Sejarah dan Dinamika Organisasi Kemanusi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sebuah organisasi kemanusiaan diibaratkan sebagai ujung tombak dari

upaya perlindungan terhadap jiwa manusia yang terancam maupun sebagai korban
dari adanya konflik antar negara di dunia. Kehidupan manusia tidak terlepas dari
adanya ancaman bahaya yang sewaktu-waktu dapat mengganggu stabilitas suatu
tatanan yang telah tercipta selaras dalam sebuah kurun waktu, sehingga
keberadaan organisasi kemanusiaan akan terus dibutuhkan selama adanya
peradaban di dunia.
Seperti banyak organisasi lain di dunia yang berkecimpung dalam berbagai
jenis kegiatan, organisasi kemanusiaan di dunia tidak terlepas dari adanya
dinamika yang pada kenyataannya dapat berimbas positif maupun negatif.
Idealnya, organisasi kemanusiaan di dunia lebih baik tercipta dalam satu pintu,
tanpa ada diferensiasi yang tercipta dengan adanya lebih dari satu organisasi
kemanusiaan yang melembaga di dunia. Karena tujuan utamanya adalah
mengusahakan penegakan nilai-nilai kemanusiaan secara umum dan memberikan

perlindungan secara hakiki kepada korban konflik secara khusus, dengan adanya
banyak organisasi sedikit banyak berpengaruh terhadap upaya yang berlandaskan
tujuan-tujuan tersebut. Dinamika yang ada seharusnya tidak boleh menghalangi
berbagai urgensi ditawarkan oleh organisasi kemanusiaan di dunia.

1.2.

Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini, terdapat empat rumusan masalah yang akan kami

kaji, yaitu bagaimana latar belakang berdirinya berbagai organisasi kemanusiaan,
mengapa terdapat perbedaan lambang di antara organisasi kemanusiaan yang
1

mempunyai tugas dan fungsi yang sama, bagaimana status hukum dan
personalitas hukum dari masing-masing organisasi kemanusiaan serta bagaimana
implementasi peran dari organisasi kemanusiaan terkait dengan konsep dan tujuan
dari organisasi kemanusiaan tersebut.

1.3.


Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar

belakang berdirinya berbagai organisasi kemanusiaan, untuk mengetahui dan
memahami mengapa terdapat perbedaan lambang di antara organisasi
kemanusiaan yang mempunyai tugas dan fungsi yang sama, untuk mengetahui
dan memahami bagaimana status hukum dan personalitas hukum dari masingmasing organisasi kemanusiaan serta untuk mengetahui bagaimana implementasi
peran dari organisasi kemanusiaan terkait dengan konsep dan tujuan dari
organisasi kemanusiaan tersebut.

2

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Latar belakang berdirinya berbagai organisasi kemanusiaan
2.1.1 ICRC (International Committee of the Red Cross)
ICRC terbentuk pada tahun 1863 di Jenewa, Swiss, atas prakarsa dari
Henry Dunant, seorang warga negara Swiss. Prakarsa tersebut merupakan

sebuah kelanjutan dari pengalaman Henry Dunant di Solferino, Italia, pada
tanggal 24 Juni 1859, saat terjadi perang antara tentara Italia dan Prancis
melawan tentara Austria. Henry Dunant, yang menyaksikan secara langsung
kengerian yang terjadi akibat adanya perang tersebut, beserta penduduk
setempat melakukan tindakan pertolongan terhadap puluhan ribu tentara yang
menjadi korban perang tersebut.
Sepulang dari Solferino, beberapa saat kemudian Henry Dunant
menulis sebuah buku yang berjudul “Un Souvenir de Solferino” (Kenangan
dari Solferino) yang pada intinya berisi dua gagasan Henry Dunant, yaitu
membentuk suatu organisasi kemanusiaan internasional yang akan efektif
bekerja pada saat damai untuk memberikan bantuan pertolonganke pada
tentara yang terluka di medan perang serta mengadakan perjanjian
internasional guna melindungi tentara yang terluka dan relawan yang bekerja
untuk memberikan pertolongan (calling for improved care for wounded
soldiers in wartime)1. Empat orang warga negara Swiss, yaitu Dufour,
Theodore Maunoir, Louis Appia dan Gustave Moynier, kemudian tertarik
dengan dua gagasan dalam buku tersebut, sehingga bersama Henry Dunant,
mereka membentuk Komite Lima yang kemudian menjadi dasar berdirinya
ICRC.


