Hubungan Pengawasan Kepala Ruangan Terhadap Tindakan Mencuci Tangan Di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Kepala Ruangan
1.2.1 Pengertian Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat (Suarli, 2009). Kepala ruangan bertugas untuk
membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak dalam perngawasan
agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif (Nursalam, 2011).
Menurut Arief (1987) dalam Nursalam (2011) merumuskan kepala
ruangan sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan
dan keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat
terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan. Kepala ruangan
melakukan kegiatan pengawasaan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan mencangkup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap
saat.

1.2.2 Peran Kepala Ruangan
Kepala

ruangan

diberi

tanggung

jawab

untuk

memperkerjakan,

mengembangkan dan mengevaluasi stafnya. Mereka di berikan tanggung jawab
untuk pengembangan anggaran tahunan unit yang dipimpinya dan memegang

8
Universitas Sumatera Utara


9

kewewenangan untuk mengatur unit sesuai tugas dan tanggung jawabnya,
memantau kualitas perawatan, menghadapi masalah tenaga kerjaan, dan
melakukan hal-hal tersebut dengan biaya yang efektif (Potter & Perry, 2005).
Menurut Arwani (2006) kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan,
perlu melakukan kegiatan koordinasi, kegiatan unit yang terjadi tanggung
jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi, kegiatan penampilan kerja staff
dalam

upaya

mempertahankan

kualitas

pelayanan

pemberian


asuhan

keperawatan dapat dipilih diseuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan
kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan.

2.2.2 Tujuan Kepala Ruangan
Tujuan kepala ruangan adalah memberiakan bantuan kepada bawahan
secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut WHO
(1999), tujuan dari pengawasaan yaitu:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia
2. Memungkinkan pengawasan menyadari kekurangan-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta
mengatur pelatihan yang sesuia

Universitas Sumatera Utara


10

3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas
telah cukup dan dipergunakan dengan baik
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekuranga pada kinerja
tersebut (Nursalam, 2011).

2.2.3 Pelaksanaan Kepala Ruangan
1. Kepala ruangan
a. Bertanggung jawab dalam pelayanan keperawatan pada klien di ruang
perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan di
ruang perawatan sesuai yang didelegasikan
2. Pengawas keperawatan
Bertangung jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala ruangan

yang ada di instalasinya
3. Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secra tidak langsung (Nursalam, 2011).

Universitas Sumatera Utara

11

2.2.4 Prinsip Kepala Ruangan
1. Kepala ruangan dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
2. Kepala ruangan memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan
3. Fungsi kepala ruangan diuraiakan dengan jelas, terorganisasi, dinyatakan
melalui petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar
4. Kepala ruangan merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
kepala ruangan dan perawat pelaksana
5. Kepala ruangan menciptakan lingkungan yang konduksif, komunikasi
efektif, kreativitas dan motivasi

7. Kepala ruangan mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer (Nursalam, 2011).
2.2.5 Teknik Kepala Ruangan
Menurut Azwar (1996) dalam Nursalam (2011) dalam mengatasi masalah,
tindakan yang dapat dilakukan oleh kepala ruanagan, ada dua hal yang perlu
diperhatikan:
1. Pengamatan langsung.
Pengamatan yang langsung dilaksanakan kepala ruangan dan harus
diperhatikan:

Universitas Sumatera Utara

12

a. Sasaran pengamatan.
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja.
b. Objektifitas pengamatan.

Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektif. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu
daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negatif, misalnya; rasa takut, tidak senang atau kesan mengganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara
edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
2. Kerja sama.
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan penampilan
bawahan, perlu terjalin kerjasama antara kepala rungan dengan perawat
pelaksana. Kerja sama tersebut akan terwujud bila ada komunikasi yang
baik, sehingga mereka merasakan masalah yang dihadapi adalah juga
masalah mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara

13

1.2.6 Fungsi Kepala Ruangan

Tanggung

jawab

kepala

ruangan

terbagi

menjadi

empat,

yaitu

perencanaan, pegorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
1) Perencanaan
Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan pada
tahap perencanaan, tugas bagian perencanaan ialah: 1) Menunjuk ketua tim

untuk bertugas di ruangan masing-masing, 2) Mengikuti serah terima pasien di
shift sebelumnya, 3) Mengindentifikasi tingkat ketergantungan pasien, 4)
Mengindentifikasi jumlah perawat yanga dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, serta mengatur penugasan/penjadwalan, 5)
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan, 6) Mengikuti visite dokter
untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien, 7) Membantu mengembangkan niat untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan diri, 8) Membantu membimbing peserta
didik keperawatan, 9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
2) Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi: 1)
Merumuskan metode penugasan yang digunakan, 2) Merumuskan tujuan metode
penugasan, 3) Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua
ketua tim dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat, 4) Membuat rincian
tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas, 5)Mengatur dan mengendalikan

Universitas Sumatera Utara


14

logistik ruangan, 6) Mengatur dan megendalikan situasi tempat praktik, 7)
Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua tim, 8) Memberi
wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien, 9)
Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan.
3) Pengarahan
Tahap Pengarahan meliputi: 1) Memberi pengarahan, melatih, dan
membimbing tentang penugasan kepada ketua tim, 2) Memberi pujian kepada
anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik, 3) Memberi motivasi dalam
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, 4) menginformasikan hal-hal
yuang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien, 5)
meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan,
tujuan, dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Fungsi pengawasan
adalah kegiatan mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan dan
ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan tujuan atau sasaran organisasi tidak
tercapai dengan baik, karena pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan tidak efisien

dan efektif (Suarli, 2009).
Pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

Universitas Sumatera Utara

15

b) Melalui supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui
laporan lansung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahankelemahan yang ada saat itu juga,
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama

dan

sesudah

proses

keperawatan

dilaksanakan

(didokumentasikan), selain itu mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas,
3) Evaluasi, yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim,
4) Audit keperawatan (Suarli, 2009).

2. Cuci Tangan
2.1 Defenisi Cuci Tangan
Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis
melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun
biasa dan air. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air
(Tietjen, et al., 2004). Sementara itu menurut Larson seperti yang dikutip dalam
Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa mencuci tangan adalah menggosok

Universitas Sumatera Utara

16

dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas yang kemudian dibilas di bawah air.
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk
menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar
hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan
lengan (Schaffer, et al, 2000).
Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan
penularan infeksi adalah mencuci tangan (Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan
adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh semua
orang untuk mencegah penyebaran kuman. Mencuci tangan adalah tindakan aktif
dan singkat menggosok tangan dengan sabun dibawah air hangat yang mengalir
(Depkes, 2013).
Cuci

tangan

adalah

tindakan membersihkan

kedua

tangan

dari

mikoorganisme, debu, dan kotoran dengan cara menggosok kedua tangan dengan
menggunakan air dan sabun secara bersamaan kemudian dibilas dengan air
mengalir.

2.2 Tujuan Cuci Tangan
Menurut Tietjen (2004) tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme
sementara. Tujuan dari cuci tangan adalah untuk membersihkan mikroorganisme
transien sebelum berpindah ke pasien yang rentan. Infeksi silang dapat terjadi

Universitas Sumatera Utara

17

sewaktu perawat berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau memegang
bagian yang berbeda pada satu pasien (Gould & Brooker, 2003).
Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme
yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat
itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi
(Potter & Perry, 2005).
Tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu mengangkat mikroorganisme yang
ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril,
melindungi diri dan pasien dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan bersih
(Susiati, 2008).

2.3 Indikasi Cuci Tangan
Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum (Tietjien, et al., 2004):
a. Memeriksa (kontak langsung) dengan pasien; dan
b. Memakai sarung tangan bedah steril atau sebelum pembedahan atau sarung
tangan pemerikasaan untuk tindakan rutin .
Cuci tangan sebaiknya dilakukan setelah :
a. Situasi tertentu dimana kedua tangan dapat terkontaminasi, seperti:
memegang instrument yang kotor dan alat-alat lainnya; menyentuh selaput
lendir, darah, atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau eksresi); kontak yang
lama dan intensif dengan pasien.
b. Melepas sarung tangan.

Universitas Sumatera Utara

18

WHO (2009) mengindikasikan cuci tangan sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan air dan sabun ketika terlihat kotor atau terpapar
dengan darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet.
b. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
c. Sebelum melakukan prosedur invasif dengan atau tanpa menggunakan
sarung tangan.
d. Setelah bersentuhan dengan kulit yang tidak intact , membrane mukosa, atau
balutan luka.
e. Bila berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh yang
lainnya dalam satu perawatan pada pasien yang sama.
f. Setelah kontak dengan peralatan medis.
g. Setelah melepaskan sarung tangan steril dan non steril.
h. Sebelum pemberian medikasi atau mempersiapakan makanan

cuci tangan

menggunakan alcohol handrub atau cuci tangan dengan sabun anti
bacterial dengan air mengalir.

2.4 Prinsip Cuci Tangan
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan
rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang.
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat,
dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu
komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial

Universitas Sumatera Utara

19

adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan
mengimplementasikan secara efektif.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk membersihkan tangan
dari mikroorganisme dengan cara menggosok kedua tangan menggunakan air dan
sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol handrub. WHO (2009)
mencetuskan promosi global patient safety challenge dengan clean care is
safecare, yang artinya adalah perawatan yang bersih maupun higienis adalah
perawatan yang aman untuk keselamatan pasien (patient safety) dengan
merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene atau kebersihan tangan
untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene atau 5 momen
mencuci tangan, yaitu mencuci tangan di 5 momen krusial.
5 momen mencuci tangan adalah sebagai berikut:
a. Sebelum kontak dengan pasien
Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien ketika mendekati pasien dalam
situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien bergeser ataupun berpindah
posisi, dan pemeriksaan klinis.
b. Sebelum melakukan tindakan aseptic
Mencuci tangan segera sebelum tindakan aseptik dalam situasi seperti
perawatan gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pembalutan dan perawatan
luka, insersi kateter, mempersiapkan makanan, dan pemberian obat.
c. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi
Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang
beresiko tinggi atau setelah melepaskan sarung tangan dalam situasi seperti

Universitas Sumatera Utara

20

perawatan gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pengambilan dan memeriksa darah,
membersihkan urin, feses, dan penanganan limbah.
d. Setelah kontak dengan pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan lingkungan sekitarnya dan
ketika meninggalkan pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu
pasien merubah posisi dan pemeriksaan klinik.
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh benda atau peralatan pasien di
lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan ruangan pasien bahkan bila
tidak menyentuh pasien dalam situasi mengganti linen tempat tidur pasien
dan penyetelan kecepatan perfus.

2.5 Prosedur Cuci Tangan
Prosedur mencuci tangan adalah sebagai berikut (Susiati, 2008) :
a. Lepaskan benda-benda atau perhiasan yang ada ditangan.
b. Atur posisi berdiri terhadap kran air agar diperoleh posisi yang nyaman.
c. Buka kran, atur temperatur air.
d. Tuangkan sabun cair ke telapak tangan.
e. Lakukan gerakan tangan, mulai meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
f. Kedua punggung tangan saling menumpuk, bergantian, untuk membersihkan
sela-sela jari.
g. Bersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
h. Bersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian.

Universitas Sumatera Utara

21

i. Bersihkan ibu jari bergantian.
j. Bersihkan lengan bergantian.
k. Bilas tangan sampai bersih sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung
tangan menghadap ke bawah.
l. Tutup kran air. Gunakan siku untuk menutup kran, bukan dengan jari.
m. Keringkan tangan dengan handuk.
Tietjen (2004) mengklasifikasikan prosedur atau langkah-langkah
mencuci tangan berdasarkan jenis cuci tangan, yaitu:
a. Cuci tangan rutin
Cuci tangan rutin adalah membersihkan tangan dari kotoran dan
mikroorganisme dengan cara menggosok menggunakan air dan sabun biasa.
Hal ini dilakukan pada kondisi pasien yang tidak terlalu rentan.
Langkah-langkah untuk cuci tangan rutin adalah:
1) Basahi kedua belah tangan.
2) Gunakan sabun biasa (bahan antiseptic tidak perlu).
3) Gosok dengan keras seluruh bidang permukaan tangan dan jari-jari
bersama sekurang-kurangnya selama 10 hingga 15 detik, dengan
memperhatikan bidang di bawah kuku tangan dan diantara jari.
4) Bilas kedua tangan selurunya dengan air bersih.
5) Keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan gunakan lap
untuk mematikan kran.
b. Penggosok Cuci tangan bedah
Tujuan cuci tangan bedah adalah untuk menghilangkan kotoran, debu, dan

Universitas Sumatera Utara

22

organisme sementara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama
pembedahan yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme dari kedua tangan dan lengan dokter bedah dan asistennya.
Langkah-langkah untuk cuci tangan bedah adalah sebagai berikut:
1) Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang.
2) Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga sikut dengan
sabun dan air bersih.
3) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku dengan pembersih kuku.
4) Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air.
5) Gunakan bahan antiseptic pada seluruh tangan dan lengan sampai
bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat sekurangkurangnya 2 menit.
6) Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah
seluruhnya dengan air bersih.
7) Tegakkan kedua tangan ke atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
permukaaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan dengan lap
bersih dan kering atau keringkan dengan diangin-anginkan.
8) Pakailah sarung tangan bedah yang steril.
6 (enam) Langkah Mencuci Tangan (Protap Rumah Sakit Mitra Sejati Medan)
Rumah Sakit Mitra Sejati Medan, menerapkan Standar Operasional Prosedur tetap
6 (enam) langkah mencuci tangan menurut WHO (2011) yang berlaku bagi
seluruh petugas kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. 6
(enam) langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

23

1) Langkah pertama, menggosok tangan dengan mempertemukan telapak
tangan dengan telapak tangan.
2) Langkah kedua, menggosok telapak tangan ke punggung tangan.
3) Langkah ketiga, kedua telapak tangan mengatup dan jari terjalin.
4) Langkah keempat, letakkan bagian belakang jari ke telapak tangan dengan
jari terkunci.
5) Langkah kelima, gosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya.
6) Langkah keenam, letakkan kelima jari tangan kiri di atas telapak tangan
kanan putar maju dan mundur, dan lakukan sebaliknya

Universitas Sumatera Utara