Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Tipe penulisan
Tipe penulisan ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

tujuan menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana
unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula
produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).
Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu
ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001: 48).
Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial dengan studi
kasus di Lapangan Segitiga Kecamatan Lubukpakam III Kabupaten Deli Serdang.

3.2


Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara

Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yang secara
geografis kota Lubuk Pakam berada di posisi 02"57' - 03"16' Lintang Utara dan 98"33' 99"27' Bujur Timur. Luas kota Lubuk Pakam adalah 7.655,35 Ha dengan batas wilayah
sebagai berikut, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau, sebelah Timur Berbatasan dengan Pagar
Merbau dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.Kota Lubuk
Pakam terdiri atas 7 kelurahan dan 6 desa serta 105 dusun dengan ibukota Kecamatan terletak

Universitas Sumatera Utara

di Jalan Tengku Raja Muda Lubuk Pakam. Topografi Kecamatan Lubuk Pakam merupakan
dataran dengan ketinggian 0 s/d 8 meter dari Permukaan laut.

3.3

Informan
Pada penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil


penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek
penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang-orang yang
dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki
pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapaun informan dalam penelitian ini meliputi
informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

3.3.1

Informan Kunci
Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang

diperlukan dalam penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-171). Informan kunci dalam
penelitian ini adalah waria yang menjadi pekerja seks komersial di Lapangan Segitiga yaitu 5
orang waria.
3.3.2

Informan Utama
Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial


dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyanto & Sutinah, 2005: 171171). Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 orang anggota keluarga dari waria PSK
dan 5 orang teman dari waria PSK.

3.3.3

Informan Tambahan

Universitas Sumatera Utara

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlihat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso, dalam Sutinah, 2005:
171-172). Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah Camat
Lubuk Pakam.

3.4

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-

data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (library research ) yaitu pengumpulan data atau informasi
menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta
tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yhang diperoleh melalui
kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:
a. Observasi yaitu mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan
pengamatan, mendengar serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan tanya
jawab secara bertatap muka yang dilakukan pengumpul data dengan informan
sehingga informan memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam
penelitian (Siagian, 2011: 211).

3.5

Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai


Universitas Sumatera Utara

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul,
mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu stuan, yang kemudian dikategorikan pada
tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis
sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong,
2004).
Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa catatan
lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan
analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan
dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Cemara
1. Kondisi Fisik Desa

a. Letak dan Geografi
Kelurahan Cemara terletak di ketinggian 325 M diatas permukaan laut dengan suhu
rata-rata 22 – 27 °C merupakan daerah dataran tinggi. Luas wilayah Kelurahan Lubuk Pakam
Cemara adalah 101 Ha yang berbatasan langsung dengan 5 desa/kelurahan, antara lain:
Sebelah utara

:

Berbatasan dengan Desa Sekip dan Kelurahan Lubuk
Pakam III

Sebelah selatan

:

Berbatasan dengan Desa Pagar Merbau III

Sebelah timur

:


Berbatsan dengan Desa Pasar Melintang

Sebelah barat

:

Berbatasan dengan Kelurahan Syahmad.

Penggunaan tanah dari luas wilayah Kelurahan Cemara keseluruhannya adalah sebagai
berikut:


Pemukiman/perumahan

:

65 Ha.




Sawah tadah hujan

:

21 Ha.



Tegal/Ladang

:

15 Ha.



Rumah ibadah

:


0.1 Ha.



Kuburan

:

0.5 Ha.



Lain-lain

:

1 Ha.

Universitas Sumatera Utara


Dengan jarak orbitasi ke Ibu Kota:


Kecamatan

:

1,5 KM.



Kabupaten

:

1,5 KM.




Provinsi

:

30 KM.

b. Demografi / Kependudukan
Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Cemara sampai dengan akhir Desember 2014
adalah 6919 jiwa yang tergabung dalam 1562 Kepala Keluarga dengan perincian jumlah
penduduk sebagai berikut:


Laki-laki

:

2943 orang.



Perempuan

:

3976 orang.

Ditinjau dari segi mata pencaharian pendudukan Kelurahan Cemara terdiri dari:
Tabel 1.1
Klasifikasi Penduduk di Kelurahan
Cemara berdasarkan Pekerjaan
NO.

Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk

1.

Petani

212 orang

2.

Buruh

153 orang

3.

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

175 orang

4.

Pensiun

201 orang

5.

Wiraswasta

349 orang

6.

Jasa

358 orang

7.

Lain-lain

114 orang

Sumber: Kantor Lurah Cemara, Kecamatan Lubuk Pakam

Universitas Sumatera Utara

Kab. Deli Serdang.

Jumlah penduduk ditinjau dari segi umur penduduk Kelurahan Cemara terdiri dari:
Tabel 1.2
Klasifikasi Penduduk di Kelurahan
Cemara berdasarkan Usia
NO. Rentang Usia

Jumlah Penduduk

1.

0 – 12 Tahun

226 orang

2.

1–5

Tahun

1120 orang

3.

5–7

Tahun

389 orang

4.

7 – 15 Tahun

712 orang

5.

15 – 56 Tahun

3146 orang

6.

56 Tahun ke atas

1326 orang

Sumber: Kantor Lurah Cemara, Kecamatan Lubuk
Pakam Kab. Deli Serdang.

c. Kondisi Sosial Kemasyarakatan
1. Politik.
Situasi politik di Kelurahan Cemara menunjukkan situasi dan kondisi yang bisa
dikatakan cukup aman. Pada saat pemilu tahun 2009 jumlah masyarakat yang menggunakan
hak pilihnya sekitar 90%. Ditinjau dari partisipasi dan keikutsertaan masyarakat terhadap
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemsayarakatan
bahwa masyarakat Kelurahan Cemara menunjukkan partisipasi dan keikutsertaan yang cukup
tinggi. Dibidang penyelenggaraan pemerintahaan dan politik terutama pada pelaksanaan
pemilu dan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan, masyarakat menunjukkan kepedulian

Universitas Sumatera Utara

dan partisipasi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa pada pelaksanaan pemilu 2014
baik legislatif maupun pilpres putaran I dan putaran II, partisipasi dimaksud diwujudkan
dengan berduyun-duyun datang ke TPS yang sudah ditentukan untuk memberikan hak
pilihnya sesuai dengan pilihannya masing-masing.