1ICRC. 2010. History of the ICRC. http://www.icrc.org/eng/who-we-are/history/overviewsection-history-icrc.htm (diaksespadatanggal 21 November 2012)

3

Kemudian berdasarkan gagasan mengenai pembentukan perjanjian
internasional, diadakan Konvensi Jenewa pertama oleh Pemerintah Federal
Swiss atas prakarsa ICRC, pada tanggal 22 Agustus 1864, yang dihadiri oleh
12 kepala negara yang menandatangani perjanjian internasional. Isi perjanjian
internasional tersebut adalah lebih kurang mengenai perbaikan keadaan
anggota angkatan bersenjata yang terluka dan sakit di darat.Konvensi tersebut
dilanjutkan pada tahun 1906 (mengenai perbaikan keadaan anggota angkatan
bersenjata yang terluka dan sakit di laut), 1929 (mengenai perlakuan terhadap
tawanan perang) dan 1949 (mengenai perlindungan orang sipil di medan
perang). Pada perkembangannya, ketentuan dalam Konvensi Jenewa
dimodifikasi berdasarkan tiga buah protokol, yakni protocol pertama
mengenai perlindungan korban konflik bersenjata internasional (1977),
protocol kedua mengenai perlindungan konflik bersenjata non-internasional
(1977) dan protocol ketiga mengenai adopsi lambang pembeda tambahan
(2005).
2.1.2. Federasi (The International Federation of the Red Cross and Red

Crescent Societies)
Federasi didirikan pasca Perang Dunia I, tepatnya pada tanggal 5 Mei
1919 berdasarkan Konferensi Kesehatan Internasional di Cannes, Perancis,
atas prakarsa Henry Davidson, Ketua KomiteBantuan Perang dan Palang
Merah Amerika Serikat pada waktu itu. Setelah disampaikannya prakarsa
tersebut kepada Palang Merah Perancis, Italia, Jepang dan Inggris,
terbentuklah suatu keinginan bersama untuk membuat Federasi, sebagai
bentuk tindakan nyata kesadaran beberapa Palang Merah tersebut bahwa
perlu

adanya ketersediaan sumber daya yang terkoordinasi untuk

memberikan bantuan kemanusiaan di bidang kesehatan masyarakat serta
kepada korban bencana di masa damai. Sebelum memiliki nama seperti
sekarang, Federasi dikenal dengan nama Liga Perhimpunan-perhimpunan
Palang Merah).

4

Saat pertama kali dibentuk, Federasi bermarkas di Paris, akan tetapi

sejak tahun 1935 dipindah ke Jenewa hingga sekarang. Struktur
kepemimpinan Federasi dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang
memiliki sejumlah staf dari berbagai Negara untuk membantu tugasnya.
2.1.3. Perhimpunan Nasional (National Societies)
Perhimpunan Nasional merupakan organisasi kemanusiaan yang
didirikan oleh sebuah negara, terkait keikutsertaannya dalam Konvensi
Jenewa 1949 maupun mendapat pengakuan dari negara-negara yang
menandatangani perjanjian internasional tersebut. Hingga saat ini, terdapat
187 Perhimpunan Nasional di seluruh dunia.
Hal yang melatarbelakangi terbentuknya Perhimpunan Nasional di
setiap Negara tentunya berbeda-beda, akan tetapi terbentuknya Perhimpunan
Nasional di suatu Negara lebih kurangnya karena adanya kesadaran
Pemerintah di suatu Negara akan isu kemanusiaan yang esensinya terkait
dengan kelangsungan hidup warga Negara pada umumnya. Selain itu, dengan
adanya Konvensi Jenewa, bagi Pemerintah suatu Negara adalah sesuatu yang
penting untuk membentuk organisasi yang mewadahi berbagai jenis kegiatan
kemanusiaan.
Di Indonesia, Perhimpunan Nasional dikenal dengan nama Palang
Merah Indonesia (PMI). PMI terbentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 25 Tahun 1999. PMI kemudian menjadi anggota Federasi yang ke-68

pada tahun 1950, setelah sebelumnya mendapat pengakuan dari ICRC.

5

2.2. Perbedaan Lambang Antara Organisasi Kemanusiaan yang Mempunyai
Tugas dan Fungsi yang Sama
2.2.1. Palang Merah (Red Cross Emblem)
Disepakatinya

lambang

palang

sebagai tanda pengenal perhimpunan bantuan bagi

merah

tentara

yang


terluka yang nantinya menjadi Perhimpunan Nasional Palang Merah adalah
melalui 1863 Conference of International Committee for Aid to Wounded
Soldiers. Supaya dapat menjadi instrument hukum internasional, Pemerintah
Swiss

melakukan

Konferensi

Diplomatik

tahun

1864

di

Jenewa


menghasilkan Geneva Convention pada tanggal 22 Agustus 1864 (GC 1864).
Tujuan dari adanya tanda/lambang yang universal ini adalah untuk
memberikan

perlindungan

bagi

personil

dan

unit

medis

yang

mengenakannya, serta membuatnya mudah dikenali. Panitia pada Konferensi
Oktober 1863 menyepakati lambang palang merah dengan latar belakang

putih (red cross on white background), Karena warnanya yang kontras
sehingga mudah dikenali, bahkan dari kejauhan, serta mudah dibuat.
Lambang palang merah ini telah dikenal secara internasional dan
diakui sebagai penghormatan terhadap Swiss, karena warnanya adalah
kebalikan dari bendera nasional Swiss (palang putih diatas dasar merah).
Reputasi Swiss sebagai negara netral sudah diakui negara-negara di dunia
sejak berabad-abad yang lalu dan sudah dibuktikan dengan perjanjianperjanjian Wina dan Paris tahun 1815 yang menghentikan perang Napoleon.
Sampai awal abad ke-21, Swiss bukanlah

negara anggota

Perserikatan

Bangsa-bangsa (PBB). Swiss juga bukan anggota Uni Eropa, dan memilih
tidak bergabung dalam berbagai organisasi internasional lainnya. Swiss
mendapatkan status yang “spesial” di dunia karena Swiss merupakan negara
konfederasi modern yang tidak pernah dijamah perang (baik nasional
maupun internasional) selain itu, Swiss merupakan negara demokrasi yang
masih mengenal demokrasi langsung (melalui referendum), dan memiliki
tujuh orang


presiden yang memegang jabatannya secara bergantian.

6

Kaitannya dengan ICRC atau Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
sebagai subyek hukum internasional, ICRC memiliki status khusus karena
berawal dari sebuah organisasi swasta yang lahir (dan bermarkas) di Swiss,
tapi kini telah ‘dimiliki’ oleh dunia.
Preparatory document dalam Konferensi Oktober 1863 tidak
menyebutkan sedikit pun niat memasukkan unsur agama dalam lambang dan
tidak ada kekhawatiran sebelumnya bahwa unsur agama bisadikaitkan
dengan lambang red cross tersebut. Tujuan dari dibentuknya Red Cross
adalah sebagai institusi yang akan melintasi batas nasional Negara dan
perbedaan dalam agama.
2.2.2. Bulan Sabit Merah (Red Crescent)
Lambang bulan sabit merah muncul dalam Perang Russo-Turki, masa
Kekaisaran Ottoman. Meskipun Turki sudah mengadopsi Geneva Convention
1864 pada 5 Juli 1865 tanpa reservasi, tetapi kemudian pada 16 November
1876 menyatakan akan menggunakan lambang bulan sabit merah dengan
latar belakang untuk menandai ambulansnya sendiri. Memang memiliki latar
belakang religius, tapi bukan semata-mata alasan agama. Kemudian kaum
Ottoman berpendapat bahwa lambang palang merah bisa menjadi masalah
karena berbau religius dan dianggap mencederai/ menyinggung tentara
muslim sehingga menghalangi Turki dalam melaksanakan hak-haknya
berdasarkan konvensi2. Akhirnya lambang ini diterima secara sementara,
yaitu selama konflik berlangsung3.
Pada tahun 1899 dan 1907 Hague Peace Conferences dan 1906
Geneva Revision Conference, delegasi dari Kekuasaan Ottoman, Persia, dan
Siam meminta agar lambang-lambang mereka bisa diakui. Kekuasaan
Ottoman menggunakan lambang Bulan Sabit Merah (Red Crescent Emblem),
Singa Merah dan Matahari (Red Lion and Sun) untuk Persia, dan Bara Api
Merah ( Red Flame) untuk Siam. Dalam Konferensi 1906, ditegaskan
2Sublime Porte kepada Federal Council, 16 November 1876, Bullentin International deSociétésde
Secours aux Militaires blessés, No. 29, January 1877, p. 36.
3Federal Council untuk Sublime Porte, 2 June 1877, ibid, No. 31, July 1877, pp 90-91.

7

kembali bahwa lambang Palang Merah (Red Cross) adalah kebalikan dari
bendera Swiss dan tidak ada unsur agama di dalamnya sehingga akan tetap
dilanjutkan sebagai lambang4. Namun, The Hague Conferences 1899 dan
1907 dan Geneva Convention 1906 memberi wewenang kepada Negaranegara yang hendak melakukan reservasi terhadap pasal-pasal tentang
lambang. Kekuasaan Ottoman dan Persia akhirnya melakukan reservasi dan
menggunakan lambang yang berbeda (bulan sabit merah, singa dan matahari
merah), sedangkan Siam memilih untuk tidak melakukan reservasi 5. Akhirnya
secara de facto, terjadi perbedaan lambang namun tetap dalam satu kesatuan.
Konvensi Jenewa kembali diadakan tahun 1929 terkait dengan Perang
Dunia I. Dalam konvensi itu, Turki, Persia, dan Mesir kembali bersikeras
untuk meminta lambang bulan sabit merah, singa dan matahari merah untuk
diakui secara de jure, mengingat penggunaannya sudah banyak dan tidak ada
yang keberatan. Akhirnya lambang tersebut diakui dalam Artikel 19 Geneva
Convention 1929 for the Amelioration of the Condition of the Wounded and
Sick in Armies in the Field khusus kepada Negara yang sudah memakai
lambang berbeda.
Namun pada tahun 1931, Israel menggunakan lambang red shield of
David6 dan pada tahun 1935 Pemerintah Afghanistan meminta diakuinya
lambang Red Archway Society (Mehrab-e-Ahmar)7. ICRC menegaskan
bahwa selain lambang yang terdapat dalam Konvensi Jenewa 1929 tidak
4Geneva Convention of July 1906, Art. 18, Actes de la Conférence de Révision réunie à Genève
du 11 juin au6 juillet 1906,Imprimerie Henry Jarrys, Geneva, 1906, p. 286; The Laws of Armed
Conflict, p. 306.
5The Proceedings of the Hague Peace Conferences: The Conference of 1899,
terjemahansecararesmioleh the Division of International Law of the Carnegie Endowment for
International Peace, Oxford University Press, New York, London, Toronto, Melbourne and
Bombay, 1920, pp. 247-250, 453-454, 461-462 and 388;Actes de la Conférence de Révision réunie
à Genève du11 juin au 6 juillet 1906, pp. 160-163, 175, 260, 271, 286; The Proceedings of the
Hague PeaceConferences: The Conference of 1907, terjemaan resmi ole the Division of
InternationalLaw of the Carnegie Endowment for International Peace, OxfordUniversity Press,
New York, London, Toronto, Melbourne and Bombay, 1920, 3 vols, Vol. I, Plenary sessions,pp.
62-65, 651 and 702; Vol. III, Second, Third and Fourth Committees, pp. 292, 296-299 and 560564.
6Lambang digunakan olehIsrael Relief Society, The Red Shield of David or Magen David Adom
adalah bintang dengan 6 titik atau hexagram yang terbuat dari 2 segitiga, yang satu mengarah
keatas, dan yang satunya lagi mengarah kebawah.
7Lambang tersebut adalah masjid berwarna merah dengan latar belakang putih.

