Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

19

BAB II
PENGATURAN DESAIN INDUSTRI MENURUT UU NO. 31 TAHUN 2000

A. Ruang Lingkup Desain Industri
Desain industri adalah bagian dari HKI. Perlindungan atas desain industri
didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas
dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimimliki oleh manusia.
Desain industri merupakan produk intelektual manusia, produk peradaban
manusia. Jika desain industri semula diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur
atau gambar/grafik, satu dimensi yang akan diklaim sebagai hak cipta maka, pada
tahapan berikutnya ia disusun dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat
diwujudkan dalams satu pola yang melahirkan produk material dapat diterapkan
dalam aktivitas industri. Dalam wujud itulah kemudian ia dirumuskan sebagai
desain industri. 26
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Desain Industri disusun pengertian
desain industri yakni suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis warna, atau garis dan warna, atau garis dan warna, atau gabungan
daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan
kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi

serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,
atau kerajinan tangan.

26

H.OK.Saidin, Loc.Cit.

19

Universitas Sumatera Utara

20

Merujuk pada definisi di atas maka, karakteristik desain industri itu dapat
dirumuskan sebagai berikut: 27
1. Satu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau
garis dan warna atau gabungan keduanya.
2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga
dimensi.
3. Bentuk tersebut harus pula memberi kesan estetis.

4. Butir 1, 2 dan 3 di atas harus dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
berupa barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
Pengaturan Desain Industri dengan undang-undang juga dimaksudkan
untuk memberikan landasan perlindungan hukum yang efektif guna mencegah
berbagai bentuk pelanggran berupa penjiplak, pembajakan atau peniruan atas
desain industri terkenal. Prinsip pengaturanya adalah pengakuan kepemilikan atas
suatu pola sebagai karya intelektual yang mengandung nilai estetis, dan dapat
diproduksi secara berulang-ulang, serta menghasilkan suatu barang dalam bentuk
2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi. Desain industri adalah karya intelektual seorang
pendesain,maka perlu mendapat perlindungan hukum. 28
Tidak semua desain industri yang dihasilkan oleh pendesain dapat
dilindungi sebagai hak atas desain industri. Hanya desain industri yang baru,yang
diberikan kepada pendesain. Batasan tentang desain industri yang baru itu oleh
Undang-Undang Desain Industri disebutkan bahwa desain industri yang
mendapatkan perlindungan diberikan untuk desain industri yang baru. Desain
27

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.
Sayud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum
Bisnis (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 183.

28

Universitas Sumatera Utara

21

industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut
tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
Pengungkapan sebelumnya, adalah pengungkapan desain industri yang
sebelum:
1. Tanggal penerimaan; atau
2. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas; Telah
diumumkan atau digunkan di Indonesia atau di luar Indonesia.
Suatu desain industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam
jangka waktu paling lama 6 bulan sebelum tanggal penerimaanya, desain industri
tersebut;
1. Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di
Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau
2. Telah digunakan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Di samping itu, di negara-negara yang menjunjung tinggi moral, religious

serta hukum, batasan tentang apa yang boleh didesain dan apa yang tidak boleh
dilakukan haruslah merujuk pada ukuran moral, religious, dan hukum tersebut.
Misalnya desain industri tidak diberikan terhadap karya desain yang bersifat
pornografi, yang di dalamnya terdapat unsur penghinaan atau desain terhadap
wajah nabi atau rasul yang dalam keyakinan agama tertentu termasuk pada
perbuatan yang dilarang. 29
Guna lebih memahami ruang lingkup desain industri ini ada pandangan
suatu ahli yang sangat baik sehingga dapat lebih mampu melihat ruang lingkup

29

OK. Saidin, Op.Cit,hlm.472.

Universitas Sumatera Utara

22

desain industri ini, yaitu pandangan Misha Black yang termuat dalam laporannya
kepada United Nations Industrial Development Organization yang menyebutkan
beberapa aspek dari perencanaan sebuah produk industri, terdiri dari: 30

1. Aspek kegunaan, mengacu kepada interaksi langsung antara manusia dan
produk dengan dilandasi pertimbangan-pertimbangan seperti kenyamanan,
kepraktisan, keselamatan, kemudahan, perawatan, perbaikan, termasuk juga
faktor-faktor ergonomi dan anthropometri.
2. Aspek fungsi, mengacu pada prinsip fisik dan teknik dari desain dan dilandasi
oleh pertimbangan permesinan, persediaan bahan baku, tata cara kerja,
perakitan, tingkat keterampilan tenaga kerja, efisiensi, penghematan biaya,
toleransi, kelayakan, standarnisasi dan lain-lain.
3. Aspek pemasaran, berorientasi pada kebutuhan konsumen yang dilandasi
pertimbangan akan kebutuhan dan keinginan, kebijakan produk, diversifikasi
produks, skala prioritas harga, jaringan distribusi, dan lain-lain.
4. Aspek nilai estetis dan penampilan suatu produk, mengacu pada nilai visual
dan psikologis dari desain yang dilandasi oleh pertimbangan seperti bentuk
keseluruhan, unsur penampilan, pembuatan detil, proporsi, tekstur, warna,
grafis dan penyelesaian akhir.

30

Jhon Heskett, Desain Industri, terjemahan Chandra Johan (Jakarta: Rajawali, 1968),


hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara

23

Pembagian bidang desain industri adalah sebagai berikut:
1. Obyek desain industri
Selain adanya pembagian dari bidang desain industri, perlu diperhatikan
juga mengenai hal-hal mana saja yang dapat menjadi obyek desain industri. Tidak
semua desain industri yang mendapat perlindungan hukum, hanya desain industri
yang memenuhi persyaratan Undang-Undang Desain Industri, yang mendapat
perlindungan hukum desain industri. Menurut Undang- Undang Desain Industri,
yang menjadi obyek perlindungan hukum desain industri adalah desain industri
yang baru (novelty) dan telah terdaftar. 31
Pada dasarnya desain industri yang mendapat perlindungan antara lain: 32
a. Prinsip kebaruan;
Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Desain Industri menyatakan
hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru. Hal ini berarti
bahwa hanya desain industri yang mempunyai unsur kebaruan saja yang dapat

diberikan perlindungan hukum dan dengan sendirinya dapat didaftar. Pendaftaran
merupakan syarat mutlak agar desain industri yang mempunyai kebaruan tadi
diberikan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) dihubungkan dengan Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Desain Industri, suatu desain industri dianggap baru apabila pada
tanggal penerimaan permohonan pendaftaran desain industri yang telah memenuhi

31

Rachmadi Usman, Hukum Hak Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 418.
32
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia bekerjasama dengan Japan International Coorporation Agency, Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006, hlm. 39.

