Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner
2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul
akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan
oleh aterosklerosis, sifilis,dan penyebab lain. Aterosklerosis pada dasarnya adalah
suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan firolipid local di dalam bentuk plakplak yang menonjol atau penebalan yang disebut atheroma yang terdapat di dalam
tunika intima dan pada bagian dalam tunika media. Atheroma kemudian
berkembang dan ia dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk klasifikasi,
pendarahan, ulserasi, dan thrombosis. (WHO, 2013)

2.1.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan utama di Negara
maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan
pembuluh darah dari urutan ke-10 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986.
Sedangkan, penyabab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner sehingga usaha
pencegahan harus bentuk multifaktorial. (WHO,2013)
Menurut estimasi WHO, sekitar 50% dari 12 juta penduduk dunia

meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. (Sastroasmoro S &
Madiyono B,2007)
Penyakit kardiovaskular yang di dalamnya termasuk PJK menempati
urutan pertama penyebab seluruh kematian yaitu 16% pada survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9%. Hasil
Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4%. (Yahya A.F,2005)
Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah
kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan

bahwa pada tahun 1992, penderita PJK di Indonesia adalah 16,5% , dan pada
tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%. Meski menjadi pembunuh utama, tetapi
masih sedikit sekali orang yang tahu tentang penyakit jantung koroner ini.
Terutama tentang faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.
Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor resiko suatu penyakit telah diketahui maka
akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan karena mencegah adalah
lebih baik dari mengobatinya. (Djohan T.B.A,2010)

2.1.3 Faktor Resiko Jantung Koroner
a. Usia
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Ada juga hubungan antara kadar
kolesterol dan umur yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan
bertambahnya umur.
Di Amerika Serikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan
mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan
meningkat sampai umur 50 tahun dan ahkirnya akan turun sedikit setelah umur 50
tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih
rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada
laki- laki. Sebab resiko PJK meninggi pada akhir dekade kehidupan, maka
menurunkan kadar kolesterol pada usia tua sangat bermanfaat.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penderita dengan kadar
kolesterol yang tinggi bila dapat menurunkan kadar kolesterol total 1%, maka
terjadi penurunan 2% serangan jantung. Jadi bila kadar kolesterol dapat
diturunkan 15% maka resiko PJK akan berkurang 30%. (Yuniadi Y,2007)

b. Faktor Genetik
Hipertensi dan Hiperolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan
kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangnya sebalikannya ada


orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah
lemah jenuh dan kolesterol tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja.
Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet
rendah lemah jenuh dan kolesterol. (Yuniadi Y, 2007)

c. Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan lakilaki mempunyai PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada
beberapa perempuan pemakaian kontrasepsi dan selama kehamilan akan
meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan
kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki
didapatkan lebih tinggi daripada perempuan tetapi setelah menopause, hampir
tidak didapatkan perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki.
(Yuniadi Y,2007)

d. Merokok
Dari 11 juta kematian per tahun di Negara industri maju, lebih dari
setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah
penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.
Risiko terjadinya PJK meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingan

dengan bukan merokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan
jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok
bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau
gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Telah ditemukan 4.000 jenis
bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik
misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap
samping daripada asap utama, benzoprin 3 kali, dan amoniak 50 kali. Umumnya
fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Selain meningkatkan
kebutuhan oksigen, kedua bahan ini juga menganggu suplai oksigen ke otot
jantung sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin menganggu sistem saraf
simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain

menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,
meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen
jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menganggu
kerja saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan
lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah),
dan mempermudah timbulnya penggumpulan darah. Nikotin mengaktifkan
trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding
pembuluh darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi haemoglobin, menurunkan
langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO
mengantikan tempat oksigen di haemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen,
dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).
Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan
viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpulan darah.
Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingan
dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah. Akibat
penggumpulan (thrombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh
darah, merokok akan merusak pembuluh darah perifer. (World Health
Organized,WHO,2014)

e. Kurang berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga dapat dikurangi risiko penyakit jantung koroner.
Olahraga memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard,
menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan dengan
menurunnya LDL kolesterol, menurunkan kolesterol, trigliserida dan kadar gula
darah pada penderita DM, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kesegaran

jasmani. Di Amerika Sarikat, menyimpul orang dengan latihan fisik yang adekuat
kemungkinan menderita serangan PJK lebih kecil dibandingan dengan yang
kurang melakukan aktifitas. (Djohan T.B.A,2004)

f. Obesitas
Obesitas menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun
kencing manis. Jika berat badan naik 20% maka angka kematian meningkat 20%
pada pria dan 10% pada wanita. Menurut studi Framingham, penurunan berat
badan akan memperpanjang usia dengan penurunan berat badan sampai 10% akan
menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20%.
Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast food
dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemah tubuh. Hal ini diperparah lagi
dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerakan fisik saat
kerja maupun olahraga. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
volume darah sekitar 10-20%, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai
30%. Hal ini merupakan beban tambahan bagi jantung. Otot jantung akan
mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasia yang dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim yang disebut
sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas
capai, sesak napas bila malakukan aktifitas ringan, sedang ataupun berat

(tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepatkan
terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:
1. Obesitas

mengakibatkan terjadinya

perubahan lipid

darah,

yaitu

peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat
(kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada
dinding pembuluh darah), penurunan HDL-kolesterol (kolesterol baik,
yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding
pembuluh darah).
2. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat penambahan volume
darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosterone dan insulin,
meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta penekanan mekanis

oleh lemak pada dinding pembuluh darah tepi).
Obesitas pada masa kanak-kanak biasanya mempunyai efek atau
pengaruh yang lebih buruk terhadap jantung dibanding obesitas yang didapat

setelah usia dewasa. Hal ini disebabkan oleh efek samping obesitas yang
ditentukan oleh berat dan lamanya obesitas. (Djohan T.B.A,2004)

g. Diabetes Mellitus
Kencing manis atau gangguan toleransi gula dapat disebabkan oleh
obesitas. Menurut Nicholay Sen and Westlund, obesitas sedang akan
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 10 kali lipat, jika berat badan lebih
besar 45% dari berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing
manis akan meningkat menjadi 30 kali lipat. Mekanismenya belum jelas tetapi
terjadinya peningkatan tipe IV hiperlipidemia dan hipertrigliserid, pembentukan
platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi. (Djohan
T.B.A,2004)

h. Hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko major untuk penyakit
jantung koroner. Tekanan darah tinggi (hipertensi) mengakibatkan jantung bekerja

keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung,
otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsi sebagai pompa
menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan
kontraksinya berkurang. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah pada otak, mata (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal). 74% dari
penderita penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart
Association,AHA,2013)
Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:
1.Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan baban
yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor
miokard).
2.Mempercepat

timbulnya

aterosklerosis.

Tekanan

darah


yang

tinggi

menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronia,
sehingga terjadinya aterosklerosis koroner. (Djohan T.B.A,2004)

i.Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya
aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya
satu dengan lain. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triadlipid.
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL
yang ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi
atau perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor “ Scavenger ” khusus
pada makrofag dan gel-gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik
atas pembentukan reseptor-reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian

berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa. Sel gel busa membentuk
bercak perlemakan yang bisa menyebabkan distrubsi pada endothelium. Akhirnya
faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis
yang lanjut. (Anwar T.B,2004)
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama
mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan
sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Athesklosklerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel
radang, dan material pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini disebut plak.
Terdapat dua macam plak yaitu plak stabil dan plak tidak stabil (vulnerable,
rapuh).
Lesi aterosklerosis diklasifikasikan dengan 3 tahap secara morfologik:
bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya
bercak perlemakan yang sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan bisa
ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.
Plak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah
berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami
perubahan oleh peningkatan nekrosis sel, pendarahan, deposit kalsium atau
dikuamasi permukaan endotel diatasnya dan pembentukan thrombus. Lesi

terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
(Anwar T.B,2004)

2.1.4 Patofisiologi penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang
mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium
pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat
intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga
menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi
infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pektoris.
(Moore,1997).
1.

Angina pektoris
Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga

meningkat pada jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung namun jika arteria koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat arterosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemi miokardium, sel- sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Cara ini tidak efesien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri yang berkaitan dengan angina pektoris. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat
dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam
laktat, maka nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian angina pektoris
merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.(Elizabeth J. Corwin, 2009,
492)
2.

