Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) disertai Artikel Ilmiah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2012 2013 | Meti Indrowati | Bio-Pedagogi 5522 11831 1 SM
BIO-PEDAGOGI
Nurcholis,
et al.2– Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
Volume 2, A.
Nomor
Halaman 58-67
ISSN: 2252-6897
1
Oktober 2013
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) disertai Artikel Ilmiah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013
Implementation of Prolem Based Learning (PBL) Model Accompanied by Scientific Articles
for Increasing Creative Thinking Ability Student in X3 Class SMAN 2 Boyolali
Academic Year of 2012/2013
Adhi Nurcholis, Suciati, Meti Indrowati
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
Email: adhin6@gmail.com
Diterima 28 Juli 2013, disetujui 5 September 2013
ABSTRACT- This study was aimed to improve creative thinking ability student in X3
class of SMAN 2 Boyolali through the implementation of problem based learning model
accompanied by scientific articles. This research was a classroom action research that
divided into several cycles, each cycle includes four stages: planning, action, observation,
and reflection. The subject of this research is the students of X3 class at SMAN 2
Boyolali in academic year of 2012/2013. Data is obtained through the test (esay) and nontest (observation and documentation). Data is analyzed with descriptive analytical
techniques and validated by triangulation techniques. The results show that students
creative thinking ability is increased in Pre-cycle, Cycle I, Cycle II and Cycle III. There
are four aspect in creative thinking ability. The aspect are fluency, flexibility, originality
and elaboration. The improvement in fluency aspect increase from 54,55% to 87,27%.
Flexibility aspect increase from 37,05% to 84,09%. Originality aspect increase from
48,86% to 86,82%. Elaboration aspect increase from 56,25% to 97,27%. Based on the
results of this study the researcher draws a conclusion that the implementation of problem
based learning model accompanied by scientifiec articles can improve creative thinking
ability student in X3 class at SMAN 2 Boyolali.
Key Words: Problem Based Learning, Scientific articles, creative thinking
diperlukan
Pendahuluan
dalam
kegiatan
belajar
mengajar.
Lembaga penyelenggara pendidi
kan seperti sekolah merupakan tempat
pertama manusia untuk mendapatkan
pengetahuan
Lembaga
dasar
sebagai
penyelenggara
bekal.
pendidikan
SMAN 2 Boyolali merupakan SMA di
Kabupaten Boyolali yang mempunyai
fasilitas lengkap untuk pembelajaran.
Hampir semua kelas di SMAN 2
Boyolali
mempunyai
fasilitas
yang
Hasil observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas X3 SMAN 2
Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013
menunjukkan data bahwa siswa kurang
antusias
dalam
memperhatikan
pelajaran. Siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru sebesar 33,3%. Siswa
tidak menulis catatan yang relevan
dengan KBM sebesar 66,6%.
Siswa
konsentrasi mengikuti pelajaran sebesar
58,3%. Siswa membuat gaduh di kelas
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
sebesar
16,6%.
sebesar
4,16%.
Siswa
mengantuk
Data
observasi
secara
Seperti
dalam
memecahkan
permasalahan.
menunjukkan bahwa siswa cenderung
kurang kreatif dalam berpikir.
kreatif
59
Terkait dengan permasalahan di
kelas,
di
era
globalisasi
juga
penggunaan buku ajar, siswa hanya
mengindikasikan adanya tuntutan untuk
sedikit yang memiliki LKS dan buku
lebih
ajar. Lingkungan tempat siswa belajar
perkembangan
kotor. Siswa kurang inisiatif untuk
manusia yang dibutuhkan harus dapat
membersihkan kelas.
Siswa hanya
memanfaatkan sumber daya alam dengan
membaca LKS saat guru melemparkan
bijaksana. Sumber daya manusia yang
pertanyaan saja.
Siswa kurang aktif
bisa memenuhi kebutuhan globalisasi
dalam bertanya kepada guru. Siswa tidak
dapat diwujudkan melalui pembelajaran
inisiatif untuk mengajukan pertanyaan
di sekolah.
bijaksana
dalam
jaman.
menyikapi
Sumber
daya
saat mencatat materi yang diberikan
Dahar (2010) menyatakan bahwa
guru. Kemampuan berpikir kreatif siswa
belajar pada dasarnya merupakan sebuah
sangat minim, terlihat dari reaksi siswa
proses
yang tidak mengingatkan guru terkait
perilaku seseorang.
