NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA CERPEN-CERPEN KARYA SISWA SMP DALAM MAJALAH HORISON DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

ABSTRAK

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA
CERPEN-CERPEN KARYA SISWA SMP DALAM
MAJALAH HORISON DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI
BAHAN AJAR SASTRA DI SMP

Oleh
VINI SUSIANI

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai pendidikan karakter pada
cerpen-cerpen karya siswa SMP dalam majalah Horison dan implikasinya sebagai
bahan ajar sastra di SMP. Penulis meneliti hal tersebut karena nilai pendidikan
karakter dalam cerpen memiliki pengaruh yang besar untuk mengubah perilaku
seseorang.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai pendidikan
karakter dalam cerpen-cerpen karya siswa SMP yang dimuat di majalah Horison
serta implikasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data dalam penelitian ini adalah cepen-cerpen karya siswa SMP yang dimuat
dalam majalah Horison Edisi Januari–Maret 2012. Sumber data dianalisis dengan

cara mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan
menyimpulkan data yang telah dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen karya siswa SMP mengandung nilainilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah meliputi
sikap jujur, berani, amanah, bijaksana, tanggung jawab, disiplin, mandiri, malu,
kasih sayang, indah, toleransi, adil, dan cinta bangsa. Implikasi hasil penelitian ini
berupa pembelajaran sastra menggunakan cerpen-cerpen karya siswa SMP yang
dibuat di majalah Horison dalam kompetensi dasar 4.3 menelaah dan merevisi
teks hasil observasi, tanggapan, deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
Kata kunci : Nilai pendidikan, karakter, implikasi

ABSTRACT
THE CHARACTER EDUCATION VALUES OF SHORT STORIES
WRITTEN BY JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
IN HORISON MAGAZINE AND ITS IMPLICATIONS
AS LITERATURE TEACHING MATERIALS
IN JUNIOR HIGH SCHOOL

By
VINI SUSIANI

The objective of this research was to describe character education values in short
stories written by Junior High School Students in Horison magazine and its
implications as teaching materials in Junior High School. The author studied this
because character education values in these short stories had big influences in
changing someone’s behaviors.
The problem statement in this research was how did character education values of
short stories written by Junior High School Students in Horison magazine and its
implications as literature teaching materials in Junior High School.
This was a descriptive and qualitative research. Data were collected from short
stories written by Junior High School students published in Horison magazine in
January to March 2012 editions. Data were analyzed by identifying, classifying,
analyzing, and concluding data.
The research results showed that short stories of Junior High School students
published in Horison magazine contained of character values including honest,
courage, wise, responsibility, discipline, autonomous, shy, affection, beauty,
tolerance, loving nation, and just. Its implications as literature teaching materials
in Junior High School were to 4:3 basic competences including analyzing and
revising observed texts, responses, descriptive, exposition, explanation, and short
stories which were according to structures and principles of texts both in written
and oral forms.


Keywords

: education values, characters, implications

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 14 Februari
1970, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak
Suhaimi Wijaya dan Ibu Sugianti (alm).
Penulis memulai pendidikan formal pendidikan dasar di SDN 15 Tanjung Karang
diselesaikan tahun 1982, di SMPN 5 Tanjung Karang pada tahun 1985, di SMAN
3 Tanjung Karang pada tahun 1988, dan S1 Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP di Unila pada tahun 1995.
Pada tahun 2012 sampai sekarang, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP
Unila.

MOTO


“Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka
balaslah penghormtan itu dengan lebih baik daripadanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa).” (An Nisa: 86)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada
1. Ayahanda tercinta yang senantiasa berdoa demi keberhasilanku dan ibunda
tercinta (alm.) yang tidak sempat melihat keberhasilan ini,
2. Suamiku dan anak-anakku tercinta yang selalu menjadi inspirasiku,
3. Sahabat seperjuangan yang setia dalam suka dan duka, dan
4. Almamaterku Universitas Lampung yang telah mendewasakanku.

SANWACANA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang
berjudul “Nilai Pendidikan Karakter Pada Cerpen-Cerpen Karya Siswa SMP
dalam Majalah Horison dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMP” ini
penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister

pendidikan pada Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Universitas Lampung.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng Hariyanto, M.S., selaku rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr.Sudjarwo, M.S., selaku direktur Pascasarjana Universitas
Lampung;
3. Dr. H.Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni;
5. Dr.H.Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan dalam menyelesaikan tesis
ini.
6. Dr.Munaris, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan pengarahan dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Dr. Karomani, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membahas dan memberikan masukan dalam
menyelesaikan tesis ini.

8. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan
waktunya

untuk

membahas

dan

memberikan

masukan

dalam

menyelesaikan tesis ini.
9. Ayahanda tercinta Suhaimi Wijaya yang senantiasa berdoa demi
keberhasilanku.
10. Suamiku tercinta Afrizal Novianto, dan anak-anakku tercinta Citra, Cindy,
Chiqal, Chessa, kalian yang selalu menjadi inspirasiku dan selalu

memberikan dukungan luar biasa serta semangat terbesar kepada penulis;
11. Semua pihak yang turut membantu dan menyelesaikan tesis ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan khususnya
bagi penulis. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis,

Vini Susiani

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
MOTO ............................................................................................................

