APBN KITA Kinerja dan fakta

APBN KITA
(Kinerja dan fakta)
Edisi Desember 2017

1

Realisasi APBN per 30 November 2017

Ekonomi makro masih sejalan
Dengan yang ditetakan dalam
apbnp 2017

Pemerintah optimis realisasi
belanja APBNP 2017 dapat
dioptimalkan

5,03%

2,87%

Pertumbuhan


Inflasi

1.749 T

83%

ekonomi (sampai Q3)

(sampai November 2017)

Realisasi belanja

Persentase dari

Penyerapan belanja

(yoy)

(ytd)


pemerintah pusat

APBNP 2017

kementerian Negara/

5,0%

13.370

Rata-rata tingkat

Rata-rata nilai

suku bunga

tukar Rupiah

SPN 3 Bulan (sampai


(Rp/US$) sampai

November 2017)

November 2017

50,3

796,9

Rata-rata ICP (USD/

Lifting Minyak (ribu

barrel) (Sampai

barrel/hari)

November 2017)


sampai Oktober 2017)

8,6%
Lembaga (Lebih tinggi

(Rupiah)

dari periode yang sama
tahun 2016 yaitu 5,8%)

Belanja Kementerian tersebut sebagian
diantaranya diwujudkan
dalam pembangunan dan program prioritas
pemerintah sebagai berikut:

1.126,6
Lifting Gas (ribu barrel

611 km jalan baru


364,4 ribu mahasiswa

91,7 juta masyarakat miskin

setara minyak/hari)

24,5 km jalan tol

memperoleh penyaluran

mendapat premi jaminan

sampai Oktober 2017

6.110 m jembatan

dana program bidik misi.

kesehatan selama 10 bulan


3 bandara di Kalimantan

Bantuan bidik misi untuk

peningkatan, pengadaan, dan

Utara, Papua, dan Papua

339,3 ribu

penggantian Alutsista

Barat, serta melanjutkan

mahasiswa dan bantuan

sebanyak 2,0 juta unit,

pembangunan 8 bandara


operasional perguruan

termasuk pengadaan

lainnya.

tinggi.

kendaraan tempur dan

Realisasi belanja pemerintah
pusat ditopang dengan capaian
penerimaan APBN

983,5 T

266,7 T

Total Penerimaan


Total Penerimaan

Pajak mencapai 76,63% dari

Negara Bukan Pajak

target APBNP 2017 (Rupiah)

mencapai 102,5%

kendaraan taktis.

dari target APBNP

141,6 T

2017 (Rupiah)

Total Penerimaan Bea dan

Cukai (Rupiah)

Realisasi Pembiayaan Pemerintah
dilakukan secara terukur

410,4 T
Penerbitan/penarikan
utang netto (Rupiah)

Kartu Indonesia Pintar

PKH untuk 5,99 juta

Tahap I untuk 16,4

keluarga penerima manfaat,

juta siswa,

penyaluran


pembangunan/rehab

dana BOS untuk 7,5 juta

ruang kelas 36,3 ribu

siswa, serta 5,99 juta

unit.

keluarga menerima bantuan

491 unit Almatsus.

pangan non tunai untuk
keluarga penerima manfaat.

89,8%
Persentasi Penerbitan/penarikan

utang terhadap target pembiayaan
netto

2

RINGKASAN EKSEKUTIF

PELAKSANAAN APBN-P 2017 TERJAGA:
REALISASI BELANJA SEIMBANG DENGAN PENERIMAAN

Pemulihan ekonomi global dan domestik mendukung pencapaian target
APBN-P 2017. Pulihnya kinerja sektor eksternal dan akselerasi investasi khususnya
percepatan pembangunan infrastruktur dan paket-paket kebijakan ekonomi yang
ditempuh pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan III 2017. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 tercatat 5,06% (yoy),
meningkat dibandingkan dua triwulan terakhir yang masing-masing sebesar
5,01% (yoy). Sementara itu, stabilitas harga dan nilai tukar juga terjaga didukung
koordinasi yang baik antara Pemerintah dengan Bank Indonesia melalui
pengendalian inflasi volatile food dan menjaga sentimen positif di pasar
keuangan domestik. Inflasi tercatat sebesar 2,87% (ytd) per November 2017.
Sementara rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS mencapai Rp13.370 (ytd)
per November 2017. Hal ini selanjutnya berimplikasi pada penurunan suku bunga
SPN 3 bulan hingga mencapai 4,80%. Searah dengan membaiknya perekonomian
global, harga minyak mentah pun meningkat. Rata-rata Indonesian Crude Price
(ICP) hingga November 2017 mencapai US$50,3 per barel. Peningkatan harga ICP
diharapkan memberikan insentif terhadap peningkatan lifting minyak dan gas yang
hingga September 2017 lalu tercatat masing-masing sebesar 797 ribu barel perhari
dan 1,12 juta barel setara minyak perhari.
Pemerintah optimis realisasi belanja APBN-P 2017 dapat dioptimalkan.
Realisasi belanja sampai dengan 30 November 2017 tercatat Rp1.749,54 trilun
atau 83% dari outlook APBN-P 2017. Penyerapan belanja ini tumbuh 8,6% atau
lebih tinggi dari realisasi periode yang sama pada tahun 2016 sebesar 5,8%. Belanja
tersebut sebagian diantaranya diwujudkan dalam pembangunan dan program
prioritas pemerintah sebagai berikut:
1.

