? Mengapa kita tidak damai dan saling menghargai? Dimana pemerintah kami, disaat kami mengalami diskriminasi di desa kami sendiri? Apakah ada jalan tengah untuk perdamaian agar terjadi kerukunan ditengah-tengah masyarakat yang notabene berbeda keyakinannya?

Tampak ironis, ketika semua agama yang dianut masyarakat Indonesia, atau secara khusus Sumatera Utara yang oleh penganutnya diyakini sebagai dimensi yang paling suci yang membuat kehidupan manusia menjadi sakral atau kudus, ternyata dalam faktanya terjadi konflik antar umat beragama. Agama mengajarkan hal yang baik, yang memberi petunjuk bagaimana moral dijalankan, yang mengajarkan cinta kasih dan persaudaraan justru malah agama yang menyumbang terjadinya konflik dan mencederai kerukunan. Hubungan konflik, saling curiga, fanatisme dan bentuk-bentuk hubungan negatif lainnya muncul dimana-mana.

Oleh karena peristiwa ketidakrukunan dan konflik antar umat beragama yang silih berganti terjadi di Indonesia maupun Sumatera Utara, lahirlah usaha-usaha untuk mencegahnya dan menjaganya. Diantara cara yang cukup efektif adalah dialog. Dialog amatlah penting, dimana perwakilan semua agama dan


(32)

8 pihak yang berkonflik tentang agama duduk bersama untuk mencari solusi. Dialog bukanlah debat, melainkan saling memberi informasi tentang agama masing-masing, baik mengenai persamaan maupun perbedaannya. Dialog antar agama tidak sama dengan usaha seseorang untuk meyakinkan orang lain tentang kebenaran agama yang ia peluk atau dialog juga bukan suatu usaha untuk menjadikan semua agama yang berbeda-beda menjadi disatukan, tetapi dialog adalah suatu kerjasama diantara para pemeluk agama yang berbeda.

Sebagai tindak lanjut dari dialog, ternyata memberikan sutu siatuasi yang melegakan hati. Agama-agama di indonesia menjalin kebersamaan satu dengan lainnya bekerja keras dan saling berupaya untuk mewujudkan persahabatan dan toleransi, dari kebersamaan ini muncul suatu gerakan persahabatan antar umat beragama atau interfaith movement. Dari semangat interfath movement inilah pemerintah mengambil momentum yang tepat untuk memfasilitasi kerukunan umat beragama dengan membentuk forum resmi oleh pemerintah; Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan dasar Hukum Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 tahun 2006.7

Kajian penelitian ini mendeskripsikan evaluasi kinerja organisasi FKUB berfungsi di Sumatera Utara, hal ini penting untuk dievaluasi mengingat FKUB Sumatera Utara secara legal Formal dibentuk di Provinsi Sumatera Utara dengan SK. Gubernur Sumatera Utara No. 450/417/K/2007 Tgl. 22-03-2007, artinya sampai tahun 2015 ini sudah delapan tahun FKUB menjalankan perannya di

7Selengkapnya berjudul “Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.” PBM .


(33)

9 Sumatera Utara, peneliti tertarik untuk melihat dan mengevaluasi apakah tugas dan fungsi serta ketentuan organisasi telah berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya yang telah ditetapkan dalam BAB III pasal 8, 9 dan 10 PBM Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, apakah keberadan mereka didaerah sudah bisa menjaga bahwa masyarakat Provinsi Sumatera Utara mampu rukun, damai, dan bebas menjalankan ibadah dan memeluk agamanya masing-masing tanpa adanya intervensi. Di sisi lain FKUB di tingkat provinsi merupakan pionir bagi FKUB di tingkat kabupaten dan kotamadya . Apabila FKUB tingkat provinsi bergerak cepat dalam menjalankan tugasnya, maka akan diikuti oleh FKUB yang ada di tingkat kabupaten dan kota madya, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya apa yang menjadi kendala bagi FKUB dalam menjalankan fungsinya, sudah sejauh mana kontribusi FKUB dalam menjaga kerukunan umat beragama didaerah Sumatera Utara berdasarkan tugas pokok yang dipercayakan kepada FKUB Provinsi.

Pada titik inilah penelitian tentang FKUB Provinsi Sumatera Utara ini penting untuk dilakukan. Dengan mengetahui eksistensi, peranan, dan dinamika FKUB di lapangan, akan dapat terungkap sejumlah permasalahan dan tawaran solusinya. Hal ini tentu saja pada waktunya akan sangat bermanfaat bagi pemberdayaan FKUB ke depan, dalam rangka meningkatkan upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama dan kerukunan di Sumatera Utara secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti hal ini, beranjak dari latar belakang diatas maka judul yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara”


(34)

10 I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kinerja organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya dalam menjaga kerukunan umat beragama di Provinsi Sumatera Utara?

I.2.1. Fokus Masalah dan Pembatasan Masalah Penelitian

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ada enam agama yang ada dan dilayani oleh pemerintah di Provinsi Sumatera Utara, dari beberapa ajaran agama yang berbeda dimungkinkan terjadinya persinggungan dan pergejolakan karena perbedaan ajaran dari masing-masing agama, sehingga dampaknya ialah timbulnya konflik yang akan mempengaruhi kedamaian dan ketenagan masyarakat, untuk itulah perlunya peran pemerintah sebagai jembatan atau penengah dalam membangun dialog perdamaian dengan mengajak segenap perwakilan majelis-majelis agama atau tokoh agama untuk membentuk forum strategis yang bernama Forum Kerukunan Umat Beragama yang selanjutnya disingkat FKUB, yang mana FKUB posisinya diperkuat oleh Peraturan Bersama Menteri (PBM) Agama Dan Menteri Dalam Negri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya melakukan evaluasi kinerja organisasi berdasaran indikator yang ada, fokus masalah hanya melakukan evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukunan Umat beragama di Sumatera Utara, dimana batasan evaluasi FKUB provinsi yang dikaji oleh peneliti sesuai dengan dasar hukum pendirian organisasi yakni, Peraturan Bersama Menteri agama dan Menteri dalam negeri nomor 9 dan 8 tahun 2006 Bab III pasal


(35)

11 9 adalah mengkaji perkembangan dialog antar tokoh agama, peran FKUB dalam menampung dan menyalurkan aspirasi tokoh agama sebagai bahan rekomendasi untuk gubernur dalam menerapkan kebijakan, peran FKUB dalam mensosialisasikan UU atau peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian agama.