PERSEMBAHAN ...........................................................................................
SANWACANA ..............................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x

I. PENDAHULUAN ......................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................


1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

11

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................

11

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................

12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................

12

II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................


13

2.1 Hakikat Pendidikan ..............................................................................

13

2.1.1 Nilai Pendidikan ...........................................................................

14

2.1.2 Hakikat Karakter ..........................................................................

16

2.1.3 Pendidikan Karakter ...................................................................

20

2.2 Hakikat Cerpen......................................................................................


40

2.2.1 Sejarah Cerpen .............................................................................

41

2.2.2 Ciri-Ciri Cerpen ...........................................................................

41

2.2.3 Pembagian Cerpen .....................................................................

42

2.2.4 Unsur Intrinsik Cerpen .................................................................

43

2.2.5 Unsur Ekstrinsik Cerita ..............................................................

49

2.2.6 Faedah Cerpen ..............................................................................

49

2.3 Bahan Ajar dan Pembelajaran Sastra ....................................................

51

2.3.1 Hakikat Bahan Ajar ......................................................................

51

2.3.2 Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar ............................

53

2.3.3 Dasar-Dasar Pelaksanaan Belajar Mengajar ................................

56

2.3.4 Pembelajaran Apresiasi Sastra .....................................................

59

2.3.5 Tujuan Pembelajaran Sastra di Sekolah .......................................

64

2.3.6 Majalah Sastra Horison ................................................................

65

III. METODE PENELITIAN ......................................................................

67

3.1 Metode Deskriptif ................................................................................

67

3.2 Sumber Data .........................................................................................

67

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................

68

3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................

68

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

71

4.1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kumpulan Cerpen Karya
Siswa SMP yang dimuat di Majalah Horison .......................................

71

4.1.1 Jujur ..............................................................................................

71

4.1.2 Berani ...........................................................................................

74

4.1.3 Amanah ......................................................................................

76

4.1.4 Adil...............................................................................................

79

4.1.5 Bijaksana ......................................................................................

81

4.1.6 Tanggung Jawab .........................................................................

84

4.1.7 Disiplin .........................................................................................

86

4.1.8 Mandiri .........................................................................................

89

4.1.9 Malu ...........................................................................................

91

4.1.10 Kasih Sayang..............................................................................

94

4.1.11 Indah ...........................................................................................

96

4.1.12 Toleran .....................................................................................

98

4.1.13 Cinta Bangsa .............................................................................. 101

4.2 Implikasi Cerpen-Cerpen Karya Siswa SMP yang Dimuat di
Majalah Horison dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah ..................... 104
V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 114
5.1 Simpulan ............................................................................................... 114
5.2 Saran ...................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 116
LAMPIRAN .................................................................................................... 118

DAFTAR SINGKATAN

C1
C2
C3
C4
JJR
BRN
AMN
ADL
BJK
TGJ
DSP
MND
MLU
KSG
IND
TLR
CTB
001 – 096

: Cerpen 1 (Beasiswa Kejujuran)
: Cerpen 2 (Salahku?)
: Cerpen 3 (Atang dan Gunung Ajaib)
: Cerpen 4 (Sepasang Mata di Balik Dedaunan)
: Jujur
: Berani
: Amanat
: Adil
: Bijaksana
: Tanggung jawab
: Disiplin
: Mandiri
: Malu
: Kasih sayang
: Indah
: Toleransi
: Cinta bangsa
: Nomor kutipan cerpen

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masalah pendidikan adalah masalah harian yang dihadapi oleh setiap manusia
karena masalah – masalah ini begitu dekat dengan sisi kehidupan manusia, baik
orang kaya maupun orang miskin, baik orang kota maupun orang desa, baik para
pejabat maupun rakyat jelata. Masalah pendidikan bukan hanya masalah kegiatan
belajar mengajar di kelas ataupun di luar kelas, tetapi menyangkut perilaku siswa
kepada dirinya sendiri, perilaku siswa kepada siswa lainnya, atau perilaku siswa
kepada gurunya. Masalah pendidikan juga bukan hanya masalah penilaianpenilaian angka-angka yang dihubungkan dengan ulangan semester dan ujian
nasional, tetapi juga penilaian afektif yang mengarah pada perilaku siswa dan
penilaian psikomotorik yang mengarah pada kreativitas siswa.
Para ahli di berbagai disiplin ilmu tidak henti – hentinya membicarakan masalah
pendidikan. Masalah ini dibicarakan di forum – forum resmi seminar yang
berskala regional, nasional, maupun internasional. Pengembangan permasalahan
pendidikan juga menimbulkan kajian antardisiplin ilmu.

Masalah pendidikan

memunculkan kajian antardisiplin ilmu yang baru seperti psikologi pendidikan,
manajemen pendidikan, teknologi pendidikan.

