Pandangan Konsep HAM Dunia dan Islam (1)

Pandangan Konsep HAM Dunia dan Islam
Evan Lutfiana, Iis Cahyati, Lilis Rohmawati, Zsa Zsa
lauren
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen
Pedagogik
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: zsalaurenc@gmail.com

Abstrak:
Artikel jurnal ini akan mendiskusikan secara singkat beberapa problematika seputar
konsep HAM dalam pandangan dunia dan pandangan Islam di era modern. Dengan
berbasis kajian pustaka, artikel jurnal ini akan dimulai dengan pembahasan tentang apa
itu HAM, sejarah HAM dunia, konsep HAM dalam pandangan Dunia, konsep HAM
dalam pandangan Islam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuannya
untuk mengetahui bagaimana konsep HAM dari Dunia dan Islam di era Modern ini.
Kesimpulan dalam artikel jurnal ini adalah Islam telah mengatur hak asasi manusia di

dalam Al-Quran jauh sebelum HAM dunia muncul.
kata kunci: HAM, Islam, hukum


PENDAHULUAN
Agama Islam memerintahkan
umat manusia untuk mengikuti
bimbingan Yang Maha Kuasa selama
hidupnya.
Seluruh
bumi
ini
merupakan masjid tempat manusia
harus bertindak dalam setiap aspek
kehidupannya demi beribadah hanya
kepada-Nya.
Tujuan
eksistensi
manusia di dunia menurut Islam
adalh semata-mata untuk beribadah,
menghambakan diri, serta patuh
kepada Allah SWT.
Dari pernyataan ini mungkin
orang menyangka bahwa manusia

(dalam Islam) tidak memiliki hakhak selain hanya kewajiba –
kewajiban. Pandangan ini tentu saja
keliru. Dalam penelitiannya, A.K.
Brohi mengatakan, “Dalam totalitas
Islam, kewajiban manusia kepada
Allah mencakup juga kewajibannya
kepada setiap individu yang lain.
Maka secara paradoks hak-hak setiap
individu itu dilindungi oleh segala
kewajiban di bawah hukum Ilahi.
Sebagaimana suatu negara secara
bersama-sama dengan rakyat harus
tunduk kepada hukum, yang berarti
negara juga harus melindungi hakhak individual.”
Petunjuk Ilahi yang berisikan hak
dan kewajiban tersebut telah
disampaikan kepada umat manusia
semenjak manusia itu ada. Diutusnya
manusia pertama (Adam) ke dunia
mengindikasikan bahwa Allah telah

memberikan
petunjuk
kepada
manusia. Kemudian ketika umat
manusia menjadi lupa akan petunjuk
tersebut, Allah Yang Maha Kuasa
mengutus nabi dan rasul-Nya untuk

mengingatkan
keberadaan-Nya.

mereka

akan

Nabi Muhammad SAW. Diutus
bagi umat manusia sebagai nabi
terakhir untuk menyampaikan dan
memberikan teladan kehidupan yang
sempurna kepada umat manusia

seluruh zaman sesuai dengan jalan
Allah. Hal ini secara jelas
menunjukkan
bahwa
menurut
pandangan islam, konsep HAM
bukanlah hasil evolusi apa pun dari
pemikiran
manusia,
namun
merupakan hasil dari wahyu Ilahi
yang telah diturunkan melalui para
nabi dan rasul dari sejak permulaan
eksistensi umat manusia di atas
bumi.
Kewajiban yang diperintahkan
kepada umat manusia di bawah
petunjuk Ilahi dapat dibagi ke dalam
dua kategori, yaitu huquuqullah dan
huquuqul-‘ibad. Huquuqullah (hakhak Allah) adalah kewajibankewajiban manusia terhadap Allah

SWT yang diwujudkan dalam
berbagai ritual ibadah, sedangkan
huquuqul-‘ibad (hak-hak manusia)
merupakan
kewajiban-kewajiban
manusia terhadap sesamanya dan
terhadap makhluk-makhluk Allah
lainnya.
Hak-hak Allah tidak berarti
bahwa hak-hak yang diminta olehNya karena bermanfaat bagi-Nya.
Sebab, Allah itu di atas segala
kebutuhan. Juga tidak berarti bahwa
hanya hak-hak ini yang diciptakan
Allah, karena sesungguhnyab segala
hak adaklah ciptaan Allah sebagai
maha pencipta segalanya.

METODE
Artikel ini menggunkan metode
penelitian deskriptif berbasis kajian

pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara etimologi hak merupakan
unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku melindungi
kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang
bersifat paling mendasar yang dimliki manusia sebagai fitrah, sehingga
tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Menurut pendapat Jan Materson
(dari komisi HAM PBB) dalam
Teaching Human Right United Nations menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada
setiap manusia.
John Locke menyatakan bahwa
HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM
menyatakan bahwa “Hak Asasi

Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hokum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Sejarah HAM

Istilah hak asasi manusia baru
muncul setelah Revolusi Prancis, dimana para tokoh borjuis berkoalisi
dengan tokoh-tokoh gereja untuk
merampas hak-hak rakyat yang telah
mereka miliki sejak lahir. Akibat dari
penindasan panjang yang dialami
masyarakat Eropa dari kedua kaum
ini, muncullah perlawanan rakyat
dan yang akhirnya berhasil memaksa
para raja mengakui aturan tentang
hak manusia.
Negara yang sering disebut sebagai Negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia
adalah Inggris. Tonggak pertama

bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di inggris. Perjuangan tersebut
tampak dengan adanya berbagai
dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumendokumen tersebut adalah MAGNA
CHARTA. Tindakan sewenang-wenang Raja Inggris mengakibatkan
rasa tidak puas dari para bangsawan
yang akhirnta berhasil mengajak
Raja Inggris untuk membuat suatu
perjanjian yang disebut Magna
Charta
atau
Piagam Agung.
Magna Charta dicetuskan pada 15
Juni 1215 yang prinsip dasarnya
memuat pembatasan kekuasaan raja
dan hak asasi manusia lebih penting
daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka
dapat ditahan atau dirampas harta
kekayaannya atau diasingkan atau
dengan cara apapun dirampas hakhaknya, kecuali berdasarkan hukum.

Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab
hak-hak tertentu yang prinsip telah
diakui dan dijamin oleh pemerintah.
Piagam tersebut menjadi lambang
munculnya perlindungan terhadap
hak-hak asasi karena ia mengajarkan

bahwa hukum dan undang-undang
derajatnya lebih tinggi dari pada
kekuasaan raja.
Perjuangan di Negara Inggris
memicu perjuangan-perjuangan di
banyak Negara untuk Hak Asasi
Manusia. Seperit misalnya Amerika
Serikat dengan Presiden Flanklin
D.Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang diucapkannya di depan
Kongres Amerika Serikat tanggal 6
Januari 1941 antara lain kebebasan
untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression), kebebasan memilih agama
sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of religion), kebebasan dari rasatakut (freedom from

fear), kebebasan dari kekurangan
dankelaparan (freedom from want).
Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan
piagam hak-hak asasi manusia oleh
organisasi kerjasama untuk sosial
ekonomi
Perserikatan
BangsaBangsa yang terdiri dari 18 anggota.
PBB membentuk komisi hak asasi
manusia (commission of human
right). Sidangnya dimulai pada bulan
januari 1947 dibawah pimpinan Ny.
Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948
sidang umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia
tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN
RIGHTS atau pernyataan sedunia
tentang Hak-Hak Asasi Manusia,
yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 negara yang terwakil dalam siding
umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen.

Oleh karena itu, setiap tanggal 10

Desember diperingati sebagai hari
Hak Asasi Manusia.
Hak Asasi Manusia dalam
Konsep Barat
Barat mendefinisikan HAM sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak lahir secara alami
tanpa ada kaitan sma sekali dengan
ajaran agama apa pun. HAM dalam
pandangan Barat murni merupakan
hasil pemikiran dan penetapan akal
semata, terlepas sama sekali dari
dogma agama. Definisi tersebut
melepaskan ikatan HAM dari doktrin
ajaran agama, sehingga norma-norma
agama sama sekali tidak menjadi
ukuran penting dalam terminology
HAM. Dengan makna HAM seperti
ini, maka HAM sering dihadaphadapkan dengan agama, sehingga
sering dipahami sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Bahkan karena HAM sering digunakan untuk mengkerdilkan agama,
akhirnya HAM dianggap sebagai
musuh agama. Berdasarkan definisi
tersebut pula, maka setiap manusia
berhak untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya dengan melakukan aneka
hubungan sex yang diinginkannya,
sebagaimana setiap manusia berhak
untuk makan dan minum apa saja
yang disukainya. Karenanya, menurut Barat bahwa perzinahan dan
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan
Transgender) serta aneka penyimpangan sex lainnya, adalah merupakan
HAM. Begitu pula mengkonsumsi
makanan dan minuman haram, semuanya adalah HAM. Selain itu,
HAM dalam pandangan Barat tidak
statis, tapi berubah-ubah tergantung
penilaian akal yang dikuasai hawa
nafsu terhadap situasi dan kondisi
serta kepentingan, karena lepas dari

doktrin agama sama sekali. Bisa jadi,
sesuatu yang dianggap HAM pada
saat ini, namun di kemudian hari
tidak lagi dianggap sebagai HAM.
Begitu pula sebaliknya sesuatu yang
dianggap HAM pada saat ini, namun
kemudian hari bisa dianggap sebagai
HAM. Misalnya, saat ini mengkonsumsi khamar (miras) di Amerika
Serikat dianggap sebagai HAM,
bahkan menjadigaya hidup modern.
Padahal pada tahun 1919, pemerintah AS menganggap Miras bukan
bagian HAM, bahkan AS menyatakan perang terhadap Miras dan
melarangnya sama sekali.
Saat itu pemerintah AS mengeluarkan Undang-Undang Anti Miras
yang sosialisasinya menelan biaya
US $60 ribu dan dana pelaksanaannya mencapai Rp.75 Milyar, sesuai
dengan nilai mata uang di zaman itu.
Dan menghabiskan 250 juta lembar
kertas berbentuk selebaran. Selama
14 tahun pemberlakuan UU Anti Miras di AS, telah dihukum mati sebanyak 300 orang peminum miras
dan dihukum penjara sebanyak
532.335 orang. Tapi ternyata,
masyarakat AS justru makin hobby
meminum miras, yang pada akhirnya
memaksa pemerintaj mencabut UU
Anti Miras pada tahun 1933 M, dan
membebaskan miras sama sekali.
Nah, bisa jadi saat ini mengkonsumsi
Narkoba dianggap musuh besar
HAM di berbagai belahan dunia, namun di kemudian hari justru Narkoba
dianggap sebagai HAM, bahkan gaya
hidup masa depan, sebagaimana Kasus Miras. Gejala itu sudah mulai
ada, misalnya sejak beberapa tahun
lalu di Indonesia ada usulan dari
Lingkar Ganja Nusantara kepada
Badan Narkotik Nasional dan pemerintah serta DPR RI agar melegalisasi

ganja. Itulah sebabnya HAM dalam
pandangan Barat tidak memiliki
kaidah dan batasan yang jelas, sehingga manakala definisi HAM
mereka berbenturan dengan kepentingan mereka sendiri atau kemauan hawa nafsu mereka, maka
mereka berlindung dibalik pengecualian-pengecualian atau ketentuanketentuan hukum khusus atau perubahan ketetapan Konvensi HAM.
Dalam istilah modern, yang dimaksud engan hak adalah wewenang
yang diberikan oleh undang-undang
kepada seseorang atau sesuatu tertentu dinilai tertentu, dan dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Hak asasi alamiah manusia
sebagai manusia, yaitu menurut
kelahirannya, seperti hak hidup,
hak kebebasan pribadi dan hak
berkerja.
b. Hak asasi yang diperoleh
manusia sebagai bagian dari
masyarakat sebagai anggota
keluarga dan sebagai individu
masyarakat,
seperti
hak
memiliki, hak berumah-tangga
hak mendapat keamanan, hak
mendapat
keadilan
dan
persamaan dalam hak. Terdapat
berbagai
klasifikasi
yang
berbeda mengenai hak asasi
manusia menurut pemikiran
barat, diantaranya:
1) Pembagian hak menurut hak
materiil yang termasuk di
dalamnya: hak keamanan,
kehormatan dan pemilihan
serta tempat tinggal, dan hak
moril, yang termasuk di
dalamnya ; hak beragama,
hak sosial dan berserikat.
2) Pembagian hak menjadi tiga :
hak kebebasan kehidupan

pribadi,
hak
kebebasan
kehidupan rohani,dan hak
kebebasan
membentuk
perkumpulan
dan
perserikatan.
3) Pebagian hak menjadi dua;
kebebasan
begatif
yang
membentuk
ikatan-ikatan
terhadap
Negara
untuk
kepentingan
warga;
kebebasan
positif
yangmeliputi
pelayanan
negara kepada warganya.
Dapat
dimengerti
bahwa
pembagian-pembagian
inihanya
melihat dari sisi larangan negara
menyentuh hak-hakini. Sebab hak
asasi dalam pandangan barat tidak
dengan sendirinya mengharuskan
Negara memberi jaminan keamanan
atau pendidikan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi untuk membendung
pengaruh
Sosialisme
dan
Komunisme, partai-partai politik di
Barat mendesak agar Negara ikut
campur tangan dalam memberi
jaminan hak-hak asasi seperti untuk
bekerja dan jaminan sosial. Hak asasi
menurut barat dapat dilihat semakin
berkembang sampai saat ini, bahkan
telah banyak pemikiran mereka
tentang hak asasi manusia yang
sudah di adopsi kaum Muslim.
Sungguh sangat disayangkan jika hal
ini terus berlanjut karena hal ini
semakin hari semakin menjauhkan
umat islam dengan hukum-hukum
yang telah disyariatkan Allah.
Sebagai contoh, sekarang banyak
yang
menuntut
masalah
kesetaraangender, kecaman terhadap
poligami, pernikahan berbeda agama
(muslim-nonmuslim)
kebebasan
yang sebebas-bebasnya.
Hak Asasi Manusia dalam
Konsep Islam

Prinsip-prinsip dan keteladanannya
HAM yang dijamin oleh Agama
Islam bagi rakyat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori :
1. HAM dasar yang telah diletakkan oelh islam bagi seseorang sebagai manusia.
2. HAM yang dianugerahkan
oleh Islam bagi kelompok
rakyat yang berbeda dalam
situasi tertentu, status, posisi,
dan lain-lain yang mereka miliki. Hak-hak khusus bagi
nonmuslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan
lainnya merupakan beberapa
contoh dari kategori hak-hak
ini.
HAK HIDUP
“Dan jaganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya)
melainkan
dengan suatu (alasan) yang
benar…. (al-Isra : 33)
“...
dan
janganlah
kamu
membunuh
jiwa
yang
diharamkan
Allah
(membunuhnya)
melainkan
dengan suatu (sebab) yang benar.
Hak yang pertama kali
dianugerahkan Islam di antara
HAM lainnya adalah hak untuk
hidup dan menghargai hidup
manusia. Masalah balasan bagi
suatu pembunuhan atau kejahatan
lainnya di putuskan oleh sebuah
pengadilan
hukum
yang
kompeten.
Al-Quran
menganggap
pembunuhan
terhadap seorang manusia adalah
sama
dengan
pembunuhan
terhadap selutuh umat manusia.

Islam
telah
meletakkan
dengan jelas kasus-kasus dan
situasi ketika hidup manusia
boleh dibinasakan. Penghabisan
nyawa manusia tanpa adanya
konsep yang diajarkan Islam
maksudnya
diperbolehkan
dianggap sebagai dosa terbesar
setelah
politisme.
Islam
menganugerahkan hak hidup ini
kepada setiap manusia dari ras,
bangsa, maupun agama manapin
ia berasal. Diriwayatkan bahwa
Nabi Muhammad saw, bersabda :
“seseorang yang membunuh
orang yang di bawah perjanjian
(seorang
warga
Negara
nonmuslim dalam negara Islam)
tidak akan merasakan surga
walaupun
hanya
mencium
wanginya.
Rasulullah
saw,
juga
melarang membunuh orangorang yang berada dalam Negara
non-Islam yang tidak terlibat
dalam perang dengan suatu
Negara Islam. Rasulullah SAW,
pada kesempatan khutbah haji
Wada’ telah bersabda “hidupmu
dan harta bendamu adalah haram
bagi tiap-tiap orang terhadap
yang lainnya sampai kamu
bertemu dengan Tuhanmu pada
hari
kebangkitan.”
Islam
memerintahkan umatnya untuk
menghormati hak ini walaupun
terhadap bayi yang masih
didalam
Rahim
ibunya.
Rasulullah SAW sendiri pernah
menunda hukuman mati terhadap
seorang wanita karena untuk
melindungi hak hidup si bayi
yang
masih
dalam
kandungannya.

Sampai sejauh mana hak ini
dilindungi oleh Negara dapatlah
diambil kesimpulannya dari fakta
dan ordonasi para khalifah Islam
dan gubernur mereka yang telah
ditetapkan
pada
berbagai
kesempatan. Perjanjian pada
penaklukan Azerbaijan oleh para
pasukan muslim Negara Islam
selama kekhalifahan sayyidina
Umar berisikan : “Hidup, Harta
benda, dan hukum-hukum agama
mereka
semuanya
dijamin
aman.” Perjanjian yang dibuat
oleh Sayyidina Umar pada
penaklukan
Jerussalem
berisikan
:
“perlindungan
keamanan
ini
meliputi
kehidupan, harta benda mereka,
gereja-gereja dan salib orangorang sehat dan sakit dari
mereka.”
PERLINDUNGAN KEHORMATAN
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolokolokan kaum yang lain dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil-memanggi
dengan gelar-gelar yang buruk. (AlHujurat: 11)
…Jauhilah
kebanyakan
dari
prasangka dan janganlah kamu
mecari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah
sebagian
kamu
mengunjungi sebagian yang lain.
(AL-Hujurat:12)
Hak
penting
ketiga
yang
dianugrahkan Islam kepada manusia
adalah
berupa
perlindungan
kehormatan.
Kaum
muslimin
dilarang untuk saling menyerang
kehormatan orang lain dengan cara
apa pun, hal ini disampaikan oleh

Rasulullah SAW. Pada kesempatan
khutbah Haji Wada’nya. Kaum
muslimin terikat untuk menjaga
kehormatan orang lain. Seseorang
yang mengganggu kehormatan orang
lain dapat dihukum oleh pengadilan
Islam segera setelah terbukti
kesalahannya. Negara islam itu juga
terikat harus melindungi kehormatan
warga negaranya tanpa diskriminasi
apa pun.
Khalifah Sayidina Umar ketika
menemui para gubernur wilayah
provinsi juga telah memberikan
mereka petunjuk-petunjuk yang
berhubungan
dengan
masalah
perlindungan kehormatan warga
negaranya. Agama Islam tidak hanya
menjadikan kewajiban bagi negara
untuk melindungi kehoratan warga
negaranya,
tapi
juga
telah
memberikan mereka hak untuk
mempertahankan
pribadinya.
Sebagai contoh, ketika seorang dari
Bani Hazil dibunuh oleh seorang
gadis
karena
dia
menyerang
kehormatnnya,
Sayidina
Umar
menyatakan bahwa gadis itu tidak
bersalah.
Masih pada zaman kekhalifahan
Sayidina Umar, pernah Umar bin
Sa’ad yang pada waktu itu menjadi
salah seorang gubernurnya berpikir
bahwa seorang warga negara biasa
tidak mempunyai persamaan dalam
hal kesalehan, kesucian, dan derajat
keduniawian lainnya dengan para
pejabat negara, sehingga dia berkata
kepada seorang dzimmi (warga
negara nonmuslim). “Semoga Allah
membawamu ke dalam kehinaan.
“Setelah mengucapkan kata-kata ini,
dia merasa begitu malu sendiri dan
menyesal sekali hingga langsung
pergi.

KEAMANAN DAN KESUCIAN
KEHIDUPAN PRIBADI
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah
yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat.” (an-Nur:27)
“…. Dan janganlah kamu mencaricari kesalahan orang lain… “ (alHujarat: 12)
Islam mengakui adanya hak
keleluasaan hidup pribadi (privacy)
setiap orang. Islam melarang ikut
campur tangan dan melanggar batas
secara tidak wajar atas kehidupan
pribadi seseorang. Nabi Muhammad
SAW
sampai-sampai
telah
memgajarkan para pengikutnya
bahwa seseorang tidak boleh
memasuki rumah beliau sendiri
secara tiba-tiba. Siapapun paling
tidak harus memberitahu atau
memberi tanda kepada penghuni
rumah bahwa dia akan datang atau
masuk. Mengintip ke dalam rumah
orang jelas-jelas dilarang. Begitu
ketat larangan ini hingga ada hadits
Rasulullah SAW yang menyebutkan
bahwa jika seseorang mendapatkan
ada orang lain yang mengintip secara
diam-diam
kedalam
rumah
seseorang, maka orang itu boleh
dicolok matanya dan tidak perlu
ditanyai terlebih dahulu ataupun
menuntut.
KEAMANAN
PRIBADI

KEMERDEKAAN

“…. dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan
adil …. ” (an-Nisa : 58)

“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik
membawa berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakkan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui
keadannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.” (alHujarat:6)
Agama Islam telah menegaskan
bahwa tidak ada seorang pun yang
dapat dipenjarakan kecuali dia telah
menyatakan bersalah dalam suatu
pengadilan hukum terbuka. Tak ada
seorang pun yang dapat ditahan
tanpa melalui proses hukum yang
telah ditentukan.
PERLINDUNGAN
HUKUMAN PENJARA
SEWENANG-WENANG

DARI
YANG

“…. dan tidaklah seorang membuat
dosa melainkan kemudaratannya
kembali kepada dirinya sendiri; dan
seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain ….” (alAn’am:164)
“Dan orang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Dan jika
seseorang berat dosanya memanggil
(orang lain) untuk memikul dosanya
itu
tiadalah
akan
dipikulkan
untuknya sedikitpun meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya
….” (Fathir:18)
Agama Islam mengakui hak
individu seseorang bahwa dia tidak
dapat ditahan atau dipenjarakan atas
tindak kejahatan dan pelanggaran
orang
lain.
Al-Qur’an
telah
menjelaskan hal ini secara eksplisit.
Setiap orang itu bertanggung jawab
atas tindakannya sendiri.

KEBEBASAN EKSPRESI
Agama Islam menganugerahkan
hak
kebebasan
berpikir
dan
mengungkapkan pendapat kepada
seluruh umat manusia. Kebebasan
ekspresi ini tidak hanya diberikan
kepada warga negara ketika melawan
tirani, namun juga bagi warga suatu
negara
Islam
untuk
bebas
mempunyai pendapat-pendapat yang
berbeda dan mengekpresikannya
berkenaan dengan berbagai masalah.
Kebebasan berpendapat ini harus
dimanfaatkan
untuk
tujuan
mensyiarkan kebijakan serta tidak
untuk menyebarkan kejahatan dan
kezaliman.
Rasulullah
SAW
selama
hidupnya
telah
memberikan
kebebasan kepada kaum muslim
dalam mengunkapkan pendapat
mereka yang berbeda kepada beliau.
Rasulullah SAW telah menempa
kepribadian para sahabat sedemikian
rupa
sehingga
mereka
dapat
mengekspresikan
perbedaannya
tanpa ragu-ragu. Selama perang
Uhud, ketika Rasulullah meminta
para sahabat untuk melawan musuh
didalam kota MAdinah, mereka
bertanya kepada beliau mengenai
posisi berkaitan dengan pendapat
yang beliau kemukakan itu. Ketika
Rasulullah berkata bahwa beliau
berpendapat sebagai manusia biasa
dan tidak berdasarkan wahyu Illahi,
maka sahabat tetap mempertahankan
pendapat mereka sendiri sehingga
Rasulullah setuju untuk berperang di
medan pertempuran Uhud sesuai
dengan keinginan mereka.

DAFTAR RUJUKAN

https://www.scribd.com/doc/1197769
81/Hak-Asasi-Manusia-VersiIslam-dan-Barat