Selanjutnya batasan masalah dalam peneliti agar tidak meluas ke aspek yang lain maka dirasa perlu peneliti melakukan pembatasan arah penelitian agar terfokus ke hal-hal yang akan dipaparkan dalam duduk perkara sebagai berikut :

1. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini bukan sedang ingin memberikan peredikat atau peringkat dengan kinerja FKUB yang berada di lokasi lain, bukan pula ingin memberikan penilaian range 10 sampai dengan 100 atau sejenisnya tetapi murni evaluasi ini dilakukan hanya memberikan deskripsi sekaligus sebagai refleksi umpan balik bagi FKUB Provinsi Sumatera Utara agar semakin lebih meningkatkan kinerja nya. Karena perlu diketahui bahwa FKUB Sumatera Utara bukan organisasi yang provit oriented, Nirlaba atau predikat oriented, tetapi murni semata hanyalah wadah pelayanan, sebuah forum strategis yang dipercayakan pemerintah dareah untuk secara konsen melayani antar umat lintas agama di Sumatera Utara agar tetap rukun.

2. Defenisi agama dalam prespektif FKUB adalah tidak membenarkan defenisi satu agama dan juga tidak menyalahkan defenisi agama agama yang lain, tetapi saling mencari titik temu mengenai persamaannya dan perbedaannya. “Pengertian agama itu kita cari titik temunya dari prespektif agama masing-masing. Kita cari persamaannya dan titik


(36)

12 temunya, kalaupun misalnya berdiskusi tidak bisa membenarkan agama A sedangkan agama B salah, tetapi hanya memberi pandangan dan mendengarkan pandangan, serta saling membuka pemahaman. Itulah makanya di FKUB ada motto yang melekat yaitu “akidah terjamin kerukunan terjalin” demikian pernyataan anggota FKUB Sumut, bapak Bishop. Dr. Jhon H. Manurung M.Div.

3. Batasan kegiatan evaluasi hanya melakukan evaluasi kinerja mereka dalam memediasi, melayani dan memberdayakan umat beragama adalah agama-agama yang diakui pemerintah, penelti tidak menjangkau agama-agama yang diluar pemerintah, semisal aliran kepercayaan dan agama lokal. karena keenam agama ini pun cukup tinggi potensi konflik yang terjadi, tidak jarang ditemukan persinggungan, perselisihan, diskriminasi dan konflik lainnya yang terjadi karena pengamalan ajaran agama yang berbeda-beda sehingga menghambat kerukunan, meskipun berdasarkan wawancara di Internal FKUB Sumut ada dua persepsi yang berbeda mengenai jangakauan agama diluar dari pemerintah, pertama dari bapak JH. manurung bahwa agama diluar pemerintah tetap diayomi dan dilayani oleh FKUB, tetapi bapak Albert Pakpahan menyebutkan bahwa target masyarakat yang dilayani adalah masyarakat yang memiliki agama, kalau diluar agama terasa cukup sulit untuk memberdayakan mereka, bapak Albert Menambahkan biarlah mengenai perberdayaan mereka hanya di internal mereka sendiri. alasan lainnya bagaimana ingin mengevaluasi jika belum ada kegiatan FKUB yang menyentuh ke masyarakat yang bukan agama diakui pemeritah, alasan terahir juga di SK gubernur mengenai


(37)

13 dasar tugas pokok FKUB Sumatera Utara tidak secara spesifik mengatur pelayanan atau peberdayaan terhadap agama-agama yang ada diluar agama pemerintah.

4. Setara dengan forum-forum strategis lainnya bahwa FKUB dalam melakukan tugas pokoknya, baik dalam dialog memediasi dan pemberdayaan masyarakat, sifatnya hanya konsultatif dengan beberapa instansi baik pemerintah daerah, FKUB daerah Kabupaten/Kota dan majelis agama, FKUB hadir memediasi, menampung hasil mediasi dan menginformasikannya kepada kepala daerah untuk membantu kepala daerah mengembangkan kebijakan, tidak ada kewenangan FKUB untuk menghentikan apalagi menindak pihak-pihak yang apabila ditinjau secara hukum dianggap bersalah, karena sifat FKUB bukan sebagai eksekutor yang berhak menjudgesiapa yang bersalah dan siapa yang benar. “Mereka kan bukan eksekutif, dan tidak punya kekuatan untuk mengeksekusi, mereka tepatnya membina, koordinasi dengan istansi terkait,hal seperti itu yang mereka bisa lakukan, kan yang punya kewenangan masing-masing kan ada, yang punya eksekusi ya bertindak, FKUB menggali informasi dan menyampaikan itu.” Kata kasubbang Hukum dan KUB KandepagSU, Syafaruddin, SH.M.Si.

Dari aspek horizontal peneliti juga menggali informasi dari masyarakat sumatera utara serta pihak lain yang dibutuhkan sebagai penyeimbang informasi yang didapatkan dari FKUB provinsi Sumatera Utara.