2

Pendidikan bertujuan mengubah manusia menjadi manusia seutuhnya. Manusia
seutuhnya ialah manusia yang cerdas dan berakhlak. Cerdas artinya berwawasan
keilmuan dan pengetahuan. Berakhlak artinya kebiasaan bertindak, bersikap, dan
bertutur kata baik yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari (Kemendiknas,
2010:10). Namun, faktanya masih terjadi tawuran antarpelajar, penggunaan
narkoba, pergaulan bebas, serta tindakan kriminal, fakta tersebut menjadi bukti
bahwa tujuan pendidikan belum tercapai.

Prinsip dan pendekatan pengembangan pendidikan, budaya, dan karakter bangsa
akhirnya muncul guna membentuk manusia seutuhnya sebagai tujuan pendidikan.
Prinsip dan pendekatan tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter
di kalangan pelajar. Nilai-nilai karakter meliputi jujur, berani, amanah, adil,
bijaksana, tanggung jawab, disiplin, mandiri, malu, kasih sayang, mudah toleran
dan cinta bangsa (Nashir, 2013: 71 – 95).
Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peluang menggunakan bahan ajar
sebagai media penyampaian nilai-nilai karakter. Salah satunya menggunakan
cerita. Cerita yang mengandung nilai-nilai karakter dalam kehidupan akan
memberikan contoh positif kepada siswa. Apabila terus-menerus cerita yang
bernilai karakter disuguhkan kepada siswa maka siswa akan memiliki pola pikir
sesuai karakter positif yang terdapat dalam cerita (Sumardjo, 2004:51).

Sastra sebagai salah satu disiplin ilmu tidak akan lepas dari pengaruh masalah
pendidikan. Artinya, permasalahan pendidikan akan selalu hadir dalam karyakarya sastra, baik secara langsung maupun tidak langsung, eksplisit maupun
implisit.

Apalagi sastra sebenarnya dapat merupakan gambaran kehidupan

3

masyarakat atau refleksi kehidupan nyata seperti yang dikatakan Tarigan (2011:
3) bahwa secara singkat dan sederhana sastra adalah pelukisan kehidupan dan
pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa. Di samping itu, sastrawan
sebagai penghasil karya sastra akan selalu memberikan nikmat atau kesenangan
dan faedah atau manfaat untuk kehidupan sebagaimana pendapat Horatius dalam
Siswanto (2013: 15) yang menyatakan bahwa karya sastra akan memberikan
dulce dan utile, yaitu kesenangan dan manfaat. Di sisi lain, karya sastra yang
wilayah kajiannya meliputi kondisi insani atau manusia berupa kehidupan dengan
segala perasaan, pikiran, dan wawasannya ternyata memiliki makna dan fungsi
bagi kehidupan manusia, khususnya para pembaca dan pemerhati sastra. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Jabrohim (2012: 19) bahwa karya sastra
terbentuk sebagai suatu yang organik yang di dalamnya penuh rangkaian makna
dan fungsi. Makna dan fungsi itu sering kabur dan tak jelas karena karya sastra
memang syarat dengan imajinasi. Tugas pembaca untuk mengetahui segala
kekaburan elemen-elemen yang berfungsi membentuk kesatuan ini. Dengan
demikian, orang yang membaca karya sastra akan merasa bahagia dan sekaligus
mendapat faedah berupa aspek-aspek kehidupan, seperti agama, moral, sosial,
ataupun pendidikan.

Sastra sebagai karya imajinatif yang kadang faktual tidak mudah dipahami
maksud dan tujuan pengarangnya walaupun sudah dibaca berkali-kali oleh para
pembacanya. Hal ini membuktikan bahwa mempelajari sastra itu penuh tanya atau
ibarat memasuki hutan, makin ke dalam makin lebat, makin belantara (Teuw
dalam Endraswara, 2003: 8). Dengan demikian, semakin dalam seseorang
mempelajari karya sastra, dia akan dapat mengungkap fenomena kemanusiaan

4

yang kompleks di dalamnya. Sementara itu, untuk mempelajari sastra sacara
mendalam sampai pada tahap penelitian, seseorang tidak akan terlepas dari
pemahaman terhadap sastra itu sendiri karena sastra dapat ditinjau dari beberapa
teori. Wiyatmi (2008: 18) manyatakan bahwa karya sastra ditinjau dari beberapa
teori. Secara teori objektif, sastra didefinisikan sebagai karya seni yang otonom,
berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Berdasarkan
terori mimetik, karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan aatau
karya sastra merupakan pencerminan masyarakat (Semi, 1990: 94). Berdasarkan
teori ekspresif, karya sastra

dipandang sebagai ekspresi sastrawan, sebagai

curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan atau sebagai produk
imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaanya. Berdasarkan teori pragmatik, karya sastra dipandang sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran
kepada pembaca. Namun, lebih jauh lagi karya sebenarnya diciptakan oleh para
sastrawan karena ia ingin menampilkan kehidupan masyarakat seperti yang
dikatakan oleh Semi (1990: 94) bahwa sastra dapat dimaknai sebagai cerminan
masyarakat.
1
Karya sastra termasuk karya dalam bentuk tulisan. Namun, karya sastra tidak
akan pernah sejalan dengan kenyataan penulisnya. Ini sebuah fakta yang tak
mungkin dihindari. Fakta ini pulalah yang akhirnya memunculkan pendapat yang
disampaikan Ricoeur dalam Faruk (2012: 44) bahwa karya sastra sebagai karya
tulisan tidak terelakkan keluar dari kondisi nyata pruduksinya atau dengan isitilah
lain bahwa karya sastra menjadi wacana yang tidak bertuan, tidak lagi mengacu
kepada intensi penulis sebagai produsernya, tidak diarahkan pada orang atau