8

dapat diterima dan tidak diakui oleh Gerakan Internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah (The Movement).
Konferensi Diplomatik tahun 1949 diadakan untuk membahas
mengenai Perang Dunia II. Ada beberapa proposal sebelumnya yaitu usul
Belanda untuk mengadopsi satu lambang terbaru, rekomendasi dari 17th
International Conference of the Red Cross di Stockholm tahun 1948 untuk
menyatukan lambang menjadi palang merah (red cross) semua, dan yang
ketiga adalah proposal Israel untuk diakuinya lambang Red Shield of David
sebagai society dari Israel. Hasil dari keputusan pada saat itu dalam artikel
38 Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded
and Sick in Armed Forces in the Field of 12 August 1949 hampir sama
dengan artikel 19 Konvensi tahun 1929, yaitu bahwa lambang yang diakui
hanya red cross, red crescent, dan red lion and sun.
Dalam Diplomatic Conference on The Reaffirmation and Development
of International Humanitarian Law tahun 1974-1977, Israel kembali
mengajukan lambangnya untuk diakui secara internasional. Namun delegasi
Israel menarik proposalnya karena adanya kemungkinan mendapat negative
vote dan penolakan dalam level internasional8. Israel kemudian tetap
mengadakan reservasi Konvensi Jenewa 1949 pada saat meratifikasinya
tahun 1951, namun Lebanon dan Amerika keberatan.
Kini, lambang bulan sabit merah digunakan di lebih dari tiga puluh
negara. Kendatipun demikian, perlu diperhatikan bahwa negara-negara yang
menggunakan bulan sabit merah umumnya adalah negara yang berdasarkan
satu agama tertentu. Mari kita lihat beberapa contohnya:
1. Afghanistan: Menurut Konstitusi Afghanistan, Afghanistan adalah

negara berdasarkan satu agama (Pasal 2)
2. Bangladesh: Menurut Konstitusi Bangladesh, Bangladesh memiliki

agama negara (Pasal 2A)

8Official Record of the Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development of
International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict, Jenewa, 1974-1977, Federal
Political Department, Bern, 1978, 17 vols, Vol. III, p.14.

9

3. Mesir: Menurut Konstitusi Mesir, Mesir memiliki agama negara

(Pasal 2)
4. Iran: Menurut Konstitusi Iran, Iran adalah negara berdasarkan satu

agama (Pasal 1-2)
5. Malaysia:

Menurut Konstitusi Malaysia, Malaysia mengakui

‘agama federasi’ (Pasal 3)
Melihat lima contoh di atas, lambang bulan sabit merah digunakan
negara-negara yang secara konstitusional mengakui agama resmi negara
(mempunyai agama negara, agama yang dianut oleh penduduk di negara
tersebut). Jika kita bandingkan dengan Indonesia, maka konstitusi Indonesia
(UUD NRI 1945) tidak mencantumkan adanya negara agama atau satu agama
negara. Justru di Pasal 29 dan berbagai bagian di Pasal 28 mengakui
kebebasan beragama.
2.2.3. Adopsi Sebuah Lambang Baru: Red Crystal
Konferensi Diplomatik yang mempertimbangkan Protokol Tambahan
Ketiga pada dasarnya adalah Memorandum of Understanding dari Israel oleh
Magen David Adom dan Palestine Red Crescent Society yang pada saat itu
bukanlah anggota The National Societies. Setelah perdebatan yang panjang
dan dilakukan voting dengan suara mayoritas 78 persen, maka diadopsilah
Protokol Tambahan Ketiga tentang lambang baru yang netral. Pada tahun 2006
sudah diratifikasi oleh 72 negara dan akhirnya berlaku mengikat pada tahun
2007. Lambang ini sudah diakui oleh The Movement pada tahun 2006
sehingga memberikan perlindungan hukum bagi unit dan fasilitas kesehatan
yang menggunakannya. Lambang netral ini ditujukan bagi negara yang tidak
bisa mengadopsi lambang palang merah atau bulan sabit merah. Adanya
lambang baru ini tidak mengubah lambang-lambang yang sudah digunakan
oleh negara-negara, kecuali negara yang bersangkutan ingin mengganti
lambangnya.

