Otonomi Daerah dan Pelayanan docx

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK
Esrah Disyon Nino Am Benu, M.A
Penulis adalah: Dosen Tetap Jurusan Ilmu Politik Fisip Undana
Abstraksi

Indonesia adalah penganut konsep ”negara kesejahteraan”. Bagaimana tidak,
dalam wilayah yang teramat besar dan mempunyai populasi tinggi ini, negara
sebagai pamong memagang peranan yang amat tinggi dalam kehidupan sehari-hari
masyarakatnya. Dari masalah yang se- pribadi-pribadinya sampai kepada
kepentingan orang banyak. Ambil contoh kecil pernikahan misalnya; yang kemudian
begitu pasangan suami istri melahirkan anak, saat itu pula akta kelahiran di buat.
Persoalan dan kebutuan lainpun tidak lepas dari campur tangan negara. Listrik,
bahan bakar, air minum, pendidikan, kesehatan, jalan, dan hal lain merupakan
tanggungjawab negara hampir semua orang yang berpijak di tanah air indonesia ini
di jamin oleh negara. Otonomi merupakan konsep yang tidak jauh berbeda dengan
konsep kesejahteraan. Dimana dari kesejahteraan yang awal nya tidak merata

dibuatlah otonomi daerah untuk kalu bisa kesejahteraan itu merata sampai kepada
daerah-daerah yang sangat kecil seperti desa di seluruh bumi nusantara. Namun
dalam perjalanannya konsep otonomi daerah menuju kesejahtraan tidak begitu
kelihatan dari aspek kesejahtraan yang di inginkan oleh masyarakat. Selalu saja ada
masalah dan hambatan yang sulit di bangun oleh pemerintah daerah baik propinsi,
kabupaten dan kota. Dalam undang-undang otonomi daerah sudah sangat jelas
bahwa konsep utamanya adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Hambatan terbesar dalam
pelaksanan otonomi daerah yang di hadapai oleh masyarakat adalah pertama,
pelayanan publik, hal ini masih menjadi sorotan masyarakat umum, baik media
masa, akademisi dan para LSM yang memandang hal pelayanan umum dari
pelaksanaan otonomi daerah masih saja belum begitu menyentuh di hati rakyat.
Artinya kesejahteraan yang di inginkan negara kepada masyarakat masih jauh dari
harapan. Kedua, formasi jabatan, hal baru yang lahir dan berkembang dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah isu daerahisme. Bahwa pelaksanaan otonomi
daerah di tuntut agar memprioritaskan putra-putri daerah setempat dalam
pengelolaan birokrasi daerah, yang dapat di asumsikan sebagai unsur yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ketiga, pengawasan keuangan daerah,
kita bahwa keuangan daerah merupakan aspek terpenting yang memungkinkan suatu
daerah bisa maju dan sejahtera karena besarnya pendapatan daerah otonomi

tersebut. Namun dalam perjalanannya daerah melahirkan koruptor-koruptor daerah
yang sangat ironi dalam merampas dan merampuk uang rakyat dan harapan
kesejahteraan bagi masyarakat lagi lagi menjadi masalah yang serius bagi
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Lantas apa artinya otonomi daerah
dan pelayanan publik yang di bangun oleh negara kepada rakyatnya.

1

Maret ,
2012

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

A. Latar belakang
Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
perundang-undangan. Dengan otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian
besar ke-wenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada
daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam

merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Karena kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi wewenang
daerah otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas.
Keberhasilan

pelaksanaan

otonomi

daerah

sangat

tergantung

pada

kemampuan keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah,
serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah

otonom. Terpusatnya SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke
daerah seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan
akan bergeser dari pusat ke daerah. Menguatnya isu Putra Daerahisme dalam
pengisian jabatan akan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga
akan merusak rasa persatuan dan kesatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh
hari sebelum Indonesia merdeka bahkan dapat membuat konflik kedaerahan terutama
yang berkaitan dengan masalah sumberdaya manusianya.
Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki hak yang sama
untuk mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun di wilayah
nusantara ini. Yang perlu dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana
pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga

2

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

dapat mendesain standard Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat. Untuk

menciptakan kelembagaan pemerintah daerah otonom yang mumpuni perlu diisi oleh
SDM yang kemampuannya tidak diragukan, sehingga merit system perlu
dipraktekkan dalam pembinaan SDM di daerah jangan sampai menimbulkan konflik
antara pemerintah dengan pemerintah dan pemerintah dengan masyarakat yang
dilayanai.
Pelaksanaan otonomi daerah di beberapa daerah telah diwarnai dengan
kecenderungan Pemda untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan cara
membuat Perda yang berisi pembebanan pajak-pajak daerah. Hal ini telah
mengakibatkan timbulnya ekonomi biaya tinggi dapat menimbulkan konflik antara
pemerintah daerah dengan masyarakat (High Cost Economy) sehingga pengusaha
merasa keberatan untuk menanggung berbagai pajak tersebut. Kebijakan pemda
untuk menaikkan PAD bisa berakibat kontra produktif karena yang terjadi bukan PAD
yang meningkat, akan tetapi justru mendorong para pengusaha memindahkan lokasi
usahanya ke daerah lain yang lebih menjanjikan.
Pemerintah daerah harus berhati-hati dalam mengeluarkan Perda tentang
pajak daerah, sehingga pelarian modal ke daerah lain dapat dihindari, dan harus
berusaha memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan untuk menarik investor
menanamkan modal di daerahnya. Organisasi publik memang berbeda dengan
organisasi bisnis karena organisasi publik memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Organisasi publik tidak sepenuhnya otonomi tetapi dikuasai faktor-faktor

eksternal.
2. Organisasi publik secara resmi diadakan untuk pelayanan masyarakat.
3. Organisasi publik tidak dimaksud kan untuk berkembang menjadi besar sehingga
merugikan organisasi publik lain
4. Kesehatan organisasi publik diukur melalui :
o

Kontribusinya terhadap tujuan politik.

o

Kemampuan mencapai hasil maksimum dengan sumber daya yang tersedia.

3

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012


5. Kualitas pelayanan masyarakat yang buruk akan memberi pengaruh politik yang
negatif / merugikan. (Azhar Kasim, 1993 : 20)
Meskipun organisasi publik memiliki cirri-ciri yang berbeda dengan
organisasi bisnis akan tetapi paradigma beru Administrasi Publik yang dipelopori
oleh Ted Gabler dan David Osborne dengan karyanya "REINVENTING
GOVERNMENT" telah memberikan inspirasi bahwa administrasi publik harus dapat
beroperasi layaknya organisasi bisnis, efisien, efektif dan menempatkan masyarakat
sebagai stake holder yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.
Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan
otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, pengawasan keuangan
daerah dan pengawasan independent.
1. Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah akan mempengaruhi
minat para investor dalam menanamkan modalnya di suatu daerah. Excelent Service
harus menjadi acuan dalam mendesain struktur organisasi di pemerintah daerah.
Dunia usaha menginginkan pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan murah serta tarif
yang jelas dan pasti. Pemerintah perlu menyusun Standard Pelayanan bagi setiap
institusi (Dinas) di daerah yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat,
utamanya dinas yang mengeluarkan perizinan bagi pelaku bisnis. Perizinan berbagai
sector usaha harus didesain sedemikian rupa agar pengusaha tidak membutuhkan

waktu terlalu lama untuk mengurus izin usaha, sehingga tidak mengorbankan waktu
dan biaya besar hanya untuk mengurus perizinan. Deregulasi dan Debirokratisasi
mutlak harus terus menerus dilakukan oleh Pemda, serta perlu dilakukan evaluasi
secra berkala agar pelayanan publik senantiasa memuaskan masyarakat.
Ada hasil penelitian tentang kualitas pelayanan yang perlu dijadikan pedoman
oleh aparat pemda dalam melayani masyarakat di daerah Studi International
menyatakan bahwa 3-6 dari 10 pelanggan akan bicara secara terbuka kepada umum
mengenai perlakuan buruk yang mereka terima. Pada akhirnya 6 dari 10 pelanggan

4

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

akan mengkonsumsi barang atau jasa alternatif (Pantius D, Soeling, 1997, 11). Hasil
studi The Tehnical Assistens Research Program Institute menunjukkan:



95 % dari pelanggan yang dikecewakan tidak pernah mengeluh kepada
perusahaan.