5

kelompok orang tertentu yang ada dalam situasi dan kondisi produksinya, dan
tidak pula mengacu kepada kenyataan atau objek-objek yang di sekitar waktu
produksi karya sastra tersebut. Sebagai tulisan karya sastra menjadi sesuatu yang
mengembang bebas, yang dapat terarah kepada siapa saja dan mengacu pada apa
saja yang ada dalam berbagai kemungkinan ruang dan waktu.

Sastra dapat diteliti dengan berbagai maksud dan tujuan sesuai dengan keinginan
penelitiannya. Meskipun berbeda, hakikat penelitiannya tetap sama. Pendapat ini
diperkuat oleh Jabrohim (2012: 31) yang menyatakan bahwa penelitian sastra
merupakan cabang kegiatan penelitian dengan mengambil objek sastra. Tahapan
penelitian sastra sama dengan penelitian lainnya. Pada awalnya harus ada masalah
sastra yang akan dicari pemecahannya. Pemecahan itu harus ditempuh secara
ilmiah, sistematis, dan logis. Fakta yang dihadapi haruslah merupakan fakta
empiris dan penyelidikannya dilakukan secara hati-hati dan bersifat objektif.

Ditinjau dari sisi penelitian sastra, sastra dapat dikatakan berhubungan dengan
pendidikan terlihat jelas ketika pendidikan sastra diberikan kepada sastra, yaitu
pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra,
kritik sastra, dan proses kreatif sastra (Siswanto, 2013: 154). Kompetensi sastra
ini akan mengasah kemampuan peserta didik dalam menikmati dan menghargai
karya sastra. Dengan menikmati dan menghargai karya sastra, para siswa pun
akan mendapatkan nilai-nilai pendidikan. Sementara itu, kemampuan menikmati
dan menghargai karya sastra juga dapat secara langsung membawa para siswa
untuk mengamati kenyataan sosial budaya yang diceritakan dalam karya sastra.

6

Cerpen merupakan bentuk prosa yang dianggap seperti novel dan roman tetapi
lebih pendek dalam penyajian ceritanya. Dari sisi pembaca, cerpen merupakan
karya sastra yang menarik untuk dibaca dan dinikmati karena pembaca akan
mendapatkan hiburan dan sesuatu yang baru untuk hidupnya hanya dalam waktu
yang singkat. Pandangan ini juga disampaikan juga oleh Sumardjo (2004: 41)
bahwa cerpen yang menarik tidak hanya menyajikan hiburan yang memikat, tetapi
juga memberikan sesuatu yang baru bagi hidup manusia. Pengarang cerpen dapat
memberikan bukan hanya bermacam nasihat atau kebijaksanaan hidup, melainkan
masalah kehidupan, dimensi baru dari suatu kenyataan yang belum pernah kita
lihat sebelumnya, pengalaman hidup yang belum pernah kita alami, kenyataan
dari negeri yang jauh, pandangan hidup atau cara memandang kehidupan ini
dengan cara yang baru.
Hadirnya nilai pendidikan karakter dalam cerpen – cerpen karya siswa SMP yang
dimuat di majalah Horison ini, perlu juga dipaparkan pentingnya nilai pendidikan
karakter tersebut untuk dianalisis dan diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di
SMP. Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerpen – cerpen tersebut
diharapkan akan membentuk pola pikir dan kepribadian siswa untuk dapat
bersikap jujur, berani, amanah, adil, bijaksana, tanggung jawab, disiplin, mandiri,
malu, kasih sayang, indah, toleransi, dan cinta bangsa (Nashir, 2013:71 – 95).
Kandungan nilai – nilai tersebut yang diilustrasikan dalam setiap tokoh –
tokohnya sehingga secara tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap
psikologi siswa.

7

Nilai pendidikan sebagai nilai-nilai yang biasa dimunculkan dalam karya sastra
telah menarik perhatian untuk diteliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Yuniah, mahasiswa

FKIP Universitas Sebelas Maret, yang membahas nilai

pendidikan dengan judul Nilai Pendidikan dalam Novel Seri Terjemahan Rumah
Kecil Karya Laura Ingalls Wilder serta Kesesuaiannaya Sebagai Materi
Pembelajaran Apresiasi Novel Siswa Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan nilai pendidikan pada novel seri terjemahan
Rumah Kecil karya Laura Ingalls Wilder dan kesesuaiannya sebagai materi
pembelajaran

apresiasi sastra. Hasil penelitian adalah sebagai berikut, nilai

pendidikan dalam novel tersebut meliputi nilai pendidikan agama, nilai
pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan adat/budaya.