Universitas Sumatera Utara

24


persyaratan

administratif,

desain

industri

tersebut

tidak

sama

dengan

pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
b. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
ketertiban umum, agama atau kesusilaan.
Ternyata tidak semua desain industri yang baru dapat diberikan hak desain

industri. Pasal 3 Undang-Undang Desain Industri mengatur desain industri yang
tidak mendapat perlindungan, yakni desain industri yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau
kesusilaan.
2. Subyek desain industri
Yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain industri antara
lain: 33
a. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain;
b. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak
desain industri diberikan kepada mereka secara bersama kecuali jika
diperjanjikan lain;
c. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, atau yang dibuat orang lain berdasarkan
pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk dan/atau
dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain
antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila
penggunaan desain itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas;
33

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Azasi

Indonesia, bekerjasama dengan Japan International Corporation Agency, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

25

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 berlaku pula bagi desain
industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam
hubungan dinas;
4. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain
dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua
pihak.
Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak menghapus hak pendesain untuk
tetap dicantumkan namanya dalam sertifikat desain industri, daftar umum desain
industri dan berita resmi desain industri. 34
Elemen desain industri juga sering bersinggungan dengan elemen dalam
karya hak cipta , terutama dengan lingkup hak cipta dalam Pasal 12 huruf f yaitu
obyek hak cipta yang berupa seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,
gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

Elemen seni ukir, seni pahat dan seni patung dalam hak cipta sering
bersinggungan dengan elemen desain industri terutama dalam karya desain
industri yang berupa kerajinan tangan.
Meskipun elemen-elemen antara karya desain industri mungkin saja
bersinggungan dengan elemen-elemen karya hak cipta, namun sebagaimana telah
dikemukakan tetap dapat dibedakan antara keduanya. Hak cipta obyek
perlindungannya lebih pada karya tentang seni, sedangkan desain industri

34

OK Saidin, Op.Cit, hlm. 473.

Universitas Sumatera Utara

26

penekanannya pada karya tentang bentuk (appearance) yang mempunyai nilai
estetika dan dibuat untuk menghasilkan komoditas industri/mass production. 35
Jika kreasi itu hanya dibuat untuk satu buah produk dengan penekanan
pada unsur seninya maka tidak dapat dikatagorikan sebagai desain industri. Jika
sebuah kerajinan tangan dibuat hanya satu buah yang diukir oleh penciptanya,
dengan segenap ekspresi seni yang sangat mendalam ini termasuk dalam hak
cipta.
Selain perbedaan diatas, perbedaan prinsip antara hak cipta dan desain
industri juga terlihat dari asas hukum yang mendasari kedua instrumen hukum
tersebut sebagaimana diuraikan dalam bagian penjelasan Undang-Undang Desain
Industri yaitu dalam hak cipta terdapat asas orisinal, yaitu sesuatu yang langsung
berasal dari asal orang yang membuat atau yang menciptakan atau sesuatu yang
langsung dikemukakan oleh orang yang dapat membuktikan sumber aslinya.
Sedangkan dalam desain industri terdapat asas kebaruan, artinya seseorang berhak
ditetapkan sebagai pemilik hak atas desain industri saat pertama kali
mendaftarkan haknya tersebut di Direktorat Desain Industri. 36
Dalam desain industri proses untuk memperoleh hak desain industri
dengan mengajukan permohonan pada Ditjen HKI. Sedangkan dalam hak cipta
hak itu didapat secara otomatis dan tidak ada kewajiban mendaftarkan (Pasal 2
ayat(1) jo.Pasal 36 Undang-Undang Hak Cipta) Dan pendaftaran hak cipta bukan
merupakan pengesahan, melainkan hanya anggapan adanya hak.
35

NK Supasti Dharmawan, Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di
Bidang Hak Cipta Dan Desain Industri (Denpasar Bali : Makalah Seminar HKI, 2003), hlm. 5.
36
Insan Budi Maulana, A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek di Indonesia
(Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,2000), hlm.98.

Universitas Sumatera Utara

27

Dalam sistem perlindungan desain industri terdapat perlindungan
berdasarkan pendekatan hak cipta (copyright approach). Perlindungan desain
industri berdasarkan pendekatan hak cipta di indonesia secara hukum telah ada
sejak diberlakukanya Auteurswet 1912 sesuai dengan asas konkordansi. Sistem
perlindungan desain industri ini merupakan perlindungan yang bersifat tambahan
atas perlindungan yang bersifat tambahan atas perlindungan hak cipta terhadap
karya-karya di bidang seni, walaupun dalam prakteknya sangat sulit untuk
diharmoniskan

antara

perlindungan

produk-produk

desain

industri

dan

perlindungan terhadap ciptaan di bidang seni.

B. Prinsip-Prinsip Perlindungan Desain Industri
Permasalahan HKI tidak dapat lagi dilepaskan dari konteks ke ekonomi
yang semakin erat melekat dalam segi-segi kegiatan ekonomi dan perdagangan
internasional saat ini. Namun, satu hal yang masih menjadi dilema, yaitu
bagaimana

memberikan

keseimbangan

antara

hak

individual

dan

hak

masyarakat/komunla, sebagaiman dinyarakan dalam pendapat Cooter dan Ulen di
bawah ini:
Setelah memahami konsep-konsep yang mendasari perlakuan HKI ke
dalam suatu sistem hukum seperti diuraikan dalam paragraf di atas, selanjutnya
pada sub bab berikut ini akan diuraikan pembahasan dengan focus yang lebih
tajam terhadap keberlakuan HKI pada aspek desain industri. Sebagai acuan
pembahasan, dapat disimak konteks yang terdapat dalam defines lengkap desain
industri sebagai tertuang dalam Black’s Law Dictionary berikut :

Universitas Sumatera Utara

28

In patent law, the drawing or depiction of an original plan or conception
for a novel pattern, model, shape, or configuration, to be used in the
manufacturing ir tetile arts or the fine arts, and chiefly of a decorative or
ornamental character. “Design patents” are contrasted with “utility
patents”, but equally involve the exercise of the inventive or originative
faculty. Design, in the view of the patent law, is that characteristic of a
physical substance which, by means of lines, images, configuration, and
the like, taken as a whole, makes an impression, thorught the eye, upon the
mind of the observer. The essence of a design resides not in the elements
individually, nor in their method of arrangement, but in the total
ensemble-in that indefinable whole that aakens some be complex or
simple. But whatever the impression, there is attached in the ming of the
observer, a sense o uniqueness and charater 37.
Secara garis besar, defnisi di atas memuat beberapa bagian pening bagi
pengauran atas desain industri, antara lain adanya: (i) perwujudan bentuk-bentuk,
konsep-konsep, serta (ii) sifat-sifat kebaruan dan keunikan bila dilihat dari setiap
perspsi orang yang melihat desain tersebut.
Apabila hal tentang desain industri dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari,
Lionel Bently dan Brad Sherman berpendapat bahwa desain industri memegang
peran yang sangat penting, tetapi seringkali menjadi bagian yang terabaikan
dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, sebgaimana penampilan pakaian yang kita
gunaka saat ini, bentuk kursi yang kita duduki, maupun papan selancar yang
digunakan, desain juga memberikan pengarauh kepada keputusan-keputusan yang
kita buat dalam melakukan kegiatan konsumsi, seperti mengapa kita memilih satu
sikat gigi daripada sikat gigi yang lain, desain apa yang digunakan sebgai halaman
muka, perencanaan kota, desain gaya hidup, desain grafis, desain panggung
sampai dengan desain pakain desain produk, dan desain kemasan. Sebagaimana
refleksi atas keanekaragaman tersebut, peran desain telah meluas dan kuat.
37

Ansor Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam
praktiknya di Indonesia (Bandung:PT.Alumni,2011), hlm. 86.

Universitas Sumatera Utara

29

Draft konvensi yang mengatur tentang perlindungan hak kekayaan industri
akhirnya diadopsi oleh peserta yang sampai saat ini konvensi tersebut kita kenal
dengan nama Paris Convention for the Protection of Industrial Property. Lebih
lanjut di bawah ini dikemukan prinsip-prinsip atau pedoman pokok yang
diberlakukan secara internasional dengan uraian sebagai berikut:
1. Sistem perlindungan hukum desain industri berdasarkan Paris Convention for
the Protection of Industrial Property tahun 1883 (Paris Convention)
Pada tahun 1883, sebuah kongres diplomatik yang baru telah diadakan lagi
di Paris yang diakhiri oleh 11 negara yaoutu: Belgia, Brazil, El Salvador,
Perancis, Guatemala, Italia, Belanda, Portugis, Spanyol, Serbia, dan Swiss. Pada
saat Paris Convention berlaku secara efektif pada tanggal 7 Juli 1884, Inggris,
Tunisia, dan Equador, ikut menandatangi sehingga jumlah anggota konvensi
bertambah menjadi 14 negara. Setelah berakhirnya perang dunia II, jumlah
keanggotannya telah meningkat secara sangat signifikan.
Setelah Paris Convention untuk pertama kalinya didirikan pada tahun
1883, kemudian secara berturut-turut konvensi tersebut direvisi pada tanggal 14
Desember 1900 di Brusel, tanggal 12 Juni 1911 di Washington, tanggal 6
November 1925 di Hague, tanggal 2 Juni 1934 di London, tanggal 31 Oktober
1958 di Lisbon, dan tanggal 14 Juli 1967 di Stockholm, serta diamandemenkan
kembali tanggal 28 September 1979 di Stockholm. 38
Tujuan Paris Convention ini adalah memfasilitasi hubungan dangan antara
sesama negara anggotanya guna mempromosikan perlindungan hukum secara

38

Ibid,hlm. 90.

Universitas Sumatera Utara

30

internasional terhadap hak kekayaan industri (industrial proseprty rights).
Berdasarkan Paris Convention, bagi negara-negara anggotanya, semua peraturan
perundang-undangan tentang hak kekayaan industri harus sejalan, independen,
serta isinya tidak boleh bertentan dengan prinsip-prinsip dasar Paris Convention.
Konvensi ini merupakan salah satu konvensi di bidang HKI yang cukup tua.
Indonesia menjadi anggota Paris Convention pada tahun 1997 melalui Keputusan
Presiden No.15 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
No.32).
Paris Convention memuat beberapa pasal yang merupakan prinsip-prinsip
utama yang harus diterapkan oleh negara anggotaya antara lain sebagai berikut.
a. Prinsip National Treatment dan kaitannya dengan Prinsip National Interest
Article 2 (1) Paris Convention tentang National Treatment berbunyi sebagai
berikut:
National of any country of the Union shall, as regards the protection of
industril property enjoy in all the other countries of the Union the
advantages that their repective laws now grant, or may hereater grant, to
nationals; all without prejudice to the rights specially provided for by this
Convention. Consequenty, they shall have the same protection as the
latter, and the same legal remedy against any infringement of their rights,
provided that the condition and formalities imposed upon nationals are
complied with.

Maksud prinsip ini bahwa setiap negara anggota Paris Convention harus
memberikan perlindungan yang sama kepada warga negara anggota konvensi
lainnya. 39
Pada bagian lain, maksud prinsip national interest bahwa pada setiap
negara anggota yarus ada peraturan perundang-undangan yang bersifat substantive

39

Ibid., hlm. 91.