(38)

14 I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilaksakanakan adalah :

a. Untuk mendeskripsikan kinerja FKUB Sumatra Utara Utara dalam menjaga kerukunan umat beragama di Sumatera Utara berdasarkan tugas pokoknya.

b. Melakukan analisis terhadap kinerja FKUB Sumatera Utara dalam menjaga kerukunan di Sumatera Utara.

c. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar S1 sarjana Administrasi Negara

I.4. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat mencakup hal – hal sebagai berikut :

1. Secara Ilmiah, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan sistematis dalam menulis karya ilmiah berdasarkan kajian Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Praktis, untuk meningkatkan pengetahuan tentang evaluasi kinerja organisasi FKUB dalam menjaga kerukuna umat beragama di Sumatera Utara.

3. Secara kontributif, penelitian ini sebagai bahan rekomendasi dan memberi manfaat bagi FKUB Sumatera Utara dalam menjalankan fungsi dan perannya baik untuk masa sekarang dan juga masa mendatang.


(39)

15 4. Secara Akademis, untuk menambah khasanah ilmiah dan memberikan kontribusi secara langsung dalam penelitian – penelitian sosial khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumater Utara serta memberi kontribusi bagi FKUB Sumatera Utara.

5. Secara universal memberi kemanfaatan, baik referensi dan peemberian informasi kepada para pembaca dan pemerhati FKUB serta pemerhati kerukunan di Sumatera Utara.


(40)

16 BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAN

II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi

Sebelum diberikan kepastian tentang pengertian organisasi ada baiknya disini dikutipkan beberapa pengertian organisasi menurut para ahli. Menurut Oliver Sheldon (1923) organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia. Tidak juh berbedan dengan James D. Money (1974), menurut James organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan Daniel E. Griffiths (1959) mengemukakan organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan supaya sebuah tugas atau lebih dapat diselesaikan. menurut sutarto organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari defenisi diatas dapat di temukan kesepakatan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan organisasi yakni orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Orang-orang merupakan sekumpulan anggota organisasi yang memiliki hierarki, adanya kerjasama yakni gabungan dari beberapa fungsi


(41)

17 organisasi, beberapa orang memiliki beberapa fungsi tetapi untuk mencapai tujuan yang sama, inilah hakekat organisasi. Beberapa faktor yang disebut diatas saling mempengaruhi dan tidak terpisahkan.

II.1.1.1. Syarat-syarat Terbentuknya Organisasi

Organisasi yang terbentuk harus memiliki visi maupun misi agar pergerakan organisasi dapat terarah dan jelas mau dibawa kemana perkumpulan tersebut dan disamping itu keselarasan tujuan pun merupakan faktor terpenting dalam perjalanan sebuah organisasi. Apabila salah satu anggota dari organisasi tidak selaras atau sejalan dengan tujuan organisasi maka kegagalan organisasi akan terjadi.

Di samping visi dan misi serta keselarasan tujuan syarat-syarat terbentuknya suatu organisasi adalah adanya struktur jabatan atau umumnya dikenal dengan struktur organisasi yakni adanya penerapan posisi atau kedudukan yang jelas dari setiap individu atau anggota yang terkait dalam organisasi contoh pemimpin, asisten pemimpin, bawahan atau karyawan dan sebagainya. Selanjutnya syarat terbentuknya organisasi yang terakhir adalah adanya pembagian kerja yang jelas jadi setelah struktur terbentuk disitulah akan terbentuk pula pembagian kerja yang jelas yakni adanya bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bagi setiap anggota kelompok atau individu yang telah ditetapkan peranannya dalam organisasi. Jadi ada syarat terbentuknya organisasi mencakup :

1. Adanya visi dan misi,

Berdirinya suatu organisasi yaitu harus mempunyai visi, dimana visi tersebut berfungsi untuk menjalankan misi atau dengan kata lain, visi


(42)

18 merupakan suatu cara untuk menjalanlan misi. Misi merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh suatu organisasi yang berdiri

2. Keselarasan tujuan,

Tujuan organisasi akan memudahkan untuk melakukan koordinasi antar anggota, membuat struktur organisasi, membagi kerja dan lainnya yang pada intinya mempermudah perumusan arah pergerakan organisasi.

3. Adanya struktur jabatan, dan

Sebuah perkumpulan dinamakan organisasi apabila memiliki struktur organisasi yang terikat, dan diisi oleh pejabat-pejabat organisasi yang sesuai dengan kemampuan bidangnya.

4. Adanya pembagian kerja.

Setiap organisasi memiliki bagian tugasnya masing-masing. Dimana pembagian tugas ini untuk mempercepat penyelesaian tugas-tugas pokok organisasi

II.1.1.2. Jenis-Jenis Organisasi

Terkait dengan jenis-jenis organisasi, secara umum organisasi dibedakan dalam beberapa jenis, diantaranya :

1. Organisasi Formal

Organisasi dinamakan formal apabila mempunya struktur yang dijabarkan dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan, wewenang, kekuasaan,akuntabilitas, dan tanggung jawab. Organisasi formal mempunyai rincian pekerjaan yang jelas bagi tiap anggota. Jenjang tujuan organisasi formal


(43)

19 dinyatakan dengan tegas. Status, prestise, gaji, pangkat dan lainnya diatur dan dikontrol secara baik.organisasi formal tahan lama dan terencana sebab penempatannya sesuai peraturan, mereka relatif tidak fleksibel. Keanggotaan dan organisasi formal diperoleh dengan sadar, organisasi formal bentuknya seperti organisasi perusahaan, pemerintah pusat dan daerah, universitas dan organisasi resmi yang dinyatakan secara undang-undang.

2. Organisasi Informal

Berlawanan dengan organisasi informal organisasi informal disusun secara bebas, fleksibel, tak pasti dan spontan. Keanggotaan organisasi informal mungkin diperoleh dengan sadar atau tidak sadar, dan hal itu sering sukar untuk menentukan waktu yang pasti kapan seseorang menjadi anggota. Dalam organisasi informal keanggotaan seseorang atau keterlibatannya mungkin hanya “tumbuh” melalui waktu. Situasi yang pasti, hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi tidak dirinci. Beberapa perkumpulan organisasi informal adalah perkumpulan pesta, makan malam, perkumpulan orang sedang mengantri. Dan lainnya yang tidak memiliki struktur terikat undang-undang.

II.1.2. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh proses kebijakan. ada enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu:


(44)

20 b. Analisis terhadap masalah

c. Deskripsi dan Standarisasi kegiatan

d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.

f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.8

II.1.2.1 Pendekatan Evaluasi

Menurut william N Dun (2003;611-612), evaluasi kebijakan merupakan dua aspek yang sangat berhubungan; penggunaan berbagai macam metode untuk memantau hasil kebijakan publik dan program dan aplikasi serangkaian nilai untuk kegunaan hasil terhadap beberapa orang.Dun menjelaskan terdapat tiga pendekatan evaluasi, antara lain :

1. Evaluasi Semu (prosudeo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utamanya adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang datat terbukti sendiri tanpa adanya kontraversial.

8

lihat keterangan lengkap dalam pendapat Edward A. Schuman, dalam buku Riant Nugroho Edisi 5, hal 342.


(45)

21 2. Evaluasi formal (formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya megenai hasil kebijakan, tetapi mengevaluasi hasil tersebut atau dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utamanya adalah tujuan dan target diumumkan secara formal merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

3. Evaluasi keputusan teoritis (decicion theorytic evaluation) merupakan pendekatan yang mengunaan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai pelaku kebijakan. Pendekatan pokok evaluasi ini yakni evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan, baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan.

Tabel 1

Pendekatan Evaluasi (Dun, 2003;12)

Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk Utama

Evaluasi Semu

Menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan.

Ukuran, manfaat, atau nilai akan terbukti dengan sendirinya atau tidak kontroversial

 Eksperimental sosial

 Akuntansi sistem sosial

 Pemeriksaan sosial

 Sisteis riset dan praktik

Evaluasi Formal

Menggunakan metode deskriftif untuk megnhasilkan informasi yang vald dan dapat dipercaya mengenai

Tujuan dan sasaran dari pengambilan kebijakan dan administrator yang secara resmi

 Evaluasi perkembangan

 Evaluasi eksperimental


(46)

22 Lanjutan Tabel 1.

hasil kebijakan secara formal diumumkan sebagai tujuan program kebijakan.

diumumkan merupakan

pengukuran yang tepat dari manfaat atau nilai

retrospective

 Evaluasi hasil ertrospective

Evaluasi keputusan teoritis

Menggunakan metode deskriftif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai pelaku kebijakan.

Tujuan dan sasaran dari berbagai

pelaku yang

diumumkan secara formal atau diam-diam merupakan ukuran yang tepat dari manfaat atau nilai.

 Penilaian tentang dapat tidaknya evaluasi

 Analisis utulitas multiatribut.

Kemudian evaluasi dalam konteks manajemen organisasi, Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara “harapan dan kenyataan”. Hal yang sangat dipentingkan dalam semua kegiatan evaluasi adalah kesempurnaan dan keakuratan data. Evaluasi pada dasarnya merupakan kajian mencari faktor-faktor penyebab timbulnya permasalahan, bukan hanya sekedar gejala yang tampak dalam permukaan. Karena itu evaluasi merupakan kegiatan diagnostik, menjelaskan interpretasi hasil analisis data dan kesimpulan.

Selanjutnya sebagai indikator organisasi berkinerja tinggi dapat diukur dari hasil kerja organisasi (kinerja) organisasi itu sendiri. Bila hasil evaluasi ternyata menunjukkan kinerja yang tinggi berarti organisasi tersebut telah berhasil melakukan perubahan menjadi organisasi berkinerja tinggi, demikian juga sebaliknya. Bila organisasi tidak berhasil melakukan perubaha-perubahan lebih baik menjadi organisasi yang berkinerja tinggi maka organisasi tersebut telah gagal menjalankan perannnya. Apabila hasil evaluasi menyatakan organisasi telah gagal menjalankan perannya maka perlu dibangun sistem yang baru.


(47)

23 II.1.3. Evaluasi Kinerja Organisasi

EvaluasiKinerja adalah salah satu fungsi utama dalam Sistem Manajemen. Evaluasi ini berkaitan dengan Performa Individu dan Manajemen (Tim) untuk menuju Pengembangan Karir dan Pertumbuhan Organisasi. Evaluasi Kinerja terkait dengan Productivity, Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, Environment. Evaluasi Kinerja bertujuan untuk peningkatan Pembelajaran dan Pertumbuhan Organisasi yang sangat bergantung pada Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Handal.

Proses evaluasi terhadap kinerja organisasi ini penting dilakukan, karena tanpa evaluasi tidak akan diketahui sampai sejauhmana organisasi tersebut telah efektif melakukan perubahan menuju organisasi berkinerja tinggi. Dari hasil evaluasi bisa diketahui apa kekurangan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi dan kemudian dapat dilakukan langkah-langkah penelitian untuk memperbaiki kondisi yang ada.