Kedua, Syahrizal Akbar, mahasiswa Pascasarjana UNS, yang membahas nilai
sosial dan pendidikan dengan judul Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan
dalam Novel Tuan Karya Salman Faris. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi. Metode ini digunakan untuk
menelaah isi dari suatu dokumen. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang
sosial budaya masyarakat mencakup adat dan kepercayaan, pekerjaan, pendidikan,
agama, tempat tinggal, bahasa, dan suku. Adapun nilai – nilai pendidikan yang
terkandung adalah pendidikan sosial, moral, agama, ekonomi, politik, dan historis.

Ketiga, Muthia Mashita, mahasiswa FKIP Universitas Negeri Padang dengan
judul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan karya Khrisna
Pabichara dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis nilai – nilai pendidikan yang terdapat dalam

8

novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Nilai pendidikan tersebut meliputi
kerja keras, kasih sayang, disiplin, sabar, dan sportif. Hasil penelitian dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran sastra di sekolah serta dapat menambah daya
apresiasi sastra siswa terhadap sastra Indonesia.

Merujuk pada beberapa penelitian di atas, yang ketiganya berorientasi pada novel
sebagai bahan penelitiannya. Peneliti mencoba untuk mengupas nilai – nilai
pendidikan karakter dari sumber karya sastra lain selain novel, yaitu cerpen.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis cerpen-cerpen yang ditulis
oleh para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang dimuat di Horison edisi Januari–Maret 2012. Salah satu dari cerpen tersebut
ditulis oleh seorang siswa MTs Negeri Sumber Agung, Bantul, Yogyakarta.
Keempat cerpen yang ditulis para siswa ini adalah beasiswa kejujuran karya
Renni Andriati siswa SMP Negeri 1 Gondang Legi, salahku? Karya Melliati Aulia
Hasanah siswa SMP Negeri 1 Curuk, Si Atang dan Gunung Ajaib karya Zuhrotus
Syarifah siswa MTS negeri Sumber Agung, dan sepasang mata dibalik dedauanan
karya Raisya Rasyana siswa SMP Negeri 1 Cisaat Sukabumi layak untuk dibaca
dan dikaji karena dapat ditampilkan oleh majalah Horison, majalah spesial sastra
yang sudah terjamin kualitasnya. Para penulis yang masih remaja ini sudah
mampu berbicara tentang kehidupan yang biasanya hanya dibicarakan oleh orangorang dewasa ataupun sosiolog. Keberanian dan kemampuan penulis remaja patut
diapresiasi oleh siapa pun termasuk penulis. Inilah yang memantapkan hati
penulis untuk mengkaji pendidikan karakter yang terkandung dalam cerpencerpen yang mereka tulis.

9

Menurut Samuel Smiles (dalam tim sosialisasi, 2003:vii) bahwa karakter adalah
suatu kehormatan dalam diri seseorang, sebagai harta paling mulia. Karakter
merupakan niat baik dan kehormatan umum seseorang, sebagai investasi
berharga, meskipun mereka mungkin tidak menjadi kaya secara materi duniawi.
Mereka yang berkarakter akan memperoleh hasil berupa harga diri dan reputasi
serta kemenangan yang terhormat secara adil (Nashir, 2013:11).

Persoalan lain yang menarik dalam penelitian ini adalah karena kondisi di
lapangan menunjukan adanya perkembangan kepribadian siswa yang menurun,
sikap-sikap yang apatis terhadap peraturan sekolah, kurang disiplin dalam
berbagai hal, baik dalam hal berpakaian maupun tidak disiplin waktu,
menurunnya sikap sopan santun terhadap guru dan orang yang lebih tua,
seringnya berkata kotor dan sikap-sikap negatif lainnya yang berpotensi
merugikan diri siswa maupun orang lain. Sebagai sebuah institusi sosial, sekolah
harus mengatur perilaku moral: sekolah mengharuskan siswa patuh pada guru,
melarang mereka berkelahi, menghukum mereka jika mencontek dan seterusnya
(Lickona, 2013:10). Pembelajaran PKN yang diterima siswa di sekolah juga
dianggap belum memberikan dampak positif terhadap perubahan sikap atau
perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggal siswa. Pembelajaran agama yang juga diterima oleh
siswa di sekolahnya dianggap belum sepenuhnya memberikan arahan kepada
siswa untuk taat menjalakan peraturan-peraturan agama, seperti tidak rajin shalat
bagi yang muslim, berkata kasar kepada orangtua, kurang amanah dan suka
berbohong.

10

Persoalan-persoalan yang terjadi pada siswa tersebut menjadi perhatian khusus
bagi para guru. Guru sudah berusaha memberikan pelajaran karakter kepada
siswa. Meskipun ada perubahan sikap dalam diri siswa tetapi hal itu belum
dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu pembelajaran kesastraan di sekolah sangat
perlu diberikan kepada siswa sebagai salah satu alternatif untuk memberikan
pembelajaran nilai pendidikan karakter dalam diri siswa. Siswa perlu diarahkan
untuk membaca karya sastra seperti cerpen. Hal tersebut penting sebab dalam
cerpen mengandung banyak pembelajaran kehidupan yang dapat memberikan
efek positif dalam membentuk karakter siswa menjadi lebih baik (Nurgiyantoro,
1998:326).

Pendidikan karakter bukanlah hal yang berdiri sendiri atau sebagai pokok bahasan
di sekolah. Pendidikan karakter diintegritaskan ke dalam mata pelajaran
pengembangan diri dan budaya sekolah. Guru dan sekolah perlu mengintegrasikan
nilai – nilai yang dikembangkan dapat menanamkan nilai – nilai karakter di dalam
kelas, mulai dari menjadikannya sebuah peraturan hingga menjadi sebuah
kebiasaan yang tercermin dalam diri siswa. Selain itu gurupun dapat
mengintegrasikan nilai – nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam kurikulum, silabus, dan rencana pembelajaran (RPP)
yang telah ada (Martini, 2011:1). Selain itu akan termediasi secara nyata melalui
bahan ajar.

Penulis tertarik mengkaji pendidikan karakter dalam cerpen karena (1) nilai-nilai
pendidikan karakter merupakan faktor dominan yang menyebabkan perubahan
perilaku seseorang dari perilaku yang baik ke perilaku yang buruk atau

11

sebaliknya; dan (2) setiap individu berhadapan dengan masalah pendidikan dan
masalah sosial yang dapat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Cerpen hasil karya
siswa SMP membuktikan bahwa mereka mampu menciptakan ide kreatif yang
layak untuk diberikan apresiasi.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rincian alasan di atas, penulis merasa
perlu dan tertarik meneliti pendidikan karakter dalam cerpen-cerpen karya siswasiswa SMP dalam majalah Horison edisi Januari–Maret 2012 dengan judul “Nilai
pendidikan karakter pada cerpen-cerpen karya siswa SMP dalam majalah Horison
dan implikasinya sebagai bahan ajar sastra di SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam cerpen-cerpen karya siswa
SMP yang dimuat di majalah Horison?
2. Bagaimanakah implikasi nilai pendidikan karakter dalam cerpen-cerpen karya
siswa SMP yang dimuat di majalah Horison dalam pembelajaran sastra di
sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam cerpen-cerpen karya
siswa SMP.
2. Mendeskripsikan implikasi nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran
sastra di sekolah

12

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat dari segi teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
analisis pendidikan karakter dalam cerpen.
2. Manfaat Praktis
Manfaat dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat diimplikasikan oleh guru
bahasa dan sastra Indonesia dalam pembelajaran apresiasi sastra.

1.5 Ruang Lingkup Masalah
1. Ruang lingkup masalah utama dalam penelitian ini adalah pendidikan
karakter yang digambarkan dalam cerpen-cerpen karya siswa SMP yang
dimuat di Majalah Horison edisi Januari–Maret 2012.
2. Implikasi nilai pendidikan karakter pada pembelajaran sastra di sekolah.

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pendidikan
Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, khususnya pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam pasal 30 ayat 2 dijelaskan pula bahwa pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan (Tatang, 2012:13). Dalam buku Tatang, dikemukakan bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi,

membina,

membantu,

serta

membimbing

seseorang

untuk

mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih
baik (Tatang, 2012:14).

14

Pendidikan berarti mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, baik terhadap aktivitas jasmani, pikiran, maupun tehadap ketajaman hati
nuraninya. Pendidikan dapat berbasis pada kebudayaan masyarakat, nilai-nilai
agama, serta visi dan misi lembaga pendidikan. Pendidikan dapat berjalan baik
secara formal maupun informal (Tatang, 2012:17).

Dari beberapa pendapat tentang pendidikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk menerima sesuatu hal yang baru (dalam hal ini yang bersifat positif),
dan untuk mencapai tujuan akhir yang baik.

2.1.1 Nilai Pendidikan
Dari kedua definisi di atas, yaitu definisi tentang pendidikan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang
mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi
kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan
bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu.
Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan
diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial,
religius, dan berbudaya.

Dari pendapat tentang nilai pendidikan di atas, penulis meyimpulkan bahwa nilai
pendidikan adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu karya yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat sebagai salah satu bahan penunjang dalam
pendidikan.

15

Bagaimana tentang nilai pendidikan dalam karya sastra? Nilai pendidikan dapat
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari, karena nilai-nilai tersebut dapat kita
jadikan tauladan dalam bersikap dan berperilaku. Karya sastra yang baik
setidaknya harus memiliki nilai-nilai pendidikan yang disampaikan oleh
pengarangnya. Nilai-nilai pendidikan itu dapat berupa nilai sosial, nilai religius,
nilai psikologis, dan lain-lain. Oleh karena itu, nilai pendidikan sangat erat
kaitannya dengan karya sastra.
Nilai-nilai dalam suatu karya dapat berupa:
1) Nilai hedonik, yaitu bila nilai dapat memberikan kesenangan secara langsung
kepada kita,
2) Nilai artistik, bila suatu karya dapat memanifestasikan seni atau keterampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya itu,
3) Nilai kultural, bila suatu karya mengandung hubungan yang mendalam
dengan masyarakat, peradaban, atau kebudayaan,
4) Nilai etis, moral, religius, bila dari suatu karya terpancar ajaran-ajaran yang
ada kaitannya dengan etika, moral, agama,
5) Nilai praktis, bila terdapat karya-karya yang mengandung hal-hal praktis yang
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Tarigan, 2011:194).