16,4 juta siswa telah mendapatkan manfaat penyaluran Kartu Indonesia Pintar
(KIP);

2.

7,5 juta siswa telah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS);

3.

1,2 juta keluarga penerima manfaat telah menerima Bantuan Pangan Non
Tunai;

4.

364,4 ribu mahasiswa telah mendapatkan dana dari program Bidik Misi;

5.

91,7 juta masyarakat telah mendapatkan manfaat dari program JKN-KIS;

6.

5,99 juta keluarga penerima manfaat telah menerima penyaluran PKH;

7.

14,2 juta keluarga penerima manfaat telah menerima subsidi pangan;

3

8. Pembangunan dan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan
alat material khusus (almatsus), seperti Alat Apung, Kapal Perang RI, Kapal
Latih, dan Kendaraan Tempur/Kendaraan Taktis, yang tersebar di Kemenhan
dan Polri;
9. Jalan baru yang telah dibangun sepanjang 611 km, jalan tol 24,5 km, dan
jembatan 6.110 m;
10. 3 bandara siap dioperasikan, yakni di Kalimantan Utara, Papua, dan Papua
Barat. Sedangkan 8 bandara lainnya sedang dalam pembangunan.
Realisasi belanja pemerintah pusat seimbang dengan capaian penerimaan APBN.
Pendapatan negara, yang terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak (PNBP), sampai dengan 30 November 2017 tumbuh 6% dibandingkan
tahun lalu dan telah terkumpul Rp1.391,8 triliun. Realisasi penerimaan
negara tersebut berasal dari setoran perpajakan Rp1.125,1 triliun dan sisanya
Rp266,7 triliun merupakan setoran PNBP yang melebihi target APBNP 2017
(102,5% dengan pertumbuhan 22,1%). Penerimaan pajak dalam negeri hingga
November 2017 mencapai Rp1.090,6 triliun atau 75,9% dari target APBN-P
2017 ditunjang pertumbuhan positif di hampir semua jenis pajak. Total
penerimaan PPh non Migas sampai 30 November 2017 mencapai Rp514,1 triliun.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya periode yang sama maka pertumbuhan
diluar tax amnesty sebesar 8,32%. Dampak tax amnesty juga terlihat dengan
tingginya pertumbuhan pada segmen PPh Orang Pribadi peserta Amnesti Pajak
yang telah melampaui penerimaan 2016. Kenaikan harga minyak dunia berdampak
positif terhadap kenaikan PPh Migas yang realisasinya telah mencapai 113%.
Sementara itu, di sisi penerimaan Bea dan Cukai sampai dengan November 2017
terealisasi sebesar Rp141,6 triliun atau 74,8% dari target APBN-P 2017. Penerimaan
ini terdiri dari penerimaan bea masuk dan bea keluar sebesar Rp34,5 triliun dan
penerimaan cukai sebesar Rp107,1 triliun. Kenaikan bea masuk bersumber dari
meningkatnya impor bahan baku dan bahan penolong seiring dengan pemulihan
ekonomi domestik. Sementara, bea keluar juga meningkat melampaui target
didorong oleh kenaikan harga CPO dan ekspor beberapa komoditas utama.
Realisasi Pembiayaan Pemerintah dilakukan secara terukur. Hingga
bulan November 2017, Pemerintah telah merealisasikan pembiayaan utang netto
sebesar Rp415,0 triliun (97,2% dari target outlook APBNP) atau secara gross
mencapai Rp740,9 triliun, searah dengan gross utang untuk membiayai defisit
2,67% dari PDB. Realisasi pembiayaan utang gross tersebut bersumber dari :
1.

Pembiayaan APBNP yang berasal dari penerbitan Surat Utang Negara
berjumlah Rp516,4 triliun yang digunakan untuk mendukung pembiayaan belanja
prioritas APBN seperti belanja modal, transfer ke Daerah dan Dana Desa, serta
pembangunan sumber daya manusia melalui anggaran pendidikan dan
kesehatan.

2.

Penerbitan SUKUK

sebesar Rp192,5 triliun yang sebagian
diantaranya
digunakan untuk berbagai proyek seperti pembangunan jalan dan
jembatan, pembangunan infrastruktur untuk pengendalian banjir dan
drainase, revitalisasi dan pengembangan asrama haji, pembangunan/
rehabilitasi gedung KUA, serta pembangunan Perguruan Tinggi Keagamaan.

4

3. Realisasi pembiayaan APBNP melalui penarikan pinjaman sebesar Rp32 triliun
yang antara lain digunakan untuk melanjutkan pembangunan jalan bypass di
Padang dan perluasan jalan tol Cisumdawu fase 1.
Selanjutnya, pembiayaan investasi sampai dengan November 2017 tercatat
sebesar Rp6 triliun dari Rp59,73 triliun yang dialokasikan pada APBN-P 2017
dengan tujuan diantaranya sebagai berikut:
1.

Pembangunan 78 Proyek Strategis Nasional terdiri dari 43 ruas tol, 1
pelabuhan, 6 infrastruktur kereta api, dan 27 bendungan, yang pengadaan
tanahnya dibiayai Pemerintah melalui Lembaga Manajemen Aset Negara
(LMAN).

2. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp1,5 triliun
dengan target kredit kepemilikan rumah (KPR) masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) sebanyak 40.000 unit.
3. Proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek prioritas, atau
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) antara lain proyek
Palapa Ring Paket Tengah dan Timur dan pembiayaan proyek jalan tol
Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Secara umum, pelaksanaan APBN-P 2017 berada pada jalur yang tepat. Pemulihan
ekonomi yang terus berlanjut di tengah stabilitas makroekonomi yang terjaga
meningkatkan optimisme pencapaian kebijakan iskal pada tahun 2017. Pemerintah
akan terus berupaya menjaga sustainabilitas iskal dengan tetap memantau dan
mempersiapkan mitigasi terhadap berbagai potensi risiko.

5

REalisasi APBNP 2017

Perkembangan realisasi apbnp 2017
per 30 november 2017

6

Kondisi Ekonomi Membaik, Realisasi APBN 2017 Terjaga

Ekonomi Global Pulih, Domestik membaik
ulai membaiknya kinerja pertumbuhan ekonomi negara
maju seperti Amerika Serikat, Jepang, serta di Kawasan
Eropa turut mendorong meningkatnya permintaan
global dan memberikan dampak positif terhadap kinerja
Perekonomian. Sejak kuartal IV 2014 hingga kuartal III 2016,
pertumbuhan ekspor mengalami kontraksi, namun sejak kuartal
IV 2016 hingga kuartal III 2017, kinerja ekspor kembali mencatat
pertumbuhan positif. Membaiknya kondisi ekonomi mitra-mitra
dagang utama Indonesia, serta perbaikan harga komoditas di
pasar global turut menjadi faktor meningkatnya kinerja ekspor
Indonesia. Pertumbuhan ekspor secara kumulatif (Januari –
Oktober 2017) tumbuh sebesar 17,6 persen dengan nilai total
USD138,5 miliar, dan diperkirakan akan tetap tinggi sampai dengan
akhir tahun 2017. Peningkatan kinerja ekspor serta membaiknya
harga komoditas akan berpengaruh positif terhadap pencapaian
target penerimaan negara, khususnya penerimaan perpajakan
dari sektor-sektor yang berorientasi ekspor serta Penerimaan
Negara bukan Pajak.

M

5.03%
Pertumbuhan ekonomi
sampai kuartal III 2017

Setelah mengalami tren penurunan sejak 2012 dan mencapai
titik terendah di 2015, pertumbuhan ekonomi dalam negeri
mulai mengalami perbaikan. Di tahun 2017, pertumbuhan
ekonomi meningkat dari 5,01 persen (yoy) di kuartal I menjadi
5,06 persen (yoy) di kuartal III. Secara kumulatif dari triwulan I
sampai triwulan III 2017, perekonomian nasional tumbuh
sebesar 5,03 persen (ytd). Sumber kenaikan pertumbuhan
ekonomi di 2017 terutama bertumpu pada perbaikan kinerja
investasi dan ekspor. Sepanjang tahun 2017, pertumbuhan
investasi (PMTB) mengalami peningkatan yang antara lain
didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur dan
paket-paket kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah.
Peningkatan investasi tersebut juga ditunjukan
oleh
peningkatan pertumbuhan sektor konstruksi, serta PMA
maupun PMDN yang terus meningkat.
Dari sisi stabilitas, perekonomian Indonesia mencatat
kinerja yang sangat baik, terutama tercermin pada stabilitas
tingkat harga dan nilai tukar. Hingga akhir November
tahun 2017, tingkat inlasi dapat dijaga pada kisaran 2,87
persen (ytd) dan 3,30 persen (yoy). Stabilitas inflasi
yang cukup rendah tersebut terutama didorong oleh
penurunan
yang cukup signifikan pada komponen
inflasi komponen bergejolak (volatile food) yang
pada

7

periode sebelumnya menjadi faktor penting terhadap gejolak inflasi. Pada saat
yang sama, komponen inflasi inti juga dapat dijaga stabil pada kisaran 3 persen.
Keberhasilan menjaga inlasi ini t idak terlepas d ari s emakin kuatnya koordinasi
kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil dalam menjaga stabilitas harga, melalui
kegiatan monitoring, menjaga pasokan, dan upaya menanggulangi praktekpraktek kurang sehat di pasar.
Sampai akhir bulan November 2017, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap
Dollar AS mencapai Rp13.370/US$. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2017 antara lain kinerja
perekonomian nasional yang relatif baik didukung oleh terjaganya tingkat inflasi,
positifnya neraca pembayaran, terkendalinya defisit transaksi berjalan, dan
peningkatan sovereign rating ke investment grade (BBB-) oleh S&P yang
berdampak positif bagi arus modal asing ke dalam negeri. Sementara dari sisi
eksternal kebijakan normalisasi The Fed, rebalancing ekonomi Tiongkok, dan
ketidakpastian permasalahan geopolitik turut berpengaruh terhadap pergerakan
nilai tukar rupiah. Sejalan dengan stabilitas inflasi pada tingkat yang rendah dan
pergerakan nilai tukar yang cukup stabil suku bunga dalam negeri turut
mengalami tren menurun, termasuk suku bunga SPN 3 bulan. Hingga akhir
November 2017 suku bunga SPN 3 bulan mencapai 4,80 persen.
Komponen lain yang cukup penting diperhatikan dalam pengelolaan APBN
adalah harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price). Sebagaimana
pergerakan harga minyak mentah dunia dan harga komoditas global pada
umumnya, rata-rata ICP selama tahun 2017 menunjukkan tren meningkat
dibanding rata-rata tahun sebelumnya. Pada semester I 2017, terjadi tren
penurunan akibat peningkatan pasokan minyak dunia dan sumber energi alternatif,
namun harga minyak kembali meningkat seiring (i) peningkatan permintaan, (ii)
beberapa permasalahan pada sisi pasokan, serta (iii) penurunan cadangan minyak
dunia. Rata-rata ICP hingga November 2017 mencapai US$50,28 per barel.
Perkembangan tersebut tentu memberikan dampak positif bagi penerimaan
APBN yang bersumber pada penerimaan SDA migas. Peningkatan harga ICP
diharapkan memberikan insentif terhadap peningkatan lifting minyak dan gas
yang hingga Oktober 2017 tercatat masing-masing sebesar 796,9 ribu barel
perhari dan 1.126,6 ribu barel setara minyak perhari.

8

Penerimaan PPN Dalam Negeri Tumbuh 13.77% Tunjukkan
Output Ekonomi Meningkat
ampai dengan November 2017, Penerimaan Perpajakan telah
mencapai Rp1.125,1T atau sekitar 76,4% dari target APBNP
2017 dengan pertumbuhan yoy sebesar 2,8%, lebih tinggi
dibandingkan penerimaan pada November 2016. Pencapaian
seluruh jenis pajak (yoy) menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik. Penerimaan PPN & PPnBM tumbuh 15,2%, PPh Migas tumbuh
48,6%, Cukai tumbuh 4,2%, Bea Keluar tumbuh 30,7% dan Bea
Masuk tumbuh 9,2%.
Beberapa jenis pajak yang tumbuh cukup kuat di antaranya
adalah PPh Badan, PPh Orang Pribadi, PPN Dalam Negeri, dan PPh
Final 1% (PP 46/2013). Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi di
segmen PPh Orang Pribadi sehingga secara nominal penerimaan di
segmen ini sudah melampaui realisasi setahun 2016. Peningkatan
penerimaan ini terutama terjadi pada segmen pembayar pajak
orang pribadi peserta Amnesti Pajak.

76.4% S
Penerimaan perpajakan
sampai dengan
November 2017.

Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi di segmen PPh Final bagi
Wajib Pajak dengan Penghasilan Bruto Tertentu (PPh Final 1%).
Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya kontribusi sektor
UMKM dan adanya perkembangan yang sehat di sektor ini.
Demikian halnya dengan PPN/PPnBM. Penerimaan PPN/
PPnBM mengalami peningkatan sejalan dengan naiknya kinerja
konsumsi domestik. Indikator pendukung meningkatnya konsumsi
antara lain naiknya penjualan listrik dan mobil, meningkatnya uang
beredar, dan belanja pegawai. Sementara itu, penerimaan PPh
Migas mengalami pertumbuhan yang signiikan, bahkan melebihi
target dalam APBNP 2017, seiring dengan membaiknya harga
komoditas dan harga ICP (Indonesian Crude Oil). Kenaikan harga
ICP antara lain disebabkan gangguan geopolitik di Irak Utara yang
mengganggu kapasitas ekspor minyak mentah Irak.

9

Secara sektoral, sampai dengan November 2017 terdapat 5
sektor yang menyumbang penerimaan pajak terbesar berturutturut
yaitu
sektor
manufaktur,
perdagangan,
jasa
Pertumbuhan secara agregat keuangan, konstruksi, dan pertambangan. Kelima sektor
utama tersebut berkontribusi sebesar 76% dari total
seluruh sektor utama.
penerimaan pajak 2017. Seluruh sektor utama tumbuh positif,
secara agregat mencapai 16,59%.
Pertumbuhan
tertinggi
dicatatkan
oleh
sektor
Pertambangan yang tumbuh
33,8% seiring dengan membaiknya harga komoditas tambang.
Sementara itu, 2 sektor terbesar yaitu Industri Pengolahan
(manufaktur) dan Perdagangan tumbuh positif masingmasing sebesar 17,12% dan 21,54%.

16.59%

Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan
memberikan indikasi yang positif terhadap kondisi perekonomian
secara umum. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan
penerimaan pajak yang sifatnya transaksional (aktivitas tahun
berjalan) seperti PPN Impor, PPh Pasal 22 Impor, dan PPN Dalam
Negeri (Masa).

Khusus untuk sektor Perdagangan, pertumbuhan yang cukup
signiikan juga terjadi pada jenis pembayaran PPh Final 1%.
Pergerakan harga komoditas, khususnya komoditas tambang,
yang cenderung menguat di pasar internasional menjadi
salah satu pendorong peningkatan kinerja penerimaan sektor

10

Pertambangan.
Hampir
seluruh
sub-sektor
pertambangan
tumbuh
signifikan, khususnya sektor batu bara yang tumbuh hingga 71,26%.
Selain penerimaan dari pajak, penerimaan perpajakan berupa kepabeanan
dan cukai juga berkontribusi terhadap pendapatan negara. Penerimaan
kepabeanan dan cukai sampai dengan November 2017 adalah Rp141,6T atau
74,8% dari target APBNP 2017 sebesar Rp189,1T. Capaian penerimaan ini
tumbuh 5,8% dibanding periode yang sama tahun 2016 (yoy). Penerimaan
kepabeanan dan cukai didominasi oleh penerimaan dari cukai, dimana porsi
terbesar cukai berasal dari penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) yaitu 78%
dari total penerimaan cukai.

Penerimaan Cukai Sampai November 69,9% APBNP 2017

69,9%
Penerimaan cukai
sampai November 2017.

enerimaan cukai sampai dengan November 2017
mencapai Rp107,1T atau 69,9% dari target APBNP dengan
peningkatan 4,2% dibanding tahun 2016 (yoy). Tarif cukai
rokok yang naik rata-rata 10,54%, telah mempengaruhi
penerimaan cukai tahun ini walaupun terjadi penurunan
produksi rokok, terutama perusahaan rokok Golongan I yang
turun sebesar 0,99% dibanding tahun 2016 (yoy). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa para pengusaha rokok mulai
menyesuaikan atau merubah cara pandangnya yaitu dengan
lebih mengefisienkan produksi ketimbang memperbanyak hasil
produksinya. Selain itu, kesadaran masyarakat yang semakin
meningkat akan kesehatan dan bahaya merokok akibat
gencarnya kampanye kesehatan pemerintah dan LSM, menjadi
salah satu penyebab penurunan permintaan rokok.
Kontributor
penerimaan
kepabeanan
dan
cukai
lainnya disumbang oleh penerimaan bea masuk (BM)
yang hingga November 2017 telah mencapai Rp31T atau
93,1% dari target APBNP 2017 atau tumbuh 9,2%. Capaian
penerimaan BM salah salah satunya dipengaruhi devisa impor
yang mencapai USD119,6 M atau tumbuh 17,23%. Importasi
bahan baku dan bahan baku penolong masih menjadi
penyumbang pertumbuhan devisa terbesar (10,4%), disusul
barang modal (2,9%) dan barang konsumsi (3,9%). Tingginya
importasi bahan baku dan penolong menjadi sinyal positif
bahwa geliat industri dalam negeri akan terus berlanjut.
Sementara itu, penerimaan bea keluar (BK) telah
berhasil melampaui target APBN-P 2017 sebesar Rp2,7T, yaitu
sebesar Rp3,5T atau sekitar 129,3% pada November 2017 dan
mengalami kenaikan 30,7% dibanding realisasi tahun 2016 (yoy).
Kinerja BK ini utamanya dipengaruhi
oleh
tambahan
penerimaan (windfall) BK sebesar Rp390 miliar sebagai
akibat dari kenaikan harga CPO dunia di kuartal I tahun 2017
yang melebihi harga patokan ekspor bea keluar sebesar USD 750.
Komoditas CPO sendiri telah menyumbang Rp543,2 miliar
untuk penerimaan BK sampai dengan November 2017.
Kemudian PT. Freeport yang memaksimalkan perpanjangan ijin
ekspornya dengan sumbangan BK sebesar Rp150 miliar, serta
kontribusi komoditas nikel dan bauksit sebesar Rp193 miliar.

P

11

Realisasi Belanja Negara Capai Rp1.749,5 triliun Memacu
Ekonomi Domestik
ealisasi Belanja Negara sampai dengan 30 November
2017 telah mencapai Rp1.749,5 triliun (83% dari outlook
APBNP). Realisasi ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat
sebesar Rp1.049,7 (78,2%) dan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa sebesar Rp699,7 triliun (92,6%).
Realisasi tahun 2017 sampai dengan 30 November 2017
tersebut terdiri dari Belanja K/L Rp 595,2 triliun (77,4 % dari
outlook APBNP 2017) dan Belanja non K/L Rp 454,5 triliun (79,2
% dari outlook APBNP 2017). Realisasi Belanja non K/L tahun
2017 diantaranya terdiri dari: pembayaran bunga utang
sebesar Rp210,5 triliun, subsidi sebesar Rp 130,7 triliun, dan
belanja lain-lain sebesar Rp 8,0 triliun.
Penyerapan Belanja Kementerian Negara/Lembaga tumbuh
8,6 % atau lebih tinggi dari realisasi periode yang sama 2016
sebesar 1,8 %. Realisasi belanja bantuan sosial terus membaik
dan mencapai 92,4 % dari outlooknya, terutama terkait dengan
penyaluran premi kesehatan selama 9 bulan, dan Program
Keluarga Harapan (PKH) untuk 6 juta keluarga penerima manfaat
Belanja Kementerian Negara/Lembaga sampai dengan 30
November 2017 mencapai Rp 595.218,1 miliar atau 77,4 persen dari
outlook APBNP tahun 2017. Beberapa hal yang mempengaruhi
tingkat penyerapan tersebut antara lain: (1) percepatan
pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan (2) pencairan
berbagai program perlindungan sosial (KIP, KIS, dan PKH).
Tingkat penyerapan belanja K/L sampai dengan November 2017
secara nominal lebih tinggi, namun presentase penyerapan lebih
rendah dibandingkan dengan tingkat penyerapan 2016 (setelah
penghematan tahap 2).

83% R
Realisasi Belanja Negara
sampai dengan 30
November 2017

12

Selanjutnya, untuk capaian output atas pelaksanaan anggaran
di beberapa K/L sampai dengan bulan November 2017 dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Jalan baru yang telah dibangun sepanjang 611 km, jalan tol
24,5 km, dan jembatan 6.110 m (KemenPUPR);
2. 3 bandara siap dioperasikan, yakni di Kalimantan Utara,
Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 8 bandara lainnya sedang
dalam pembangunan (Kemenhub);
3. 16,4 juta siswa telah mendapatkan manfaat penyaluran Kartu
Indonesia Pintar (KIP) (Kemendikbud & Kemenag);
4. 7,5 juta siswa telah menerima dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) (Kemenag);
5. 1,2 juta keluarga penerima manfaat telah menerima Bantuan
Pangan Non Tunai (Kemensos);
6. 364,4 ribu mahasiswa telah mendapatkan dana dari program
Bidik Misi (Kemenag & Kemenristekdikti);
7. Masyarakat yang mendapatkan manfaat dari program JKNKIS sebanyak 91,7 juta (Kemenkes);
8. Penyaluran PKH untuk 5,99 juta keluarga penerima manfaat;
9. Pembangunan dan pengadaan alat utama sistem persenjataan
(alutsista) dan Almatsus, seperti Alat Apung, Kapal Perang RI,
Kapal Latih, dan Kendaraan Tempur/Kendaraan Taktis, yang
tersebar di Kemenhan dan Polri.

Realisasi Transfer Daerah Capai 94.90%

94.9% R

ealisasi penyaluran Dana Transfer Umum (dana yang bebas
penggunaannya) sampai November 2017 mencapai Rp468,8
triliun (94,9%). Dari penyaluran DTU tersebut 25%
diarahkan untuk membiayai belanja infrastruktur publik.

Realisasi penyaluran
Dana Transfer Umum
(DTU) sampai dengan
November 2017

Sampai dengan November 2017, dari total 536 daerah yang
sudah menyampaikan laporan belanja infrastruktur, sebanyak
229 daerah sudah menganggarkan minimal 25% Dana Transfer
Umum untuk belanja infrastruktur.
DAK Fisik dialokasikan dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus, terutama dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat,
yang selaras dengan prioritas nasional yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Berdasarkan hasil monitoring, diperoleh data realisasi
penyaluran tertinggi pada bidang Jalan, bidang Pendidikan, dan
bidang Sanitasi yaitu masing-masing telah mencapai 79% dari
pagu, sedangkan yang terendah adalah bidang Energi Skala Kecil
yang baru mencapai 59%. Apabila dilihat dari nominal
penyaluran, maka bidang Jalan merupakan yang tertinggi yaitu
Rp15,6T. Penyaluran DAK Non fisik bidang Pendidikan sampai 30

November 2017 diharapkan dapat membantu:

13

Penyaluran DAK Nonisik Bidang Pendidikan sampai dengan
30 November 2017 diharapkan dapat membantu:
a. meringankan beban biaya pendidikan bagi 46,61 juta siswa
(SD/SMP/SMA/SMK) selama 9 bulan
b. meringankan beban biaya masyarakat atas pendidikan
usia dini bagi 5,59 juta peserta didik untuk 12 bulan
c. meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja 1,7 juta guru
PNSD untuk 9 bulan serta memberikan kompensasi atas
kesulitan hidup 41 ribu guru dalam melaksanakan tugas di
daerah khusus untuk 9 bulan
Penyaluran DAK Nonisik Bidang Kesehatan yakni BOK dan
BOKB diharapkan dapat meringankan beban biaya pelayanan
kesehatan di 9,7 ribu Puskesmas dan 4,8 ribu Balai Penyuluhan
KB untuk 6 bulan.
Penyaluran DAK Nonisik Kependudukan dan Ekonomi
diharapkan dapat menjamin keberlanjutan Sistem Administrasi
Kependudukan di 542 daerah dan meningkatkan kapasitas 25,0
ribu SDM koperasi dan UKM.

Dana Insentif Daerah Telah Disalurkan 100%
ana Insentif Daerah (DID) dialokasikan dengan tujuan untuk
memberikan penghargaan atas pencapaian kinerja tertentu.
Pagu DID Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp7,5 triliun telah
disalurkan 100%.
Daerah yang mendapatkan DID tahun 2017 sebanyak 317
daerah yang terdiri dari 21 Provinsi, 64 Kota, dan 232 kabupaten.
DID digunakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.
Berdasarkan laporan sementara yang diterima, DID sebagian
besar digunakan untuk urusan pekerjaan umum dan penataan
ruang, urusan kesehatan, dan urusan pendidikan.

100% D
Realisasi Dana Insentif
Daerah (DID)

14

Pemerintah telah Salurkan Dana Desa Rp 54,97
triliun Untuk Pacu Ekonomi Desa

94.5%
Persentase penyaluran
RKUN ke RKUD dari
total Dana Desa

ana Desa dianggarkan Rp60 T (outlook Rp58,2 T) yang
dialokasikan ke 74.510 desa dari 434 Kabupaten/kota di
Indonesia. Pengalokasian Dana Desa dilakukan dengan
mempertimbangkan Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk
Miskin, Luas Wilayah, dan Indeks Kemahalan Konstruksi. Sampai
dengan tanggal 30 November 2017, telah dilakukan
penyaluran dari RKUN ke RKUD sebesar Rp54,97T atau
94,5% dari total Dana Desa. Saat ini masih terdapat sisa pagu
Dana Desa di RKUN sebesar Rp5,53 T atau 9,22%.

D

Pembiayaan Negara Melalui SUKUK Untuk Membiayai
Infrastruktur
alam APBNP 2017, DPR memberikan kewenangan bagi
Pemerintah untuk menutup deisit melalui pembiayaan
dengan instrumen utang sebesar Rp461,3 triliun. Untuk
memenuhi tersebut hingga akhir bulan November 2017
telah tercapai 89,8%
Peran surat berharga negara dalam pembiayaan infrastruktur
secara nyata dapat dilihat dari berbagai proyek yang dibiayai
melalui penerbitan Sukuk. Melalui Sukuk, khususnya Project
Based Sukuk, realisasi hingga akhir November 2017 mencapai
Rp11,6 Triliun. Terdapat tiga kementerian yang mendapatkan
alokasi Rp16,8 Triliun di tahun 2017 yakni Kementerian
Agama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
(PUPR)
dan Kementerian Perhubungan. Untuk
Kementerian Agama telah dilaksanakan
pembangunan/
pengembangan
asrama
haji. Pembangunan ini berjalan
sebanyak sebelas asrama haji dari rencana tiga belas
asrama haji. Calon haji diharapkan dapat tertangani dengan
baik melalui adanya pengembangan asrama haji ini.
Sementara untuk Kementerian PUPR, telah dilakukan
sejumlah pembangunan infrastruktur seperti jalan layang, jalan
tol serta infrastruktur pengendalian banjir yang akan
membawa dampak positif bagi masyarakat, mengingat
jalan layang/lyover/underpass s erta j alan t ol d iharapkan
akan mengurangi kemacetan lalu lintas dan mempercepat
mobilitas dari satu daerah ke daerah lainnya. Sementara
itu, pengendali banjir diharapkan dapat berdampak pada
berkurangnya daerah yang rawan bencana banjir. Dari
Kementerian
Perhubungan
juga
telah
memanfaatkan
pembiayaan untuk membangun jalur kereta api double-double
track serta jalur elevated. Ribuan calon penumpang dapat
terangkut dengan cepat melalui adanya double-double track
karena jadwal kereta akan lebih pasti tanpa harus terjadi
penggunaan jalur secara bergantian.
Pada saat yang sama, pemerintah berkomitmen tinggi
terhadap pembiayaan berbagai infrastruktur antara lain
melalui pembiayaan investasi. Pemerintah mengalokasikan

89.8% D
Persentase pembiayaan
negara melalui Sukuk
untuk membiayai
infrastruktur

15

Rp60,36 triliun pada APBN-P TA 2017 untuk pembiayaan investasi. Porsi
terbesar pembiayaan investasi dialokasikan pada Badan Layanan Umum
Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) sebesar Rp32,05 triliun atau sekitar
53,1% dari total investasi.
Alokasi tersebut ditujukan untuk pendanaan pengadaan tanah Proyek
Strategis Nasional (PSN) seperti proyek infrastruktur jalan tol, perkeretaapian,
pelabuhan, dan bendungan. Tahun sebelumnya, Pemerintah telah mencairkan
Rp16 triliun untuk 27 proyek yaitu 5 ruas tol Trans Sumatera, 9 ruas tol Trans
Jawa, 2 ruas tol non-Trans Jawa, 9 ruas tol Jabodetabek, dan 2 ruas lain-lain.
Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 78 Proyek Strategis Nasional (infrastruktur
jalan tol, infrastruktur perkeretaapian, dan infrastruktur bendungan) yang
dibiayai Pemerintah meliputi 43 ruas tol, 1 pelabuhan, 6 infrastruktur kereta
api, dan 27 bendungan dengan menelan dana sekitar Rp32,05 triliun.
Alokasi APBN Rp32,05 triliun pada LMAN memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat. Proyek jalan tol dapat mendukung pencapaian
sasaran pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km pada tahun 2019
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara langsung
maupun multiplier effect dari meningkatnya konektivitas dan aksesibilitas.
Proyek transportasi untuk menurunkan biaya logistik dan mendorong
efisiensi waktu tempuh dan mendukung pencapaian pembangunan jalur
Kereta Api sepanjang 3,258 km pada tahun 2019, untuk peningkatan pangsa
muatan angkutan barang kereta api minimal 5% dan angkutan penumpang 7,5%.
Alokasi investasi sektor infrastruktur lainnya adalah Penyertaan Modal
Negara (PMN) kepada BUMN PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp2
triliun. Alokasi tersebut untuk mendukung PT Kereta Api Indonesia (Persero)
dalam rangka penugasan penyelenggaraan operasional prasarana dan sarana
Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Proyek
LRT mengacu kepada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 49 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2015 tentang
Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/LRT Terintegrasi di wilayah
Jabodebek. Hal ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk
meyakinkan bahwa PT KAI (Persero) mendapatkan kecukupan ekuitas untuk
me-leverage pendanaan pinjaman.
Pemerintah juga mengalokasikan anggaran kewajiban penjaminan
sektor infrastruktur sebesar Rp1.005,4 miliar dengan rincian Rp802,4
miliar
untuk
mendukung
penugasan
percepatan
pembangunan
infrastruktur nasional dan Rp203 miliar untuk penugasan penyediaan
pembiayaan infrastruktur daerah kepada BUMN. Percepatan pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara (Proyek 10.000
MW Tahap 1), penyediaan air minum sesuai amanat Perpres nomor 29
tahun 2009, kerjasama pemerintah dengan badan usaha melalui Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur (BUPI), percepatan pembangunan jalan tol di
Sumatera sebagaimana amanat Perpres nomor 38 tahun 2015, dan pembiayaan
infrastruktur
melalui
pinjaman
langsung
dari
Lembaga
Keuangan
Internasional
kepada
BUMN
merupakan
program
pembangunan
infrastruktur nasional yang dijamin oleh Pemerintah.
Investasi sektor infrastruktur lainnya dilakukan kepada BUMN dibawah
pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan sebesar Rp2 triliun pada PT

16

Sarana Multi Infrastruktur (Persero)/PT SMI dan Rp1 triliun pada PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia/PT PII. PMN kepada PT SMI (Persero) ditujukan untuk
mendukung proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek prioritas,
atau Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) melalui pembiayaan,
jasa konsultasi, maupun penyiapan proyek, antara lain penyiapan proyek Palapa
Ring Paket Tengah dan Timur dan pembiayaan proyek jalan tol Trans
Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar.
Tak kalah penting adalah PMN untuk PT PII yang dapat mengurangi eksposur
langsung APBN terhadap klaim. Dalam kalkulasinya, semakin panjang jumlah
pembayaran bulanan (monthly payment) sebagaimana dilakukan pada
Proyek Palapa Ring yang dijamin Perseroan, maka semakin jauh
kemungkinan terjadinya terminasi pembayaran oleh pemerintah, sehingga
eksposur pemerintah untuk melakukan terminasi akan lebih remote dan
kelangsungan telekomunikasi akan lebih terjamin. Penambahan PMN pada PT
PII juga akan meningkatkan kapasitas penjaminan dan leverage kemampuan
keuangan PT PII untuk melakukan penjaminan atas Proyek skema KPBU
seperti Jalan Tol yang akan dimulai pembangunannya pada tahun 2017 ini.
Dalam
rangka
mendukung
program
satu
juta
rumah
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
(MBR),
Pemerintah
juga
berkomitmen untuk mengalokasikan investasi bagi infrastruktur perumahan.
Hal tersebut ditunjukkan dengan alokasi dana bergulir pada BLU Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) sebesar Rp3,1 triliun dan
alokasi PMN sebesar Rp1 triliun pada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)/PT
SMF. Alokasi dana bergulir pada BLU PPDPP digunakan untuk mendanai
program FLPP dengan target kredit pemilikan rumah (KPR) MBR dalam bentuk
KPR Sejahtera dengan target output sebanyak 40.000 unit. Sedangkan PMN
kepada PT SMF (Persero) dalam APBN tahun 2017 akan digunakan untuk
memperkuat struktur permodalan. Dengan demikian, PT SMF dalam
menjalankan fungsinya sebagai penyedia fasilitas likuiditas (liquidity facility)
dalam mendukung terselenggaranya penyaluran KPR-FLPP Kementerian
Perumahan Rakyat, beberapa fungsi yang dilaksanakan PT SMF antara
lain penyediaan likuiditas bagi penyalur KPR yang menjalankan program
Pemerintah dan dukungan penurunan porsi/beban Pemerintah dalam KPR FLPP
dan Program Subsidi Selisih Bunga (SSB).
Total alokasi pembiayaan investasi di sektor infrastruktur mencapai
Rp42,16 triliun atau 69,85% dari total alokasi pembiayaan investasi dalam APBNP
2017. Ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari Pemerintah Republik
Indonesia dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur nasional.

17

Kementerian KEUANGAN
2017

18