Mengingat pentingnya evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui tingkat perubahan dalam mewujudkan organisasi berkinerja tinggi, maka pertanyaan yang muncul adalah indikator apa saja yang pertu diukur sehingga evaluasi yang dilakukan dapat memberi informasi keadaan yang sebenarnya dari tingkat kinerja yang ada?

Berikut akan dijelaskan beberapa indikator yang dipaparkan peneliti untuk mengevaluasi kinerja organisasi. Model indikator berikut ini telah sering dilakukan oleh para evaluator organisasai untuk melakukan evaluasi kinerja. untuk mengevaluasi kinerja organisasi bisa dilakukan dengan indikator-indikator sebagai berikut :


(48)

24 Tabel 2

Indikator Evaluasi Kinerja Organisasi

Indikator Penjelasan

Visi dan misi Apakah visi misi telah tercapai sesuai dengan tingkat pencapaiannya?

Pemberdayaan pegawai sampai sejauh mana pegawai diberdayakan dalam rangka proses pencapaian visi dan misi, motivasi dilakukan terhadap individu-individu di dalam organisasi?

Fleksibel sejauhmana organisasi menyesuaikan dengan perubahan dan sejauhmana pula learning organization/penciptaan iklim belajar terus menerus dilakukan?

berkomunikasi dengan

stakeholders/pihak terkait dengan kinerja organisasi

sejauh mana organisasi/individu organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat/ pelanngan?

Fokus pada penetapan hasil sampai sejauh mana pengukuran kinerja dilakukan dalam mencapai visi dan misi? Berkompetisi sejauh mana pemupukan semangat berusaha

dilakukan, ketangguhan pegawai menghadapi masalah dan semangat pegawai yang senantiasa berusaha dan tidak mudah menyerah?

Sumber : Diklat Teknis Evaluasi Kinerja Organisasi LAN 2012

Melalui evaluasi dapat dilihat realitas pelaksanaan program maupun peranan organisasi dalam melaksanakan kebijakan. Dari evaluasi, evaluator dapat mengidentifkasi masalah, kondisi dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan. Dari hasil identivikasi nantinya akan mampu mendorong umpan balik untuk kelangsungan organisasi kedepannya.

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun para pelaku lainnya sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun pembuat kebijakan. Melakukan evaluasi dapat diketahui apakah output maupun outcome benar-benar sampai ke kelompok sasaran.


(49)

25 II.1.4. Agama.

Agama yang berbeda-beda dan dianut secara berbeda-beda pula oleh orang beragama merupakan obyek penelitan ilmu agama. Ilmu agama melakukan penelitian terhadap agama-agama yang ada tanpa membeda-bedakan mana yang “benar” dan “palsu”.

a. Pengertian Agama

Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaki pemisahan dari dua kata “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau berarti agama itu artinya “tidak kacau”. Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari kata religare yang arti dasarnya ialah “keterikatan” maksudnya ialah setiap orang yang menganut agama dengan sungguh tentulah terikat pada agama yang dianutnya. Agama dalam bahasa Semit yaitu Din, yakni Undang-Undang atau Hukum, karena setiap agama itu memiliki undang-undang dan hukum, tetapi bukanlah mutlak hanya agama yang memiliki undang-undang atau hukum.

Dari ketiga istilah tersebut, maka dapat ditarik pengertian bahwa agama adalah hal yang mengikat pengikutnya secara langsung atau tidak langsung kepada undang-undang atau hukum yang berlaku dalam ajaran agama tersebut sehingga kehidupan diharapkan tidak kacau balau.

Defenisi lain dari agama adalah kepercayaan yang dipersatukan dan disertai takut yang sungguh-sungguh kepada Allah, takut disini bukan berarti lari atau tidak berani, melainkan rasa hormat dan taat, kepada Allah, serta tidak melanggar ajaran-ajaran-Nya.


(50)

26 Memang sejatinya pengertian agama tidak bisa dikaji dengan defenisi yang amat lengkap, dimana defenisi agama itu tidak bisa diterima oleh semua orang, selalu ada perdebatan mengenai pengertian agama. Untuk itu perlu pendekatan lain untuk menyamakan persepsi tentang agama, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan unsur. Dimana agama memiliki unsur-unsur tertentu yang semua unsur tersebut bisa diterima oleh semua orang. unsur-unsur utama yang pada dasarnya dimiliki oleh agama ialah ;

1. Ada oknum yang disembah ; kadang kala oknum ini disembah sebagai yang ilahi, yang berbeda jauh diluar manusia, yang kudus, yang memiliki kekuatan gaib atau misterius, dewa atau dewi, ataupun Allah.

2. Adanya pengakuan, keyakinan dan kepercayaan ; adanya kekuatan gaib yang misterius yang jauh diluar dari manusia, apakah kekuatan itu berbentuk oknum atau tidak, tetapi diresponi manusia dengan kenyataan, rasa hormat dan takut bahkan dengan rasa ketergantungan kepadanya. Manusia itu mempercayai bahwa keberuntungan hidupnya dalam dunia ini, bahkan di alam baka, tergantung pada hubungan yang harmonis dengan kekuatan gaib tersebut. Bila hubungan harmonis itu tidak tercapai, maka yang terjadi adalah malapetaka dalam hidupnya.

3. Adanya pemujaan atau penyembahan : pemujaan berarti pengalaman religious yang berbentuk pertemuan antara sipenganut agama dengan yang disembah. Hal ini dilakukan dalam


(51)

tempat-27 tempat tertentu yang dianggap mempunyai kaitan erat dengan kekuatan misterius dari yang disembah.

4. Adanya realisasi moralitas : maksudnya dalam bentuk usaha untuk menaati aturan-aturan agama yang dianut, manusia diharapkan mampu mengendalikan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan ajaran yang dikehendaki oleh agama tersebut.

Implikasi unsur-unsur agama diatas amatlah penting bagi Indonesia, dimana masyarakat Indonesia berlandaskan pancasila. Dalam masyarakat ini, gejala agama merupakan gejala yang amat penting. Kepercayaan warga negara terhadap Tuhan telah memiliki unsur dasar yang tidak bisa disangkal bahwa Indonesia memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda satu dengan yang lainnya.

b. Hakekat Agama

Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah azasi yang dipercayai kebenarannya secara mutlak yang dari padanya dijabarkan dalam sistem nilai dan norma hidup bermayarakat, segenap pola sikap dan tingkah laku pribadi. Tuhan Yang Maha Esa (YME) menyatakan kehendak-Nya melalui ajaran agama guna menjadi pegangan umat manusia dalam hidupnya. Ajaran agama memberi pedoman mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan bertanah air yang keseluruhannya itu merupakan ibadah.


(52)

28 Tuhan Yang Maha Esa menghendaki terjadinya kerukunan diantara sesama umat manusia, tidak menghendaki adanya pertentangan dan permusuhan, melainkan persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Umat manusia dengan berbagai agama yang dianutnya adalah mahluk ciptaan Tuhan YME. Dan dengan jalan kebasan manusia dapat memilih jalan yang hendak dipergunakan dalam menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Agama memberikan nilai-nilai moral dan kaidah-kaidah sosial untuk mengendalikan tingkah laku dalam bermayarakat agar terwujud kedamaian dan tata tertib dalam pergaulan hidup bangsa dan umat manusia. Ajaran agama menyatakan supaya menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda karena berdasarkan kitab suci agama masing-masing semua menyembah Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinannya masing-masing.

Hakekat agama ialah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang dituangkan dalam kitab suci/ajaran agama yang berisikan pokok-pokok iman dan hukum-hukum Tuhan Yang Maha Esa yang antara lain mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa serta hubungan manusia dengan sesama. Agama mengajarkan kebaikan, kerukunan, dan sejahtera secara spiritual dan material. Tidak ada satu agama pun yang menghendaki supaya agama yang berbeda binasa dan sensara, atau menghendaki manusia lain susah dan memderita.

c. Agama-Agama di Indonesia

Secara resmi ada 6 (enam) agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sehubungan dengan keberadaan keenam agama formal di Indonesia terbentuklah sedikitnya enam


(53)

29 kelompok besar agama atau organisasi yang berbasis keagamaan di indonesia yaitu :

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

2. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) 3. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) 4. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) 5. Perwalian Umat Budha di indonesia (WALUBI)

6. Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia (MATAKIN)

lembaga agama inilah yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitanya dengan keagamaan masing-masing untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan setiap umat beragma.

II.1.5.Tinjauan Tentang Kerukunan Umat Beragama

II.1.5.1. Defenisi Kerukunan Umat Beragama

Pengertian tentang kerukunan merujuk kepada pengertian yang dikemukakan oleh Frans Magnis Suseno, bahwa kerukunan berasal dari kata rukun yang diartikan “berada dalam keadaan selaras, tenang dan tentram, tanpa perselisihan dan pertentangan dan bersatu dalam maksud untuk membantu”.

Dalam PBM No. 9 & 8 tahun 2006 yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan


(54)

30 bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Dalam praktik beragama dan berkeyakinan, tidak bisa dipungkiri ketegangan sering timbul dalam interen umat beragama dan antar umat beragama, hal ini disebabkan oleh :

1. sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau misi

2. kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekedar ikut-ikutan).

3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri sehingga kurang menghormati agama lain.

4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik interen umat beragama maupun ekstern umat beragama

6. Kurang mau mebuka diri dan saling pengertian mengenai masalah perbedaan pendapat.

7. Tidak terbinanya dialog atau intervaith movement antar umat yang berbeda agama.

Penyebab-penyebab diatas telah nyata terjadi ditengah-tengah masyarakat Indonesia, bahkan telah mnyasa semua agama yang ada. sehingga membuat konflik agama di seluruh ddaeah di indonesia memiliki intensitas tinggi.


(55)

31 II.1.5.2. Aspek Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan dalam peraturan bersama menteri agama dan menteri dalam negri Nomor 9 dan 8 tahun 20069 adalah meliputi tiga aspek :

1. Intern Umat Beragama

Kerukunan juga bisa dilihat dari sesama pemeluk agama tertentu. Semakin orang menghargai dan menghormati kepercayaan atau bisa madzhap yang diperlukan akan memunculkan kehidupan yang rukun. Tidak mengklaim madzap yang dianutnya paling benar. Karena menghormati privasi warga negara untuk menentukan pilihan agama adalah hak setiap individu. Tidak mengecam privasi orang yang meyakini keyakinan tertentu bisa disebut rukun secara privasi.

Dalam hal ini penting juga untuk meninjau pernyatan dari Zuhairi, Menurut Zuhairi Mirawi10 perlu adanya rekonstruksi pandangan perihal pentingnya mengukuhkan toleransi sebagai kebajikan hak setiap individu. ada dua hal yang dibutuhkan untuk membangun toleransi sebagai nilai kebajikan, pertama, toleransi membutuhkan interaksi sosial melalui percakapan dan pergaulan intensif. Kedua membangun kepercayaan diantara berbagai kelompok dan aliran (mutual Trust).