Nilai-nilai yang menjadi acuan penetapan tujuan pendidikan dan membimbing
proses pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Nilai material, memelihara keberadaan manusia dari segi materi,
2) Nilai sosial, yang lahir dari kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan
sesamanya,

16

3) Nilai intelektual, yang berkaitan dengan kebenaran pemikiran dan penting
bagi para penuntut ilmu,
4) Nilai estetis, yang berhubungan dengan apresiasi terhadap keindahan,
5) Nilai etis yang menjadi sumber kewajiban dan tanggung jawab,
6) Nilai religius dan spiritual yang menghubungkan manusia dengan penciptanya. Nilai religius atau spiritual dan nilai etis, nilai inilah yang menjadi acuan
bagi nilai-nilai lainnya (Tatang, 2012:74).

2.1.2 Hakikat Karakter
Karakter pribadi yang kuat harus memanifestasikan dirinya dalam pelayanan bagi
organisasi dan komunitas atau masyarakat. Bentuk karakter yang baik adalah
dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri sendiri
kepada orang lain. Pembentukan karakter yang baik dapat terlaksana apabila
seseorang memiliki pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral
(Lickona, 2012:81-82). Berikut ini akan dikemukakan ketiga komponen karakter
yang baik tersebut.

2.1.2.1 Pengetahuan Moral
Terdapat pengetahuan moral yang perlu kita ketahui seiring dengan perubahan
moral yang terus berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. keenam
aspek berikut merupakan aspek yang perlu dimiliki sebagai tujuan pembentukan
karakter yang diinginkan.
a. Kesadaran Moral
Pentingnya kesadaran moral harus diketahui oleh setiap individu untuk
membentuk karakter yang baik. Kegagalan moral yang lazim terjadi diseluruh

17

kalangan umat manusia adalah kurangnya kesadaran manusia terhadap
pentingnya kesadaran moral. Manusia tidak menyadari bahwa situasi yang
dialami dalam hidup sepenuhnya melibatkan dan memerlukan kesadaran akan
moral untuk mengukur apakah itu benar atau salah, apakah itu baik atau tidak
untuk dilakukan dan sebagainya (Lickona, 2012: 85-86).
b. Mengetahui Moral
Nilai moral seperti menghargai kehidupan, menghargai kemerdekaan, tanggung
jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan,
disiplin diri, integritas, dan belas kasih, mendefinisikan seluruh cara tentang
menjadi contoh pribadi yang baik. Mengetahui sebuah nilai juga berarti
memahami bagaimana caranya menerapkan nilai-nilai tersebut dalam berbagai
situasi (Lickona, 2012: 87).
c. Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang
orang lain, melihat situasi sebagai mana adanya, membayangkan bagaimana
mereka akan berfikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
d. Pemikiran Moral
Pemikiran moral melibatkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
moral dan mengapa harus aspek moral yang penting untuk dikembangkan
dalam kehidupan sosial. Mengapa penting bagi kita untuk menepati janji,
melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, dan membagikan apa yang saya
miliki dengan orang lain. Pemikiran-pemikiran tersebut harus diimbangi
dengan moral yang baik agar semuanya dapat terwujud dengan baik pula. Di
tingkatan yang lebih tinggi, pemikiran moral juga mengikutsertakan

18

pemahaman atas prinsip moral yang berupa pentingnya menghormati pribadi
setiap individu, bertindak untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah
yang paling besar, dan bertindaklah yang baik dengan membuat orang lain akan
melakukan hal yang sama dengan situasi tertentu (Lickona, 2012: 88).

2.1.2.2 Perasaan Moral
Lickona (2012: 91) mengemukakan bahwa sisi emosional karakter sangatlah
penting untuk dikembangkan. Hanya mengetahui apa yang benar bukanlah
jaminan untuk melakukan hal yang baik. Masyarakat bisa jadi sangat pintar
tentang hal yang benar dan yang salah, akan tetapi masih cenderung memilih yang
salah. Seberapa jauh seseorang peduli tentang sikap jujur, adil, dan pantas
terhadap orang lain sudah jelas mempengaruhi apakah emosional moral orang
tersebut difungsikan atau tidak. Aspek-aspek emosional moral berikut akan
menjamin perhatian seseorang dalam mendidik karakter yang baik.
a. Hati Nurani
Hati nurani memiliki sisi kognitif yaitu mengetahui apa yang benar, dan sisi
emosional yaitu merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Bagi
orang-orang yang memiliki hati nurani, moralitas itu perlu diperhitungkan.
b. Harga Diri
Ketika seseorang memiliki ukuran harga diri yang sehat, maka Ia mampu
menilai dirinya sendiri dan orang lain dengan benar. Penelitian yang ada
menunjukkan bahwa, seorang anak yang memiliki harga diri yang tinggi maka
akan mampu bertahan dengan tekanan teman sebayanya dibandingkan dengan
anak yang memiliki harga diri yang rendah. Maka sebagai seorang pendidik
harus mampu mengembangkan harga diri anak berdasarkan atas nilai-nilai