2. Ekonomi.
Tidak semua wilayah Kelurahan Cemara pusat perdagangan atau sentral ekonomi,
perdagangan hanya sebatas warung-warung, kios dan bengkel kecil serta beberapa warung
makan. Adapun wilayah yang menjadi pusat perdagangan antara lain Jalan Medan
Lingkungan III, Jalan Siantar Lingkungan VI, Jalan T. Imam Bonjol Lingkungan I dan Jalan
Galang Lingkungan III, sedangkan industri hanya sebatas industri rumah tangga, seperti
bordir, pembuatan emping, meubel, dan pembuatan ulos. Jika ditinjau dri kehidupan seharihari masayrakat Kelurahan Cemara, sumber-sumber pendapatan masyarakat antara lain
sebagai berikut:
1. Pertanian yaitu sawah tadah hujan dan perladangan.
2. Peternakan antara lain; kambing, burung puyuh, ayam, bebek, dll.
3. Perdagangan dan jasa antara lain: warung makan, toko, kios-kios, finance, angkutan dan
perbengkelan serta pertukangan.
4. Industri rumah tangga antara lain: bordir, pembuatan emping, dan pembuatan ulos.
5. Transportasi/perhubungan antara lain: becak bermotor, angkot.

3. Sosial Budaya
Penduduk Kelurahan Cemara berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda, dimana
mayoritas penduduknya yang paling dominan suku batak toba. Tradisi-tradisi musyawarah
untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat

Universitas Sumatera Utara

dan hal tersebut secara efektif dapat terhindar dari adanya benturan-benturan antar kelompok
masyarakat. Kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan gotong-royong menunjukkan
peningkatan yang cukup memuaskan terutama yang berkitan dengan:
-

Menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan hidup/pemukiman.

-

Gotong-royong dalam rangka pelaksanaan kegiatan Jum‟at Bersih sebagai perwujudan
mendukung Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM).

Kondisi sarana dan pra sarana umum Kelurahan Cemara secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.3
Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan
Sarana dan Pra Sarana Penduduk
No.

Sarana/Pra Sarana

Jumlah/Volume

1.

Balai Pengobatan

6 unit

2.

Lapangan Volly

1 unit

3.

Lapangan Futsal

2 unit

4.

Lapangan Bulu Tangkis

1 unit

5.

Mesjid

2 unit

6.

Musholla

1 unit

7.

Gereja

8 unit

8.

Jalan Provinsi

1 km

9.

Jalan Tanah

3 km

10.

Taman Kanak-kanak (TK)

2 unit

11.

Sekolah Dasar

3 unit

12.

Sekolah Menengah Pertama

3 unit

Universitas Sumatera Utara

13.

Sekolah Menengah Atas

3 unit

14.

Organisasi Kemasyarakatan

4 organisasi

15.

Organisasi

Kemsyarakatan 1 organisasi

Pemuda (OKP)
16.

Group Kesenian

3 group

17.

Club Olah Raga

1 group

Sumber: Kantor Lurah Cemara Kecamatan Lubuk Pakam,
Kab. Deli Serdang.

2. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan
Kelurahan Cemara adalah salah satu kelurahan dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan
Lubuk Pakam. Pada dasarnya pelaksanaan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kelurahan Cemara tetap berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan PP Nomor &% Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang susunan
organisasinya adalah terdiri dari: Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi Pemerintahan, Kasi
Pelayanan Umum, Kasi Trantib, Kasi Sosial dan Para Kepala Lingkungan.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kelurahan Cemara.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kelurahan Cemara, terdapat 4
Posyandu yang tersebar di lingkungan, dan disamping itu terdapat juga beberapa balai
pengobatan dan tempat praktek bidan/klinik bersalin yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang berkaitan dengan:
1. Penanggulangan/antisipasi meningkatkan kematian bayi.
2. Perbaikan dan peningkatan kualitas gizi bayi bagi balita serta upaya memperkecil
angka kematian balita akibat kekuranagn gizi (gizi buruk).

Universitas Sumatera Utara

3. Pemberian imunisasi yang teratur kepada bayi dan balita pada masa pertumbuhannya.
4. Penyuluhan yang berkaitan dengan situasi dan kesehatan lingkungan pemukiman.

Upaya lain yang dilaksanakan dalam peningkatan pelayanan masyarakat di Kelurahan
Cemara sebagai berikut, antara lain:
1. Pemeriksaan gizi anak balita dan imunisasi polio melalui pekan imunisasi nasional
(PIN) yang dilaksanakan di pos pelayanan terpadu (Posyandu).
2. Pemberian makanan tambahan bagi anak balita.
3. Penyuluhan kesehatan oleh petugas puskesmas dan bidan desa terutama yang
berkenaan dengan pencegahan

penyebaran penyakit menular seperti: demam

berdarah, diare, campak, rabis, flu burung, dan folio.
4. Pelayanan kesehatan bagi orang tua lanjut usia (lansia) di posyandu khusus lansia.
5. Pendataan dan validasi serta akurasi data keluarga miskin dalam rangka pembuatan
dan penyaluran kartu sehat / askes.
6. Melaksanakan gotong-royong pembersihan parit-parit dan selokan dalam mencegah
perkembang biakan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit setiap hari Jum‟at.

4. Kondisi Kelembagaan Masyarakat Kelurahan Cemara.
Dalam hal pemberdayaan kelembagaan masayrakat di Kelurahan Cemara, ada beberapa
upaya yang dilakukan:
1. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
Dalam rangka menggali dan mengumpulkan potensi dan partisipasi dari masyarakat,
LKMD Kelurahan Cemara selalu berupaya untuk berbenah diri seperti penyesuaian
kepengurusan sesuai dnegan peraturan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

2. Melalui pokja-pokja yang ada di struktur organisasi tim penggerak PKK Kelurahan
Cemara, lembaga ini melaksanakan pembinaan dan penyuluhan yang berkenaan
dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, dalam penggerakan/aktivitasnya
tim penggerak.
3. PKK Kelurahan Cemara dibantu oleh PKK Lingkungan dan para ketua Dasa Wisma
dari setiap dusun dengan melaksanakan kegiatan antara lain: arisan rutin bulanan,
pembinaan dan memfasilitasi terhadap kelompok-kelompok usaha yang dilaksanakan
oleh ibu-ibu maupun kaum perempuan yang bada di Kelurahan, serta pembinaan dan
penataan lingkungan yang sehat.
4. Peguyuban atau Kelompok Perwiritan
Ada beberapa kelompok perwiritan/paguyuban baik itu perwiritan kaum bapak
maupun perwiritan kaum ibu yang terbesar di lingkungan yang ada di Kelurahan
Cemara banyak informasi dan penyampaian pesan-pesan pembangunan dari
pemerintah kepada masayrakat yang telah disampaikan melalui perwiritan tersebut.
Begitu juga sebaliknya tidak sedikit perwiritan dimaksud telah memberikan dan
menyumbangkan dana dari uang kas perwiritan untuk mebnatu mensukseskan
kegiatan-kegiatan maupun program-program pemerintah yang sifatnya membawa
misi agama dan nama baik Kecamatan Lubuk Pakam.