2. Antar Umat Beragama

Kehidupan antar umat beragama sudah diatur dalam PBM tersebut, dimana antar umat beragama harus bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,

9

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Balitbang Dan Diklat, PBM Agama Dan Dalam Negri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006. Hal 10

10

Zuhairi Miraswi, Pandangan Muslim Moderat Toleransi, Terorisme dan Oase Perdamaian (jakarta; Kompas 2010) Hal. 10


(56)

32 berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Sikap toleransi antar umat begarama dapat ditujunjukkan dalam kehidupan sehari-hari melalui :

a. saling menghargai dan menghormati ajaran masing-masing agama.

b. Menghormati atau tidak melecehkan simbol-simbol maupun kitab suci masing-masing agama.

c. Tidak mengotori atau merusak tempat ibadah agama orang lain, serta ikut menjaga ketertiban dan ketenangan kegiatan keagamaan.

3. Umat Beragama Dengan Pemerintah

Pemerintah dengan umat beragama harus saling mendukung dalam menjaga keharmonisan hubungan umat beragama. Jika tidak, maka kerukunan tidak akan pernah terjalin. Pemerintah dengan umat beragama adalah dua sisi mata uang, tidak bisa dipisahkan karena saling membutuhkan. Jika hubungan baik itu ada, maka akan mudah terjalin kerukunan umat bergama.

Dalam PBM tersebut disebutkan bahwa pemerintah dengan umat beragama bersama-sama dalam bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama. Selain itu pemerintah mempermudah dalam perizinan rumah ibadah dengan syarat memenuhi ketentuan yang berlaku.

II.1.5.3. Indikator Kerukunan Antar Umat Beragama

Untuk mempermudah pemahaman tentang kerukunan antar umat beragama yang berbeda-beda dari tiap agama, perlu diadakannya kesepahaman


(1)

212 menjaga kerukunan kalau untuk menjangkau semua umat beragama rasanya amat sulit, dan mungkin saja ada beban besar bagi pengurus FKUB tingkat provinsi untuk bisa menjangkau semua lapisan umat beragama yang kompleks. Mengapa tidak dibatasi saja perannya mulai dari menjaga kerukunan bagi umat, menjadi hanya menjaga kerukunan kepada majelis agama, tokoh agama, atau tokoh masyarakat saja yang notabene masyarakat atas. Bukankah selama ini kinerja FKUB Sumut menunjukkan kinerjanya dominan hanya kepada masyarakat atas saja, kalau memang FKUB hanya mampu membina agar terjaga kerukunan di masyarakat atas saja, mengapa harus dituntut membina ke seluruh umat, Sebaiknya kalangan atas ini dibina dengan baik sehingga paham pentingnya kerukunan dan diberi tanggung jawab dan beban untuk membina bawahannya atau umatnya masing-masing, sehingga pilot project kerukunan bisa berjalan efektif.

VI.2.1. Untuk FKUB Sumatera Utara

1. FKUB Provinsi Sumatera Utara agar lebih memfokuskan kegiatannya kepada keempat program kerjanya, yakni melasanakan dialog, menampung dan menyaluskan aspirasi masyarakat, serta sosialisasi regulasi dan pemberdayan masyarakat. Karena selama ini terjadi ketidakseimbangan kegiatan antara tugas pokok dan kegiatann lain yang tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok FKUB Provinsi Sumatera Utara.40

40


(2)

213 2. FKUB Sumatera Utara lebih memfokuskan pembinaan, baik

langsung-maupun tidak langsung (lewat media massa), sosialisasi dan pemberdayaan ke masyarakat bawah (akar rumput), karena sesungguhnya di akar rumputlah yang sering terjadi konflik agama dikarenakan kurangnya pengamalan ajaran agama dan pemahaman mereka akan kerukunan antar umat beragama.

3. FKUB Sumatera Utara intens melakukan komunikasi dan konsultasi ke FKUB daerah kabupaten/kota dan majelis agama di daerah agar deteksi dini konflik yang terjadi di daerah mendapat penanganan yang cepat 4. Pengurus FKUB Sumut perlu sering menyosialisasikan gagasan dan

informasi bidang kerukunan beragama melalui tulisan di media massa, termasuk sosialisasi dalam bentuk pembuatan iklan atau pariwara berkenaan dengan kerukunan hidup beragama di media cetak, televisi dan radio.

5. Diharapkan kepada FKUB Sumut agar lebih Membangun komunikasi dan mitra kerja dengan Non Goverment Organization (NGO) yang fokus memantau perkembangan kebebasan beragama dan berkeyakinan, salah satunya NGO di Sumatera Utara ialah Aliansi Sumut Bersatu (ASB), dengan demikian terbangun sinergitas antara FKUB dengan NGO sehingga road map kerukunan di Sumatera Utara dapat terpelihara . 6. Sebaiknya FKUB Sumatera Utara menyusun dan mengeluarkan buku

yang saya usulkan kira-kita berthemakan “ refleksi keberadaan 10 tahun FKUB Sumut (2007-2017) dalam menjaga kerukunan di Sumatera


(3)

214 FKUB lebih diperhitungkan lagi ditengah-tengah masyarakat, kemudian sebagai media publikasi kinerja FKUB selama 10 tahun ini.

VI.2.2. Untuk dewan penasehat FKUB Sumut

1. Kepada dewan penasehat FKUB Sumut baik kesbangpolinmas-SU maupun kandepangSu agar tidak hanya menuntut hasil kerja FKUB yang maksimal dalam menjaga kerukunan dan mendeteksi konflik keagaman di Sumut, tetapi juga membina FKUB Sumut dengan pemberian dukungan dana yang memadai dan mencukupi untuk peningkatan kinerja FKUB Sumatera Utara.

2. Dewan Penasehat FKUB Sumut, utamanya ketua Dewan Penasehat agar Meningkatkan koordinasi dan komunikasi, baik secara kelembagaan maupun pribadi, tidak hanya ketika terjadi persoalan di lapangan, melainkan juga dalam kondisi normal.