Rata-rata pelanggan yang komplain akan memberitahukan kepada 9 atau 10,
orang lain mengenai pelayanan buruk yang mereka terima.



70 % pelanggan yang komplain akan berbisnis kembali dengan perusahaan kalau
keluhannya ditangani dengan cepat. (Pantius D. Soeling, 1997 : 11).
Dengan demikian pelayanan memegang peranan yang sangat penting dalam

menjaga loyalitas konsumen, demikian pula halnya pelayanan yang diberikan oleh
pemda kepada para pelaku bisnis. Bila merasa tidak mendapat pelayanan yang
memuaskan maka mereka akan dengan segera mencari daerah lain yang lebih
kompetitif untuk memindahkan usahanya. Penilaian Kualitas Pelayanan menurut
Konsumen menurut Zeitmeml Para suraman Berry yang dikutip oleh Amy YS.
Rahayu penilaian kualitas pelayanan oleh konsumen adalah sebagai berikut :

Indikator kualitas pelayanan menurut konsumen ada 5 dimensi berikut (Amy
Y.S. Rahayu, 1997:11):
1.

Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisik kantor, komputerisasi
Administrasi, Ruang Tunggu, tempat informasi dan sebagainya.

2.

Realibility: kemampuan dan keandalan dalam menyediakan pelayanan yang
terpercaya.

3.

Responsivness: kesanggupan untuk membantui dan menyediakan pelayanan
secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

4.

Assurance: kemampuan dan keramahan dan sopan santun dalam meyakinkan

kepercayaan konsumen.

5.

Emphaty: sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan payanan kepada
konsumen.

5

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

2. Pengisian Formasi Jabatan
Formasi jabatan di pemerintah daerah propinsi maupun kabupaten ada yang
bertambah akan tetapi ada juga yang berkurang, karena harus disesuaikan dengan
kemampuan daerah untuk membiayai perangkat daerah (dinas) sesuai dengan
besarnya pendapatan asli daerah yang dimiliki. Hal ini dapat dijaga dan diperhatikan
karena jangan sampai menimbulkan konflik di daerah.
Pengisian formasi jabatan baik untuk jabatan politik maupun untuk jabatan
karir di Instansi daerah sering diwarnai dengan menguatnya isu putra daerah. Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah menyatakan otonomi daerah sering menimbulkan
berbagai gejolak biasanya terkait dengan proses pemilihan kepala daerah dan
pertanggung jawaban kepala daerah. (Republika, 10 Januari 2001). Contoh kasus
yang pernah terjadi dalam pemilihan Bupati Sampang Madura yang berlarut-larut
sampai saat yang cukup lama waktu itu, baru dilantik menunjukkan bahwa belum
semua anggota masyarakat di daerah siap melaksanakan demokrasi di tingkat lokal.
Demokrasi menuntut adanya sikap dewasa dan rasional serta sanggup untuk
menerima adanya perbedaan pendapat termasuk kekalahan dari calon atau partai yang
didukungnya. Sepanjang proses pemilihan Kepala Daerah telah dilakukan secara
demokratis dengan mengikuti aturan main yang telah ditetapkan dan ditetapkan
bersama, maka semua pihak harus siap menerima apapun hasilnya. Dalam demokrasi
ada idiom yang menyatakan bahwa tidak mungkin suatu pilihan memuaskan semua
orang. Sepanjang pemilihan itu telah memuaskan dan diterima oleh sebagian besar
masyarakat maka hasilnya harus diterima dan disahkan sebagai keputusan yang legal.
Teror, ancam-mengancam secara fisik dan psikis merupakan manifestasi dari sikap
yang belum dewasa dalam berdemokrasi, sehingga hal ini harus dihindarkan dalam
praktek-praktek politik di era reformasi dan demokrasi saat ini.
Untuk pengisian formasi jabatan karir pemda hendaknya mengedepankan
profesionalisme sehingga tidak terjebak pada fanatisme sempit berupa kesukuan, dan
pola pemikiran politik primodialisme sebab bila hal ini yang ditonjolkan oleh pemda