19

seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan, serta berdasar pada keyakinan
akan kemampuan diri anak (Lickona, 2012: 93-94).
c. Empati
Empati merupakan identifikasi pengalaman pribadi mengenai keadaan orang
lain. Sebagai seorang pendidik hendaknya selalu memahami dan bersimpati
terhadap perasaan anak didiknya.
d. Kendali Diri
Pengendalian diri diupayakan untuk mengurangi emosi yang berlebihan.
Seseorang

yang

memiliki

karakter

baik

dapat

ditunjukkan

dengan

mengembangkan pengendalian dirinya, Bagaimana harus mengendalikan diri
dalam bersikap dan bertutur kata di depan orang lain, dan bagaimana
mengembangkan pengendalian diri tersebut secara benar.
2.1.2.3 Tindakan Moral
Tindakan moral mengarah pada apa yang harus dilakukan. Aspek-aspek dalam
tindakan moral terdiri dari.
a. Kompetensi
Lickona (2012: 98) mengemukakan bahwa kompetensi moral merupakan
kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan
moral yang efektif. Untuk memecahkan suatu konflik dengan adil, misalnya
kita memerlukan keahlian praktis berupa mendengarkan, menyampaikan sudut
pandang kita tanpa mencemarkan nama baik orang lain, dan mengemukakan
solusi yang menguntungkan orang lain.

20

b. Keinginan
Pilihan yang benar dalam situasi moral biasanya merupakan pilihan yang sulit.
Menjadi orang baik seringkali memerlukan tindakan keiinginan yang baik.
Diperlukan keiinginan untuk menjaga emosi di bawah kendali pemikiran.
Diperlukan keinginan untuk melihat dan berpikir yang benar, dan sebagainya.
c. Kebiasaan
Pelaksanaan tindakan moral merupakan hasil dari pembiasaan. Orang-orang
yang memiliki karakter yang baik bertindak sebenarnya, dengan loyal, dengan
berani, dengan baik, dan dengan adil.
d. Keteladanan
Pelaksanaan tindakan moral yang patut ditiru atau dicontoh oleh orang lain, dan
tidak perlu diragukan lagi tindakan-tindakannya serta ucapan-ucapannya untuk
ditiru.

2.1.3 Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter
kepada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan maupun bangsa, sehingga dapat terwujud insan kamil. Agar lebih
mendalam memahami penidikan karakter, terlebih dahulu penulis jabarkan
beberapa pendapat terkait definisi pendidikan karakter.

Pendidikan karakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik.

21

Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, dan bagaimana guru bertoleransi. Pendidikan karakter
berpijak dari karakter dasar manusia, bersumber dari nilai moral (perilaku)
universal bersifat absolut. Penanaman nilai-nilai perilaku peserta didik (karakter)
dapat diintegrasikan dalam setiap kegiatan kesiswaan atau dengan suatu bentuk
kegiatan khusus yang membentuk karakter peserta didik (Aqib, 2012: 39).

Thomas Lickona (2013: 23) menyatakan pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik secara umum
adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari penddikan karakter
adalah konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
rangka membina generasi muda.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas secara psikologi dan
sosial kultur pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik)
dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat)
dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas

22

proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: (1)
olah hati (spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual
development), (3) olahraga dan kinestik (intellectual development), dan (4) olah
rasa dan karsa (affective and creativity development), keempat hal ini tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, bahkan saling melengkapi dan saling
keterkaitan.
Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya
perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas
psikologi yang mencakup seluruh potensi yang dimiliki manusia (kognitif, afektif,
dan psikomotor) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat. Untuk mendukung cita-cita pembangunan karakter sebagai diamanatkan
dalam pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta mengatasi masalah kebangsaan
saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai prioritas
pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembanguna Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan manusia berakhlak mulia, bermoral,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”.
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang
dikatakan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang
pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu:
“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak

23

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan demikian RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk
melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai
prioritas program kemendiknas 2010-2014: pendidikan karakter disebut
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu pendidikan
karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif), tentang mana
yang benar dan yang salah, dan mampu merasakan (efektif) nilai yang baik.
Pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP yaitu nilai karakter dalam
hubungannya dengan tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri
sendiri, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai karakter dalam
hubungannya dengan lingkungan, dan nilai kebangsaan, yang keseluruhan
teorinya terangkum di dalam sebuah buku Character First Seri Pendidikan 1 dan
di dalam buku pendidikan karakter. Berikut akan diuraikan secara singkat
mengenai pendidkan karakter menurut Mahmud (2012: 33-35) tersebut.

24

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan Yang Maha Esa
Religius berkaitan dengan nilai ini, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran
agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi.
a. Jujur
Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
b. Bertanggung jawab
Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan
tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.
d. Disiplin
Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras

25

Merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam

mengatasi

berbagai

hambatan

guna

menyelesaikan

tugas

(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Mandiri
Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
i. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih