Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Segitiga Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Sujanto. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Anwar, P.M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ardarini, Mailila. 2006. Enam Puluh Dua Tahun Merdeka, Anak Indonesia Masih Dilema. Jakarta: Medika.

Bastaman, T.K dkk. 2004. Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGD.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gunarsa, S.D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hutabarat, D.B. 2004. Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja Seks dalam Kehidupan Sehari-hari. Bandung: Arkhe.

Kartono, K. 2009. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Koentjoro. 2004. Tutur dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta. Koeswinarno, K. 2005. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: Kanisius.

Mahardika, S. 2004. Gambaran Pola Asuh Orangtua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Maslim, R. 2002. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Tinta.

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mudjijono. 2005. Sarkem Reproduksi Sosial Pelacuran. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nadia, Z 2005. Waria Laknat atau Kodrat. Yogyakarta: Galang Press.

Puspitosari, H. dan Pujileksono, S.M. 2005. Waria dan Tekanan Sosial, Malang: Universitas Muhamadiah Malang.

Rohim, Syaiful. 2010. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Salemba Humanika.

Satiadarma, M.P. 2001. Persepsi Orangtua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta: Pustaka Populer


(2)

Siagian, M. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Sulistyaningsih, E. 2002. Sex Workers in Indonesia: Where Should They Go? Jakarta, Indonesia: Manpower Research and Development Centre

Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Suyanto, B. & Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sumber Lain

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Sumber Online

(http://harianandalas.com/kanal-medan-kita/5-dari-100-waria-di-sumut-didugaterinve ksi-hiv, diakses 17 Oktober 2015 pukul 16.09 WIB).

(http://nasional.news.viva.co.id/news/read/618905-waria-ditembak-pelajar-dianggap- bawa-sial, diakses 17 Oktober 2015 pukul 12.08 WIB).

(http://nasional.tempo.co/read/news/2014/10/20/078615741/pawai-di-hi-waria-minta -jokowi-hapus-diskriminasi, diakses 18 Oktober 2015 pukul 21.09 WIB). Servoclinic. 2007. Gangguan Identitas Gender. Diakses pada tanggal 22 Oktober

2015 dari (http://servoclinic.com/2007/09/24/gangguan-identitas-gender/). (http://edisinews.com/berita-jumlah-waria-di-indonesia-diklaim-7jutaorang.html#ixz

z3oiLIsDoD, diakses 16 Oktober 2015 pukul 15.20 WIB).

(http://merdeka.com/peristiwa/prostitusi-psk-waria-bukan-isapan-jempol-belaka.html diakses 16 Oktober 2015 pukul 14.22 WIB).

(http://voaindonesia.com/content/aktivis-jakarta-tampung-waria-usialanjut/1607061. html, diakses 17 Oktober 2015 pukul 13.19 WIB).


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penulisan

Tipe penulisan ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001: 48). Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial dengan studi kasus di Lapangan Segitiga Kecamatan Lubukpakam III Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yang secara geografis kota Lubuk Pakam berada di posisi 02"57' - 03"16' Lintang Utara dan 98"33' - 99"27' Bujur Timur. Luas kota Lubuk Pakam adalah 7.655,35 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau, sebelah Timur Berbatasan dengan Pagar Merbau dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.Kota Lubuk Pakam terdiri atas 7 kelurahan dan 6 desa serta 105 dusun dengan ibukota Kecamatan terletak


(4)

di Jalan Tengku Raja Muda Lubuk Pakam. Topografi Kecamatan Lubuk Pakam merupakan dataran dengan ketinggian 0 s/d 8 meter dari Permukaan laut.

3.3 Informan

Pada penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapaun informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

3.3.1 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-171). Informan kunci dalam penelitian ini adalah waria yang menjadi pekerja seks komersial di Lapangan Segitiga yaitu 5 orang waria.

3.3.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-171). Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 orang anggota keluarga dari waria PSK dan 5 orang teman dari waria PSK.


(5)

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso, dalam Sutinah, 2005: 171-172). Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah Camat Lubuk Pakam.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yhang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:

a. Observasi yaitu mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan, mendengar serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan tanya jawab secara bertatap muka yang dilakukan pengumpul data dengan informan sehingga informan memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 211).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai


(6)

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu stuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.


(7)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Cemara 1. Kondisi Fisik Desa

a. Letak dan Geografi

Kelurahan Cemara terletak di ketinggian 325 M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 22 – 27 °C merupakan daerah dataran tinggi. Luas wilayah Kelurahan Lubuk Pakam Cemara adalah 101 Ha yang berbatasan langsung dengan 5 desa/kelurahan, antara lain: Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Sekip dan Kelurahan Lubuk

Pakam III

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Pagar Merbau III Sebelah timur : Berbatsan dengan Desa Pasar Melintang Sebelah barat : Berbatasan dengan Kelurahan Syahmad.

Penggunaan tanah dari luas wilayah Kelurahan Cemara keseluruhannya adalah sebagai berikut:

 Pemukiman/perumahan : 65 Ha.  Sawah tadah hujan : 21 Ha.

 Tegal/Ladang : 15 Ha.

 Rumah ibadah : 0.1 Ha.

 Kuburan : 0.5 Ha.


(8)

Dengan jarak orbitasi ke Ibu Kota:

 Kecamatan : 1,5 KM.

 Kabupaten : 1,5 KM.

 Provinsi : 30 KM.

b. Demografi / Kependudukan

Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Cemara sampai dengan akhir Desember 2014 adalah 6919 jiwa yang tergabung dalam 1562 Kepala Keluarga dengan perincian jumlah penduduk sebagai berikut:

 Laki-laki : 2943 orang.  Perempuan : 3976 orang.

Ditinjau dari segi mata pencaharian pendudukan Kelurahan Cemara terdiri dari: Tabel 1.1

Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Pekerjaan

NO. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1. Petani 212 orang

2. Buruh 153 orang

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 175 orang

4. Pensiun 201 orang

5. Wiraswasta 349 orang

6. Jasa 358 orang


(9)

Kab. Deli Serdang.

Jumlah penduduk ditinjau dari segi umur penduduk Kelurahan Cemara terdiri dari: Tabel 1.2

Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Usia

NO. Rentang Usia Jumlah Penduduk 1. 0 – 12 Tahun 226 orang

2. 1 – 5 Tahun 1120 orang 3. 5 – 7 Tahun 389 orang 4. 7 – 15 Tahun 712 orang 5. 15 – 56 Tahun 3146 orang 6. 56 Tahun ke atas 1326 orang

Sumber: Kantor Lurah Cemara, Kecamatan Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang.

c. Kondisi Sosial Kemasyarakatan 1. Politik.

Situasi politik di Kelurahan Cemara menunjukkan situasi dan kondisi yang bisa dikatakan cukup aman. Pada saat pemilu tahun 2009 jumlah masyarakat yang menggunakan hak pilihnya sekitar 90%. Ditinjau dari partisipasi dan keikutsertaan masyarakat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemsayarakatan bahwa masyarakat Kelurahan Cemara menunjukkan partisipasi dan keikutsertaan yang cukup tinggi. Dibidang penyelenggaraan pemerintahaan dan politik terutama pada pelaksanaan pemilu dan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan, masyarakat menunjukkan kepedulian


(10)

dan partisipasi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa pada pelaksanaan pemilu 2014 baik legislatif maupun pilpres putaran I dan putaran II, partisipasi dimaksud diwujudkan dengan berduyun-duyun datang ke TPS yang sudah ditentukan untuk memberikan hak pilihnya sesuai dengan pilihannya masing-masing.

2. Ekonomi.

Tidak semua wilayah Kelurahan Cemara pusat perdagangan atau sentral ekonomi, perdagangan hanya sebatas warung-warung, kios dan bengkel kecil serta beberapa warung makan. Adapun wilayah yang menjadi pusat perdagangan antara lain Jalan Medan Lingkungan III, Jalan Siantar Lingkungan VI, Jalan T. Imam Bonjol Lingkungan I dan Jalan Galang Lingkungan III, sedangkan industri hanya sebatas industri rumah tangga, seperti bordir, pembuatan emping, meubel, dan pembuatan ulos. Jika ditinjau dri kehidupan sehari-hari masayrakat Kelurahan Cemara, sumber-sumber pendapatan masyarakat antara lain sebagai berikut:

1. Pertanian yaitu sawah tadah hujan dan perladangan.

2. Peternakan antara lain; kambing, burung puyuh, ayam, bebek, dll.

3. Perdagangan dan jasa antara lain: warung makan, toko, kios-kios, finance, angkutan dan perbengkelan serta pertukangan.

4. Industri rumah tangga antara lain: bordir, pembuatan emping, dan pembuatan ulos. 5. Transportasi/perhubungan antara lain: becak bermotor, angkot.

3. Sosial Budaya

Penduduk Kelurahan Cemara berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan suku batak toba. Tradisi-tradisi musyawarah


(11)

dan hal tersebut secara efektif dapat terhindar dari adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan gotong-royong menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan terutama yang berkitan dengan:

- Menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan hidup/pemukiman.

- Gotong-royong dalam rangka pelaksanaan kegiatan Jum‟at Bersih sebagai perwujudan mendukung Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM).

Kondisi sarana dan pra sarana umum Kelurahan Cemara secara garis besar adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Sarana dan Pra Sarana Penduduk

No. Sarana/Pra Sarana Jumlah/Volume

1. Balai Pengobatan 6 unit

2. Lapangan Volly 1 unit

3. Lapangan Futsal 2 unit

4. Lapangan Bulu Tangkis 1 unit

5. Mesjid 2 unit

6. Musholla 1 unit

7. Gereja 8 unit

8. Jalan Provinsi 1 km

9. Jalan Tanah 3 km

10. Taman Kanak-kanak (TK) 2 unit

11. Sekolah Dasar 3 unit


(12)

13. Sekolah Menengah Atas 3 unit 14. Organisasi Kemasyarakatan 4 organisasi 15. Organisasi Kemsyarakatan

Pemuda (OKP)

1 organisasi

16. Group Kesenian 3 group

17. Club Olah Raga 1 group

Sumber: Kantor Lurah Cemara Kecamatan Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang.

2. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan

Kelurahan Cemara adalah salah satu kelurahan dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Lubuk Pakam. Pada dasarnya pelaksanaan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kelurahan Cemara tetap berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor &% Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang susunan organisasinya adalah terdiri dari: Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan Umum, Kasi Trantib, Kasi Sosial dan Para Kepala Lingkungan.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kelurahan Cemara.

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kelurahan Cemara, terdapat 4 Posyandu yang tersebar di lingkungan, dan disamping itu terdapat juga beberapa balai pengobatan dan tempat praktek bidan/klinik bersalin yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan dengan:

1. Penanggulangan/antisipasi meningkatkan kematian bayi.


(13)

3. Pemberian imunisasi yang teratur kepada bayi dan balita pada masa pertumbuhannya. 4. Penyuluhan yang berkaitan dengan situasi dan kesehatan lingkungan pemukiman.

Upaya lain yang dilaksanakan dalam peningkatan pelayanan masyarakat di Kelurahan Cemara sebagai berikut, antara lain:

1. Pemeriksaan gizi anak balita dan imunisasi polio melalui pekan imunisasi nasional (PIN) yang dilaksanakan di pos pelayanan terpadu (Posyandu).

2. Pemberian makanan tambahan bagi anak balita.

3. Penyuluhan kesehatan oleh petugas puskesmas dan bidan desa terutama yang berkenaan dengan pencegahan penyebaran penyakit menular seperti: demam berdarah, diare, campak, rabis, flu burung, dan folio.

4. Pelayanan kesehatan bagi orang tua lanjut usia (lansia) di posyandu khusus lansia. 5. Pendataan dan validasi serta akurasi data keluarga miskin dalam rangka pembuatan

dan penyaluran kartu sehat / askes.

6. Melaksanakan gotong-royong pembersihan parit-parit dan selokan dalam mencegah perkembang biakan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit setiap hari Jum‟at.

4. Kondisi Kelembagaan Masyarakat Kelurahan Cemara.

Dalam hal pemberdayaan kelembagaan masayrakat di Kelurahan Cemara, ada beberapa upaya yang dilakukan:

1. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

Dalam rangka menggali dan mengumpulkan potensi dan partisipasi dari masyarakat, LKMD Kelurahan Cemara selalu berupaya untuk berbenah diri seperti penyesuaian kepengurusan sesuai dnegan peraturan yang ada.


(14)

2. Melalui pokja-pokja yang ada di struktur organisasi tim penggerak PKK Kelurahan Cemara, lembaga ini melaksanakan pembinaan dan penyuluhan yang berkenaan dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, dalam penggerakan/aktivitasnya tim penggerak.

3. PKK Kelurahan Cemara dibantu oleh PKK Lingkungan dan para ketua Dasa Wisma dari setiap dusun dengan melaksanakan kegiatan antara lain: arisan rutin bulanan, pembinaan dan memfasilitasi terhadap kelompok-kelompok usaha yang dilaksanakan oleh ibu-ibu maupun kaum perempuan yang bada di Kelurahan, serta pembinaan dan penataan lingkungan yang sehat.

4. Peguyuban atau Kelompok Perwiritan

Ada beberapa kelompok perwiritan/paguyuban baik itu perwiritan kaum bapak maupun perwiritan kaum ibu yang terbesar di lingkungan yang ada di Kelurahan Cemara banyak informasi dan penyampaian pesan-pesan pembangunan dari pemerintah kepada masayrakat yang telah disampaikan melalui perwiritan tersebut. Begitu juga sebaliknya tidak sedikit perwiritan dimaksud telah memberikan dan menyumbangkan dana dari uang kas perwiritan untuk mebnatu mensukseskan kegiatan-kegiatan maupun program-program pemerintah yang sifatnya membawa misi agama dan nama baik Kecamatan Lubuk Pakam.

5. Kondisi Keamanan dan Ketertiban Kelurahan Cemara

Situasi keamanan dan ketertiban di Kelurahan Cemara dapat dikatakan kondusif dan terkendali, hal ini dapat dibuktikan dengan:

1. Tidak pernah terjadi konflik masyarakat baik melalui kelompok masyarakat, antara etnis agama, terlebih lagi konflik masalah SARA.


(15)

2. Kasus perkelahian masyarakat yang berakibat jatuhnya korban jiwa dan menimbulkan luka-luka, prostitusi atau kejahatan seksual seperti pemerkosaan, penculikan dan penganiayaan dalam rumah tangga tidak pernah terjadi.

3. Tingginya kesadaran masayrakat dalam upaya menjaga kemanan dan keteertiban atas prakarsa sendiri.


(16)

BAB V ANALISIS DATA

Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Observasi yang dilakukan merupakan partisipasi aktif peneliti di lapangan bersama Pekerja Seks Komersial (PSK).

2. Melakukan wawancara mendalam dengan 5 orang waria, 5 orang anggota keluarga dari waria PSK, 5 orang teman dari waria PSK, dan camat Lubuk Pakam mengenai faktor-faktor penyebab waria menjadi PSK di Lubuk Pakam.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.

Informan yang menjadi sumber data penelitian ini sebanyak 16 orang, dengan komposisi 1 orang informan tambahan, 10 orang informan kunci dan 5 orang informan utama. Pada informan kunci, informan utama, dan informan tambahan dilakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi PSK.


(17)

5.2 Hasil temuan

5.2.1 Informan Kunci - I

Nama : EV

Umur : 34 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Buddha

Suku : -

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Status : Lajang

Pekerjaan orang tua

a. Ayah : Wirausahawan (pemilik toko alat elektronik)

b. Ibu : Ibu rumah tangga

Usia saat pertama kali menjadi PSK : 27 Tahun

Waria cantik keturunan Tionghoa ini merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, EV berkulit putih layaknya keturunan Tionghoa lainnya, memiliki rambut hitam lurus dan bentuk wajahnya yang oval sangat proporsional dengan sebuah kacamata yang membingkai mata sipitnya kala itu. EV sedang menikmati secangkir kopi di salah satu kafe yang berada di sekitar Lapangan Tengku Raja Muda saat peneliti mencoba untuk mendekati EV dengan mengajak berkenalan.

EV waria yang ramah, saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui kewariannya. Masa kecil EV dihabiskan di Perbaungan. Masa duduk di bangku SD dilaluinya seperti anak laki-laki pada umumnya, tetapi ia merasa lebih senang berteman dengan anak perempuan. ketika duduk di


(18)

bangku SMP, kawan-kawan dekatnya masih memperlakukannya dengan wajar sebagai teman mereka namun ternyata ada juga seorang guru olahraga yang sedikit ceriwis dan selalu ingin tahu tentang pribadinya. Selalu menanyakan mengapa EV lebih sering bergaul dengan teman perempuan, tidak suka main dengan lelaki. Jenis olahraga yang dipilih EV juga jadi bahan pertanyaan gurunya itu. EV ternyata tidak senang dengan olahraga yang biasa dilakukan kaum laki-laki.

Sambil tersenyum EV berkata:

“Untung guru biologiku mau mengerti keadaanku dan mengingatkan agar terus berprestasi tanpa rasa minder. Kata guru, jadi waria itu bisa aja terjadi karena bawaan lahir, aku gak ngerti, yang pasti aku senang karena ada yang memahami keadaanku.”

Sebenarnya EV sudah berusaha tampil biasa saja dan mencoba semaskulin mungkin. Tetapi tetap saja kadang-kadang timbul sisi femininnya yang membuat teman-teman lelakinya sering mengolok-olok.

Olokan itu ditanggapinya dengan acuh:

“Ah, biarlah orang mengolok-olok. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Semua cemoohan dan umpatan itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja lah. Lagian apa yang salah dari aku yang begini, kan aku enggak mengganggu mereka”

Ketika SMA, EV lebih bisa mengekspresikan diri melalui kesenian. Ia aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) maupun belajar berorganisasi sebagai seksi kesenian. Setiap ada kegiatan sekolah yang bersentuhan dengan seni dan tari, ia selalu berada di garda depan. Mulai acara Agustusan hingga acara perpisahan sekolah. Minatnya tinggi di bidang seni. Guru seni menyarankan agar EV menekuni bidang tari supaya kelak bisa membuka


(19)

mengundang tanda tanya teman-temannya yang mempertanyakan kenapa EV lebih suka bergaul dengan teman perempuan ketimbang laki-laki. EV mengaku lebih suka bergaul dengan teman perempuan karena teman perempuan lebih mengerti dirinya dibanding laki-laki.

Menurut EV, keluarga tidak tahu kalau ia waria, walaupun tingkah lakunya sudah gemulai sejak kecil. Keluarganya pun tidak tahu kalau ia suka sesuatu yang indah dan lembut. Ia lebih memilih menyembunyikan keadaan sesungguhnya. Kalaupun keluarganya menebak-nebak, biarlah itu menjadi asumsi atau hasil tebakan mereka. Niat untuk menegaskan kepada keluarga bahwa ia waria juga tidak dilakukan. Demikian pula kepada tetangga sekitarnya. Kehidupannya mengalir begitu saja, seperti air. Namun, ia tetap berusaha tampil sebagai sosok lelaki pada umumnya agar mereka tidak mengolok-olok. Sementara gejolak perasaannya terus mendesak ingin tampil cantik dan eksotik seperti kebanyakan perempuan. Tak kuasa memendam perasaan yang kian hari kian bergelora, maka setelah tamat SMA EV pun memilih keluar dari rumah dan lingkungan keluarga yang membesarkannya. Hal ini tentunya membuat hidupnya semakin sulit karena ia harus membiayai hidupnya sendiri.

Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, EV mulai menjawab dengan tersenyum. EV memang terbiasa hidup dengan sederhana, meskipun orang tuanya tergolong mampu. EV lebih memilih hidup sederhana. Barang-barang yang digunakannya kebanyakan produk lokal, bukan barang-barang dengan brand ternama. Ia lebih menyukai produk lokal, menurutnya produk lokal lebih baik karena dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia daripada harus memakai produk luar yang mahal, lagipula kualitasnya sama saja. Telepon genggam miliknya pun sederhana saja, hanya dapat digunakan untuk mengirim dan menerima pesan singkat atau telepon sehingga ia tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk sebuah telepon genggam. EV menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, EV tidak mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, olahraga pun rutin


(20)

dijalaninya, olahraga yang biasa dilakukannya bukanlah olahraga yang memerlukan biaya yaitu lari pagi.

Peneliti juga menanyakan kepada EV tentang pengalaman bekerjanya selama ini. EV mengatakan bahwa usai menamatkan SMA, ia mencari pekerjaan namun setiap upayanya untuk melamar pekerjaan senantiasa ditolak dengan alasan yang tidak jelas. Padahal, waria cantik ini lolos persyaratan adminsitrasi dan wawancara. Ia menduga kalau berbagai penolakan halus itu disebabkan karena kewariaannya. Setelah setelah menyelesaikan sekolahnya, EV bekerja sebagai pelayan di sebuah toko pakaian di kota Medan. Setelah dua tahun bekerja, ia mencoba melamar di perusahaan rokok. Posisi yang diincarnya adalah bagian keuangan. Sayang, ia tidak diterima. Diduga karena kewariannya. Kecurigaan itu muncul karena hasil tes dan wawancara cukup baik.

EV mengungkapkan:

“Mereka bilang posisi di bagian keuangan sudah terisi. Seharusnya ada pemberitahuan dari awal kalau posisi itu sudah ada yang mengisi. Jadi kan aku gak usah ikut tes dan wawancara. Rasaku aneh aja, masa masih dalam masa tes dan belum pengumuman, bangku sudah terisi. Kan itu akal-akalan mereka aja untuk menolak lamaranku.”

EV tidak meyerah dan putus asa. Masih ada secercah harapan dengan motto kalau mau terus berusaha, di situ ada jalan. EV melamar kerja di sebuah toko yang menjual suku cadang kendaraan bermotor di daerah Medan. Ia diterima bekerja di sini. Namun belum setahun bekerja, EV diberhentikan secara sepihak. Tidak jelas juga apa alasan pemberhentian atasnya. EV menduga pemecatan itu disebabkan gaya feminin dan seringnya teman-teman waria mampir ke tempatnya bekerja. Sampai sekarang EV tidak habis pikir mengapa ia diberhentikan bekerja tanpa alasan yang jelas. Padahal ia merasa kinerja dan tingkat


(21)

pengurangan pegawai dan omset toko yang menurun. Ia sendiri heran mengapa omset dikatakan menurun, padahal toko tak pernah sepi dari pembeli. EV memandang peristiwa pemecatannya itu mungkin sudah menjadi suratan takdir. Tanpa banyak membantah, ia pun keluar dari toko itu. Namun EV tetap tegar. Untuk bertahan hidup, ia ikut kawannya yang membuka salon kecantikan di Jalan Juanda Medan. Meski tanpa gaji, hanya dapat makan, ia dengan ikhlas menjalaninya.

EV mengatakan:

“Itung-itung sambil belajarlah, siapa tau kalau nanti ada modal aku bisa buka salon sendiri. Aku juga dikasih tinggal di rumah kawanku itu, jadi walaupun tidak bergaji, setidaknya tempat tinggalku aman.”

Bagi EV, apa pun pekerjaan yang tersedia akan dilakoninya selama itu halal dan tidak menyusahkan orang lain. Namun idealisme itu buyar juga ketika harus berurusan dengan kebutuhan hidup. Barangkali benar pernyataan bijak yang mengatakan kemiskinan itu mendekatkan orang kepada kekufuran. Tekadnya untuk mencari rizki yang halal pupus. EV terpaksa bekerja sebagai PSK karena salon temannya itu sepi pelanggan.

EV mengaku terpaksa menjalani pekerjaannya dengan mengatakan:

“Aku dan temanku terpaksa terjun di dunia malam. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, yang ku tahu satu-satunya jalan cepat untuk menyambung kehidupan ya dengan bekerja seperti ini. Aku tak mungkin lagi kembali ke orang tua kandung dan keluargaku, mereka pasti tidak menerimaku dan aku pun tahu diri untuk itu.”

Selama kurang lebih dua tahun EV menjalani profesi PSK di Medan. Ia merasakan pahit dan getir. Entah karena trauma atau sepi pembeli, ia kemudian menjajal berpetualang ke Lubuk Pakam. Di sini ia menjadi kupu-kupu malam di Lapangan Tengku Raja Muda. Mulai tahun 2003 sampai sekarang EV mangkal di tempat ini. Sebenarnya EV sudah lelah


(22)

menjalani hidupnya sebagai PSK waria. Tapi apa boleh buat. Bertambahnya usia membuatnya semakin tidak memungkinkan bersaing di pasar kerja yang sangat kompetitif. Jangankan latar belakang pendidikannya yang hanya SMU, sarjana saja banyak yang menganggur.

EV mengungkapkan:

“Aku berharap ada satu wadah yang bisa menyalurkan teman-teman waria sesuai bakatnya. Aku juga menginginkan agar waria bisa menunjukkan sesuatu yang positif dan bisa membuat masyarakat umum menaruh kepercayaan kepada sumber daya manusia waria dan bisa mengubah stigma dan kesan negatif terhadap waria selama ini.”

Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya EV menjadi PSK atas ajakan temannya dan ditambah dengan keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia bekerja di salon temannya. Tawaran itu datang dari pelanggan salon yang juga seorang waria.

“Awalnya dia iseng menanyakan berapa penghasilan kami dari nyalon, setelah itu dia mulai bertanya pada kami, apakah kami pernah merasakan terangsang saat kami menyentuh rambut atau bagian kepala pelanggan laki-laki yang sedang potong rambut. Aku bilang aku sering merasakannya, temanku juga gitu. Trus dia ngasih saran ke aku dan kawanku untuk melacur saja, lebih menyenangkan dan gak membosankan nunggu-nunggu pelanggan yang belum tentu mau kita pegang-pegang.”

EV yang tertarik dengan tawaran tersebut akhirnya meminta untuk diajarkan cara melacur kepada teman warianya. Ia mulai bekerja ketika jam 8 malam sampai pagi. Ia mengaku penghasilannya sekitar 300 ribu dalam seminggu. Untuk sekali melayani ia dibayar


(23)

pelanggan. Siapa saja yang membutuhkannya akan sangat senang dilayaninya. Ia mengaku pernah mendapat tawaran dari seorang wanita. Namun ia menolaknya karena ia tidak memiliki hasrat apapun kepada seorang wanita. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempat-tempat sepi, di jalan sepi, kos di dan hotel.

EV tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan EV, tergantung tamu yang memesannya, lebih sissy atau tidak darinya. Tidak ada syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya.

Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang tidak membayar dengan alasan ia sudah tua sehingga pelayanannya tidak memuaskan. Namun ketika pelanggan tidak membayar, ia tidak mempersoalkan hal seperti itu karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan dan ia sendiri pun sudah merasakan keuntungan tanpa harus dibayar. Ketika berhubungan seksual dengan lelaki yang tampan, ia akan sangat senang dan bergairah. Ada rasa ingin memiliki dalam hatinya. Ia mengaku tidak pernah menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual. Ia juga tidak merasa khawatir. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan.

EV lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih. Bahkan ada beberapa pelanggan yang suka dengannya dan sempat menjalin hubungan dengannya. EV selalu rutin menjaga tubuhnya karena itu aset baginya. Saat ini ia bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu tetap dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan niatnya


(24)

untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Diakuinya, pekerjaan ini tetap dilakukannya hingga saat ini karena dia merasanya nyaman saat melakukannya.

5.2.2 Informan Kunci - II

Nama : AD

Umur : 27 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Agama : Islam

Suku : Jawa

Anak ke : 1

Status : Lajang

Pekerjaan orang tua

a. Ayah : PNS

b. Ibu : Guru ng aji

Usia saat pertama kali menjadi PSK : 22 Tahun

AD merupakan seorang anak tunggal. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, AD memiliki tubuh yang kurus dan tinggi, rambutnya sedikit tebal dan lurus serta berkulit agak gelap. Pada awalnya peneliti melihat AD sepertinya merupakan pribadi sangat emosional. Terlihat dari mimik wajah yang datar dan cenderung tidak ada ekspresi, sorot matanya sedikit menantang. Peneliti mencoba untuk mendekati AD dengan mengajak berkenalan, AD tampak terkejut dan iam. Setelah peneliti berhasil berkenalan dengannya, ternyata ia merupakan pribadi yang ramah.


(25)

tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. AD sudah mengenal orientasi seksual yang berbeda sejak duduk dibangku SD. Setiap melihat kakak-kakak perempuannya berdandan, AD ingin tampil cantik seperti mereka. Ia juga senang menyanyi dan menari, sehingga setiap ada acara peringatan hari kemerdekaan atau 17-an, ia selalu diminta tampil. Ketika ayahnya NS, mendapatinya sedang menyanyi-nyanyi atau menari layaknya perempuan, tak segan ayahnya mencambuknya di depan banyak orang.

Menurut AD kalau di sekolah, teman-teman dan gurunya hampir semua bisa memaklumi kelainan itu. Bahkan, mereka memperlakukannya layaknya perempuan. Ketika perlombaan yang mengharuskan menginap, ia selalu tidur dengan rombongan perempuan dan mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Hanya saja, mereka melarang berdandan seperti perempuan.

AD mendapat perlakuan berbeda ketika SMP. AD selalu mendapatkan cemoohan dan panggilan bencong atau banci dari teman-temannya. Semua panggilan yang sebenarnya menyakitkan itu tidak terlalu dihiraukannya. Begitu pula cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. AD hanya memaklumi semua itu. Bagi ia, mereka yang mengolok-olok belum tentu baik dari yang diolok-olok. Karena baginya, Tuhanlah yang Maha Tahu. Ketika mereka memandangnya dengan pandangan sinis, ia hanya berpikir mungkin mereka tidak mampu berbuat sepertinya, mereka juga belum tentu lebih baik darinya.

Waktu SMA, AD sekolah di Lubuk Pakam. Jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. AD banyak mengenal teman waria yang rata-rata membuka usaha salon di kota itu. Mereka bisa melihat gelagatnya yang lain. Ia pun diterima dan dianggap sebagai bagian dari mereka. Sepulang sekolah, AD sering diajak ke salon dan hal ini membuatnya sangat senang. Selain bisa bersama teman sesama waria, juga bisa mencuri pengalaman dan keterampilan mereka dalam menata rambut dan kecantikan.


(26)

Sejak itulah AD mulai mengekspresikan diri sebagai waria. Awalnya semua berjalan baik. Namun setelah ada seorang tetangga yang melihatnya berdandan dan kemudian melaporkan kepada orangtuanya, maka sejak itu kisahnya menjadi lain. Setelah mendapat laporan, ayahnya mendatangi tempat tinggalnya di kota dan langsung menyeret pulang serta mengurungnya di kamar. Berhari-hari hanya bisa duduk terpaku menderita sebagai sandera orangtua. Mendapat perlakuan seperti itu tidak membuat AD patah harapan dan pesimistis menjalani hidup. Dalam pikirannya saat itu adalah bagaimana caranya bisa kabur untuk membebaskan diri dari penjara keluarga itu. Berkat kecerdikannya, ia berhasil kabur dari rumah. Hanya membawa apa yang menempel di badan. Begitu tahu kabur, ayahnya langsung menghentikan semua akses keuangannya, termasuk uang sekolah. AD pun bingung harus ke mana dan harus berbuat apa.

Untung saja di tengah kegalauan hati dan kegamangan hidup, teman sependeritaan dan sepenanggungannya menawarkan tinggal bersama. AD bekerja di salon temannya itu. Penghasilan yang diperolehnya digunakan untuk membiayai sekolahnya. AD mengatakan:

“Bekerja di salon ini harus aku lakukan untuk biaya sekolah. Pokoknya aku harus terus sekolah. Aku mau pintar, aku mau kejar cita-citaku. Aku memang kurang beruntung punya orang tua yang gak bisa memahami keadaanku tapi Allah masih sayang samaku karna aku diberikan teman yang mau membantu aku disaat orang tuaku sendiri membuangku.”

Sementara itu, orangtua AD pun merasa heran mengapa tidak ada panggilan dari pihak sekolah padahal mereka tidak pernah membayar uang sekolah anaknya. Mengetahui kegigihan AD bisa terus bersekolah dengan biaya sendiri membuat hati orangtuanya luluh. Orangtuanya berubah pikiran dan menerima kembali. Namun harapan orangtua supaya AD berubah dari orientasi waria ke laki-laki pupus. AD malah semakin menjadi-jadi ke arah


(27)

waria. Ia pergi ke kampus itu dengan penampilan bibir berlipstik dan mengenakan sepatu hak tinggi. Inilah yang membuat ayahnya berang.

Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, sambil tersenyum AD mulai menunjukkan tas dan sepatunya yang dikenakannya dengan merk ternama. AD memang terbiasa hidup dengan kemewahan, orang tua nya yang tergolong mampu dan hanya memiliki satu orang anak membuat AD sangat dimanja dan dipenuhi segala keinginannya. Barang-barang yang digunakannya kebanyakan produk dengan brand ternama. AD mengatakan bahwa ia selalu tidak mau tersaingi dengan teman-teman lain. itu sebabnya ia selalu up to date soal gadget. AD lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong di cafe ketimbang kuliah. Sehabis kuliah biasanya ia berbelanja di mall. Ia seperti itu karena ia ingin menyegarkan fikiran kembali setelah mengikuti kelas yang sangat tidak diminatinya. AD tertunduk malu ketika mengakui kepada peneliti bahwa ia mengkonsumsi narkoba, namun ia tidak merokok, baginya dengan mengkonsumsi narkoba dapat membuatnya melupakan beban masalahnya walaupun hanya untuk sementara waktu. AD rutin menjalankan aktivitas berolahraga, olahraga yang biasa dilakukannya fitness di mall-mall yang ia kunjungi.

AD dengan semangat menceritakan tentang pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan. Ia mengatakan bahwa ia sempat menjadi guru honorer. Mengajar di SD selama 3 bulan dan di SMP selama 6 bulan. Tawaran mengajar itu datang dari gurunya sendiri. AD kemudiaan mengundurkan diri dan tidak lagi mengajar. Bukan lantaran mendapatkan perlakuan tidak baik dari pihak sekolah, melainkan tak kuasa menahan beban psikologis dan mental karena setiap mengajar, murid-muridnya selalu bertanya, mengapa ia seperti perempuan. Karena tidak tahan mendapat serangan pertanyaan seperti itu setiap hari, AD akhirnya memilih mengundurkan diri. Pihak sekolah mencoba membujuknya agar tidak berhenti mengajar. AD berusaha meyakinkan mereka bahwa mengajar dan dakwah bukanlah bidangnya.


(28)

AD mengatakan:

“Cita-citaku dulu ingin menjadi dokter. Aku sampe bela-belain membiayai uang sekolah sendiri untuk bisa jadi dokter kulit dan kelamin. Tapi, ayahku memasukkanku di sekolah islam dengan harapan aku bisa berubah menjadi lelaki pada umumnya. Ya gak bisa lah, ayahku fikir keadaanku ini dibuat-buat dan bisa dirubah hanya dengan ceramah. Manalah mungkin. Aku ini sudah begini takdirnya gak bisa lagi dirubah dek”

Ayahnya kembali marah karena AD sempat menganggur lama. Tak biasa lontang-lantung, untuk sementara ia bekerja di salon hingga ada seorang kawan dari Kalimantan mengajak ke tempatnya. Selama di Kalimantan ia sempat menjadi hostes di sebuah klub malam. Cinta pertama terjadi di tempat ini. Cinta pertama yang membuat lupa diri sehingga membuat sering absen kerja dan dikeluarkan dari klub malam. AD kemudian kembali lagi ke Lubuk Pakam. Ia mencoba melamar berkali-kali di beberapa rumah makan sebagai tukang masak tapi selalu ditolak dengan alasan tidak membutuhkan pegawai baru padahal jelas-jelas ada lowongan. Ada juga yang jelas-jelas menolak karena kewariaannya.

Karena putus asa, akhirnya AD terjerembab dalam kehidupan malam Lapangan Tengku Raja Muda, tempat mangkalnya kaum waria di Lubuk Pakam. Ia sempat merasakan kekejam an waria senior. Mereka suka main pukul. Cukup lama ia menjadi PSK, sekitar 5 tahun. Bukan karena pilihan, tetapi memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Itupun tidak dibayar. Sepulang sekolah ia kerja di salon temannya. Ada seorang guru SD pelanggan salon yang sering datang ke salon. Guru itu suka menciumi AD ketika salon sedang sepi, dipegang-pegang, lama kelamaan guru itu menyuruh ia untuk melayani dan ia menurutinya.


(29)

“Aku sebenarnya juga suka dengan apa yang dilakukan guru itu dan aku juga suka sama dia karena dia ganteng. Tubuhnya tegap dan dia juga lembut memperlakukan aku. Hanya dulu aku masih takut dan tidak berani ngomong jadi aku cuma nurut aja apa kata dia.”

AD merasa nyaman ketika diperlakukan seperti itu oleh lawan jenisnya. Hal ini lah yang membuat AD berfikir untuk menjadi seorang PSK setelah ia putus asa dalam mencari pekerjaan. Ia mulai bekerja ketika selesai maghrib sampai jam 10 malam. Ia mengaku penghasilannya hanya sekitar 20 – 50 ribu dalam sehari. Untuk sekali melayani ia dibayar antara Rp. 20.000-25.000 untuk waktu yang tidak ditentukan. Tolak ukurnya hanya sampai pelanggan merasa puas. Pelanggannya biasanya lelaki setengah baya yang rata-rata sudah berkeluarga. Ia mengaku menolak apabila ada tawaran dari lelaki remaja karena ia tidak nafsu dengan anak muda. Pelanggan yang berusia muda biasanya bermain kasar. Ia tidak suka diperlakukan kasar ketika sedang melayani pelanggannya. Ia menyukai lelaki yang sudah tua dan berkumis. Apabila pelanggan yang ia suka fisiknya, ia mengaku memberikan pelayanan dengan gratis. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempat-tempat sepi, di jalan sepi, kos atau di hotel.

Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang tidak membayar dengan alasan dompet ketinggalan, kehilangan uang, dijanjikan dibayar besok apabila berjumpa lagi. Ia tidak pernah mempersoalkan hal seperti itu karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan. Ketika berhubungan seksual, ada rasa khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan.


(30)

“Pernah ada kejadiannya sekitar 2 tahun yang lalu di daerah Galang, waktu itu ada seorang yang menyewaku, kemudian aku di bawa kesuatu tempat untuk main, tapi kemudian orang itu marah-marah karena aku waria tahunya orang itu aku wanita, kemudian aku diturunkan di pasar dan tahu-tahu aku di keroyok oleh segerombolan orang yang mungkin gerombolan geng motor, teman orang yang menyewa tadi. Aku dipukulin. Aku sempat bisa melarikan diri tapi dikejar dan akhirnya aku pingsan dan pagi harinya aku berada di selokan dan luka disekujur tubuh, ditolong oleh tukang becak, dibawa kerumah sakit.”