10

2.2.4. Mayoritas Perhimpunan Nasional Menggunakan Palang Merah
Sebagai Lambang
Mayoritas negara di dunia, dalam arti national society, masih
menggunakan palang merah (150 negara). Bukan hanya karena mayoritasnya
saja, tapi mudah dipahami bahwa lambang palang merah sudah dikenal sangat
luas sebagai lambang medis, lambang orang yang harus dilindungi, lambang
bantuan, dan sebagainya. Karena pengenalan universal inilah, lambang palang
merah mudah untuk dipertahankan.
Kelebihan dari lambang palang merah adalah karena letaknya yang ada
di bawah alam sadar (sub-conscious mind), bahwa ketika kita melihat lambang
palang merah, kita tahu apa korelasinya, baik itu masalah medis, rumah sakit,
pertolongan pertama, atau jika dilihat dalam konteks besar, perlindungan
dalam konflik bersenjata. Ketika melihat palang merah, sudah tertanam dalam
benak kita bahwa lambang ini ada kaitannya dengan upaya kemanusiaan
secara universal. Maka lambang palang merah masih menjadi lambang
terbaik. Bukan karena tendensi agama, bukan karena mudah, tetapi lebih
karena adanya prinsip universalitas, dan tujuan mulia di baliknya, yaitu
universal untuk kemanusiaan.

2.3. Status Hukum dan Personalitas dari Masing-Masing Organisasi
Kemanusiaan
Setiap Organisasi Internasional agar menjadi subyek Hukum Internasional
harus memiliki personalitas dan kecakapan hukum. Kita tentu sudah mengetahui
apa itu personalitas hukum bagi sebuah organisasi internasional. Dibawah ini
adalah beberapa contoh kecakapan yang dimiliki oleh sebuah organisasi
internasional
1. Mampu mendukung hak dan kewajiban internasional (capable of
possessing international rights and duties);

11

2. Mampu melakukan tindakan tertentu yang bersifat internasional (endowed
with the capacity to take certain types of action on international plane);
3. Mampu menjadi pihak dalam pembentukan perjanjian internasional (they
have related to capacity to treaties and agreements under international
law);
4. Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap pihak yang
melanggar kewajiban internasional (the capacity to make claims for
breaches of international law);
5. Memiliki kekebalan dari pengaruh/penerapan yurisdiksi nasional suatu
negara (the enjoyment of privileges and immunities from national
jurisdiction);
6. Dapat menjadi anggota dan berpartisipasi dalam keanggotaan suatu
organisasi internasional (the question of international legal personality
may also arise in regard to membership or participation in international
bodies)
ICRC sebagai organisasi internasional tentulah memiliki personalitas agar
bisa melakukan fungsinya secara penuh. Personalitas hukum ICRC dijamin penuh
dalam konvensi Jenewa tahun 1949. ICRC memiliki unique distinction yaitu
ICRC mampu secara langsung membuat hubungan dengan negara-negara
terutama negara yang sedang dilanda perang. Bagaimana dengan personalitas
dengan red crescent? Personalitas red crescent sama dengan personalitas yang
dimiliki oleh ICRC, hal ini karena pasal 38 Konvensi Genewa menyatakan.” As a
compliment to Switzerland, the heraldic emblem of the red cross on a white
ground, formed by reversing the Federal colours, is retained as the emblem and
distinctive sign of the Medical Service of armed forces. Nevertheless, in the case
of countries which already use as emblem, in place of the red cross, the red
crescent or the red lion and sun on a white ground, those emblems are also
recognized by the terms of the present Convention.” Sehingga baik ICRC maupun
Red Crescent bahkan Red Lion sebenarnya mempunyai personalitas hukum yang
sama. ICRC juga memiliki kecakapan kecakapan yang disebutkan di atas sehingga
makin jelaslah bahwa ICRC tersebut masuk ke dalam subyek Hukum

12

Intenasional. ICRC dapat disebut sebagai badan yang netral karena berada dalam
posisi unik yaitu sebagai badan non-pemerintah dan memiliki personalitas hukum
berdasarkan hukum internasional. Fakta bahwa secara fisik ICRC terdiri dari
orang-orang dan bukan dari Negara-negara menjamin bahwa keputusan
keputusannya tidak timbul dari keinginan untuk menguntungkan atau merugikan
salah satu dari pihakpihak yang bertikai dengan siapa ICRC harus berurusan.
Komposisi kewarganegaraan tunggal dari kalangan warga negara Swiss,
dipandang oleh negara-negara anggota memperkuat jaminan netralitas. Sedangkan
personalitas untuk gerakan gabungan atau IFRC International Federation of Red
Cross dan Red Crescent. adalah berdasarkan perjanjian Internasional.

2.4. Implementasi Peran dari Organisasi Kemanusiaan Terkait dengan
Konsep dan Tujuan Organisasi Kemanusiaan
2.4.1. Ruang Lingkup Kerja ICRC
1.

Dalam situasi konflik internasional dan non-internasional serta
selama masa transisi9, dan melaksanakan fungsinya dengan basis
hukum humaniter.

2.

Dalam berbagai situasi dimana ada kekerasan (violence) dengan
basis Statuta Pergerakan / Statute of the Movement10.