Universitas Sumatera Utara

31

yang mengatur tentan hak dan kewajiban baik bagi perorangan maupun badan
hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Paris Convention sejauh
tidak bertebntangan dengan konvensi. Tiap-tiap negara anggota Paris Convention
dapat membuat undang-undang HKI masing-masing termasuk udang-undang di
bidang desain industri sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Mengingat
ketentuan-ketentuan standar yang ada dalam Paris Convention sudah diadopsi
juga pada TRIPS, sehingga secara otomatis negara-neraga anggota WTO, dalam
pembuatan undang-undang HKI-nya akan berpedoman dan tidak boleh
bertentangan dengan TRIPs. 40
Harmonisasi perundang-undangan di bidang HKI penting untuk dilakukan.
Penyerangaman melalui harmonisasi undang-undang dapat mempermudah dalam
implementasi undang-undang tersebut terutama dalam praktik baik di bidang
administrasi maupun penegakan hukum.
Berkaitan dengan masalah harmonisasi perundang-undangan, Hikmahanto
Juwana menyatakan berikut :
Dari perspektif negara maju, harmonisasi hukum di negara berkembang
merupakan suatu hal pentin untuk dicapai. Harmonisasi kembang merupakan
suatu hal penting untuk dicapai. Harmonisasi yang menjurus pada kesergamana di
bidang infrastruktur hukum akan berdampak pada kenyamanan untuk berinvestasi
dari pelaku usaha negara maju dinegara berkembang. Ini penting di era dunia yang
tidak mengenal batas (bordless world) dan transaksi lintas batas yang memerlukan
pengaturan hukum.

40

Ibid., hlm.92.

Universitas Sumatera Utara

32

Selanjutnya ditambahkan oleh Hikmahanto Juwana sebagai berikut: 41
Dalam memengaruhi pembentuk undang-undang untuk menjuju
harmonisasi hukum Indonesia, kesan bahwa terjadi westernisasi hukum
Indonesia tidak dapat dihindari. Memang harmonisasi akan mengarah pada
westernisasi. Meskipun demikian, westernisasi hukum bukanlah hal baru
mengingat westernisasi hukum sudah pernah dilakukan. Ini terjadi pada
saat Eropa melakukan kolonialisme dan inperlialisme terhadap negaranegara Benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Sebagai akibat, saat ini
hampir tidak ada negara di dunia yang memiliki hukum tanpa pengaruh di
Eropa.

Dilain pihak, negara-negara maju yang mempunyai kepentingan ekonomi dari
aspek perdagangan internasionalnya, juga melakukan evaluasi terhadap undangundang HKI yang dibuat oleh negara-negara anggota WTO terutama terhadap
negara-negara berkembang.
b. Prinsip hak prioritas (Priority Rights)
Yang dimaksudkan dengan priority rights atau hak prioritas adalah hak
untuk mendapatkan tanggal pendaftaran (filing date) atas hak kekayaan industri
(industrial property rights) di negara tempat permohonan tersebut yang juga akan
mendapat pengakuan yang sama apabila permohonan pendaftaran tersebut
dilakukan di sesama negara anggota konvensi. Article 3 Paris Convention yang
sudah beberapa kali diubah dalam huruf A (1) berbunyi sebagai berikut: 42
Any person who has duly field application for patent, or for the
registration of utility model, or of an industrial design, or of trademark, in
one of the countries of Inion, or his successor in title, shall enjoy, for the

41

Hikmahanto Juwana,Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia dalam gagasan
dan pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol.II, (Jakarta:Tim Pakar Hukum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003), hlm.24.
42
Ibid., hlm.95.

Universitas Sumatera Utara

33

purpose of filing in the other countries, a right of priority during the
pariods hereinafter fixed..
Untuk negara anggota konvensi yang pendaftaran desain industrinya
didaftarkan berdasarkan pendaftaran utility models, periode untuk hak prioritasnya
sama denga hak prioritas pada desain industri sebgaimana disebutkan dalam
Article 3 huruf E (1) Paris Convention sebagai berikut:
Where an industrial design is field in a country by virtue of a right or
priority based on the filing of a utility model, the period of priority shall be
the same as that fixed for industrial design.
Pengaturan desain industri dalam Paris Convention
Article 1 Paris Convention sebagai berikut: 43
The protection of industrial Property has as its object patents, utility
models, industrial designs, trade marks, service marks, trade names,
indications source or appelations or origin, and the repression of unfair
competition.
Berdasarkan bunyi Article 1 tersebut jelas terlihat bahwa desain industri
merupakan salah satu objek perlindungan HKI yang secara internasional sejak
tahun 1883 sudah dilaksanakan oleh negara-negara anggota Paris Convention
untuk diberikan perlindungan hukum disamping bidang-bidang HKI lainnya.
Masalahnya hak prioritas, dalam Undang-Undang Desain Industri sudah
diadopsi berdasarkan Pasal 2 Ayat (3) Huruf b Paris Convention yang berbunyi

43

Ibid., hlm.96.

Universitas Sumatera Utara

34

sebagai berikut yaitu tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.
2. Prinsip- prinsip perlindungan hukum desain industri berdasarkan Bern
Convention for the Protection of Literary and Artistic Works tahun 1886
Bern Convention merupakan salah satu perjanjian atau konvensi yang
diadakan pada tanggal 9 september 1886 dan telah diubah pada tanggal 24 Juli
1971 di Paris dan terakhir telah diubah kembali pada tahun 1979. Bern
Convention tidak hanya mengatur maslah perlindugan hak cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, tetapi juga memberikan perlindungan bagi desain
industri apabila negara tersebut belum memiliki Undang-Undang Desain Industri
secara khusus sebagaimana Article 2 (7) Bern Convention sebagai berikut: 44
Subject to the provision of Article 7 (4) of this Conetion, it shall determine
the extent of the application of their laws to works of applied art and
industrial designs and models, as well as the protect. Works protect in the
country of origin solely as designs and models shall be entitled in another
country of the Union only tos such special protection as is granted in tha
country to desogns and models; however, if no such special protection is
granted in that country, such works shall be protected as artistic works.

Pada tahun 1950, Indonesia sebenarnya sudah menjadi anggota Bern
Convention, tetapi kemudian keluar dari keanggotaan konvension tersebut dengan
maksud untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat agar
dapat memanfaatkan

atau mengakses ilmu pengetahuan dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Achmad Zen Umar Purba, dalam hal Indonesia
keluar dari Bern Convention menyatakan sebagai berikut:

44

Ibid., hlm.98.

Universitas Sumatera Utara

35

Indonesia keluar dari konvensi ini dengan alasan yang strategis: dengan
harapan agar kita akan dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
memindahkan ilmu pengetahuan dari luar negeri masuk ke dalam negeri
dengan misalnya menerjemahkan, meniru, menyalin ciptaan-ciptaan para
pencipta luar negeri. Sebgai negara yang baru merdeka, waktu itu kita
perlu memperkuat diri dengan ilmu dari luar negeri tanpa harus
mengeluarkan biaya. Akan tetapi, ternyata maksud baik ini tidak pernah
terealisasi. 45

Di lain pihak, pada saat Indonesia keluar dari Bern Convention Indonesia
tidak memanfaatkan sama sekali kesempatan tersebut dengan baik sebagaimana
yang dilakukan Jepang, sampai akhirnya karena Indonesia telah menjadi anggoat
WTO pada tahun 1994, Indonesia harus meratifikasi kembali Bern Convention
dengan Keputusan Presiden No.18 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 113). 46
Dalam Bern Convention, negara-negara anggotanya sepakat untuk
melakukan upaya perlindungan bagi hak-hak pencipta atas karya-karyanya di
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dengan cara atau system yang sama dan
seefektif mungkin. Berbeda dengan system perlindungan di bidang hak kekayaan
industri (industrial property rights) untuk mendapatkan hak dan perlindungan
hukum atas karya-karya intelektualnya, seseorang harus mengajukan permohonan
kepada kantor pemerintah yang berwenang atau melalui lembaga internasional,
seperti halnya yang dipraktikkan dalam sistem Patent Cooperation Treaty (PCT)
yang diadministrasikan oleh Biro Internasional WIPO (Word Intellectual Property

45

A.Zen Umar Purba, Trips,UU Hak Cipta dan Penegakan Hukum,dalam Gagasan dan
Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol II (Jakarta:Tim pakar Hukum Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003), hlm.173.
46
Ansori Sinungan,Op.Cit., hlm.98.

Universitas Sumatera Utara

36

Organization) di Jenewa. Adapun prinsip-prinsip dasar yang perlu diuraikan
dalam Bern Convention adalah sebagai berikut:
a. Prinsip National Treatment
Berdasarkan Article 5 (1) dinyatakan bahwa cipttan yang berasal dari salah
satu negara lian peserta pernajian harus mendapat perlindungan hukum yang sama
denga perlindungan yang diperoleh hasil karya ciptaan seorang pencipta di dalam
negeri peserta sebgaimana dinyatakan sebagai berikut :
Authors shall enjoy, in respect of works for which they are protected under
ghis convention, in countries of the Union other than the country of origin,
the rights which their respective laws do now or may here after grant to
their nasionals, as well as the rights specially granted by this convention
b. Prinsip Automatic Protection 47
Berdasarkan

sistem

yang

dianut

oleh

Bern

Convention,

untuk

mendapatkan perlindungan hukum atas karya-karya ciptaannya, pencipta atau
pemegang hak cipta tidak perlu mengajukan permohonan pendaftaran kepada
kantor pemerintah yang berwenang. Artinya, apabila suatu ciptaan sudah
dijelmakan atau difiksasikan dalam bentuk nyata (fixation), hak cipytanya secara
otomatis langsung melekat pada si pencipta (automatic protection) sebagaimana
disebutkan dalam Atricle 5 (2) Bern Convention yang berbunyi sebagai berikut:
The enjoyment and the exercise of these rights shall not be subject to any
formality; such enjoyment and such exercise shall be independent of the
existence of protection in the country of orgin of the work. Consequently,
apart form the provision of this Convention, the extent of protection, as
well s the means of redress afforded to the author to prortect his rights,

47

Ibid., hlm.99.

Universitas Sumatera Utara

37

shall be governed exclusively by the laws of the country where protection
is claimed.

c. Prinsip Independence Protection
Prinsip Independence Protection ini, menurut Ken-ichi Kumagai
mengandung arti bahwa perlindungan yang diberikan sebgaimana dimaksudkan
dalam Article 5 (2) Bern Convention adalah bersifat independen sesuai dengan
perlindungan yang berlaku di negara asal pencipta atau negara tempat suatu karya
cipta dilahirkan untuk pertama kalinya. Dengan demikian, terlepas dari adanya
ketentuan dari Article 5(2) Bern Convention ini, hak cipta dari pencipta adalah
tetap dilindungi secara independen oleh undang-undang yang berlaku di negara
yang bersangkutan. 48
3.Prinsip-prinsip perlindungan hukum desain industri dalam Undang-Undang
Desain Industri
Menurut Undang-Undang Desain Industri bahwa perlindungan desain
industri dalam industri kerajinan tangan produksi UKM muncul seiring dengan
pendaftaran desain industri yang dibuat oleh pelaku UKM, dengan adanya
pendaftaran desain industri maka setiap produk UKM telah mendapatkan
perlindungan dari setiap perbuatan peniruan yang dilakukan terhadap produk
tersebut. selain itu pemerintah memberikan hak eksklusif yang berupa hak desain
industri. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Desain Industri memiliki hak eksklusif
unruk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan untuk melarang
orang lain yang tanpa persetujuanya membuat, memakai, menjual, mengimpor,

48

Ibid., hlm.100.

Universitas Sumatera Utara

38

mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberikan hak desain industri.
Selanjutnya pada Pasal 1 ayat 5 disebutkan hak desain industri adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas
hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memeberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut
yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Desain Industri dijelaskan bahwa
yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang
menerima hak tersebut dari pendesain. 49
Pada Pasal 12 Undang-Undang Desain Industri dikatakan bahwa pihak
yang untuk pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang
hak desain industri, kecuali terbukti sebaliknya. Oleh karena itu, pihak pendesain
yang dapat juga dikatakan dengan pelaku UKM harus mendaftarkan produk
kerajinan tangannya untuk menghindari adanya pihak lain yang meniru hasil
produk tersebut dan melakukan pendaftaran desain industri. Dengan melihat Pasal
tersebut dapat dilihat betapa pentingnya perlindungan hukum bagi pelaku UKM
untuk mendapatkan hak atas desain industri tersebut. Dimana pendaftran atas
kerajinan tangan yang merupakan produk dari UKM merupakan syarat mutlak
yang harus diperhatikan oleh pelaku UKM.
Prinsip

perlindungan

bagi

desain

industri

mensyaratkan

adanya

pendaftaran, sehingga di sini berbeda dengan hak cipta. Melalui permintaan
pendaftaran selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan formal dan substantif atas
seluruh persyaratan yang telah ditetapkan. Adanya persyaratan mengenai nilai

49

Republik Indonesia, Undang-Undang Desain Industri Nomor 30 Tahun 2000, Pasal 6.

Universitas Sumatera Utara

39

kebaruan (novelty), yakni suatu fakta hukum yang membuktikan bahwa pada saat
pertamakali permintaan pendaftaran diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat
membantah status kreasi desain tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan
sebelumnya.
Norma hukum ini pada dasarnya lebih merupakan kualifikasi teknis. Yang
berarti, apabila secara teknis tidak ada yang dapat membuktikan adanya desain
serupa yang lebih dahulu didaftarkan atau diungkapkan kepada publik, maka
desain yang diajukan itu dianggap sebagai baru. Persyaratan lainnya merujuk pada
siapa yang pertamakali mengajukan permintaan pendaftaran. Sesuai hukum, orang
itu yang berhak mendapatkan perlindungan meski ada orang lain yang mengaku
lebih dahulu membuat desain. Prinsip ini lazim disebut first to file system. Adapun
jangka waktu perlindungannya berlaku selama 10 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan permintaan pendaftaran desain yang telah memenuhi persyaratan. 50
Prinsip-prinsip HKI :
1. Prinsip Ekonomi.
Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu
kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang
akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
2. Prinsip keadilan.
Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang
yang bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu

50

Asep Yudha Wirajaya, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Untuk Seni dan
Budaya Tradisional”,
http://asepyudha.staff.uns.ac.id/2012/02/20/perlindungan-hak-kekayaanintelektual-untuk-seni-dan-budaya-tradisional/. diakses pada tanggal 09 juli 2013.

Universitas Sumatera Utara

40

pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemiliknya.
3. Prinsip kebudayaan.
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan
seni untuk meningkatkan kehidupan manusia.
4. Prinsip sosial.
Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ),
artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu
merupakan

satu

kesatuan

sehingga

perlindungan

diberikan

bedasarkan

keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat. 51
Dengan melihat prinsip hak kekayaan intelektual dapat dikatakan bahwa
prinsip yang ada dalam kekayaan intelektual berkaitan dengan desain industri.
Dimana dikatakan bahwa desain industri juga merupakan salah satu perlindungan
terhadap kekayaan intelektual. Dalam desain industri dikatakan bahwa adanya
pemberian hak eksklusif dalam kaitanya dengan prinsip diatas,dalam desain
industri juga terdapat prinsip ekonomi, bahwa dikatakan dalam Pasal 9 UndangUndang Desain Industri seorang yang mendapat hak desain industri dapat
membuat, memakai, menjual, atau mengedarkan barang yang diberi hak desain
industri yang dimana dalam Pasal ini terkandung prinsip ekonomi.
Desain Industri pun juga menganut prinsip first to file. Pendaftaran pertama
dalam desain industri ( First to file ) berarti bahwa orang yang pertama
mengajukan permohonan atas desain industri yang akan mendapat perlindungan
51

Yan
Hasiholan,
“Hak
Kekayaan
intelektual”,
http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/05/10/hak-kekayaan-intelektual/ . diakses tanggal 09 juli
2013.

Universitas Sumatera Utara

41

hukum dan bukan orang yang mendesain pertama kali. Sebagaimana dikatakan
sebelumnya dalam

prinsip first to file yang dapat diartikan sebagai prinsip

pendafataran suatu temuan yang didasari atas siapa yang pertama kali
mendaftarkan temuan tersebut baik pribadi atau badan hukum baik berupa
perusahaan industri. Adalah suatu sistem pemberian hak eksklusif yang menganut
mekanisme bahwa seseorang yang pertamakali mengajukan permohonan
dianggap sebagai pemegang desain industri, bila semua persyaratannya dipenuhi.

C. Permohonan Pendaftaran Desain Industri
Hak desain industri merupaka hak khusus yang diberikan oleh Negara
kepada pendesain atau pemegang hak desain industri atas hasil kreasinya untuk
selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri kreasi tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 52

52

Insan Budi Maulana, Op.Cit, hlm.26.

Universitas Sumatera Utara

42

53

Dengan memperhatikan skema proses pendaftaran desain industri sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Desain Industri maka proses pendaftaran desain
industri adalah sebagai berikut :
1. Pendesain atau kuasa hukumnya mengajukan permohonan pendaftaran
desain industri secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Ditjen HKI
53

Ibid, hlm.27.

Universitas Sumatera Utara

43

dengan membayar biaya yang telah ditentukan oleh peraturan perundangundangan dan biasanya diatur dalam peraturan Pemerintah Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PP PNBP) yang pada saat ini diatur dalama
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009. Disayangkan, sistem
pendaftaran yang selama ini diterapkan di Indonesia terhadap permintaan
pendaftaran, baik paten, merek, hak cipta, maupun desain industri belum
dapat dilakukan secara per pos sebagaimana diterapkan di Australia atau
Negara-negara maju yang lainnya dan juga tidak bias mengajukan
pedaftaran secara paperless system atau dilakukan secara electronic filing
sebagaimana dilakukan oleh Kantor Paten Jepang, Korea Selatan, atau
Thailand. Sistem pendaftaran desain industri di Indonesia masih dilakukan
secara manual dan konvesional, yaitu dengan mengajukan permohonan
dan harus datang ke Ditjen HKI yang berada di Tangerang, Provinsi
Banten, atau melalui Kantor Perwakilan Ditjen HKI yang berada di ibu
kota provinsi misal, Kanwil Menkumham Jawa Timur yang berada di
Surabaya, Jawa Timur, atau Kanwil Menkumham Jawa Barat, Semarang,
dan sebagainya. Dan untuk mengajukan permintaan pendaftaran desain
industri dilakukan dengan cara melakukan pengisian formulir permohonan
dan harus ditandatangani pemohon atau konsultan HKI selaku kuasanya.
Faktanya, permohonan pendaftaran desain industri melalui kanwil tetap
belum bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif karena masalah sumber
daya manusia, sarana dan anggaran. Karenanya masih sedikit para
pengusaha atau konsultan HKI menggunakan kanwil untuk memproses

Universitas Sumatera Utara

44

permohonan pendaftaran desai industri. Akibatnya, biaya yang harus
dianggarkan para usahawan kecil dan menengah cukup besar.
1. Pengisian formulir permohonan pendaftaran desain industri harus memuat :
a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;
b. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain;
c. Nama, alamat lengkap, dan kewaraganegaraan permohon;
d. Nama, alamat lengkap konsultan selaku kuasa apabila permohonan
diajukan melalui kuasa; dan
e. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali,
dalam hal permohonan untuk diajukan dengan hak prioritas.
Selain hal tersebut di atas, permohonan dilampiri pula dengan:
a. Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang
dimohonkan pendaftarannya;
b. Surat kuasa khusus dalam hal permohonan diajukan melalui Konsultan
selaku kuasa;
c. Surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan pendaftarannya
adalah miliknya.
2. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
pemohon, permohonan tersebut harus ditandatangani oleh salah satu pemohon
dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon lain.
3. Kemudian, dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain,
permohonan harus disertai pernyaaan yang dilengkapi dengan bukti cukup
bahwa pemohon berhak atas desain industri yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

45

4. Undang-undang juga menyatakan bahwa satu permohonan hanya dapat
diajukan untuk satu kesatuan atau kelas yang sama dari desain industri yang
diajukan tersebut.
5. Persyaratan lain yang harus diikuti oleh pemohon yang bertempat tinggal di
luar wilayah Negara Republik Indonesia, yaitu permohonan itu harus diajukan
melalui konsultan HKI selaku kuasanya dan pemohon harus menyarakan dan
memilih domisili hukumnya di Indonesia.
6. Seandainya pemohon dalam permohonan desain industri itu menggunakan hak
prioritas, permohonan itu harus diajukan dalam waktu paling lama enam bulan
terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali diterima di
negara lain yang merupakan anggota Konvensi Paris (Paris Convention) atau
anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organizatition).
Permohonan dengan hak prioritas wajib dilengkapi dengan dokumen prioritas
yang disahkan oleh kantor yang menyelenggarakan pendaftaran desain
industri disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia dalam waktu paling
lama tiga bulan terhitung sejak batas akhir pengajuan permohonan dengan hak
prioritas. Apabila syarat sebagaimana dimaksudkan di atas tidak dipenuhi,
permohonan tersebut dianggap diajukan tanpa menggunakan hak prioritas.
7. Selain salinan surat permohonan sebagaimana, dimaksudkan di atas, Ditjen
HKI pun dapat meminta agar permohonan dengan menggunakan hak prioritas
dilengkapi dengan:
a. Salinan lengkap hak desain industri yang telah diberikan sehubungan
dengan pendaftaran yang pertama kali diajukan di luar negeri; dan

Universitas Sumatera Utara

46

b. Salinan sah dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian
bahwa Desain Industri tersebut adalah baru.
Di bawah ini merupakan cara dan tahapan pendaftaran desain industri
yang tahapannya dilakukan sebagai berikut:
1. Permohonan pendaftaran desain industri yang telah memenuhi persyaratan
administratif sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 dan Pasal 11
diumumkan oleh Ditjen HKI dengan cara menempatkannya pada sarana
yang khusus untuk itu yang dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh
masyarakat. Pengumuman itu dilakukan paling lama tiga bulan terthitung
sejak tanggal penerimaan permohonan.
2. Pengumuman sebagaimana dimaksudkan di atas memuat:
a. Nama dan alamat lengkap pemohon;
b. Nama dan alamat lengkap konsultan dalam hal permohonan
diajukan melalui konsultan;
c. Tanggal dan nomor penerimaan permohonan;
d. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama
kali apabila permohonan diajukan dengan menggunakan hak
prioritas; dan
e. Judul desain industri; dan
f. Gambar atau foto
3. Dalam hal permohonan ditolak berdasarkan Pasal 4 atau dianggap ditarik
kembali karena tidak memenuhi Pasal 11, tetapi kemudian didaftar atas
perintah dan putusan peradilan, maka pengumuman sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

47

dimaksudkan di atas akan dilakukan setelah Ditjen HKI menerima salinan
putusan tersebut.
3. Pada saat pengajuan permohonan, pemohon dapat meminta secara tertulis agar
pengumuman permohonan ditunda.
4. Penundaah pengumuman sebagaimana dimaksudkan dalam nomor 4 tidak
boleh melebihi waktu dua belas bulan terhitung sejak tanggal penerimaan
permohonan atau terhitung sejak tanggal prioritas.
5. Sejak tanggal dimulainya pengumuman sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasa 28 ayat 1, setiap pihak dapat mengajukan keberatan yang mencakup halhal bersifat substantif secara tertulis kepada Ditjen HKI dengan membayar
biaya.
6. Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksudkan di atas harus diterima oleh
pihak direktorat jenderal paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal
dimulainya pengumuman. Untuk selanjutnya keberatan tersebut disampaikan
kepada pemohon. Pemohon dapat menyampaikan sanggahan atas keberatan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 28 ayat 2 paling lama tiga bulan
terhitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan oleh Ditjen HKI. Dalam hal
adanya keberatan, pemeriksaaan substantif dilaksanakan oleh pemeriksa.
7. Direktorat Jenderal HKI menggunakan keberatan dan sanggahan yang
diajukan

sebagai

bahan

pertimabangan

dalam

pemeriksaan

untuk

memtutuskan diterima atau ditolaknya permohonan.