VI.2.3. Untuk Gubernur Sumatera Utara

1. Mempertimbangkan lebih serius dan menindaklanjuti dengan tidak memperlambat aspirasi dari FKUB tentang penanganan masalah keagamaan yang terjadi di Sumatera Utara, terutama mengenai permasalahan rumah ibadah yang banyak berlum selesai dan belum ditangani oleh pemerintah daerah.

2. Memberdayakan FKUB, baik provinsi maupun kabupaten/kota dan tetap melibatkan FKUB dalam upaya menjaga kerukunan di Provinsi Sumatera Utara ini.


(4)

215 DAFTAR PUSTAKA

Buku

AA. Yewangoe. 2002. Agama dan Kerukunan. Gunung Mulia: Jakarta.

Arifinsyah dan Maratua Sumanjuntak. 2011. Peta Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Utara, Perdana Publishing, Medan

Arifinsyah dkk. 2014. Buku Panduan FKUB Sumatera Utara. La tansa Press, Medan.

Arifinsyah. 2013. FKUB dan Resolisi Konflik, Mengurai Kerukunan antar Umat Beragama di Provinsi Suatera Utara. Perdana Publishing. Medan.

Basrodi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta: Jakarta.

Bina Mental, Uraian Singkat Tentang Implementasi Pancasila : Kerukunan Hidup antar Umat beragama. 1978. Hanbook untuk aparat pemerintah Sumatera Utara.

Bungian, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi.: PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Buku Saku “Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan

Pendirian Rumah Ibadat.”

Dun, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta

Feery Wira Padang, Dkk. Laporan Pemantauan 2011. Potret Kehidupan Beragama/Berkeyakinan di Sumatera Utara. Aliansi Sumut Bersatu.Medan.

Moleong, lexi. 2006. Metodologi penelitian kualitatif.. PT Remaja. Rosdakarya. Bandung

Basir Tamala dan Elza Peldi Taher.1996. Agama dan Dialog Antar Peradaban. Paramadina. Jakarta.

Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang (Model-Model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi). PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Publikasi Setara Institude 2007-2009. 2010. Negara Hasrus Bersikap, Tiga Tahun Laporan Kondisi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan di Indonesia 2007-2009. Setara Institude. Jakarta.

Sigarimbun. M. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sinulingga, Risnawaty. 2008. Pendidikan Agama Kristen (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Pustaka Bangsa: Medan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: CV.Alfabeta . Bandung

Sutarto. 1993. dasar-dasar organisasi” cetakan ke 16, Gadjah Mada University Press. Yokyakarta.


(5)

216

Syafa’atun Elmizanah, Dkk. 2002. Pluralisme, Konflik dan Perdamaian (study Bersama Antar Iman) Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Syafi’i Mufid Ahmad.2014. Kasus-kasus aktual kehidupan keagamaan di Indonesia. Kemenag RI. Puslitbang kehidupan keagamaan. Jakarta.

Veryanto Sitohang dan Jenny Solin. 2011. Aliansi Sumut Bersatu Lahir untuk Merawat Pluralisme.Aliansi Sumut Bersatu. Medan.

2013. Sumatera Utara Rawan Untuk Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan. Laporan Pemantauan ASB.2012. Aliansi Sumut Bersatu. Medan

Zuhairi Misrawi. 2010. Pandangan Muslim Moderat Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian. Kompas; Jakarta

Jurnal, Majalah dan Tesis

Balitbang Kemetrian Agama, Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Pelaksanaan Pasal 8,9 dan 10 Peraturan Bersama Menteri agama dan Menteri Dalam Negri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. 2010. Maloho Jaya Abadi Press : Jakarta.

Media Kerukunan Edisi XII April-Juni 2013, Hal. 10-20.Konsep Kerkunan Hidup Beragama Dalam Kitab suci Agama-Agama Di Indonesia. Dan hal 21-23. Kerukunan Umat Beragama Di Sumatera Utara.

Media Kerukunan Edisi XIX Oktober-Desember 2012. Hal. 5-14. Signifikasi Pola Komunikasi Dalam Membina Kerukunan dan Resolusi Konflik. Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama Pemberdayaan FKUB dan Pendirian Rumah Ibadah (Study Kasus di Kabupaten Kendal). Aditya Wisnu Wardana. Fakultas Hukum Univ. Katolik Soegijapranata.2013. Puslitbang Kekidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Peraturan Bersama

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Jakarta; Departemen agama RI.2006.

Peraturan Pemerintah dan UU

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen ke-IV Peraturan Bersama Menteri (PBM) Agama dan Menteri Dalam Negreri Nomor 9

& 8 ahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat.

Surat Keputusan Forum Kerukunan Umat Beragama Provsu No 06.0-6/FKUB-I/VI/2012 tentang pedoman organisasi dan tata kerja FKUB Provsu.


(6)

217 Sumber internet :

http://ikhtisar.com/evaluasi-kinerja-sebagai-dasar-pengembangan-organisasi/ (diaksestanggal 29 November 2014, pukul 21.02 Wib)

https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/13/evaluasi-kinerja-organisasi/ (diaksestanggal 29 November 2014, pukul 22.01 Wib)

www.sumutprov.go.id (diakses tanggal 10 Maret 2015, Pukul 20.52 WIB) wikipedia.com (diakses tanggal 10 Maret 2015, Pukul 20.05 WIB)


Dokumen yang terkait

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 16 98

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 1

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

1 1 9

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama (Studi Deskriptif Pada Masyarakat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAN II.1. Kerangka Teori II.1.1. Organisasi - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Evaluasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (Fkub) Provinsi Sumatera Utara Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Sumatera Utara

0 1 15

EVALUASI KINERJA FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

0 0 20