3.

Dalam situasi bencana alam, atau bencana teknologi, atau
pandemik, dapat dilakukan bersamaan dengan The Movement,
biasanya dalam situasi fase emergensi.

4.

Dalam berbagai situasi di mana diperlukan kontribusi dari agensiagensi humaniter, terutama dalam bidang Humaniter dan prinsipprinsipfundamentalnya.

9 “Do Wars ever end? The Work of the International Committee of the Red Cross when the guns
fall silent,” IRRC, No. 851, September 2003, pp 465-496
10Lihat Article 5.2(d) dan 5.3, Statute of the Movement.

13

2.4.2. Peran ICRC
2.4.2.1. Mengunjungi Tahanan Perang
Berdasarkan Konvensi Jenewa, komunitas internasional
memberi mandat kepada ICRC untuk mengunjungi tawanan perang
dan penduduk sipil yang ditahan dalam konflik bersenjata. ICRC
juga bisa mengunjungi tahanan dalam situasi kekerasan. Tujuan dari
kunjungan ICRC ini adalah untuk memastikan bahwa para tahanan,
dengan alasan apapun dari penahanan, diperlakukan dan diletakkan
dalam kondisi sesuai dengan hukum humaniter internasional atau
stan

dari

nternasional

lainnya,

terjaga

martabat

dan

hak

kemanusiaannya, mencegah terjadinya penyiksaan, dan memastikan
bahwa mereka mendapat jaminan secara hukum. Selain itu ICRC
juga

memperbaiki

mempertahankan

kondisi

di

kontakan

tempat
para

penahanan,
tahanan

dan

dengan

keluarga/saudaranya. Contohnya adalah ketika delegasi ICRC
mengunjungi unit khusus yang memperlakukan tahanan penderita
penyakit tuberculosis di Baku, Azerbajian
2.4.2.2. Melindungi Orang-Orang Sipil
Berdasarkan

Konvensi

Jenewa

dan

Protokol

Tambahannya, penduduk sipil dan orang-orang yang tidak ambil
bagian dalam pertempuran, dalam segala situasi, tidak dapat
dijadikan objek serangan dan harus dilindungi. Namun seringkali
prinsip ini dilanggar, dan sejak Perang Duniake II penduduk sipil
justru yang paling menderita karena akibat dan konsekuesi dari
perang. Usaha perlindungan yang dilakukan ICRC ditujukan untuk
kategori secara khusus, yaitu bagi mereka yang ditangkap dan
ditahan dalam situasi konflik bersenjata (internasional maupun noninternasional) dan dalam situasi kekerasan.

14

Kedua, penduduk sipil yang tidak atau sudah tidak ambil
bagian dalam pertempuran. Perhatian khusus kepada anak-anak
(perekrutan tentara anak-anak), wanita (kekerasan seksual), dan
lansia, orang cacat dan terlantar.
Sebagai contoh adalah kasus penggunaan tentara anakanak dalam Perang Kongo. Anak-anak berusia dibawah lima belas
tahun direkrut untuk kemudian berpartisipasi dalam secara aktif di
pertempuran. Anak-anak tersebut adalah anggota kelompok
bersenjata Union of Colongese Patriot (UPC) and Patriotic Force
for the Liberation of the Congo (FPLC), dibawah kepemimpinan
Thomas Lubanga Dyilo. ICRC secara imparsial membantu dengan
cara11 yaitu sebelum dan selama konflik mencegah rekrutmen anak
ke dalam pasukan bersenjata atau kelompok bersenjata (dengan
menginformasikan ratifikasi perjanjian-perjanjian internasional dan
adopsi regulasi terkait), melepaskan anak-anak yang sudah direkrut
oleh pasukan bersenjata atau kelompok bersenjata dan untuk
melindungi anak-anak yang ditahan dalam situasi konflik. Kedua,
selama dan setelah konflik, yaitu menyediakan dukungan reintegrasi
untuk anak-anak yang sebelumnya telah menjadi anggota kelompok
bersenjata atau pasukan bersenjata. Ketiga, yaitu dalam situasi
apapun, menyatukan dan mempertemukan anak-anak dengan
keluarga mereka.
2.4.2.3. Menyatukan keluarga yang terpisahkan karena perang
Perang dan bencana selain meninggalkan luka secara fisik,
dalam kekacauan, kepanikan, dan teror, anggota keluarga bisa
terpisahkan, dan selama bertahun-tahun dalam derita dan ketidak
pastian tentang nasib anak-anaknya, pasangan, atau orang tua.Salah
satu tantangan ICRC adalah merelokasi orang-orang dan membuat
11 ICRC, 2012, Child Soldiers and Other Children Associated with Armed Forces and Armed
Group, 2nd Edition, pp 1.

15

mereka bisa mengontak keluarganya. ICRC melalui ICRC’s Central
Tracing Agency and Partners melakukan berbagai usaha seperti
melacak orang-orang, menyampaikan pesan-pesan atau surat,
menyatukan kembali anggota keluarga yang hilang, dan mencari
tahu orang-orang yang masih hilang. Cara yang dilakukan bisa
melalui mengunjungi tawanan perang dan tahanan, mencari
informasi di tempat-tempat yang relevan, mendorong pihak-pihak
yang berwenang untuk meningkatkan transmisi informasi keluarga
dan menawarkan saran teknis untuk melakukannya.Selain itu juga
memastikan bahwa keluarga orang hilang yang tinggal dalam
penderitaan emosional ekstrim karena ketidak pastian orang yang
mereka cintai, menerima cukup dukungan psiko-sosial selama
menunggu jawaban.
2.4.2.4. Memastikan keamanan ekonomi
ICRC

dalam

mempromosikan

keamanan

ekonomi

bertujuan untuk memastikan bahwa rumah tangga dan masyarakat
yang terkena dampak konflik atau kekerasan bersenjata dapat
memenuhi kebutuhan esensial dan memelihara serta memulihkan
mata pencaharian berkelanjutan. Kegiatannya adalah distribusi
darurat makanan dan barang-barang rumah tangga yang penting
untuk program produksi pangan yang berkelanjutan dan mikroekonomi inisiatif. Kebutuan yang dibahas meliputi makanan, tempat
tinggal, akses keperawatan kesehatan dan pendidikan.
2.4.2.5. Air dan tempat tinggal
ICRC’s Water and Habitat Unit bertugas untuk memastikan
bahwa orang-orang dalam zona konflik memiliki akses air bersih
dan

memciptakan

atau

mempertahankan

lingkungan

hidup

berkelanjutan. Misi ini telah mengurangi kematian dan penderitaan
akibat kerusakan lingkungan atau gangguan terhadap suplai air. Ada

16

5 macam kegiatan yaitu suplai air (penyimpanan dan distribusi),
sanitasi (manajemen pembuangan dan ilmu lingkungan), listrik
( restorasi dan manajemen), konstruksi (perbaikan dan keamanan
struktur), dan penyediaan fasilitas sementara untuk masyarakat.
Sebagai contoh adalah pembangunan instalasi air keran di Rift
Valley, Kenya.
2.4.2.6. Kesehatan
Tujuan dari ICRC’s Health Unit adalah memberikan akses
perawatan kesehatan baik preventif maupun kuratif yang memenuhi
standar yang diakui secara universal, bagi orang-orang yang terkena
konflik. Tujuannya adalah untuk secara sementara menggantikan
Dinas Kesehatan Setempat.Perawatan Kesehatan ini meliputi
perawatan kesehatan di penjara, pertolongan pertama dan rumah
sakit, rehabilitasi fisik, dan perawatan kesehatan primer. Sebagai
contoh adalah unit perawatan kesehatan di Nahr el Bared, Lebanon
yang dibangun ICRC untuk menggantikan Palestine Red Crescent
Clinic yang hancur karena konflik Lebanon tahun 2007.
2.4.2.7. Kerjasama dengan National Society
ICRC bekerjasama dengan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Nasional serta dengan Federasi Internasional nya untuk
memastikan

respon

humaniter

yang

cepat,

rasional,

dan

berkelanjutan bagi korban perang atau kekerasan bersenjata.
2.4.2.8. Membangun

Penghormatan

terhadap

Hukum

Humaniter Internasional
ICRC melindungi korban perang dan korban kekerasan
bersenjata, dan menyediakan bantuan. ICRC Advisory Service
membantu

pemerintah/pihak

berwenang

untuk

memenuhi

kewajiban hukum (seperti dari Konvensi Jenewa 1949), dan

17

mengimplementasikan

perjanjian

internasional

dan

hukum

kebiasaan internasional dalam peraturan legislasi nasional, dan
segala

sesuatu

yang

berkaitan

dengan

Hukum

Humaniter

Internasional. Kedua adalah interaksi dengan pemegang-pemegang
senjata,

seperti

pasukan

bersenjata,

kelompok

bersenjata,

perusahaan militer yang memiliki pengaruh langsung terhadap
mereka. Ketiga, melalui program pendidikan untuk membangun
kesadaran terhadap hukum humani terbagi kaum muda. Kaum muda
adalah mereka yang secara langsung terlibat dalam kekejaman
perang, dan sebagai calon pemimpin masa depan, pembuat opini,
tentara, dan polisi. Hal ini bertujuan agar kaum muda familiar
dengan hukum humaniter internasional dan aksi humaniter.
Program Exploring Humanitarian Law bagi kaum remaja telah
diterapkan dan universitas di 70 negara.
2.4.2.9. Memelihara fasilitas kesehatan
The Health Care in Danger Campaign adalah kampanye
yang dipimpin oleh ICRC yang bertujuan untuk mengatasi dampak
meluas dari tindakan illegal dan kekerasan yang menghambat
pengiriman bantuan kesehatan, merusak dan menghancurkan
fasilitas dan kendaraan kesehatan, dan melukai atau membunuh
petugas kesehatan dan pasien dalam konflik bersenjata dan keadaan
darurat lainnya.
2.4.2.10. Aktivitas-aktivitas lain
Aktivitas lain dari ICRC meliputi aksi untuk mengurangi
efek dan kontaminasi dari senjata terhadap penduduk sipil,
mempromosikan dan menjaga hukum humaniter internasional
dengan ratifikasi, monitoring pemenuhan dan implementasinya,
penyebaran

dan

kontribusi

dalam

mengembangkan

hukum

humaniter internasional, mengembangkan riset sosial stu di dalam

18

hukum humaniter internasional, mengembangkan hukum humaniter
internasional dengan menjaga relasi dengan Negara-negara, bukan
Negara (non-state actors), dan organisasi internasional melalui
dialog tentang isu-isu humaniter.