AD lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih. Bahkan ada pelanggan yang suka dengannya dan menjalin hubungan dengannya.

“Aku juga pernah dapat pelanggan tetap dek, kami berhubungan lama sampai 2 tahun, dia sering memberi uang, tapi dia sudah punya istri dan anak akhirnya kami putus hubungan karena masalah keuangan. “

Untuk menambah stamina AD biasanya meminum jamu. Ia mengaku selalu terjaga kesehatannya karena rutin meminum jamu tersebut. Ia memasang susuk diwajah dan bokongnya. Susuk tersebut didapatkannya dari dukun. Kegunaannya agar laris. Menurutnya apabila tidak memakai susuk ia akan kalah saing dengan PSK perempuan. Jadi dengan susuk itu, pelanggan yang sudah pernah tidur dengannya akan merasa ketagihan. Saat ini ia bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu tetap dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan niatnya untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Hal ini lah yang membuat


(31)

AD kemudian tidak lagi nyaman menjalankan profesinya. Padahal diakuinya ia sangat menikmati pekerjaan sebagai PSK.

“Sekarang aku ingin menjadi guru lagi kalau ada kesempatan. Semua ijazah, kutinggal di kampungku ini. Ini juga yang membuatku mati langkah untuk mencari pekerjaan di sektor formal dan bersaing dalam mencari pekerjaan sewaktu aku di Kalimantan.”

AD memang berharap agar sebagian orang tidak menghukum orang sepertinya dengan memandang waria yang selalu dikait-kaitkan dengan profesi pelacurannya belaka. Sebaliknya, ia berharap orang mau memahami mengapa waria terpaksa harus menjalani profesi seperti itu.

5.2.3 Informan Kunci - III

Nama : HP

Umur : 25 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Suku : Batak

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Status : Lajang

Pekerjaan orang tua

a. Ayah : Mucikari

b. Ibu : Buruh Cuci


(32)

HP merupakan anak pertama dari dua bersaudara. HP saat ini berusia 25 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, HP memiliki paras yang manis, bertubuh tidak terlalu tinggi, ukuran tubuhnya hanya serata-rata 154 cm, dengan tahi lalat di pipi sebelah kanan dekat bibirnya. HP tampak menarik dengan baju bermotif garis-garis berwarna hijau putih serta rok hitam yang dikenakannya saat itu serta rambutnya dipotong pendek sebahu. Saat itu HP tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda.

HP sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, Ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. Semasa di sekolah, anak sulung dari dua bersaudara ini dicaci-maki oleh guru agama islamnya. HP mendapatkan banyak perlakuan tidak menyenangkan selama sekolah. Mulai dari SD hingga SMA. Tidak sedikit guru dan temannya yang mencemooh, meski dia termasuk siswa berprestasi. Dari kelas 1 sampai kelas 6 SD dia selalu juara satu dan menjadi ketua kelas.

Waktu acara perkemahan yang diadakan sekolah, HP ikut serta. Namun ketika diselenggarakan suatu acara, teman-teman dan guru-guru yang lain tidak mengikutkannya. Mereka mengatakan, lebih baik HP tinggal di kemah saja untuk memasak. Tindakan tersebut kembali terulang ketika di SMP. Perlakuan paling keras dari guru agama Islam, bahasa Indonesia, dan wali kelasnya yang dialami HP. Mereka mencemooh atau menghina, menyerang pribadinya di depan kelas bahkan sewaktu kelas 2, ada beberapa teman laki-laki yang selalu memaksanya untuk memegang kemaluannya. Dia ingat bahwa yang selalu melakukan perbuatan tak senonoh itu bernama Afrizal dan Ali.

“Hampir setiap hari ketika jam istirahat mereka menyuruh aku melakukan itu (memegang penisnya) sampai saya lulus SMP. Kalau tidak mau aku dipukulin


(33)

menangis karena mau mengadu pun aku tidak tau mau ngadu sama siapa, guru-guru ku mana perduli.”

Lulus SMP, HP melanjutkan ke SMA, namun di sini dia tidak mendapatkan perlakuan kasar dari para guru. Hanya dari teman sekelasnya yang mengolok-olok. Untungnya dia termasuk siswa berprestasi dan aktif di kegiatan ekstra kurikuler. Jadi, ketika teman-temannya berlaku kasar terhadapnya, ia diberi izin untuk mengadu ke kantor bimbingan konseling di sekolahnya.

Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, HP terlihat lemas. HP sudah terbiasa hidup dengan sederhana. Hal tersebut pun dikarenakan orang tuanya yang tergolong kurang mampu. HP terpaksa hidup dengan sederhana. Keinginannya memiliki barang-barang bagus dan mewah ada hanya saja ia tidak dapat mewujudkannya. HP mengatakan lebih baik uang nya ditabung atau di gunakan untuk keperluan adik saja. HP menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, HP tidak mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, namun ia jarang berolahraga sebab menurutnya dia tak punya waktu untuk melakukannya.

HP dengan semangat menceritakan pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan. Setelah menyelesaikan SMEA, HP diajak seorang teman bekerja di restoran padang sekitar tahun 2000. Pemilik restoran itu sangat baik dan mengerti soal kewariaannya karena teman yang mengajaknya kebetulan seorang waria. Sejak saat itu ia mulai berdandan seperti perempuan, walaupun belum total. Tidak ada perlakuan buruk di tempat kerjanya baik dari pemilik, teman-teman kerja maupun dari anak pemilik restoran tersebut. Bahkan selama 3 bulan bekerja, HP sempat mempunyai hubungan dekat dengan anak laki-laki pemilik restoran itu, tanpa diketahui orangtuanya. Setelah bekerja selama 3 bulan, HP memilih mengundurkan diri dan ingin merantau ke Jakarta.


(34)

Sebagai orang rantau di Jakarta, HP sempat menganggur sebulan. Kemudian dia diajak tetangga untuk bekerja di pabrik penghasil makanan ringan. Tidak ada nama pabriknya, karena pabrik itu tidak didaftarkan kepada pemerintah. Lokasinya di daerah Pasar Mitra, Jembatan Lima. Selama bekerja di sana, hubungan dengan pemilik maupun atasannya juga wajar-wajar saja, namun lambat laun HP tidak tahan juga menghadapi semua pelecehan atau penghinaan yang terus dialaminya dari kawan-kawannya. Dia memilih berhenti bekerja di pabrik tersebut. Kebetulan juga dia diajak pamannya bekerja di salah satu night club di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Night club itu bernama Monggo Mas Club (MM). Dia bekerja sebagai barboy di tempat hiburan malam itu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Beberapa bulan kemudian, kewariannya itu mulai diketahui teman-temannya sampai akhirnya kabar itu sampai juga di telinga sang manajer. Namun manajernya tak mempermasalahkan selagi dia bisa melakukan pekerjaan dengan baik.

Persoalannya, penerimaan sang manajer itu membuat jengkel sebagian teman-temannya. Karena itu, kawannya itu selalu mengejek baik dari segi fisik dan bentuk tubuh maupun sifatnya yang cenderung feminin. Dia mencoba bersabar dan bertahan untuk menghadapi semua hinaan. Namun, suatu ketika, kapten dan asisten menajer ikut juga menghina.

“Kata mereka saya tidak pantas bekerja di tempat itu karena tempat itu bukan tempat banci. Memang benar, teman kerjaku semuanya tegap-tegap, lelaki macho semua lah. enggak ada yang kemayu kayak aku. Tapi kan kemayu nya aku itu ga ngaruh sama cekatannya aku kalo lagi kerja.”

HP direkomendasikan ke bagian bartender. Dia diajukan oleh atasannya menjadi bartender juga karena dirinya sudah bisa membuat cocktails. Pimpinan perusahaan itu menyarankan agar calon-calon bartender yang baru diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan


(35)

tersebut. Selama pelatihan, ia selalu diejek apabila ada praktik shaker karena ia tidak bisa tampil macho seperti mereka. Namun, ejekan itu dianggap angin lalu, yang penting dia bisa mengikuti pelatihan dan bisa menambah keterampilan sebagai bartender. Setelah sebulan latihan, baru pengumuman kelulusan dan pemberian sertifikat. Penyerahan sertifikat keberhasilan itu tak diberikan secara langsung oleh pelatih, melainkan melalui perusahaan. Namun, HP benar-benar kaget ketika mengetahui dia tidak mendapat sertifikat tersebut. Padahal, di antara mereka yang ikut pelatihan, dia termasuk yang paling berpengalaman bekerja di diskotek itu. HP penasaran mengapa sertifikat keberhasilan tidak diperolehnya. Dia memberanikan diri untuk menanyakan kepada asisten manajer diskotek. Jawaban yang diterimanya sangat mengecewakan dan membuatnya sangat terpukul.

Pelatih yang melatih para bartender itu tidak peduli dengan keahlian dan kemampuan maupun pengalaman yang dimiliki. Hanya karena seorang waria, dia didepak dari hubungan kerja di diskotek tersebut. Setelah berhenti bekerja, dia mulai menunjukkan di depan umum jati dirinya yang sebenarnya. HP mengatakan ia tidak betah di Jakarta dan memilih kembali ke kampung halamannya di Lubuk Pakam. HP yang mengetahui keberadaan ayahnya pun mendatangi kediaman bapak LP untuk meminta bantuan biaya sekolah adik perempuannya AT. HP sangat terkejut ketika mengetahui bahwa bapaknya sudah tidak bekerja di kantor lagi melainkan menjadi seorang mucikari dan atas ajakan bapaknya, HP akhirnya bekerja bersama bapaknya dengan menjadi PSK.

Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK karena ajakan dari bapaknya yang ternyata adalah seorang germo. Bapaknya membawa ia ke Lapangan Tengku Raja Muda untuk bertemu teman bapaknya yaitu K. K ternyata adalah seorang waria. K diminta untuk memberikan tips dan trik dalam menarik pelanggan. Tidak ingin mengecewakan bapaknya, HP menurut dan mendengarkan. Setelah pertemuan pertama, keesokan harinya HP sudah memulai pengalaman pertamanya menjadi seorang PSK.


(36)

“Pelanggan pertamaku itu bapak-bapak dek. Cina. Aku kenal dia, familiar kali wajahnya, setelah sekian lama baru aku tau dia itu yang biasa jualan di pakam kota. Gak nyangka aku dek dia selera sama laki-laki. Padahal dia punya istri. Anaknya pun ada cewek masih kecil.”

Pengalaman pertama sangat nikmat dirasakannya dan ia merasa ingin mencoba lagi keesokan harinya. Menurutnya, selain untung disegi materi, ia juga untung dalam pemuasan batinnya. Mulai dari hari itu, HP sering mendatangi Lapangan Tengku Raja Muda. Biasanya ia sudah disana pukul 8 malam.

Dalam seminggu, HP bisa melayani hingga tujuh orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Pelanggan ada yang datang dari bapaknya, ada juga yang datang ketika ia mangkal. Bila melalui bapaknya, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut HP, jika langsung menghubungi HP, bapaknya tidak akan mendapatkan komisi. Jadi bapaknya yang mengatur waktu dan tempat bertemunya. Saat ini RD belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu HP dalam memenuhi kebutuhan adiknya. Selama ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti.

Ia mengaku penghasilannya sekitar 400 ribu dalam seminggu. Untuk pelanggan yang datang dari bapaknya, sekali melayani ia dibayar oleh bapaknya sebesar 50 ribu rupiah untuk waktu yang singkat hanya sekitar satu-dua jam saja. Ia lebih suka pelanggan yang datang dari bapaknya karena bapaknya selaku germo selektif dalam memilih laki-laki yang akan ditawarkannya pada HP. Ia biasanya memuaskan pelanggan di rumah pelanggan, di warnet, atau ditempat yang telah disediakan bapaknya.


(37)

apabila sedang ada penjaringan. HP mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.

5.2.4 Informan Kunci - IV

Nama : RD

Umur : 21 Tahun

Pendidikan Terakhir : Sedang Kuliah

Agama : Kristen

Suku : Batak

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Status : Lajang

Pekerjaan orang tua

a. Ayah angkat : Pengacara

b. Ibu angkat : Dosen

Usia saat pertama kali menjadi PSK : 19 Tahun

RD merupakan anak ke pertama dari tiga bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, RD memiliki wajah yang oval dengan bentuk rahang pipi yang tirus, matanya yang sedikit sayu dibalut dengan kacamata berbingkai hitam, dengan rambut hitam panjang bergelombang dan warna kulit putih. Tubuhnya tinggi semampai dan langsing. Jika dilihat sekilas, RD tidak tampak seperti seorang waria melainkan seperti seorang wanita biasa. Peneliti sempat ragu ketika akan menghampiri untuk mewawancarainya. Saat RD mulai berbicara dengan temannya, disitu lah peneliti yakin bahwa ia adalah seorang waria yang sedang mangkal di


(38)

lapangan Tengku Raja Muda. Peneliti mencoba untuk mendekati RD dengan mengajak berkenalan, RD menyambut dengan sangat ramah.

Peneliti menanyakan seputar kehidupan dimasa kecilnya dan menanyakan bagaimana sikap orang tuanya ketika mengetahui bahwa ia adalah seorang waria. Dengan senang hati RD menjelaskan bahwa semasa kecil, orangtua sebenarnya sudah mengetahui gejala-gejala aneh yang menjurus kepada orientasi waria. Gayanya feminin dan gemulai. Orang-orang di sekitarnya sering meledek dengan ucapan-ucapan wandhu alias bencong bin banci.

“Orangtua tiri ku gak pernah marah ketika aku bergaya seperti wanita dek kak, mereka bahkan mendukung biar aku gak patah semangat. Menurut papa mama, aku kayak gini bukan lah suatu hal yang buruk. Karena orang itulah aku jadi percaya diri, sejak itu juga lah aku jadi gak sungkan lagi bertingkah laku seperti wanita.”

Ketika memasuki SD, RD mendapatkan perlakuan tidak baik dan ejekan dari guru dan juga temannya. Mereka selalu menjadikannya sasaran tertawaan. Perlakuan seperti itu juga dialaminya ketika duduk di bangku SMP. Bahkan ada satu kejadian yang tetap diingatnya hingga kini. Waktu jam olah raga lompat tinggi, RD terjatuh dan hampir pingsan. Bukannya ditolong malah dijadikan bahan tertawaan mereka.

“Padahal saat itu aku benar-benar merasa mau mati, tetapi mereka tidak menolong kak malah menertawakan aku, ada juga yang mengejek laki-laki kok lemas seperti tali, dasar banci, banci, banci. Jujur aja, sampai sekarang aku masih dendam sama mereka. Orang tuaku aja enggak pernah memperlakukan aku begitu.”

Setelah tamat SMP, RD melanjutkan ke SMEA, jurusan akuntansi. Di sini, dia juga mengalami hal serupa. Kata-kata umpatan banci selalu menjadi konsumsi sehari-hari. Hal


(39)

temannya langsung menyingkir. Setelah menyelesaikan pendidikan SMEA, RD melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Medan.

Menurut RD, keluarganya sangat tahu kalau ia waria karena tingkah lakunya sudah gemulai sejak kecil. Orangtuanya pun terkadang memberikan kado-kado yang tidak lazim bagi anak laki-laki ketika RD berulang tahun. Semasa kecil RD selalu mendapatkan hadiah boneka barbie dan benda-benda yang berwarna merah jambu. Ia lebih memilih menyampaikan tentang keadaan sesungguhnya kepada orang tuanya. Niat untuk menegaskan kepada keluarga bahwa ia waria dilakukan agar orangtuanya tidak merasa terganggu dan menyesal karena telah mengadopsi RD dan adik-adiknya. Menurut RD, ia takut kalau kewariannya mengancam kehidupan adik-adiknya kelak. Jadi ia memilih berterus terang, apabila orangtua tirinya tidak menerimanya, ia sudah bersiap untuk dikirimkan ke panti asuhan. Di luar dugaan, ternyata kedua orangtuanya dapat menerima keberadaan RD sebagai bagian keluarga, sama seperti saudaranya yang lain.

RD mengatakan bahwa ia memiliki selera yang tinggi, dari mulai pakaian, sepatu, tas, dan benda-benda lain. Ia memilih barang-barang yang mewah dan dengan brand ternama. RD sangat suka berbelanja layaknya wanita sosialita. Produk luar negeri menjadi andalannya. Menurutnya produk dalam negeri tidak bagus dan cepat rusak. RD menjalani perawatan tubuh di salah satu praktik dokter spesialis kulit dan kecantikan di Medan. Hobbynya adalah menghabiskan waktu berlama-lama di salon, setiap minggu ia akan mengubah-ubah model rambutnya. Ia juga suka mengkoleksi jam tangan unik. RD menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, RD tidak mengkonsumsi narkoba, namun diakuinya ia perokok aktif. Dalam sehari ia mampu menghabiskan 2 bungkus rokok, olahraga rutin dijalaninya, olahraga yang biasa dilakukannya adalah futsal bersama komunitas yang dimilikinya.

Peneliti juga menanyakan kepada RD tentang pengalaman bekerjanya selama ini. RD mengatakan bahwa ia tidak memiliki pengalaman bekerja apapun karena sampai saat ini pun


(40)

dia masih berstatus mahasiswa. Orangtua tirinya juga tidak mengizinkan ia kuliah sambil bekerja.

Berdasarkan kronologisnya, RD mengenal dunia malam dari teman-teman satu komunitasnya. Ketika sebelumnya RD tidak diterima dimanapun, berbeda dengan kali ini, ia diterima dengan baik dikomunitas tersebut, hal ini lah yang membuat ia merasa sangat nyaman berada dalam komunitas tersebut. Ia seoalah-olah menemukan keluarga baru.

Ada banyak kegiatan yang dilakukan di komunitas tersebut termasuk kegiatan olahraga sampai kepada pelatihan kecantikan, tutorial make-up yang baik dan juga ada kegiatan amal. RD mengatakan anggota dari komunitas tersebut sampai saat ini berjumlah 28 orang dan setengah dari jumlah tersebut adalah waria pekerja seks komersial. RD awalnya tidak mau ikut-ikutan dengan kegiatan malam komunitas tersebut namun RD merasa tidak enakan jika tidak bergabung dan akhirnya ikut berkumpul di Lapangan Tengku Raja Muda setiap malam, walaupun dia belum ikut-ikutan menjadi PSK saat itu. Didorong oleh rasa keingintahuan yang besar karena sering memperhatikan teman-temannya, akhirnya RD memilih untuk mencoba sekali saja. Ia ingin tahu bagaimana rasanya dibawa pergi orang asing. Pertama kali mencoba, RD langsung mengurungkan niatnya lagi untuk melakukannya bahkan RD berniat keluar dari komunitas tersebut. Setelah sebulan pasif dari komunitas tersebut, RD merasakan ada rindu yang mendalam dibatinnya dan ingin kembali bergabung dengan komunitas itu dan melakukan rutinitas seperti yang dilakukan waria lainnya. Akhirnya hingga saat ini RD menjadi waria PSK. namun hal itu dilakukannya hanya jika ia ingin karena rindu.