6

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

maka selain merugikan pemda sendiri, juga akan mengusik rasa persatuan dan
kesatuan bangsa yang telah sejak lama dibangun dan diperjuangkan bahkan jauh
sebelum kemerdekaan RI. Menurut Ibnu Purna untuk dapat mengeliminir terjadinya
ego daerahisme pelaksanaan otonomi daerah harus dilandasi dengan semangat
plurarisme dengan cara mempelajari kembali sejarah pergerakan Nasional dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia (Republika, 22 November 2000).
Strategi pengisian formasi jabatan yang paling valid, adil dan layak di daerah
adalah dengan mengadakan Fit and Proper Test secara obyektif kepada setiap calon,
tanpa melihat dari mana suku dan daerahnya yang penting masih warga negara
Indonesia. Hal ini akan mampu menekan isi kesukuan yang sudah tidak relevan lagi
untuk dipertahankan di era GLOBALISASI dan era demokrasi modern karena
keaslian dan kesukuan tidak akan menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas.
Selaiknya dengan profesionalisme akan dapat memberikan kinerja yang unggul
karena pendekatan yang bersifat primordial adalah masa lalu yang harus segera
ditinggalkan. Pembinaan pegawai di pemerintah daerah harus sudah menerapkan
merit system agar kinerja pemda dapat menjadi clean government di tingkat local
sebagai sumbangan untuk menciptakan clean government secara Nasional.
3. Pengawasan Keuangan di Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah telah mengakibatkan terjadinya pergeseran peran
dari Departemen yang berada di Pusat ke Dinas-dinas di daerah. Demikian juga
pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang dahulu dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat dengan Pemimpin Proyek yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri, kini telah
diserahkan kewenangan untuk mengangkat dan menunjuk Pimpro kepada pemerintah
daerah. Diserahkannya kewenangan pelaksanaan proyek ke daerah berarti diserahkan
pula kewenangan pengelolaan keuangan negara yang cukup besar kepada daerah.
Sementara tugas pelaksanaan kegiatan dari Departemen secara berangsur-angsur akan
menciut dan tinggal pembinaan dengan pembuatan standar-standar baku.

7

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

Meningkatnya jumlah anggaran yang dikelola di daerah perlu dibarengi
dengan peningkatan kemampuan pengawasan keuangan di daerah. Sebab
membengkaknya anggaran di pemda bila tidak diikuti dengan pengawasan keuangan
yang memadai tidak tertutup kemungkinan akan menyuburkan praktek KKN di
daerah. Untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pengawasan keuangan di
daerah diperlukan pendistribusian aparat pengawasan (Itjen, BPK, BPKP) bahkan
KPK sekalipun ke daerah tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota. Pengawasan
keuangan di daerah tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada DPRD sebab DPRD
bersifat politis dan tidak semua anggota DPRD memiliki staf ahli yang mampu dan
menguasai seluk beluk pelaksanaan keuangan daerah.
4. Lembaga Pengawasan Independen
Untuk mengawasi kinerja DPRD yang kini berfungsi sebagai independent
yang bertugas memantau kinerja DPRD. Kewenangan yang cukup besar yang
dimiliki oleh DPRD ini dapat saja disalahgunakan untuk kepentingan para anggota
DPRD sendiri, sementara kepentingan rakyat tetap saja terabaikan. Tugas dari
lembaga ini adalah untuk menekan praktek-praktek politik yang kolusif yang
dilakukan oleh DPRD dan Kepala Daerah. Pada saat penyusunan RAPBD dan
penyampaian Laporan Pertangungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, adalah saat
yang kritis dan perlu mendapat perhatian serius dari segenap lapisan masyarakat agar
tidak terjadi persekongkolan politik yang merugikan kepentingan masyarakat.
Kasus pemberian mobil dinas kepada setiap anggota DPRD telah mendapat
dana sebesar Rp 75.000.000,00 sebagai subsidi pembelian kendaraan. (Republika, 9
Maret 2001) dinilai oleh sebagian kalangan masyarakat, perbuatan yang dilakukan
agar pertanggungjawaban kepala daerah tidak dipermasalahkan oleh DPRD, padahal
masih banyak pos-pos untuk kesejahteraan masyarakat yang perlu dibiayai dari
APBD. Disini jelas bahwa demi memuluskan penilaian atas LPJ gubernur telah
memanjakan DPRD dengan berbagai fasilitas berlebihan.