2.4.1. Peran Red Crescent
Red Crescent Society adalah organisasi internasional yang bergerak
di bidang kemanusiaan khususnya humaniter. Red Crescent Society yang
berdiri dibawah International Federation of Red Cross and Red Crescent
memiliki peran dalam menjalankan tugasnya, yaitu mencegah dan
meringankan penderitaan manusia melalui kegiatan Palang Merah dan Red
Crescent Society Nasional yang merupakan sumbangan untuk perdamaian.
Dalam menjalankan fungsinya, Red Crescent Society memberikan bantuan
kepada korban bencana alam dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan,
serta para pengungsi di luar daerah pertikaian. Bulan Sabit Merah pada
umumnya dimiliki oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, seperti Malaysia, Turki, Pakistan dan sebagainya.
Penjelasan peran Red Crescent Society adalah sebagai berikut:
a. memberikan bantuan darurat kepada negara, khususnya negara
Islam, di bidang kesehatan seperti pelayanan kesehatan, pelatihan
Pertolongan Pertama Pada Korban (P3K), melatih tenaga
perawat, transfusi darah, dan bantuan sosial lainnya
b. dalam situasi perang, berperan dalam membantu tawanan,
pengungsi dan kaum interniran.
c. untuk

mempromosikan

prinsip-prinsip

dan

nilai-nilai

kemanusiaan
d. untuk mendukung masyarakat nasional khususnya negara-negara
islam dengan kesiapsiagaan bencana melalui pendidikan anggota
sukarela dan penyediaan peralatan dan pasokan bantuan

19

e. untuk mendukung proyek-proyek kesehatan setempat
f. untuk mendukung masyarakat nasional dengan pemuda-kegiatan
yang berhubungan dengan sosial
Pada pengaplikasiannya, Red Crescent Society telah berkecimpung
berbagai macam permasalahaan di bidang humaniter, contohnya adalah
sengketa di Iran mengenai Jalur Gaza, Red Crescent Society yang turun
langsung dalam menangani warga Palestina yang menjadi korban rezim
Israel.

20

BAB 3
KESIMPULAN

Isu mengenai lambang palang merah yang digunakan oleh ICRC dan
national society pada dasarnya tidak memiliki isu keberpihakan ada suatu agama
tertentu, netral, imparsial, dan universal. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, timbul berbagai masalah seperti Turki dengan lambang bulan sabit merah,
Persia dengan lambang singa dan matahari merah, Siam dengan lambang bara api
merah, dan Israel dengan lambang red shield of David (hexagram). Akhirnya,
lambang yang diakui adalah palang merah, bulan sabit merah, dan singa dan
matahari merah sebagaimana tertulis dalam artikel 38 Konvensi Jenewa 1949.
Lambang singa dan matahari merah lambat laun hilang dan tidak pernah
digunakan meskipun secara internasional diakui oleh Konvensi Jenewa. Meskipun
terdapat lambang yang berbeda, namun tetap ada kesatuan dan keorganisasian
dalam kinerja, serta prinsip-prinsip dasar yang tetap diaplikasikan. Lambang baru
yaitu Red Crystal telah diadopsi dengan Protokol Tambahan Ketiga, yang sudah
berlaku mengikat pada tahun 2007, mengakomodasi negara-negara yang tidak
bisa menggunakan lambang palang merah atau bulan sabit merah.
Bentuk dari ICRC dan IFRC adalah organisasi internasional yang bersifat
privat, karena tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi organisasi publik.
Meskipun didirikin berdasarkan perjanjian internasional tetapi obyek-obyek yang
mendirikannnya adalah badan perseorangan bukan negara-negara seperti pada
umumnya organisasi internasional publik. Kemudiaan keduanya personalitas yang
dimiliki oleh ICRC maupun IFRC bahkan ICRC memiliki unique distinction yaitu
dapat segera berhubungan langsung dengan negara negara yang sedang terlibat
krisis kemanusiaan.
Peran ICRC meliputi situasi konflik bersenjata internasional dan noninternasional, situasi kekerasan bersenjata, dan situasi lain dimana diperlukan
kontribusi agensi-agensi humaniter. ICRC dalam melaksanakan tugas meliputi
mengunjungi tahanan, melindungi penduduk sipil, menyatukan kembali anggota
21

keluarga yang terpisah, memastikan keamanan ekonomi, air dan lingkungan,
kesehatan, kerja sama dengan national societies membangun penghormatan
terhadap hukum humaniter internasional, menjaga dan memelihara fasilitas
kesehatan dan aktivitas lainnya. Peran National Society baik Palang Merah
Nasional maupun Bulan Sabit Merah Nasional pada dasarnya sama, hanya
lingkupnya berfokus terutama pada daerah setempat, tetapi bisa melakukan
pergerakan membantu negara lain dalam National Movement.

22

23