Hubungan Indeks Massa Tubuh Terhadap Usia Menarche Pada Siswi SMP Supriyadi Medan Tahun 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa Remaja adalah usia di antara anak-anak dan dewasa, yang secara
biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada
gadis remaja ialah datang haid pertama kali, biasanya sekitar umur 10 sampai 16
tahun (Llewellyn, 2005). Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, hampir
seperempat (22,2%) dari jumlah penduduk keseluruhan yakni sekitar 44,6% juta
penduduk adalah berusia 10-19 tahun (BKKBN, 2003)
Masa remaja awal (10-14 tahun) ditandai dengan adanya pubertas. Di
Sumatera Utara, jumlah remaja yang sedang mengalami pubertas berjumlah sekitar
1,5 juta atau 1,2% dari total penduduk pada tahun 2007. Kejadian yang penting pada
pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri kelamin sekunder,
menarche, dan perubahan psikis (Sarwono, 2007). Munculnya ciri-ciri kelamin
sekunder pada awal pubertas merupakan kulminasi interaksi yang aktif dan mapan
yang terjadi pada hipotalamus, kelenjar pituitaria dan gonad pada masa pubertas.
Mekanisme

umpan


balik

positif

diantara

ketiganya

berkembang

kearah

meningkatnya kadar estrogen pada pertengahan siklus yang menyebabkan kenaikan
Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009).
Menurut Wiknjosastro (2007) usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya
mendapat haid (menarche) bervariasi pada usia 11-13 tahun. Namun tidak menutup
kemungkinan ada pula remaja dibawah 11 tahun sudah mengalami haid (BKKBN,
2003). Hal ini juga disampaikan oleh Wiknjosastro (2007) bahwa usia menarche
biasanya terjadi pada usia 11-13 tahun. Perbedaan tersebut kemungkinan dipengaruhi
1


Universitas Sumatera Utara

oleh baiknya nutrisi kesehatan. Menarche merupakan suatu proses biologis yang
mengawali periode mampu reproduksi wanita. Menstruasi pertama ini merupakan
fenomenon yang menandai masaknya aksis hypothalamus-hypophysis-ovarium, yang
selanjutnya diikuti oleh masa sterilitas adolesen sebelum mencapai kemampuan
reproduksi yang stabil.
Sekitar tahun 1980, usia menarche remaja putri di Eropa adalah sekitar 16-18
tahun, sementara pada tahun 2002 didapati usia menarche sekitar 12,5-13,5 tahun
(Institut National D’etudes Demographiques, 2003). Demikian pula di Indonesia,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan terjadi penurunan usia
menarche di Indonesia. Penurunan usia menarche akan menyebabkan peningkatan
resiko terjadinya kelainan kardiovaskular (Lakshman, 2009), kanker ovarium dan
kanker payudara (Susan, 2005) dan peningkatan gejala depresif (Joinson, 2009).
Ada banyak hal yang mempengaruhi usia menarche, diantaranya : status gizi,
pola makan, status ekonomi keluarga, dan aktifitas olahraga. Status Gizi dapat
diinterpretasikan dari Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang. IMT ditentukan oleh
Berat Badan dan Tinggi Badan. Berat Badan sangat mempengaruhi status gizi dalam
kaitannya terhadap usia menarche (Sibagariang, 2007). Di Sumatera Utara,

prevalensi remaja putri usia 6-14 tahun dengan berat badan kurang yaitu 9,7% dan
Berat Badan lebih 11,8%.
Menurut hasil penelitian Toanubun (2008) yang berkaitan dengan hubungan
indeks massa tubuh terhadap usia menarche menunjukkan bahwa rata-rata usia siswi
SMPN 2 Tanjung Morawa adalah 12,7 tahun. Rata-rata tinggi badan siswi SMPN 2
Tanjung Morawa adalah 1.417 meter. Berat badan rata-rata siswi SMPN 2 Tanjung
Morawa sebesar 40.50 kg. Rata – rata IMT 20.86 kg/m2 dan rata – rata menarche
siswi SMPN 2 Tanjung Morawa usia 11.5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini disebabkan oleh adanya Adypocyte-derived hormone Leptin yang
berasal dari lemak tubuh yang diduga dapat mempengaruhi masa awal pubertas.
Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar
LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal menarch
(Aulia, 2009). Jadi, penurunan usia menarche berkaitan dengan meningkatnya berat
badan. Sebenarnya, hubungan antara komposisi tubuh dan perkembangan pubertas
masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan studi cross sectional atau kohort tentang hubungan antara perubahan
komposisi tubuh dan tahap perkembangan pubertas.

Hal inilah yang menjadikan alasan peneliti melakukan penelitian mengenai
hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri. Status gizi yang akan
dinilai adalah indeks masa tubuh remaja putri. Remaja putri yang menjadi subjek
penelitian adalah siswi SMP Supriyadi Medan dan belum pernah dilakukan
penelitian sejenis di SMP ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah “Apakah
ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap usia menarche di SMP Supriyadi
Medan tahun 2012?”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia
menarche pada remaja putri di SMP Supriyadi Medan.

Universitas Sumatera Utara

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja putri di SMP

Supriyadi Medan.
b. Untuk mengetahui rata-rata usia menarche pada remaja putri di SMP
Supriyadi Medan.
c. Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarche
pada remaja putri di SMP Supriyadi Medan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi organisasi profesi
Sebagai masukan ilmu kebidanan kepada tenaga kesehatan tentang hubungan
indeks massa tubuh terhadap usia menarche
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
a. Sebagai masukan bagi perkembangan ilmu yang khususnya berhubungan
dengan menarche.
b. Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti yang
akan melakukan penelitian tentang menarche.
c. Memberikan data bagi peneliti lain di bidang endokrinologi anak tentang
hubungan antara IMT dengan usia menarche pada remaja wanita.
3. Bagi remaja putri
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja agar lebih mengenal
gizi dalam kesehatan reproduksi.


Universitas Sumatera Utara

4. Bagi peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman yang nyata dalam
melakukan penelitian serta penerapan ilmu metodologi penelitian kesehatan
dan kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara