Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Pendidika

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam adalah “membentuk kepribadian muslim yaitu
suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.” (Zuhairini
dkk, 1995: 159).
Sedangkan dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi SMP dan MTs (2003: 2)
disebutkan bahwa:
Pendidikan Agama Islam di SMP bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam dalam kurikulum 2004 Standar
Kompetensi SMP dan MTs (2003: 2) dapat disebutkan sebagai berikut:
1.
Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
2.
Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak
mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu

dalam lingkungan keluarga.
3.
Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisikdan social
melalui Pendidikan Agama Islam.
4.
Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan
dihadapinya sehari-hari.
6.
Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, pendidikan agama Islam memiliki kompetensi spesifik untuk
menanamkan landasan Al-Quran dan Hadist Nabi agar siswa beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur yang
tercermin dalam prilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT,
sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami Al-Quran,
mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu
menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.

Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang harus
ditempuh dalam pendidikan agama yang antara lain adalah “pengembangan
fitrah beragama, pemusatan belajar pada kebutuhan peserta didik,
pembangkitan motivasi peserta didik, pembiasaan belajar sepanjang hayat, dan
keutuhan kompetensi.”
Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (untuk SMP)
Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam (PAI) diatas, maka ruang
liingkup materi pendidikan agama Islam (PAI) dalam kurikulum 1994 pada

dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, diantaranya Al-Qur’an / Hadist,
keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh. Kemudian pada
kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur, yaitu Al-Qur’an, keimanan,
akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, serta terikh.
Diri unsur-unsur pokok ini dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup pendidikan
agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, dengan dirinya
sendiri, dan dengan makhluk lain serta dengan lingkungannya.
Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendekatan Belajar Aktif
(Active Learning Strategy) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.


Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pendekatan belajar aktif (active learning
strategy) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diantaranya dapat dilihat
dari segi guru, sumber / sarana / fasilitas, dan siswa. Sebagaimana menurut
pendapat Zuhairini (1993: 121) bahwa faktor-faktor pendukung pelaksanaan
strategi belajar aktif adalah sebagai berikut :
a.

Sikap mental guru

Para guru hendaknya menyadari tentang perlunya pembaharuan strategi belajar
mengajar. Untuk itu para konsertatif diharapkan mengikuti tentang pembaharuan
tersebut. Sehingga mempunyai kesiapan mental untuk
melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) sebagai hasil
dari adanya pembaharuan pendidikan.
b.

Kemampuan guru


Para guru hendaknya mempunyai beberapa kemampuan yang dapat menunjang
keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seorang guru
dituntut untuk mampu menguasai isi pokok pelajaran pendidikan agama Islam
yang akan disampaikan dalam mengajar. Guru harus mampu mengatur siswa
dengan baik, mengembangkan metode mengajar yang diterapkan, mengadakan
evaluasi dan membimbing siswanya dengan baik.
c.

Penyediaan alat peraga / media

Dalam kegiatan belajar mengajar maka alat atau media sangat diperlukan agar
dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Alat atau media ini harus
diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas mengajar dapat dibantu
dengan media tersebut. Sehingga guru tidak terlalu banyak mengeluarkan
tenaga dalam penyampaian materi atau bahan pelajaran yang akan
disampaikan.
d.

Kelengkapan kepustakaan


Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan pengajaran,
hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya untuk
pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa. Semakin siswa
banyak membaca buku akan semakin pula banyak pengetahuan yang dimiliki
sehingga wawasan siswa terhadap materi pelajaran akan semakin bertambah,
dan pada akhirnya tujuan pengajaran akan mudah tercapai secara efektif dan
efisien.

e.

Menyediakan koran di sekolah

Agar siswa kaya akan informasi yang menarik, hendaknya sekolah menyediakan
koran yang dapat dinikmati atau dibaca siswa dalam menangkap informasiinformasi baru yang sedang berkembang di masyarakat. Sehingga tugas-tugas
guru yang diberikan kepada siswa yang menyangkut beberapa problem sekarang
akan mudah dipahami dan diselesaikan oleh siswa.
2.

Faktor-Faktor Penghambat


Sedangkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pendekatanbelajar aktif
(active learning strategy) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menurut
pandangan Zuhairini (1993) dapat disebutkan sebagaimana berikut:
1.

Kesulitan dalam menghadapi perpedaan individu peserta didik.

Perbedaan individu murid meliputi: intelegensi, watak, dan latar belakang
kehidupannya. Dalam satu kelas, terdapat anak yang pandai, sedang, dan anak
yang bodoh. Ada pula anak yang nakal, pendiam, pemarah, dan lain sebagainya.
Dalam mengatasi hal ini guru sebaiknya tidak terlalu terikat kepada perbedaan
individu peserta didik, tetapi guru harus melihat peserta didik dalam
kesamaannya secara klasikal, walaupun kedua individu anak pun harus
mendapat perhatian.
2.

Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik.

Materi yang diberikan kepada peserta didik haruslah disesuaikan dengan kondisi

kejiwaan dan jenjang pendidikan mereka, misalkan untuk materi pendidikan
agama Islam yang diberikan pada peserta didik di SD janganlah terlalu tinggi,
tetapi cukup dengan yang praktis, sehingga mereka dapat langsung
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.

Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran.

Metode mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan juga
dengan tingkat kejiwaan peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar
hendaknya digunakan berbagai macam metode agar murid tidak cepat bosan
dalam belajar.
4.

Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat-alat pembelajaran.

Alat-alat dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran haruslah disesuaikan
dengan materi pelajaran, dan seorang guru haruslah pintar-pintar memilih alatalat dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
5.


Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.

Kadang-kadang kelebihan waktu atau kekurangan waktu dapat menyebabkan
kegagalan dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Hal ini dapat teratasi apabila seorang guru telah berpengalaman
dalam mengajar.