Infark miokardium
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan

air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis sel melepaskan
simpanan kalium intra sel dan enzim intra sel yang menyederai sel-sel di

sekitarnya. Protein intra sel mulai mendapat akses ke sirkulasi sistemik dan ruang
intertisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan intertisial di sekitar
miokardium, akibat kematian sel, tercetus reaksi inflamsi. Di tempat inflamsi,
terjadi

penimbunan

trombosit

dan

pelepasan

faktor

pembekuan.Terjadi

degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai
prostaglandin. Sebagian bersifat vasokontriktif dan sebagian merangsang
pembekuan (tromboksan). (Elizabeth J. Corwin, 2009, 495)
Secara singkat semakin banyak arah (peningkatan preload) di salurkan ke
jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang
menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks
tersebut, terjadi akibat penurunan kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah
meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen jantung
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat di
penuhi, maka terjadi peluasan daerah sel yang cedera dan iskemia di sekitar zona
nekrotik (mati). Sel- sel yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut
mati. Kemampuan memompa jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia
semua jaringan dan organ, termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirya,
karena darah di pompa secara tidak efektif, dan kacau maka darah mulai mengalir
secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit dan
faktor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.
(Elizabeth J. Corwin, 2009, 496)

2.1.5 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis penyakit jantung
koroner. Manifestasi klinis PJK meliputi:
1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia )
2. Angina Pektoris

a. Angina Pektoris Stabil
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
c. Variant Angina (Prinzmetal Angina )
3. Infart Miokard Akut
4. Dekompensasi Kordis
5. Aritmia Jantung
6. Mati Mendadak
7.

Syncope
Pada penderita asimptomatik, penyakit jantung koroner diketahui secara

kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini
tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat
maupun saat aktivitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat
dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST,
penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan
lain-lain dalam batas-batas normal.
Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot
jantung dengan oksigen dan suplai darah oleh pembuluh darah oleh pembuluh
koroner. Kebutuhan lebih besar dari suplai.
Pada penderita angina pektoris stabil, nyeri dada timbul pada saat
melakukan aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri precordial terutama di
daerah restrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti
di remas atau tercekik. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah
bagian medial, ke leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi
jarang menjalar ke lengan kanan. Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1-5) menit
dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada
dapat diprovokasi oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis.
Pada saat nyeri, sering disertai dengan keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat
hilang dengan pemberian obat golongan nitrat.
Pada penderita yang mengalami angina pektoris tidak stabil, kualitas,
lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil tetapi
nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah

serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Angina pektoris tidak stabil
sering timbul pada saat istirahat. Pemberian nitrat tidak menghilangkan keluhan
dengan segera. Keadaan ini didasari oleh patogenesis yang berbeda dengan angina
stabil. Angina tidak stabil sering disebut sebagai Preinfartion. Pada Angina tidak
stabil, plaque aterosklerosis mengalami trombosis sebagai akibat plaque rupture
(fissuring). Di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklusi

total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokardiografi
didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami
peningkatan.
Penyakit jantung koroner dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard
akut yang sering didahului oleh keluhan dada terasa yang tidak enak (chest
discomfort). Keluhan ini menyerupai dengan gambaran angina yang klasik pada

saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. Selain itu penderita
sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit
bahkan sampai berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti menekan,
(compressing), constricting, crushing

atau diremas (squeezing), tercekik

(chocking), berat (heavy pain). Kadang–kadang bisa juga tajam (knife like),

ataupun seperti terbakar (burning). Lokasi nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke
dua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah di bagian medial lengan
menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri
dapat dirasakan pada daerah epigastrium sehingga perut merasa tidak enak
(abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah,

badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin. (Siahaan,2013)

2.1.6 Diagnosa Penyakit Jantung Koroner
Seorang dokter harus mengetahui dulu penyakit/diagnosis pasiennya
sebelum memberi pengobatan. Dokter harus mengumpulkan sebanyak mungkin
keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil
kesimpulan. Pilihan pengobatan ditentu berdasarkan jenis penyakit dan
derajatnya. (Idham I, 2007)
1. Anemnesa

2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida
sebagai faktor risiko. Dari pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada
tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
4. Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner



Arteriografi koroner
Ultrasound intra vaskuler (IVUS)

5. Pemeriksaan jantung non- invasif


EKG istirahat
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya.

Dapat

berupa

serangan

jantung

terdahulu,

penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, dan masing


masing memberikan gambaran yang berbeda.
Monitoring EKG ambulator
Uji latihan jasmani (treadmill)
Treadmill merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi
perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang memberikan petunjuk
adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga
serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat



gambaran EKG tampak normal.
Magnetic resonance arteriography
Digunakan untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan
meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan



oleh

kateterisasi koroner.
Computed tomografi
Alat ini dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri
koroner. Penyakit arteri koroner mungkin terjadi jika sejumlah besar
kalsium ditemukan.