5. Kondisi Keamanan dan Ketertiban Kelurahan Cemara
Situasi keamanan dan ketertiban di Kelurahan Cemara dapat dikatakan kondusif dan
terkendali, hal ini dapat dibuktikan dengan:
1. Tidak pernah terjadi konflik masyarakat baik melalui kelompok masyarakat, antara
etnis agama, terlebih lagi konflik masalah SARA.

Universitas Sumatera Utara

2. Kasus perkelahian masyarakat yang berakibat jatuhnya korban jiwa dan menimbulkan
luka-luka, prostitusi atau kejahatan seksual seperti pemerkosaan, penculikan dan
penganiayaan dalam rumah tangga tidak pernah terjadi.
3. Tingginya kesadaran masayrakat dalam upaya menjaga kemanan dan keteertiban atas
prakarsa sendiri.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
ANALISIS DATA

Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial. Pengumpulan data
dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian.
Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah di Lapangan Tengku Raja Muda
Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Observasi yang
dilakukan merupakan partisipasi aktif peneliti di lapangan bersama Pekerja Seks
Komersial (PSK).
2. Melakukan wawancara mendalam dengan 5 orang waria, 5 orang anggota keluarga dari
waria PSK, 5 orang teman dari waria PSK, dan camat Lubuk Pakam mengenai faktorfaktor penyebab waria menjadi PSK di Lubuk Pakam.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data. Untuk
melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan
wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah,
maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum
akhirnya menarik kesimpulan.
Informan yang menjadi sumber data penelitian ini sebanyak 16 orang, dengan
komposisi 1 orang informan tambahan, 10 orang informan kunci dan 5 orang informan
utama. Pada informan kunci, informan utama, dan informan tambahan dilakukan wawancara
mendalam untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waria
menjadi PSK.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Hasil temuan
5.2.1 Informan Kunci - I
Nama

: EV

Umur

: 34 Tahun

Pendidikan

Terakhir

: SMA

Agama

: Buddha

Suku

:-

Anak ke

: 2 dari 2 bersaudara

Status

: Lajang

Pekerjaan orang tua
a. Ayah

: Wirausahawan (pemilik toko alat elektronik)

b. Ibu

: Ibu rumah tangga

Usia saat pertama kali menjadi PSK : 27 Tahun

Waria cantik keturunan Tionghoa ini merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Jika
dilihat dari bentuk fisiknya, EV berkulit putih layaknya keturunan Tionghoa lainnya,
memiliki rambut hitam lurus dan bentuk wajahnya yang oval sangat proporsional dengan
sebuah kacamata yang membingkai mata sipitnya kala itu. EV sedang menikmati secangkir
kopi di salah satu kafe yang berada di sekitar Lapangan Tengku Raja Muda saat peneliti
mencoba untuk mendekati EV dengan mengajak berkenalan.
EV waria yang ramah, saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon
yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang
masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui kewariannya. Masa kecil EV
dihabiskan di Perbaungan. Masa duduk di bangku SD dilaluinya seperti anak laki-laki pada
umumnya, tetapi ia merasa lebih senang berteman dengan anak perempuan. ketika duduk di

Universitas Sumatera Utara

bangku SMP, kawan-kawan dekatnya masih memperlakukannya dengan wajar sebagai teman
mereka namun ternyata ada juga seorang guru olahraga yang sedikit ceriwis dan selalu ingin
tahu tentang pribadinya. Selalu menanyakan mengapa EV lebih sering bergaul dengan teman
perempuan, tidak suka main dengan lelaki. Jenis olahraga yang dipilih EV juga jadi bahan
pertanyaan gurunya itu. EV ternyata tidak senang dengan olahraga yang biasa dilakukan
kaum laki-laki.
Sambil tersenyum EV berkata:
“Untung guru biologiku mau mengerti keadaanku dan mengingatkan agar
terus berprestasi tanpa rasa minder. Kata guru, jadi waria itu bisa aja terjadi
karena bawaan lahir, aku gak ngerti, yang pasti aku senang karena ada yang

memahami keadaanku.”
Sebenarnya EV sudah berusaha tampil biasa saja dan mencoba semaskulin mungkin. Tetapi
tetap saja kadang-kadang timbul sisi femininnya yang membuat teman-teman lelakinya sering
mengolok-olok.
Olokan itu ditanggapinya dengan acuh:
“Ah, biarlah orang mengolok-olok. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.
Semua cemoohan dan umpatan itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja
lah. Lagian apa yang salah dari aku yang begini, kan aku enggak

mengganggu mereka”
Ketika SMA, EV lebih bisa mengekspresikan diri melalui kesenian. Ia aktif dalam
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) maupun belajar berorganisasi sebagai seksi kesenian.
Setiap ada kegiatan sekolah yang bersentuhan dengan seni dan tari, ia selalu berada di garda
depan. Mulai acara Agustusan hingga acara perpisahan sekolah. Minatnya tinggi di bidang
seni. Guru seni menyarankan agar EV menekuni bidang tari supaya kelak bisa membuka
sanggar dan menjadi pengajar tari. Meski para guru memahami kondisinya, namun tetap saja

Universitas Sumatera Utara

mengundang tanda tanya teman-temannya yang mempertanyakan kenapa EV lebih suka
bergaul dengan teman perempuan ketimbang laki-laki. EV mengaku lebih suka bergaul
dengan teman perempuan karena teman perempuan lebih mengerti dirinya dibanding lakilaki.
Menurut EV, keluarga tidak tahu kalau ia waria, walaupun tingkah lakunya sudah
gemulai sejak kecil. Keluarganya pun tidak tahu kalau ia suka sesuatu yang indah dan lembut.
Ia lebih memilih menyembunyikan keadaan sesungguhnya. Kalaupun keluarganya menebaknebak, biarlah itu menjadi asumsi atau hasil tebakan mereka. Niat untuk menegaskan kepada
keluarga bahwa ia waria juga tidak dilakukan. Demikian pula kepada tetangga sekitarnya.
Kehidupannya mengalir begitu saja, seperti air. Namun, ia tetap berusaha tampil sebagai
sosok lelaki pada umumnya agar mereka tidak mengolok-olok.

Sementara gejolak

perasaannya terus mendesak ingin tampil cantik dan eksotik seperti kebanyakan perempuan.
Tak kuasa memendam perasaan yang kian hari kian bergelora, maka setelah tamat SMA EV
pun memilih keluar dari rumah dan lingkungan keluarga yang membesarkannya. Hal ini
tentunya membuat hidupnya semakin sulit karena ia harus membiayai hidupnya sendiri.
Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, EV mulai menjawab
dengan tersenyum. EV memang terbiasa hidup dengan sederhana, meskipun orang tuanya
tergolong mampu. EV lebih memilih hidup sederhana. Barang-barang yang digunakannya
kebanyakan produk lokal, bukan barang-barang dengan brand ternama. Ia lebih menyukai
produk lokal, menurutnya produk lokal lebih baik karena dapat membantu perekonomian
masyarakat Indonesia daripada harus memakai produk luar yang mahal, lagipula kualitasnya
sama saja. Telepon genggam miliknya pun sederhana saja, hanya dapat digunakan untuk
mengirim dan menerima pesan singkat atau telepon sehingga ia tidak perlu mengeluarkan
biaya yang banyak untuk sebuah telepon genggam. EV menjaga kesehatan jasmaninya
dengan baik, EV tidak mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, olahraga pun rutin

Universitas Sumatera Utara

dijalaninya, olahraga yang biasa dilakukannya bukanlah olahraga yang memerlukan biaya
yaitu lari pagi.
Peneliti juga menanyakan kepada EV tentang pengalaman bekerjanya selama ini. EV
mengatakan bahwa usai menamatkan SMA, ia mencari pekerjaan namun setiap upayanya
untuk melamar pekerjaan senantiasa ditolak dengan alasan yang tidak jelas. Padahal, waria
cantik ini lolos persyaratan adminsitrasi dan wawancara. Ia menduga kalau berbagai
penolakan halus itu disebabkan karena kewariaannya.

Setelah setelah menyelesaikan

sekolahnya, EV bekerja sebagai pelayan di sebuah toko pakaian di kota Medan. Setelah dua
tahun bekerja, ia mencoba melamar di perusahaan rokok. Posisi yang diincarnya adalah
bagian keuangan. Sayang, ia tidak diterima. Diduga karena kewariannya. Kecurigaan itu
muncul karena hasil tes dan wawancara cukup baik.
EV mengungkapkan:
“Mereka bilang posisi di bagian keuangan sudah terisi. Seharusnya ada
pemberitahuan dari awal kalau posisi itu sudah ada yang mengisi. Jadi kan
aku gak usah ikut tes dan wawancara. Rasaku aneh aja, masa masih dalam
masa tes dan belum pengumuman, bangku sudah terisi. Kan itu akal-akalan

mereka aja untuk menolak lamaranku.”
EV tidak meyerah dan putus asa. Masih ada secercah harapan dengan motto kalau
mau terus berusaha, di situ ada jalan. EV melamar kerja di sebuah toko yang menjual suku
cadang kendaraan bermotor di daerah Medan. Ia diterima bekerja di sini. Namun belum
setahun bekerja, EV diberhentikan secara sepihak. Tidak jelas juga apa alasan pemberhentian
atasnya. EV menduga pemecatan itu disebabkan gaya feminin dan seringnya teman-teman
waria mampir ke tempatnya bekerja. Sampai sekarang EV tidak habis pikir mengapa ia
diberhentikan bekerja tanpa alasan yang jelas. Padahal ia merasa kinerja dan tingkat
kehadirannya sangat bagus. Pemilik toko memecatnya dengan alasan rasionalisasi atau

Universitas Sumatera Utara

pengurangan pegawai dan omset toko yang menurun. Ia sendiri heran mengapa omset
dikatakan menurun, padahal toko tak pernah sepi dari pembeli. EV memandang peristiwa
pemecatannya itu mungkin sudah menjadi suratan takdir. Tanpa banyak membantah, ia pun
keluar dari toko itu. Namun EV tetap tegar. Untuk bertahan hidup, ia ikut kawannya yang
membuka salon kecantikan di Jalan Juanda Medan. Meski tanpa gaji, hanya dapat makan, ia
dengan ikhlas menjalaninya.
EV mengatakan:
“Itung-itung sambil belajarlah, siapa tau kalau nanti ada modal aku bisa
buka salon sendiri. Aku juga dikasih tinggal di rumah kawanku itu, jadi

walaupun tidak bergaji, setidaknya tempat tinggalku aman.”
Bagi EV, apa pun pekerjaan yang tersedia akan dilakoninya selama itu halal dan tidak
menyusahkan orang lain. Namun idealisme itu buyar juga ketika harus berurusan dengan
kebutuhan hidup. Barangkali benar pernyataan bijak yang mengatakan kemiskinan itu
mendekatkan orang kepada kekufuran. Tekadnya untuk mencari rizki yang halal pupus. EV
terpaksa bekerja sebagai PSK karena salon temannya itu sepi pelanggan.
EV mengaku terpaksa menjalani pekerjaannya dengan mengatakan:
“Aku dan temanku terpaksa terjun di dunia malam. Aku tidak tahu
harus berbuat apa lagi, yang ku tahu satu-satunya jalan cepat untuk
menyambung kehidupan ya dengan bekerja seperti ini. Aku tak mungkin lagi
kembali ke orang tua kandung dan keluargaku, mereka pasti tidak

menerimaku dan aku pun tahu diri untuk itu.”
Selama kurang lebih dua tahun EV menjalani profesi PSK di Medan. Ia merasakan
pahit dan getir. Entah karena trauma atau sepi pembeli, ia kemudian menjajal berpetualang ke
Lubuk Pakam. Di sini ia menjadi kupu-kupu malam di Lapangan Tengku Raja Muda. Mulai
tahun 2003 sampai sekarang EV mangkal di tempat ini. Sebenarnya EV sudah lelah

Universitas Sumatera Utara

menjalani hidupnya sebagai PSK waria. Tapi apa boleh buat. Bertambahnya usia
membuatnya semakin tidak memungkinkan bersaing di pasar kerja yang sangat kompetitif.
Jangankan latar belakang pendidikannya yang hanya SMU, sarjana saja banyak yang
menganggur.
EV mengungkapkan:
“Aku berharap ada satu wadah yang bisa menyalurkan teman-teman waria
sesuai bakatnya. Aku juga menginginkan agar waria bisa menunjukkan
sesuatu yang positif dan bisa membuat masyarakat umum menaruh
kepercayaan kepada sumber daya manusia waria dan bisa mengubah stigma

dan kesan negatif terhadap waria selama ini.”
Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya EV menjadi PSK atas ajakan temannya dan
ditambah dengan keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia bekerja di
salon temannya. Tawaran itu datang dari pelanggan salon yang juga seorang waria.
“Awalnya dia iseng menanyakan berapa penghasilan kami dari nyalon,
setelah itu dia mulai bertanya pada kami, apakah kami perna h merasakan
terangsang saat kami menyentuh rambut atau bagian kepala pelanggan lakilaki yang sedang potong rambut. Aku bilang aku sering merasakannya,
temanku juga gitu. Trus dia ngasih saran ke aku dan kawanku untuk melacur
saja, lebih menyenangkan dan gak membosankan nunggu-nunggu pelanggan
yang belum tentu mau kita pegang-pegang.”

EV yang tertarik dengan tawaran tersebut akhirnya meminta untuk diajarkan cara
melacur kepada teman warianya. Ia mulai bekerja ketika jam 8 malam sampai pagi. Ia
mengaku penghasilannya sekitar 300 ribu dalam seminggu. Untuk sekali melayani ia dibayar
antara Rp. 30.000-70.000 untuk waktu yang tidak ditentukan. Tolak ukurnya hanya sampai
pelanggan merasa puas. Pelanggannya bervariatif karena ia memang tidak tebang pilih pada

Universitas Sumatera Utara

pelanggan. Siapa saja yang membutuhkannya akan sangat senang dilayaninya. Ia mengaku
pernah mendapat tawaran dari seorang wanita. Namun ia menolaknya karena ia tidak
memiliki hasrat apapun kepada seorang wanita. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempattempat sepi, di jalan sepi, kos di dan hotel.
EV tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun
bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan EV, tergantung tamu yang memesannya, lebih
sissy atau tidak darinya. Tidak ada syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya.

Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah
pelanggan yang tidak membayar dengan alasan ia sudah tua sehingga pelayanannya tidak
memuaskan. Namun ketika pelanggan tidak membayar, ia tidak mempersoalkan hal seperti
itu karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan dan ia sendiri pun sudah
merasakan keuntungan tanpa harus dibayar. Ketika berhubungan seksual dengan lelaki yang
tampan, ia akan sangat senang dan bergairah. Ada rasa ingin memiliki dalam hatinya. Ia
mengaku tidak pernah menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual. Ia juga
tidak merasa khawatir. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu
kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia
untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan.
EV lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih.
Bahkan ada beberapa pelanggan yang suka dengannya dan sempat menjalin hubungan
dengannya. EV selalu rutin menjaga tubuhnya karena itu aset baginya. Saat ini ia bebas dari
HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu tetap
dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan kondom
saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan niatnya

Universitas Sumatera Utara

untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Diakuinya, pekerjaan ini tetap
dilakukannya hingga saat ini karena dia merasanya nyaman saat melakukannya.

5.2.2 Informan Kunci - II
Nama

: AD

Umur

: 27 Tahun

Pendidikan

Terakhir

: S1

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Anak ke

:1

Status

: Lajang

Pekerjaan orang tua
a. Ayah

: PNS

b. Ibu

: Guru ng aji

Usia saat pertama kali menjadi PSK : 22 Tahun

AD merupakan seorang anak tunggal. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, AD memiliki
tubuh yang kurus dan tinggi, rambutnya sedikit tebal dan lurus serta berkulit agak gelap. Pada
awalnya peneliti melihat AD sepertinya merupakan pribadi sangat emosional. Terlihat dari
mimik wajah yang datar dan cenderung tidak ada ekspresi, sorot matanya sedikit menantang.
Peneliti mencoba untuk mendekati AD dengan mengajak berkenalan, AD tampak terkejut dan
iam. Setelah peneliti berhasil berkenalan dengannya, ternyata ia merupakan pribadi yang
ramah.
AD sangat antusisas saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon
yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan

Universitas Sumatera Utara

tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya.
AD sudah mengenal orientasi seksual yang berbeda sejak duduk dibangku SD. Setiap melihat
kakak-kakak perempuannya berdandan, AD ingin tampil cantik seperti mereka. Ia juga
senang menyanyi dan menari, sehingga setiap ada acara peringatan hari kemerdekaan atau
17-an, ia selalu diminta tampil. Ketika ayahnya NS, mendapatinya sedang menyanyi-nyanyi
atau menari layaknya perempuan, tak segan ayahnya mencambuknya di depan banyak orang.
Menurut AD kalau di sekolah, teman-teman dan gurunya hampir semua bisa
memaklumi kelainan itu. Bahkan, mereka memperlakukannya layaknya perempuan. Ketika
perlombaan yang mengharuskan menginap, ia selalu tidur dengan rombongan perempuan dan
mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Hanya saja, mereka melarang berdandan
seperti perempuan.
AD mendapat perlakuan berbeda ketika SMP. AD selalu mendapatkan cemoohan dan
panggilan bencong atau banci dari teman-temannya. Semua panggilan yang sebenarnya
menyakitkan itu tidak terlalu dihiraukannya. Begitu pula cemoohan dari orang-orang di
sekelilingnya. AD hanya memaklumi semua itu. Bagi ia, mereka yang mengolok-olok belum
tentu baik dari yang diolok-olok. Karena baginya, Tuhanlah yang Maha Tahu. Ketika mereka
memandangnya dengan pandangan sinis, ia hanya berpikir mungkin mereka tidak mampu
berbuat sepertinya, mereka juga belum tentu lebih baik darinya.
Waktu SMA, AD sekolah di Lubuk Pakam. Jaraknya cukup jauh dari tempat
tinggalnya. AD banyak mengenal teman waria yang rata-rata membuka usaha salon di kota
itu. Mereka bisa melihat gelagatnya yang lain. Ia pun diterima dan dianggap sebagai bagian
dari mereka. Sepulang sekolah, AD sering diajak ke salon dan hal ini membuatnya sangat
senang. Selain bisa bersama teman sesama waria, juga bisa mencuri pengalaman dan
keterampilan mereka dalam menata rambut dan kecantikan.

Universitas Sumatera Utara

Sejak itulah AD mulai mengekspresikan diri sebagai waria. Awalnya semua berjalan
baik. Namun setelah ada seorang tetangga yang melihatnya berdandan dan kemudian
melaporkan kepada orangtuanya, maka sejak itu kisahnya menjadi lain. Setelah mendapat
laporan, ayahnya mendatangi tempat tinggalnya di kota dan langsung menyeret pulang serta
mengurungnya di kamar. Berhari-hari hanya bisa duduk terpaku menderita sebagai sandera
orangtua. Mendapat perlakuan seperti itu tidak membuat AD patah harapan dan pesimistis
menjalani hidup. Dalam pikirannya saat itu adalah bagaimana caranya bisa kabur untuk
membebaskan diri dari penjara keluarga itu. Berkat kecerdikannya, ia berhasil kabur dari
rumah. Hanya membawa apa yang menempel di badan. Begitu tahu kabur, ayahnya langsung
menghentikan semua akses keuangannya, termasuk uang sekolah. AD pun bingung harus ke
mana dan harus berbuat apa.
Untung saja di tengah kegalauan hati dan kegamangan hidup, teman sependeritaan
dan sepenanggungannya menawarkan tinggal bersama. AD bekerja di salon temannya itu.
Penghasilan yang diperolehnya digunakan untuk membiayai sekolahnya. AD mengatakan:
“Bekerja di salon ini harus aku lakukan untuk biaya sekolah. Pokoknya aku
harus terus sekolah. Aku mau pintar, aku mau kejar cita-citaku. Aku memang
kurang beruntung punya orang tua yang gak bisa memahami keadaanku tapi
Allah masih sayang samaku karna aku diberikan teman yang mau membantu
aku disaat orang tuaku sendiri membuangku.”

Sementara itu, orangtua AD pun merasa heran mengapa tidak ada panggilan dari
pihak sekolah padahal mereka tidak pernah membayar uang sekolah anaknya. Mengetahui
kegigihan AD bisa terus bersekolah dengan biaya sendiri membuat hati orangtuanya luluh.
Orangtuanya berubah pikiran dan menerima kembali. Namun harapan orangtua supaya AD
berubah dari orientasi waria ke laki-laki pupus. AD malah semakin menjadi-jadi ke arah

Universitas Sumatera Utara

waria. Ia pergi ke kampus itu dengan penampilan bibir berlipstik dan mengenakan sepatu hak
tinggi. Inilah yang membuat ayahnya berang.
Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, sambil tersenyum AD
mulai menunjukkan tas dan sepatunya yang dikenakannya dengan merk ternama. AD
memang terbiasa hidup dengan kemewahan, orang tua nya yang tergolong mampu dan hanya
memiliki satu orang anak membuat AD sangat dimanja dan dipenuhi segala keinginannya.
Barang-barang yang digunakannya kebanyakan produk dengan brand ternama. AD
mengatakan bahwa ia selalu tidak mau tersaingi dengan teman-teman lain. itu sebabnya ia
selalu up to date soal gadget. AD lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong di cafe
ketimbang kuliah. Sehabis kuliah biasanya ia berbelanja di mall. Ia seperti itu karena ia ingin
menyegarkan fikiran kembali setelah mengikuti kelas yang sangat tidak diminatinya. AD
tertunduk malu ketika mengakui kepada peneliti bahwa ia mengkonsumsi narkoba, namun ia
tidak merokok, baginya dengan mengkonsumsi narkoba dapat membuatnya melupakan beban
masalahnya walaupun hanya untuk sementara waktu. AD rutin menjalankan aktivitas
berolahraga, olahraga yang biasa dilakukannya fitness di mall-mall yang ia kunjungi.
AD dengan semangat menceritakan tentang pengalaman hidupnya terkait dunia
pekerjaan. Ia mengatakan bahwa ia sempat menjadi guru honorer. Mengajar di SD selama 3
bulan dan di SMP selama 6 bulan. Tawaran mengajar itu datang dari gurunya sendiri. AD
kemudiaan mengundurkan diri dan tidak lagi mengajar. Bukan lantaran mendapatkan
perlakuan tidak baik dari pihak sekolah, melainkan tak kuasa menahan beban psikologis dan
mental karena setiap mengajar, murid-muridnya selalu bertanya, mengapa ia seperti
perempuan. Karena tidak tahan mendapat serangan pertanyaan seperti itu setiap hari, AD
akhirnya memilih mengundurkan diri. Pihak sekolah mencoba membujuknya agar tidak
berhenti mengajar. AD berusaha meyakinkan mereka bahwa mengajar dan dakwah bukanlah
bidangnya.

Universitas Sumatera Utara

AD mengatakan:
“Cita-citaku dulu ingin menjadi dokter. Aku sampe bela-belain membiayai
uang sekolah sendiri untuk bisa jadi dokter kulit dan kelamin. Tapi, ayahku
memasukkanku di sekolah islam dengan harapan aku bisa berubah menjadi
lelaki pada umumnya. Ya gak bisa lah, ayahku fikir keadaanku ini dibuat-buat
dan bisa dirubah hanya dengan ceramah. Manalah mungkin. Aku ini sudah
begini takdirnya gak bisa lagi dirubah dek”

Ayahnya kembali marah karena AD sempat menganggur lama. Tak biasa lontanglantung, untuk sementara ia bekerja di salon hingga ada seorang kawan dari Kalimantan
mengajak ke tempatnya. Selama di Kalimantan ia sempat menjadi hostes di sebuah klub
malam. Cinta pertama terjadi di tempat ini. Cinta pertama yang membuat lupa diri sehingga
membuat sering absen kerja dan dikeluarkan dari klub malam. AD kemudian kembali lagi ke
Lubuk Pakam. Ia mencoba melamar berkali-kali di beberapa rumah makan sebagai tukang
masak tapi selalu ditolak dengan alasan tidak membutuhkan pegawai baru padahal jelas-jelas
ada lowongan. Ada juga yang jelas-jelas menolak karena kewariaannya.
Karena putus asa, akhirnya AD terjerembab dalam kehidupan malam Lapangan
Tengku Raja Muda, tempat mangkalnya kaum waria di Lubuk Pakam. Ia sempat merasakan
kekejam an waria senior. Mereka suka main pukul. Cukup lama ia menjadi PSK, sekitar 5
tahun. Bukan karena pilihan, tetapi memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri,
pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Itupun tidak dibayar.
Sepulang sekolah ia kerja di salon temannya. Ada seorang guru SD pelanggan salon yang
sering datang ke salon. Guru itu suka menciumi AD ketika salon sedang sepi, dipegangpegang, lama kelamaan guru itu menyuruh ia untuk melayani dan ia menurutinya.

Universitas Sumatera Utara

“Aku sebenarnya juga suka dengan apa yang dilakukan guru itu dan aku juga
suka sama dia karena dia ganteng. Tubuhnya tegap dan dia juga lembut
memperlakukan aku. Hanya dulu aku masih takut dan tidak berani ngomong

jadi aku cuma nurut aja apa kata dia.”
AD merasa nyaman ketika diperlakukan seperti itu oleh lawan jenisnya. Hal ini lah
yang membuat AD berfikir untuk menjadi seorang PSK setelah ia putus asa dalam mencari
pekerjaan. Ia mulai bekerja ketika selesai maghrib sampai jam 10 malam. Ia mengaku
penghasilannya hanya sekitar 20 – 50 ribu dalam sehari. Untuk sekali melayani ia dibayar
antara Rp. 20.000-25.000 untuk waktu yang tidak ditentukan. Tolak ukurnya hanya sampai
pelanggan merasa puas. Pelanggannya biasanya lelaki setengah baya yang rata-rata sudah
berkeluarga. Ia mengaku menolak apabila ada tawaran dari lelaki remaja karena ia tidak nafsu
dengan anak muda. Pelanggan yang berusia muda biasanya bermain kasar. Ia tidak suka
diperlakukan kasar ketika sedang melayani pelanggannya. Ia menyukai lelaki yang sudah tua
dan berkumis. Apabila pelanggan yang ia suka fisiknya, ia mengaku memberikan pelayanan
dengan gratis. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempat-tempat sepi, di jalan sepi, kos
atau di hotel.
Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah
pelanggan yang tidak membayar dengan alasan dompet ketinggalan, kehilangan uang,
dijanjikan dibayar besok apabila berjumpa lagi. Ia tidak pernah mempersoalkan hal seperti itu
karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan. Ketika berhubungan seksual, ada
rasa khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak
memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp,
dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai
dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau
keterampilan.

Universitas Sumatera Utara

“Pernah ada kejadiannya sekitar 2 tahun yang lalu di daerah Galang, waktu
itu ada seorang yang menyewaku, kemudian aku di bawa kesuatu tempat untuk
main, tapi kemudian orang itu marah-marah karena aku waria tahunya orang
itu aku wanita, kemudian aku diturunkan di pasar dan tahu-tahu aku di
keroyok oleh segerombolan orang yang mungkin gerombolan geng motor,
teman orang yang menyewa tadi. Aku dipukulin. Aku sempat bisa melarikan
diri tapi dikejar dan akhirnya aku pingsan dan pagi harinya aku berada di
selokan dan luka disekujur tubuh, ditolong oleh tukang becak, dibawa kerumah

sakit.”
AD lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih. Bahkan
ada pelanggan yang suka dengannya dan menjalin hubungan dengannya.
“Aku juga pernah dapat pelanggan tetap dek, kami berhubungan lama sampai
2 tahun, dia sering memberi uang, tapi dia sudah punya istri dan anak

akhirnya kami putus hubungan karena masalah keuangan. “
Untuk menambah stamina AD biasanya meminum jamu. Ia mengaku selalu terjaga
kesehatannya karena rutin meminum jamu tersebut. Ia memasang susuk diwajah dan
bokongnya. Susuk tersebut didapatkannya dari dukun. Kegunaannya agar laris. Menurutnya
apabila tidak memakai susuk ia akan kalah saing dengan PSK perempuan. Jadi dengan susuk
itu, pelanggan yang sudah pernah tidur dengannya akan merasa ketagihan. Saat ini ia bebas
dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu
tetap dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan
kondom saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan
niatnya untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Hal ini lah yang membuat

Universitas Sumatera Utara

AD kemudian tidak lagi nyaman menjalankan profesinya. Padahal diakuinya ia sangat
menikmati pekerjaan sebagai PSK.
“Sekarang aku ingin menjadi guru lagi kalau ada kesempatan. Semua ijazah,
kutinggal di kampungku ini. Ini juga yang membuatku mati langkah untuk
mencari pekerjaan di sektor formal dan bersaing dalam mencari pekerjaan

sewaktu aku di Kalimantan.”
AD memang berharap agar sebagian orang tidak menghukum orang sepertinya dengan
memandang waria yang selalu dikait-kaitkan dengan profesi pelacurannya belaka.
Sebaliknya, ia berharap orang mau memahami mengapa waria terpaksa harus menjalani
profesi seperti itu.

5.2.3 Informan Kunci - III
Nama

: HP

Umur

: 25 Tahun

Pendidikan

Terakhir

: SMA

Agama

: Islam

Suku

: Batak

Anak ke

: 1 dari 2 bersaudara

Status

: Lajang

Pekerjaan orang tua
a. Ayah

: Mucikari

b. Ibu

: Buruh Cuci

Usia saat pertama kali menjadi PSK: 23 Tahun

Universitas Sumatera Utara

HP merupakan anak pertama dari dua bersaudara. HP saat ini berusia 25 tahun. Jika
dilihat dari bentuk fisiknya, HP memiliki paras yang manis, bertubuh tidak terlalu tinggi,
ukuran tubuhnya hanya serata-rata 154 cm, dengan tahi lalat di pipi sebelah kanan dekat
bibirnya. HP tampak menarik dengan baju bermotif garis-garis berwarna hijau putih serta rok
hitam yang dikenakannya saat itu serta rambutnya dipotong pendek sebahu. Saat itu HP
tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda.
HP sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, Ia selalu memberikan respon
yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan
tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya.
Semasa di sekolah, anak sulung dari dua bersaudara ini dicaci-maki oleh guru agama
islamnya. HP mendapatkan banyak perlakuan tidak menyenangkan selama sekolah. Mulai
dari SD hingga SMA. Tidak sedikit guru dan temannya yang mencemooh, meski dia
termasuk siswa berprestasi. Dari kelas 1 sampai kelas 6 SD dia selalu juara satu dan menjadi
ketua kelas.
Waktu acara perkemahan yang diadakan sekolah, HP ikut serta. Namun ketika
diselenggarakan suatu acara, teman-teman dan guru-guru yang lain tidak mengikutkannya.
Mereka mengatakan, lebih baik HP tinggal di kemah saja untuk memasak. Tindakan tersebut
kembali terulang ketika di SMP. Perlakuan paling keras dari guru agama Islam, bahasa
Indonesia, dan wali kelasnya yang dialami HP. Mereka mencemooh atau menghina,
menyerang pribadinya di depan kelas bahkan sewaktu kelas 2, ada beberapa teman laki-laki
yang selalu memaksanya untuk memegang kemaluannya. Dia ingat bahwa yang selalu
melakukan perbuatan tak senonoh itu bernama Afrizal dan Ali.
“Hampir setiap hari ketika jam istirahat mereka menyuruh aku melakukan itu
(memegang penisnya) sampai saya lulus SMP. Kalau tidak mau aku dipukulin
sama mereka dan uang jajanku juga terkadang diambil, aku hanya bisa

Universitas Sumatera Utara

menangis karena mau mengadu pun aku tidak tau mau ngadu sama siapa,
guru-guru ku mana perduli.”

Lulus SMP, HP melanjutkan ke SMA, namun di sini dia tidak mendapatkan perlakuan
kasar dari para guru. Hanya dari teman sekelasnya yang mengolok-olok. Untungnya dia
termasuk siswa berprestasi dan aktif di kegiatan ekstra kurikuler. Jadi, ketika temantemannya berlaku kasar terhadapnya, ia diberi izin untuk mengadu ke kantor bimbingan
konseling di sekolahnya.
Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, HP terlihat lemas. HP
sudah terbiasa hidup dengan sederhana. Hal tersebut pun dikarenakan orang tuanya yang
tergolong kurang mampu. HP terpaksa hidup dengan sederhana. Keinginannya memiliki
barang-barang bagus dan mewah ada hanya saja ia tidak dapat mewujudkannya. HP
mengatakan lebih baik uang nya ditabung atau di gunakan untuk keperluan adik saja. HP
menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, HP tidak mengkonsumsi narkoba, tidak
merokok, namun ia jarang berolahraga sebab menurutnya dia tak punya waktu untuk
melakukannya.
HP dengan semangat menceritakan pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan.
Setelah menyelesaikan SMEA, HP diajak seorang teman bekerja di restoran padang sekitar
tahun 2000. Pemilik restoran itu sangat baik dan mengerti soal kewariaannya karena teman
yang mengajaknya kebetulan seorang waria. Sejak saat itu ia mulai berdandan seperti
perempuan, walaupun belum total. Tidak ada perlakuan buruk di tempat kerjanya baik dari
pemilik, teman-teman kerja maupun dari anak pemilik restoran tersebut. Bahkan selama 3
bulan bekerja, HP sempat mempunyai hubungan dekat dengan anak laki-laki pemilik restoran
itu, tanpa diketahui

orangtuanya. Setelah bekerja selama 3 bulan, HP memilih

mengundurkan diri dan ingin merantau ke Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai orang rantau di Jakarta, HP sempat menganggur sebulan. Kemudian dia
diajak tetangga untuk bekerja di pabrik penghasil makanan ringan. Tidak ada nama
pabriknya, karena pabrik itu tidak didaftarkan kepada pemerintah. Lokasinya di daerah Pasar
Mitra, Jembatan Lima. Selama bekerja di sana, hubungan dengan pemilik maupun atasannya
juga wajar-wajar saja, namun lambat laun HP tidak tahan juga menghadapi semua pelecehan
atau penghinaan yang terus dialaminya dari kawan-kawannya. Dia memilih berhenti bekerja
di pabrik tersebut. Kebetulan juga dia diajak pamannya bekerja di salah satu night club di
kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Night club itu bernama Monggo Mas Club (MM). Dia
bekerja sebagai barboy di tempat hiburan malam itu dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2012. Beberapa bulan kemudian, kewariannya itu mulai diketahui teman-temannya sampai
akhirnya kabar itu sampai juga di telinga sang manajer. Namun manajernya tak
mempermasalahkan selagi dia bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
Persoalannya, penerimaan sang manajer itu membuat jengkel sebagian temantemannya. Karena itu, kawannya itu selalu mengejek baik dari segi fisik dan bentuk tubuh
maupun sifatnya yang cenderung feminin. Dia mencoba bersabar dan bertahan untuk
menghadapi semua hinaan. Namun, suatu ketika, kapten dan asisten menajer ikut juga
menghina.
“Kata mereka saya tidak pantas bekerja di tempat itu karena tempat itu bukan
tempat banci. Memang benar, teman kerjaku semuanya tegap-tegap, lelaki
macho semua lah. enggak ada yang kemayu kayak aku. Tapi kan kemayu nya

aku itu ga ngaruh sama cekatannya aku kalo lagi kerja.”
HP direkomendasikan ke bagian bartender. Dia diajukan oleh atasannya menjadi
bartender juga karena dirinya sudah bisa membuat cocktails. Pimpinan perusahaan itu
menyarankan agar calon-calon bartender yang baru diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan
yang akan diberikan dan dibiayai perusahaan. HP dan karyawan lainnya mengikuti pelatihan

Universitas Sumatera Utara

tersebut. Selama pelatihan, ia selalu diejek apabila ada praktik shaker karena ia tidak bisa
tampil macho seperti mereka. Namun, ejekan itu dianggap angin lalu, yang penting dia bisa
mengikuti pelatihan dan bisa menambah keterampilan sebagai bartender. Setelah sebulan
latihan, baru pengumuman kelulusan dan pemberian sertifikat. Penyerahan sertifikat
keberhasilan itu tak diberikan secara langsung oleh pelatih, melainkan melalui perusahaan.
Namun, HP benar-benar kaget ketika mengetahui dia tidak mendapat sertifikat tersebut.
Padahal, di antara mereka yang ikut pelatihan, dia termasuk yang paling berpengalaman
bekerja di diskotek itu. HP penasaran mengapa sertifikat keberhasilan tidak diperolehnya. Dia
memberanikan diri untuk menanyakan kepada asisten manajer diskotek. Jawaban yang
diterimanya sangat mengecewakan dan membuatnya sangat terpukul.
Pelatih yang melatih para bartender itu tidak peduli dengan keahlian dan kemampuan
maupun pengalaman ya

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Intensitas Penggunaan Lahan Basah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 35 110

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Pekerja Seks Komersial di Kota Medan

1 56 104

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PEREMPUAN MENJADI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI KELOPOAN KECAMATAN SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

0 14 18

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

2 46 128

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Segitiga Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

3 51 128

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 25

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2