BAHAN PENUTUP ATAP

BAHAN PENUTUP ATAP
Sebagai lapisan tertular, bahan penutup atap merupakan material yang
bersinggungan langsung dengan pergantian cuaca, misalnya paparan
sinar matahari, angin, dan terpaan hujan. Untuk itu, Anda harus
memilihnya dengan cermat dan sesuai kebutuhan.
1. GENTENG TEREKOTA
Genteng Terekota terbuat dari tanah liat. Proses pembuatannya
dilakukan secara tradisional, yaitu tanah liat dipadatkan,
dibentuk,dan kemudian di bakar. Metode yang sangat sederhana ini
juga dilakukan dalam pembuatan batu bata. Setelah melalui proses
pembakaran, genteng kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari. Karena proses pembuatannya manual, apalagi tidak ada
aturan baku mengenai suhu pembakaran dan tingkat pengeringan,
warna genteng yang dihasilkan biasanya beragam, dari gradasi
orange muda hingga orange kehitaman.
2. ATAP ALANG – ALANG
Meski tergolong bahan tradisional, rupanya bahan ini masih mencuri
minat masyarakat luas. Memang, atap alang – alang biasanya
digunakan untuk vila dan gazebo. Namun, banyak juga atap rumah
yang menggunakan bahan ini. Buktinya, bahan penutup atap yang
satu ini sering digunakan di Bali dan Indonesia bagian timur.

3. ATAP SIRAP
Sirap adalah merupakan kayu keras yang dibuat menjadi lembaran –
lembaran tipis. Kayu ini banyak ditemukan di hutan – hutan di
pelosok Kalimantan.
4. ATAP ASBES
Asbes merupakan bahan material berupa serat yang banyak
menghisap panas dan sedikit merefleksikan sinar matahari. Alhasil,
ruang di bawahnya cenderung panas. Untuk rumah tinggal, material
ini tidak banyak dipilih dan kurang baik. Namun ada juga sebagian
dari kita yang masih menggunakannya.
5. PENUTUP ATAP SENG
Seng adalah salah satu sekian banyak bangunan yang sering
digunakan sebagai penutup atap.

6. GENTENG FIBER
Bahan fiber mulai menjadi pilihan karena bebas asbes dan terbuat
dari campuran semen, bahan penguat, serta serat mineral fiber.
Campuran bahan – bahan tersebut menghasilkan bahan sekeras
beton.
Bahan semen fiber berbentuk lembaran, digunakan sebagai bahan

konstruksi dinding, pelapis plafond, dan penutup atap.
7. GENTENG METAL
Genteng metal terbuat dari baja lapis ringan / Zincalume steel yagn
merupakan perpaduan 43,5 % seng, 55 % alumunium, dan 1,5 %
silikon. Berbentuk lembaran yang bergelombang, genteng ini juga
dikenal dengan sebutan baja gelombang.
8. GENTENG BETON
Genteng beton hadir dalam model rata yang dinamakan genteng
flat ( genteng beton datar). Genteng ini sangat cocok diterapkan
pada bangunan bergaya minimalis.
9. GENTENG KERAMIK
Jenis genteng lain yang juga sering digunakan adalah genteng
keramik. Bentuk,warna dan aksesoris pendukungnya amat beragam,
mengikuti cenderung tren bangunan. Tak heran jika genteng
keramik menjadi pilihan saat genteng tradisional mulai sulit
ditemukan.
10.

GENTENG ASPAL


Material penutup atap ini dikenal juga dengan sebutan bitumen.
Walaupun namanya genteng aspal, tidak sepenuhnya penutup atap
yang satu ini terbuat dari aspal. Bahan pembuatnya terdiri atas
bubuk kertas, serat organik, resin, serta aspal. Dalam hal ini aspal
dipilih sebagai bahan water proofing yang membuat genteng ini
lebih tahan kebocoran.