“Awalnya saya hanya coba-coba dek, kali pertama saya mencoba saya langsung jera. Bahkan saya sempat hengkang dari komunitas, padahal kan komunitas itu gak salah apa-apa ya. Wong saya yang memang getol ingin


(41)

mereka, saya kembali ke komunitas. Sesekali saya juga ikut melacur. Ini semua tanpa sepengetahuan ibu tiri saya dek. Ibu sangat baik, saya gak akan mengecewakannya hanya karena insiden coba-coba.”

Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK karena teman dari satu komunitasnya memperkenalkan ia dengan seorang germo. Ia mengenal seorang germo SK di salah satu lapangan futsal di daerah Bakaran Batu sejak dua tahun lalu ketika dia masih bergabung dalam komunitasnya. Ia kenalkan kepada SK oleh seorang temannya yang biasa bermain futsal bersamanya. Awalnya SK menawarkan oral seks kepada RD dengan imbalan uang sebesar 50 ribu rupiah. Tanpa pikir panjang dan atas dorongan temannya yang mengenalkan ia kepada SK, RD menuruti kemauan SK. Namun ternyata bukan SK yang melakukan oral seks kepada RD, namun ada laki-laki lain berusia sekitar 30 tahun.

“Aku fikir aku akan melakukannya dengan bang SK dek. Kulihat dia ganteng jadi aku mau. Aku gak lihat tergiur sama bayaran yang ditawarkannya karena uangku pun banyak. Jadi aku merasa ditipu. Karena aku harus melakukan oral ke orang lain yang aku gak suka. Orang nya jelek badannya gendut. Waktu itu kami melakukannya di kamar mandi lapangan futsal itu.”

Setelah kejadian hari itu, RD mendapatkan uang seperti yang SK janjikan. Akhirnya mereka bertukar pin BBM. Mulai dari hari itu, SK sering menghubungi RD untuk melakukan hal serupa dengan orang lain dan selalu menawarkan imbalan berupa uang. RD mengaku sangat tidak suka diperlakukan begitu. Karena merasa tidak nyaman, akhirnya RD memilih vakum dari kegiatan dalam komunitasnya. Satu bulan vakum, akhirnya ia kembali ke komunitasnya. Ia merasa bosan berada di rumah karena tidak ada kegiatan yang dilakukannya di rumah sepulang kuliah. Ia kemudian kembali mengikuti kegiatan futsal dan kembali bertemu dengan SK.


(42)

Mei 2015 RD dihubungi SK untuk melayani pelanggan. Ia disuruh ke rumahnya di Bakaran Batu. Tidak di sangka SK di minta untuk melakukan hubungan seks dengan pelanggan melalui dubur. RD menyanggupinya dengan satu syarat yaitu ia hanya mau melayani laki-laki yang disukainya saja. RD memposisikan diri sebagai laki-laki dalam berhubungan seks. Karena tak merasa dirugikan, RD mau saja melakukan hubungan seks tersebut. Ia mendapatkan uang sebesar 100 ribu rupiah untuk layanan kali ini. Bermula dari sana, ia melayani banyak laki-laki yang ingin mendapatkan kepuasan seksual dari laki-laki lain.

Dalam seminggu, RD bisa melayani hingga lima orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Semua pelanggan melalui SK, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut RD, apabila melalui SK semua tamu yang diberikan memenuhi kriteria yang RD mau. Selain itu, uang yang dijanjikan juga sesuai dengan yang RD terima. Saat ini RD belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu RD dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Selama setahun ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti.

“Uang yang aku dapatkan lumayanlah bisa beli kebutuhan sendiri dek. Nggak harus minta sama orang tua kalau mau beli apa-apa. Lagian aku juga nggak ada dirugikan sama pekerjaan ini. Aku dapat uang sekaligus enaknya.”

Ia mengaku penghasilannya sekitar 300 ribu dalam seminggu. Untuk sekali melayani ia dibayar oleh SK antara 50-100 ribu rupiah untuk waktu yang tidak ditentukan. Pelanggannya biasanya lelaki setengah baya yang berpenampilan rapi dan tinggi. Ia mengaku menolak apabila ada tawaran dari lelaki yang tidak sesuai kriterianya. SK selaku germo juga selektif dalam memilih laki-laki yang akan ditawarkannya pada RD. Ia biasanya memuaskan


(43)

pelanggan di rumah pelanggan, di kamar mandi futsal, atau ditempat yang telah disediakan SK.

RD mengaku belum pernah merasakan kecewa selama menjalani pekerjaannya. Hal ini dinilainya karena ia memiliki SK yang siap melindungi dan menyeleksi orang-orang yang akan menyewa dirinya. Termasuk untuk menggunkan kondom ketika berhubungan. RD tentunya tidak mau dirugikan dalam pekerjaannya. RD tidak pernah terkena razia polisi atau satpol pp, karena ia selalu diberi aba-aba oleh SK apabila sedang ada penjaringan.

RD mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.

5.2.5 Informan Kunci - V

Nama : FA

Umur : 24 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Agama : Islam

Suku : Melayu

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Status : Lajang

Pekerjaan orang tua

a. Ayah : -

b. Ibu : Pembantu Rumah Tangga


(44)

FA merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, FA memiliki paras yang cantik dan sedap dipandang, bertubuh langsing dengan tinggi badan yang semampai. FA tampak mencolok dengan baju bermotif bunga-bunga berwarna oranye serta rok mini berwarna merah yang dikenakannya saat itu serta rambutnya panjang dan diwarnai coklat kekuningan. Saat itu FA tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda bersama teman-teman sewarianya.

FA sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. FA tumbuh sebagai anak dari keluarga yang tidak begitu harmonis. Masa kecil waria cantik ini sangat mengenaskan. Lingkungan sehari-hari pun enggan menerimanya karena dianggap terlalu gemulai untuk seorang anak yang dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki. Parahnya lagi, ketika FA kecil membutuhkan perlindungan dari keluarga, kedua orang tuanya malah tidak dapat menerimanya. Dia kecewa berat kepada ibunya yang memprotes keadaannya.

Sejak kecil FA memang sudah merasa berbeda dari anak laki-laki lainnya. Kulitnya putih halus dan gerak tubuhnya gemulai. Sering diledek bencong oleh teman-teman di lingkungan rumahnya. Begitu pula ketika di sekolah. Dia akhirnya memutuskan berhenti sekolah saat kelas dua SMA. Kepada ibunya dia mengatakan tidak mau sekolah lagi karena selalu diledek dan ditertawakan lantaran tingkah lakunya yang feminin.

“Ya pasti sakit hati setiap hari diejekin, apalagi kata-kata mereka itu kasar sekali, seperti saya ini binatang saja diperlakukan begitu. Cemoohan itu saya jadikan cambuk untuk saya lebih maju lagi. Lihat saja, saya akan buktikan bahwa diri saya lebih baik dari mereka semua.”


(45)

takut melarang karena ia pernah melakukan percobaan bunuh diri. Dia pernah merasakan puncak frustasi akibat penolakan dari keluarga atas kewariaannya. Derita yang tidak sanggup ditahannya ingin diakhirinya. Dia memilih menelan sejumlah obat-obatan yang diambil dari toko. Dia tak ingat lagi nama obat itu. Masih terekam dalam ingatannya betapa mendadak tubuhnya menjadi ringan, kepalanya berputar. Lalu tubuhnya yang ringan itu mendadak bergetar hebat. Sekeras-keras hati seorang ibu, tidak tega juga mengetahui dan melihat penderitaan anaknya yang nekad bunuh diri. Sejak kejadian itulah, sang ibu bisa menerima pilihan si buah hatinya itu. Ia merasa sangat lega setelah ibunya mengizinkan menjadi waria.

“Ibu saya, mau menerima dengan syarat tidak akan melakukan bunuh diri. Saudara saya juga tidak mempersoalkan lagi. Tapi bapak saya hingga meninggal pada 2013 lalu tetap tidak bisa menerima saya menjadi waria apalagi melacurkan diri.”

FA memilih hidup sederhana, kalaupun dia berasal dari keluarga yang mampu, dia tetap akan hidup sederhana karena baginya hidup berlebihan dan berfoya-foya itu tidak baik dan dia pun tak begitu tergiur dengan kemewahan. FA lebih memilih menggunakan produk lokal daripada produk luar negeri. Baginya semua sama saja, kalau ada yang lebih murah mengapa harus yang mahal. FA juga bukan orang senang nongkrong, dia lebih suka berlama-lama di salon. Itupun bukan untuk perawatan namun hanya untuk melihat-lihat saja. Dia suka memperhatikan orang-orang yang berada di salon temannya. FA menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, FA tidak mengkonsumsi narkoba dan tidak merokok, namun tidak pernah berolahraga teratur.

Ketika peneliti menanyakan tentang pengalaman bekerjanya, FA mengatakan dia belum pernah melamar pekerjaan seumur hidupnya. Dia hanya melakukan bisnis kecil-kecilan, kredit pakaian. Pelanggannya kalangan waria juga. Banyak teman waria yang mendukung bisnisnya.


(46)

“Saya memperdagangkan songket Palembang. Songket itu saya taruh di Pasar dan di salon-salon. Songketnya saya dapat dari tante saya yang tinggal di Palembang. Kalau sudah habis saya pesan lagi ke tante saya.”

Tapi usahanya itu hanya bisa bertahan sekitar tiga tahun. Seketika kepala FA tertunduk. Tiada terasa, sepasang garis putih laksana kristal membasahi pipinya yang mulai terlihat mengeriput dimakan usia.

“Saya sebenarnya ingin melamar pekerjaan. Saat niat saya sudah ada teman -teman saya mengatakan percuma saja jika ingin melamar pekerjaan dimanapun gak akan diterima karena saya banci. Niat saya jadi urung. Belum berperang saya sudah menyerah dan pada akhirnya saya memilih melacur bersama teman-teman saya.”

Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Saat itu ada tetangga rumahnya, seorang mahasiswa laki-laki yang berusia 20 tahunan menawarkan akan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Ia diajak ke rumah laki-laki tersebut namun itu hanya akal-akalan saja. Ia tidak membantu mengerjakan PR namun memutarkan video porno homoseksual dan meminta FA mengoral kemaluannya. Tidak tahan menahan nafsu birahinya ketika menonton, FA akhirnya melakukannya. Tetangganya kemudian mengenalkan FA dengan seorang laki-laki dewasa berusia 46 tahun yaitu B.

“Waktu itu aku dikenalkan sama B. Waktu itu kami berdua sama tetangga ku itu. Setelah kenalan kami dibawa naik mobilnya ke rumahnya di Jalan Galang. Disana dia mengoral kemaluan kami satu per satu. Setelah „nembak‟ dia ngasih kami uang 100 ribu per orang. Siap itu kami diantar pulang ngambil angkot.”


(47)

Setelah kejadian hari itu, FA sering dihubungi B untuk melakukan hal serupa. Setiap mereka melakukannya, FA selalu diberi uang dan barang-barang seperti jam tangan, sapu tangan, sepatu, baju dan barang-barang lain. FA berhubungan dengan B sampai sekitar tiga bulan. Ia selalu dijemput B dirumah tetangganya, tempat mereka pertama kali bertemu. FA mengaku hanya di oral tanpa melakukan hubungan seksual lainnya dengan B. Terbiasa dengan uang jajan berlebih dan kenikmatan yang FA dapatkan, FA mulai mencari-cari tamu untuk dilayaninya. FA tidak memasang kriteria apapun pada pelanggannya. Ia menerima semua yang datang padanya. Ia membuat akun Facebook yang berisi foto-foto dirinya dengan tanpa busana dan seksi. Biasanya, FA akan mendatangi rumah tamu yang membutuhkan pelayannya atau ia di jemput di Lapangan Tengku Raja Muda

FA tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan FA, tergantung tamu yang memesannya, lebih sissy atau tidak darinya. Beberapa syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya adalah tidak tua, ganteng, dan tidak gendut. Berhubung ia memang menyukai laki-laki daripada perempuan, ia selektif memilih tamu.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan FA, dengan kemajuan teknologi sekarang prostitusi semakin banyak terjadi. Semakin banyak orang seperti dia yang menjajakan diri di media-media sosial. Namun dengan maraknya razia prostitusi online saat ini, FA bilang PSK-PSK online sepertinya semakin berhati-hati menerima tamu. Selain itu, tarif yang biasa ia dapatkan tidak sebesar pertama kali ia menjadi PSK. Sekarang, 200 ribu rupiah sudah menjadi tarif tertinggi yang di dapatkannya dari pelanggan.

“Sekarang kita bersaing dek. Udah makin banyak waria yang ngasih dirinya gratis. Apalagilah yang bayar kayak kita ini. Cuma dibayar cepek aja pun udah lumayan bang.”


(48)

Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang main kasar, tidak membayar dengan alasan pelayanannya kurang memuaskan, ancaman akan dipukulin di luar karena ia pernah marah kepada pelanggan ketika uang yang dibayarkan tidak sesuai kesepakatan. Ketika berhubungan seksual, ada rasa khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan.

“Pernah aku dapat pelanggan, dia mabuk-mabukan, aku sebenarnya gak mau, tapi dia ngancam. Aku ladenin aja apa maunya. Aku gak diapa-apainnya. Cuma disuruhnya nemanin dia minum-minum aja. Aku gak sadar tiba-tiba udah pagi aja. Kulihat tas ku, dompet sama hp ku udah gak ada. Dicurinya dek. “

Walaupun banyak duka yang dirasakannya ketika ia menjalankan pekerjaannya, namun FA mengaku menikmati pekerjaannya dan tidak berniat meninggalkan pekerjaannya tersebut.

5.2.6 Informan Utama – I

Nama : Bapak ER

Umur : 54 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1


(49)

Jumlah Anak : 2

Status : Menikah

Pekerjaan : Wirausaha (pemiik toko alat elektronik)

Bapak ER sedang membersihkan toko elektroniknya saat itu. Peneliti mendekati dengan membeli pulsa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Bapak ER saat ini berusia 54 tahun namun jika dilihat dari bentuk fisiknya, ia seperti masih berumus 30 tahunan. Bapak ER berkulit putih layaknya keturunan Tionghoa lainnya, memiliki rambut hitam dan berbadan gemuk.

Berdasarkan kronologisnya, EV lahir dari pasangan Bapak ER dan Ibu IK. Orangtua EV sudah menikah hampir 41 tahun hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah. Hubungan mereka pun dapat dikatakan harmonis. Ayahnya EV sehari-harinya bekerja di toko alat elektronik milik keluarga, sementara Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Bapak ER lulusan strata satu dari suatu Perguruan Tinggi dan ibunya hanya mengecap pendidikan sampai jenjang diploma. Bapak ER memiliki dua anak laki-laki, anak pertama yaitu IE berusia 36 tahun dan saat ini bekerja sebagai seorang guru, sedangkan anak yang kedua yaitu EV.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ayahnya yaitu Bapak ER, mengatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang berkecukupan dan tidak merasa kekurangan dengan penghasilan yang di dapatnya. Penghasilan yang diterima oleh bapak ER setiap bulannya sekitar Rp 8.000.000, sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Keluarga mereka tidak memiliki hambatan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, keluarga mereka juga memiliki kebiasaan untuk menabung sebagian dari sisa penghasilannya untuk masa depan anak-anak mereka.


(1)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Astry Connie Siagian Nim : 110902091

ABSTRACT

The Factors Affecting Transsexual in Becoming Commercial Sex Workers (A Case Study at Lapangan Segitiga Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang)

The phenomenon of transsexual is a real case whose existence cannot be denied in society. Transsexual is one of the social welfare issues in Indonesia, whether it is psychologically, socially, normally, or physically. They tend to live in glamorous and exclusive life, or limit themselves only to their community. The work environment is identical to a beauty life for example salon, but it is a common thing that transsexual is related to the world of prostitution. This study aims to determine the factors that affect transsexual in becoming commercial sex workers.

This research is descriptive and using qualitative approach by analyzing the factors that affect transsexual in becoming commercial sex workers at Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Therefore, there are no population and sample in qualitative research, but the informants who provide clear, accurate and reliable information, both in the form of statements, information or data that can help answering the problems or issues. The informants are divided into three categories; key informants which are five transsexual sex workers, main informants which are five persons each from the parents of transsexual sex workers and their friends, additional informants which is the Head of Subdistrict of Lubukpakam. In order to obtain the needed information or data, the researcher uses data collecting method through library research and field research by conducting observation and interviews.

In this study, it can be concluded that the dominant factor affecting the transsexual in becoming commercial sex workers at Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang is the economic factor. Not only that, there are other factors that affect transsexual in becoming commercial sex workers such as heredity, bad social factors and factors originating from the transsexuals themselves where they feel comfortable and happy being commercial sex workers.


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan baik itu berupa dukungan moril maupun materil. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fisip USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Drs. Matias Siagian S.Sos, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang

telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya.

4. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pembelajaran kepada penulis selama kuliah di departemen ini, dan pegawai administrasi Fisip USU.

5. Orangtuaku, Ibu J Nainggolan. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas motivasi, kasih sayang dan dukungannya yang telah penulis rasakan baik melalui doa dan secara materi yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah hingga saat ini. Semoga dengan apa yang ibu berikan kepada penulis, kiranya Allah SWT selalu senantiasa memberikan kesehatan, panjang umur serta rejeki.


(3)

6. Saudara-saudariku, Hebry Siagian, Roy Siagian, dan Arnita Sari Siagian yang tidak bosan-bosannya memberikan banyak dukungan dan motivasi kepada penulis.

7. Terima kasih kepada seluruh informan yang telah bersedia menyediakan waktu dan membantu penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerja sama dan doanya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial Kedepannya.

Medan, Januari 2016 Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... ..i

ABSTRAC ... ... ..ii

KATA PENGANTAR ... ... ..iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... ... ..ix

DAFTAR BAGAN ... ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Perumusan Masalah...8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian...8

1.3.1 Tujuan Penelitian...8

1.3.2 Manfaat Penelitian...8

1.4Sistematika Penulisan...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Waria...10

2.1.1 Pengertian Waria...10

2.1.2 Jenis-jenis Waria...11

2.1.3 Ciri-ciri Waria...13

2.1.4 Faktor Penyebab Terjadinya Waria...14

2.1.4.1 Faktor Biologis...14

2.1.4.2 Faktor Psikologis dan Sosiologis...16

2.2Pekerja Seks Komersial...17

2.2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial...17

2.2.2 Sejarah Singkat Industri Seks di Indonesia...21

2.2.3 Klasifikasi Pekerja Seks Komersial...22

2.2.4 Faktor Penyebab Adanya Pekerja Seks Komersial...27

2.2.5 Akibat-akibat Pekerja Seks Komersial...29

2.3Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial...30

2.3.1 Faktor Ekonomi...30

2.3.2 Faktor Lingkungan...33

2.4Kerangka Pemikiran...35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penulisan...37

3.2 Lokasi Penelitian...37

3.3Informan...38

3.3.1 Informan Kunci...38

3.3.2 Informan Utama...38

3.3.3 Informan Tambahan...39

3.4Teknik Pengumpulan Data...39

3.5Teknik Analisis Data...40

BAB IV LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Cemara...41

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Temuan...51

DAFTAR PUSTAKA...114


(5)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Komisi Pembimbing

2. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alir Pikir ... 36


Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kota Lubuk Pakam Antara Tahun 2012 Dengan 2015

3 63 68

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Miskin Di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 43 103

Pengaruh Pupuk Terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan Lubuk Pakam)

15 106 86

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

2 46 128

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 25

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang) Chapter III VI

0 1 81

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waria Menjadi Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2