Universitas Sumatera Utara

48

8. Direktorat Jenderal HKI berkewajiban memberikan keputusan untuk
menyetujui atau menolak keberatan dalam waktu paling lama enam bulan
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman.
9. Keputusan Ditjen HKI diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau
konsultan selaku kuasanya paling lama tiga puluh hari terhitung sejak tanggal
keputusan tersebut. 54 Pada prinsipnya, permohonan hak desain industri
diajukan oleh pendesain dengan membayar biaya permohonan yang telah
ditentukan oleh Pemerintah kepada Ditjen HKI. Dalam hal permohonan
diajukan oleh bukan pendesainya, menurut Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang
Desain Industri permohonan harus disertai dengan pernyataan yang dilengkapi
dengan bukti yang cukup bahwa pemohon harus disertai dengan pernyataan
yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas desain
industri yang bersangkutan. Ketentuan ini bermaksud melindungi kepentingan
Pendesain dari hal-hal yang dapat merugikannya. Pemohon yang bukan
pendesain ini adalah pihak lain yang menerima pengalihan desain industri dari
pendesain. Bukti yang cukup adalah bukti yang sah, benar, serta memadai
yang menunjukkan bahwa pemohon berhak mengajukan permohonan. 55
Berdasarkan
permohonan

Pasal

pendaftaran

11

ayat

desain

2

Undang-Undang

industri

selain

Desain

diajukan

Industri,

sendiri

oleh

pendesainnya, juga dapat diajukan oleh kuasanya. Menurut Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Desain Industri menyatakan konsultan Hak Kekayaan Intelektual
dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan
54
55

Insan Budi Maulana,Op., Cit., hlm. 28.
Rachmadi Usman,Loc.,Cit.

Universitas Sumatera Utara

49

permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta bidang-bidang Hak Kekayaan
Intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di
Direktorat Jenderal. 56
Dengan demikian, jelaslah bahwa kuasa di sini bukan orang lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang Desain Industri,
melainkan kuasa di sini haruslah seorang konsultan HKI. Ini berarti selain
Konsultan HKI tidak dapat menjadi kuasa Pendesain untuk mengajukan
permohonan pendaftaran desain industri. Padahal Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang
Desain Industri memberikan kemungkinan pihak lain bukan Pendesain untuk
mengajukan permohonan pendaftaran desain industri. 57
Hak atas desain industri diberikan oleh negara. Tentu negara tidak akan
memberikan begitu saja, tanpa ada pihak yang meminta. Secara normatif,
disyaratkan untuk lahirnya hak tersebut harus dilakukan dengan cara dan prosedur
tertentu. 58

D. Pengalihan Hak dan Lisensi
Sejalan dengan asas-asas hukum benda, maka sebagai hak kebendaan hak
atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan degan cara:

a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasit;
56

Ibid.
Ibid., hlm .437.
58
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 473.

57

Universitas Sumatera Utara

50

d. perjanjian tertulis; atau
e. sebab-sebab lain yang dibernarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan hak desain industri disertai dengan dokumen tentang
pengalihan hak. Segala bentuk pengalihan hak desain indstri wajib dicatat dalam
Daftar Umum Desain Industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya. Namun
demikian pengalihan hak desain industri yang tidak dicatatkan dalam Daftar
Umum Desain Industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
Pengalihan hak desain industri diumumkan dalam berita Resmi Desain
Industri Pengalihan hak desain industri tidak menghilangkan hak pendesain untuk
tetap dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam Sertifikat Desain Industri,
Berita Resmi Desain Industri, maupun dalam Daftar Umum Desain Industri, inilah
yang disebutkan dengan hak moral. 59 Di samping pengalihan atas dasar yang
disebut di atas, hak desain industri dapat juga dialihkan berdasarkan ketentuan
hukum perikatan, antara lain melalui lisensi.
Pemegang hak desain industri berhak memberikan lisensi kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan yang
melekat pada hak tersebut, kecuali jika diperjajian lain. Dengan tidak mengurangi
hak pemegang lisensi, pemegang hak desain industri tetap dapat melaksanakn
sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan
perbuatan yang melekat pada hak tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain.
Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri
pada Ditjen HKI dengan dikenal biaya. Perjanjian lisensi yang tidak dicatatkan

59

Ok.Saidi,Op.,Cit., hlm.481.

Universitas Sumatera Utara

51

dalm Daftar Umum Desain Industri tidak berlaku terhadap pihak ketiga.
Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksudkan diumumkan dalam Berita Resmi
Desain Industri. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangn yang berlaku, jika hal itu
terjadi maka, Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian lisensi
tersebut. 60
Walaupun hak atas desain industri telah dialihkan atau beralih kepada
pihak lain, hak moralnya tetap melekat pada pendesainnya. Pasal 32 UndangUndang Desain Industri menyatakan bahwa pengalihan hak desain industri tidak
menghilangkan hak pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya,
baik dalam Sertifikat Desain Industri, Berita Resmi Desain Industri maupun
dalam Daftar Umum Desain Industri. Hak desain industri juga dapat diberikan
kepada orang lain melalui apa yang dinamakan dengan perjanjian lisensi.
Pengaturannya dapat dijumpai dalam Pasal 33 sampai Pasal 36 Undang-Undang
Desain Industri.
Sebelumnya, dalam Pasal 1 Angka 11 U