6. Foto dada

Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, apakah ada
pembesaran atau tidak. Di samping itu, foto rontgen juga dapat melihat
gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen
ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah
berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada
payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar. (Peter
L,2008)

2.1.7 Tatalaksana penyakit jantung koroner
A. Modifikasi gaya hidup
1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol / lemak, rendah garam
2. Turunkan berat badan menjadi normal
3. Berhenti rokok / alkohol
4. Olahraga teratur

B. Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit arteri koroner,
termasuk:
1. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk
membeku, yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri
koroner penderita. Jika penderita pernah mengalami serangan jantung,
aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Ada
beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika penderita
memiliki kelainan pendarahan dimana penderita sudah menggunakan
pengencer darah lain.
2. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang
mengelilingi arteri koroner penderita dan menyebabkan pembuluh
terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung penderita. Mereka juga
mengendalikan tekanan darah tinggi.
3. Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol
dalam darah, terutama low-density lipoprotein (LDL) atau “kolesterol
buruk”. Obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk

pada arteri koroner. Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL),
atau “kolesterol baik” yang mungkin juga membantu. Dokter dapat
memilih dari berbagai obat,termasuk statin, niasin, asam empedu
fibrates dan sequestrants.
4. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini
menurunkan

tekanan

darah

dan

dapat

membantu

mencegah

perkembangan penyakit arteri koroner. Jika penderita yang pernah
mengalami serangan jantung, ACE inhibitor mengurangi risiko
serangan di masa depan.
5. Beta blocker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen
jantung penderita. Jika penderita pernah mengalami serangan jantung,
beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.
6. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat
mengontrol nyeri dada dengan membuka arteri koroner penderita dan
mengurangi permintaan jantung penderita untuk darah.

C. Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk
memperbaiki aliran darah. Berikut adalah beberapa pilihan:
1. Operasi bypass arteri koroner
2. Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan).
(Yayasan Jantung Indonesia, 2007)

2.1.8 Pencegahan penyakit jantung koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:
1. Jangan merokok/ menggunakan produk tembakau
Penggunaan tembakau adalah merupakan salah satu hal yang paling
berbahaya yang dapat anda lakukan dan jalani sebagai suatu gaya hidup.
Satu dari tiap 6 kematian di Amerika serikat adalah merupakan kesalahan
karena gaya hidup merokok. Banyak berbagai macam penyakit yang

disebabkan oleh penggunaan tembakau dapat dicegah daripada penyakit
yang disebabkan oleh sebab lain.
2. Batasi jumlah konsumsi alkohol yang anda minum
Batasi minuman alkohol anda, untuk laki-laki jangan minum alkohol lebih
dari 2 minuman perhari, dan untuk wanita dibatasi hanya satu minuman
dalam satu hari. Satu minuman adalah satu kaleng bir (12 ons), 4-ons
gelas anggur/ wine atau jigger (1 ons). Terlalu banyak alkohol dapat
merusak hati, mendorong timbulnya beberapa kanker, seperti kanker
kerangkangan dan kanker hati. Banyak kasus-kasus kematian disebabkan
karena alkohol.
3. Pola makan yang benar
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan pola makan diantaranya
penyakit jantung, penyakit kanker, stroke, diabetes dan rusaknya arteriarteri yang mensuplai darah ke seluruh tubuh. Pola makan berserat, buahbuahan dan sayur dapat membantu anda mengurangi resiko terkena
beberapa tipekanker tertentu. Makanan dengan kandungan kalsium data
membantu memperkuat tukang.
4. Kurangi berat badan anda jika berlebihan
Banyak penduduk Negara besar di Amerika serikat mengalami masalah
kesehatan overweight atau kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya tekanan darah tinggi atau
hipertensi, kadar kolesterol darah tinggi, penyakit kandung empedu,
beberapa jenis kanker, arthiritis pada sendi-sendi yang memikul beban
yag terlalu berat karena overweight (arthiritis pada tulang belakang, sendi
lutut, atau pada pinggul). Anda dapat mengurangi kelebihan berat badan
secara bertahap dan membantu anda menjaganya tetap dalam batas
normal dengan diet tinggi serat, latihan olahraga teratur.
5. Olahraga teratur
Dengan latihan olahraga teratur dapat membantu mencegah penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, osteoporosis, depresi dan
mungkin mencegah dari kanker kolon, stroke, dan cedera punggung.

Dengan latihan olahraga teratur anda akan merasa lebih segar, lebih baik
dan menjaga berat badan anda tetap dalam kontrol. Sebaiknya lakukanlah
latihan olahraga secara teratur selama 4-6 kali dalam seminggu dengan
durasi tiap latihannya selama 30-60 menit. Dalam jumlah berapapun
olahraga yang anda lakukan sudah lebih baik daripada tidak sama sekali.
6. Jangan berjemur
Paparan sinar matahari berkaitan dengan kejadian kanker pada kulit, yang
merupakan kanker kulit sering terjadi di masyarakat. Jadi yang paling
baik adalah menghindari paparan sinar matahari atau gunakan pakaian
pelindung dan topi.
7. Kontrol/ kendalikan tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi meningkatkan resiko kejadian penyakit jantung,
stroke, penyakit ginjal. Untuk mengkontrol tekanan darah tinggi anda
yang dapat anda lakukan adalah mengurangi berat badan anda, latihan
olahraga teratur, kurangi konsumsi sodium dalam makanan anda, angan
merokok, hentikan merokok, konsumsi obat penurunan darah tinggi jika
memang dokter menganjurkan. (Yayasan Jantung Indonesia, 2007)

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian atau definisi
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2010)
Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran maka tidak akan
berlangsung lama. (Notoatmodjo, 2010)

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat
pengetahuan :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. (Notoatmodjo, 2010.
Halaman 27)
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 140-141)
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 27-28)
c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. (Notoatmodjo, 2010.
Halaman 28)
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat
diagram

(bagan)

terhadap

(Notoatmodjo,2010. Halaman 28)

pengetahuan

atas

objek

tersebut.

e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. (Notoatmodjo,2010. Halaman 28)
f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri. (Notoatmodjo, 2010. Halaman 29)

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan teknik wawancara
ataupun dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian ataupun responden. (Notoatmodjo, 2010)
Menurut Pratamo (1990) dan akhbar (2011), pengetahuan responden
dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : baik, sedang, dan kurang dengan
perincian nilai sebagai berikut :
1. Kategori baik apabila responden mempunyai skor > 75%
2. Kategori sedang apabila responden mempunyai skor 40-75%
3. Kategori kurang apabila responden mempunyai skor < 40%

2.3. Sikap
2.3.1. Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Notoatmodjo,
2010). Sikap juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:
1. Menerima (receiving)
2. Menanggapi (responding)
3. Menghargai (valuing)

4. Bertanggungjawab (responsible)

2.4. Perilaku
2.4.1. Pengertian Perilaku
Menurut Kurt Lewin dalam Notoatmodjo, 2010, perilaku manusia
bukan sekadar respondan stimulus, namun juga merupakan hasil interval antara
“persons”(diri orang) dengan “environment” (lingkungan) stimulus atau
rangsangan dari luar tidak akan lansung menimbulkan respon dari orang yang
bersangkutan. Stimulus tersebut memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu
dari orang yang menerima stimulus. Dalam rangka menciptakan perilaku yang
sehat, masyarakat perlu diberikan pengetahuan atau informasi-informasi yang
benar dan lengkap tentang penyakit dan pelayanan-pelayanan kesehatan.
Kepercayaan yang tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar dan lengkap
akan menyebabkan kesalahan bertindak.

2.4.2. Tipe Respon Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo, 2010 menyatakan bahwa perilaku
merupakan respon seseorang terhadap adanya rangsang eksternal. Respon yang
timbul ada dua jenis yaitu:
1. Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan dari reaksi tertentu.
Contoh: saat mendengar berita dari dokter, bahwa ia harus segera
menjalani kateterisasi jantung, maka akan timbul perasaan cemas.
2. Operant respons yaitu respon yang timbul kemudian berkembang dan
dibantu dengan stimulus yang lain. Contoh: pasien PJK yang sudah
diperbolehkan pulang dari rumah sakit karena kondisi yang stabil, dan
setelah dirumah melakukan pola hidup yang sehat dan menimbulkan
dampak kesehatan jantung pasien semakin meningkat dan tidak pernah
kambuh lagi.

2.4.3. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo, 2010, perilaku kesehatan
dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Perilaku sehat
2. Perilaku sakit
3. Perilaku peran orang yang sakit

Dokumen yang terkait

Karakteristik Hipertensi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik dari September Hingga November 2014

6 76 84

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 4 97

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 13

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 2

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien yang Menderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Pirngadi, Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 4

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 13

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 2

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 4

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

0 0 3

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Yang Menderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan Mengenai Penyakit Jantung Koroner

4 6 55