8

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

Di daerah salah satu contoh kasus yang pernah heboh hampir sama juga
terjadi di Kab. Purbalingga Jateng dimana utang pribadi anggota Dewan berupa kredit
Sepeda Motor senilai Rp. 450.000.000,00 dilunasi dengan anggaran APBD
Kabupaten. Hal ini ada kaitannya dengan penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Bupati yang disampaikan pada bulan Maret 2001. (Republika, 20 Maret 2001).
Eforia rupanya juga menghinggapi sikap para DPRD sehingga tidak tertutup
kemungkinan para anggota DPRD menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki.
Lembaga pengawasan Independen ini beranggotakan para tokoh masyarakat,
kalangan perguruan tinggi (akademisi) dan LSM yang konsen terhadap Clean
Government sehingga perlu mengawal ketat pelaksanaan otonomi daerah di seluruh
Indonesia, agar otonomi daerah benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah, tanpa dibarengi dengan meningkatnya KKN di seluruh daerah.
PENUTUP
Pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan pelaksanaan tugas umum
Pemerintahan dan tugas Pembangunan berjalan lebih efektif dan efisien serta dapat
menjadi sarana perekat Integrasi bangsa. UU No. 22 1999 jauh lebih Desentralistik
dibandingkan dengan UU No. 5 1974 namun karena pelaksanaan nya berbarengan
dengan pelaksanaan Reformasi yang mengakibatkan efuria-efuria di kalangan
masyarakat maka pelaksanaan otonomi daerah dapat juga diwarnai efuria baik dari
Kepala daerah maupun dari para anggota DPRD.
Untuk menjamin agar pelaksanaan otonomi daerah benar-benar mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, maka segenap lapisan masyarakat
baik mahasiswa, LSM, Pers maupun para pengamat harus secara terus menerus
memantau kinerja Pemda dengan mitranya DPRD agar tidak disalahgunakan untuk
kepentingan mereka sendiri, transparansi, demokratisasi dan akuntabilitas harus
menjadi kunci penyelenggaraan pemerintahan yang baik good government dan Clean
government.

9

OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Maret ,
2012

Bila semua daerah otonom dapat menyelenggarakan pemerintahan secara
bersih dan demokratis, maka pemerintah kita secara nasional pada suatu saat nanti
entah kapan mungkin juga akan dapat menjadi birokrasi yang bersih dan professional
sehingga mampu menjadi negara besar yang diakui dunia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Amy Y.S. Rahayu, 1977, Fenomena Sektor Publik dan Era Service Quality,
dalam Bisnis dan Birokrasi No. 1/Vol. III/April/1997.
2. Azhar Kasim 1993, Pengukuran Efektifitas dalam Organisasi, Lembaga
Penerbit FEUI bekerjasama dengan Pusat antar universitas Ilmu-ilmu
Sosial UI.
3. Pantius D Soeling 1997, Pemberdayaan SDM untuk peningkatan pelayanan,
dalam Bisnis Birokrasi No. 2/Vol III/Agustus/1997.
4. Harian Umum Republika edisi 22 November 2000, 10 Januari 2001, 9 Maret
2001 dan 20 Maret 2001.
5. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 5 1974.
6. Martani Huseini, 1994 Penyusunan Strategi Pelayanan Prima dalam suatu
perspektif Reengineering, dalam Bisnis dan Birokrasi. No. 3/Vol
IV/September 1994.
7. Penghargaan Abdi Satyabakti dalam manajemen pembangunan, Info Pan 1995
No. 13/IV / Oktober/1995

10