SPESIFIKASI DAN CARA PASANG
1. ATAP GENTENG TERETKOTA
Genteng terakota atau tanah liat ini punya banyak kelebihan.
Pertama, soal harga. Kedua , bobotnya tidak ringan sehingga tidak
menyulitkan pembuatan rangka atapnya. Kekurangannya ukurannya
tidak cukup beragam, begitu pula variasinya. Dan jika dibandingkan
dengan jenis genteng lain , misalnya genteng beton atau genteng
keramik, ukurannya lebih kecil.
2. ATAP ALANG-ALANG
Alang – alang dikenal juga dengan sebutan ilalang, merupakan
tumbuhan berdaun tajam . Setelah dikeringkan, alang – alang lalu
diikat menjadi satu, sehingga siap digunakan sebagai bahan
penutup atap. Semakin tua umurnya, semakin bagus untuk

dijadikan bahan atap.
Dipasang dengan cara diikat (dengan akar pandan atau ijuk) pada
kaso bambu, atau dengan paku pada kaso kayu. Untuk menghindari
air masuk ke sela – sela nya, bahan ini harus di susun secara rapat
dan dibuat dengan sudut kemiringan curam (40 derajat).
3. ATAP SIRAP
Bahan material ini yang tergolong ringan ini disusun menjadi satu
sampai menghasilkan bentuk yang artistik dan indah.
Sirap memang tergolong isolasi panas yang baik. Tak mengherankan
jika ia bisa membuat ruang – ruang di bawahnya terasa lebih sejuk.
Kekurangannya, air hujan mudah merembes di sela – sela bahan ini.
Dengan demikian,Anda perlu mengantisipasinya dengan memberi
lembaran seng dibawahnya. Anda dapat terapkan pula bidang
plafon di dalam ruang. Sudut kemiringan atap juga dibuat besar
sehingga perputaran di bawah atap menjadi lebih baik.
4. ATAP ASBES
Proses pemasangan material yang satu ini tergolong mudah dan
cepat. Selain itu, ia bisa langsung dipasangkan pada balok gording
sehingga tidak memerlukan usuk dan reng lagi. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah jika penutup ini rusak atau retak, kita harus

menggantinya dengan lembaran utuh.

Untuk penutup atap, terdapat 2 jenis asbes bergelombang yang bisa
digunakan. Yang kedua punya sudut 60o, bisa digunakan untuk
pabrik. Upaya untuk mengurangi terhirupnya debu dan serat
pembentuk asbes adalah penggunaan plafon pada ruang. Selain itu,
anda harus mengganti asbes dalam kurun waktu 5 tahun,meski
belum rusak.
5. ATAP SENG
Ukuran seng datar yang digalvanisir ( disepuh ) berkisar 915 mm x
1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1mm.
Jika seng terkena air hujan yang banyak mengandung garam akan
mudah berkarat, lagipula oleh jatuhnya air hujan akan menimbulkan
suara yang gaduh, serta tidak bersifat isolasi panas maupun dingin
artinya bila udara di luar panas/dingin maka dalam ruangan akan
terasa lebih panas/dingin. Kelebihannya bobotnya rendah, harganya
murah, pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya
6. GENTENG FIBER
Atap semen fiber yang dipasarkan di Indonesia terdiri atas dua jenis,
yaitu tipe gelombang dan rata. Rata – rata perlembarnya berukuran

panjang 1,5 m sampai 4 m dengan lebar 1 m.
Sebagai informasi, tinggi gelombang yang cocok dipakai sebagai
penutup atap adalah 5 – 6 mm. Atap semen fiber sedikit lebih tebal
daripada genteng metal, yaitu sekitar 5 – 6 mm, jadi ideal untuk
dimanfaatkan. Bahan penutup atap ini punya kelebihan, yaitu
tergolong ringan, beratnya sekitar 10 kg/ m2.
Setiap atap lain, atap fiber juga membutuhkan rangka sebagai
penopangnya. Dalam hal ini Anda bebas memilih rangka kayu
maupun baja. Sementara itu, jarak maksimun antargording yang
dianjurkan adalah 1,2 meter untuk ketebalan 5 mm, dan 1,5 meter
untuk ketebalan 6 mm. Sesuaikan jarak ini dengan panjang
lembaran fiber yang dipakai. Agar awet dan tidak bergeser,
rekatkan lembaran fiber pada gording dengan sekrup

7. GENTENG METAL
Dari segi berat, genteng metal yang berupa lembaran ini
mempunyai berat yang jauh lebih ringan dibanding genteng keramik
atau beton, yaitu sekitar 1/ 10 nya. Artinya, berat setiap 1 m2
genteng metal hanya sekitar 2,5 – 3 kg. Bandingkan dengan berat
genteng beton atau keramik yang bisa mencapai 40 – 45 kg per 1

m2 . Dengan bobot yang begitu ringan, struktur rangka atap

pendukungnya pun dapat disederhanakan. Sebagai contoh, ukuran
kuda – kuda dapat diperkecil, hal ini secara langsung akan
mempengaruhi besar kolom dan pondasi. Secara otomatis,
pengecilan elemen – elemen struktur ini juga memperingan beban
bangunan serta menghemat biaya. Penghematan biaya lain bisa
didapatkan dari penggunaan kasau, sebab genteng metal berbentuk
lembaran bisa mencapai panjang maksimal 77 cm.
Untuk pemasangan pada rangka atap, lembaran genteng metal
harus di ikatkan ke reng dengan sekrup khusus.
Kelebihan lain dari genteng ini adalah warna yang bervariasi.
Bahkan perkembangan terbaru memungkinkan genteng beton hadir
dalam dua warna yang berbeda dalam satu genteng (duotone).
8. GENTENG BETON
Genteng beton memang lebih berat dibandingkan genteng keramik
maupun genteng tanah liat, bisa mencapai 4 – 4,2 kg / keeping.
Selain itu, genteng beton juga bukan bahan pemantul yang baik
sehingga panas matahari malah terserap. Akibatnya ruang di bawah
atap terasa panas. Namun, jika dilihat dari segi biaya, penggunaan

genteng beton lebih hemat dibandingkan penggunaan genteng lain,
genteng keramik, metal, maupun bahan polikarbonat, karena
ukurannya lebih besar. Sebagai perbandingan, atap seluas 1 m2
membutuhkan 10 keping. Dengan kata lai, jika menggunakan
genteng beton, kebutuhan bahan pun bisa diminimalisasikan
sehingga biaya konstruksi jadi lebih rendah.
9. GENTENG KERAMIK
Sesuai namanya genteng keramik terbuat dari keramik yang
berbahan dasar tanah liat. Yang menbedakan genteng keramik
dengan genteng tanah liat adalah proses pembuatannya telah
dipabrikasi.
Hal lain yang membedakannya dengan genteng terakota adalah
genteng keramik mengalami proses finishing glazur. Dengan
demikian, lapisan teratasnya lebih licin dan mengkilap. Genteng ini
dapat dipasang pada rangka atap yang terbuat dari kayu maupun
beton.

Salah satu keuntungan memilih jenis genteng ini adalah ia dapat
memantulkan panas sehingga ruang dibawahnya menjadi lebih
sejuk. Banyaknya ragam warna, bentuk, dan tingkat presisi yang

tinggi merupakan keunggulan yang paling menonjol dari bahan
penutup atap ini. Dengan kata lain, anda bisa lebih leluasa

menyesuaikan bahan penutup atap ini dengan keseluruhan tema
tampilan eksterior rumah. Sangat tepat untuk rumah bergaya
tradisional maupun modern.

10.

Genteng Aspal

Keunggulan yang bisa anda dapatkan dari genteng ini adalah
bobotnya lebih ringan jika dibandingkan genteng tanah liat, beton,
maupun keramik. Ia juga bersifat lentur dan tahan air.
Dengan berat sekitar 4 kg / m2, Bitumen ini amat fleksibel dibentuk
sesuai kebutuhan, misalnya melengkung. Cara pemasangannya pun
mudah. Setelah keseluruhan rangka bulat terbentuk,anda tinggal
memasang atap bitumen di atasnya.