materi yang kurang jelas, siswa juga
generasi penerus bangsa harus bisa
tidak memberikan pemecahan masalah
mendapatkan stimulus untuk merangsang
saat ada permasalahan, siswa juga kurang
siswa dalam melakukan proses. Siswa
antusias
dalam
faktor-
bisa belajar dalam memahami ilmu
faktor
yang
dengan
pengetahuan dan cara memanfaatkan
menganalisis
berkaitan
pembelajaran biologi.
untuk
melakukan
perubahan
Siswa sebagai
ilmu pengetahuan sebagai tuntutan dasar
Berdasarkan permasalahan yang
dari era globalisasi.
disampaikan
Setelah
dilatih dan dibiasakan sejak berada di
didiskusikan dengan guru, peneliti dan
sekolah untuk secara aktif memecahkan
dosen pembimbing, akar permasalahan
permasalahan di lingkungan. Pengalaman
dalam kelas X3 SMAN 2 Boyolali adalah
dalam
siswa
untuk
memahami ilmu sehingga siswa terbiasa
mendukung pembelajaran. Siswa kurang
untuk menggunakan akal dan pikiran
kreatif dalam berpikir sehingga siswa
siswa untuk memecahkan permasalahan.
telah
kurang
aktif
di
atas.
berpikir
cenderung mengikuti perintah guru dan
tidak ada inisiatif siswa untuk berpikir
proses
Rustaman
Siswa seharusnya
dibiasakan
(2005)
untuk
mengatakan
Pembelajaran biologi mengandung unsur
belajar
tentang
gejala
alam
dan
60
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
merupakan sekumpulan konsep-konsep
melatih kemampuan berpikir tingkat
teori (produk sains), cara kerja atau
tinggi dan kemampuan berpikir kreatif
metode ilmiah (proses sains) dan di
mempunyai
dalamnya mengandung nilai dan sikap.
Menurut Awang (2008) berdasarkan dari
Siswa diharapkan untuk bisa melakukan
data hasil penelitiannya mengatakan
kerja
pembelajaran
bahwa PBL terbukti dapat mendorong
Siswa bisa mengerti akan
kenaikan kemampuan berpikir kreatif
adanya permasalahan, sehingga siswa
siswa. Kenaikan tersebut dilihat dari hasil
terbiasa untuk berproses memecahkan
belajar siswa.
ilmiah
biologi.
melalui
permasalahan
melalui
beberapa
Yazdani
pembelajaran
(dalam
kelebihan.
Nur,
2011)
menyatakan bahwa kelebihan pembe
biologi.
Model pembelajaran digunakan
lajaran berdasarkan masalah antara lain:
sebagai pedoman. Kemampuan berpikir
1).
tingkat
dilatih
fakta; 2). Meningkatkan pengarahan diri
berbasis
siswa; 3). Pemahaman siswa akan materi
tinggi
menggunakan
siswa
bisa
pembelajaran
Menekankan pada makna bukan
masalah. Pendekatan akan diwujudkan
lebih
menjadi
keterampilannya
model
pembelajaran.
tinggi
dan
pengembangan
lebih
baik;
4).
Pendekatan yang dapat diambil dari
Keterampilan–keterampilan interpersonal
masalah tentang berpikir tingkat tinggi,
dan kerja tim siswa jadi lebih baik; 5).
khususnya
Siswa mempunyai motivasi terhadap diri
masalah
tentang
berpikir
kreatif adalah pendekatan pembelajaran
sendiri; 6).
Meningkatkan hubungan
berbasis masalah. Siswa akan berpikir
guru dan siswa dalam pembelajaran.
Peran dari artikel ilmiah pada
lebih kreatif dalam memecahkan masalah
model PBL sangat membantu. Artikel
dengan belajar dari masalah.
Problem Based Learning (PBL)
ilmiah
yang digunakan
dalam
fase
yang
mengorientasikan siswa pada masalah
mengacu pada pelatihan siswa untuk bisa
adalah artikel yang berisikan berita yang
memerankan
dewasa
terjadi di masyarakat dan menjadi isu
dalam pembelajaran, sehingga siswa
yang hangat. Bilgin (2009) mengatakan
dapat mengerti, belajar dan merasakan
bahwa di dalam permasalahan yang
serta
digunakan dalam pembelajaran PBL
adalah
model
siswa
sebagai
dapat
orang
memperoleh
peran
harus merupakan permasalahan yang
Trianto (2009) mengatakan
belum terselesaikan. Permasalahan yang
pengetahuan
tersebut.
pembelajaran
sendiri
melalui
bahwa pembelajaran PBL cocok untuk
digunakan
tersebut
haruslah
yang
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
menarik
minat
siswa
61
untuk
Pengumpulan data menggunakan
mengetahuinya. Siswa lebih bersemangat
teknik tes dengan soal esay dan teknik
dalam
permasalahan
non tes dengan pengamatan/observasi
tersebut, selain itu masalah yang diangkat
dan dokumentasi yang dilakukan saat
dalam model PBL haruslah masalah yang
proses
dapat menimbulkan banyak hipotesis
digunakan untuk memeriksa validitas
sehingga
untuk
data yang digunakan dalam penelitian
menyelesaikan masalah dan memerlukan
adalah triangulasi. Triangulasi adalah
kemampuan
teknik pengumpulan data yang bersifat
menyelesaikan
siswa
terlatih
berpikir
kreatif
untuk
memecahkan masalah tersebut.
pembelajaran.
Teknik
yang
menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang
Metode Penelitian
telah ada.
Penelitian
semester
dilaksanakan
genap
Tahun
pada
Pelajaran
2012/2013 di kelas X3 SMAN 2 Boyolali
yang beralamat di Jl. Tentara Pelajar 06
Boyolali.
Secara
pelaksanaannya
garis
dibagi
menjadi
besar
tiga
tahap, yaitu: tahap persiapan, penelitian,
dan penyelesaian. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dalam tiga siklus pada
tanggal 3 Mei 2013 sampai 21 Mei 2013
dengan subjek penelitian yaitu siswa
kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun
Pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 22
siswa.
dilakukan
kemampuan
pre-test
berpikir
sebagai
dasar
kreatif
siswa.
Tindakan Prasiklus yang telah dilakukan,
maka diadakan tes pada setiap akhir
yang
mengukur
kamampuan
berpikir kreatif siswa terhadap materi
yang diajarkan.
operasional
penelitian pada tiap siklus ada empat,
yaitu 1) perencanaan: berdasarkan hasil
identifikasi
masalah
observasi
yang
sebelumnya,
dari
telah
kegiatan
dilakukan
alternatif
pemecahan
masalah yang diajukan adalah dengan
penerapan model PBL disertai artikel
ilmiah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir
kreatif
bahasan
daur ulang limbah. Tahap
perencanaan
skenario
silabus
Sebelum dilaksanakan penelitian
siklus
Langkah-langkah
Instrumen
siswa
pada
pokok
dilakukan
penyusunan
pembelajaran
penyusunan
dan
rencana
yang
pengajaran.
digunakan
dalam
penelitian juga disiapkan seperti tes
evaluasi, tes kemampuan berpikir kreatif,
LKS, lembar observasi, angket serta
pedoman wawancara; 2) pelaksanaan:
tindakan
yang
diimplementasikan
telah
direncanakan
dalam
bentuk
penerapan model PBL disertai artikel
62
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
ilmiah. Pelaksanaan tindakan diwujudkan
dalam
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP);
observasi
dilakukan
berlangsungnya
3)
proses
Observasi:
selama
pembelajaran.
Observasi berupa kegiatan pemantauan,
pencatatatan
serta
pendokumentasian
Perbandingan
kemampuan
juga
dilakukan
pada
berpikir
kreatif
siswa
disajikan pada Gambar 1.
120
100
80
60
40
20
0
segala kegiatan selama pembelajaran.
Observasi
peningkatan
Prasiklus Siklus I (%) Siklus II
(%)
(%)
Kelancaran
Keluwesan
Keaslian
Siklus III
(%)
Kerincian
keterlaksanaan pembelajaran model PBL
disertai artikel ilmiah; dan 4) refleksi:
tahap analisis proses dan dampak dari
pelaksanaan tindakan. Hasil analisis pada
tahap
refleksi
berupa
kelebihan,
kelemahan ataupun hambatan dalam
pelaksanaan tindakan dasar perencanaan
kegiatan pada siklus sebelumnya.
meliputi
empat
aspek
berpikir
kreatif
menurut
Munandar
kelancaran,
keluwesan,
yaitu
keaslian
dan
kemampuan
kerincian.
Siklus I diperoleh hasil bahwa
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
siswa
meningkat.
Aspek
kelancaran
siswa dalam mengeluarkan gagasan,
Indikator kinerja dalam penelitian
(2009)
Gambar
1.
Grafik
Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus
III
Target
pencapaian pada penelitian dengan model
PBL disertai artikel ilmiah ≥20% untuk
tiap aspek.
siswa
mencapai
70,00%.
Kenaikan
persentase
aspek
sebesar
keluwesan
siswa dalam menyampaikan gagasan
mencapai persentase 57,14%. Penilaian
aspek
keaslian
siswa
dalam
mengeluarkan gagasan sebesar 51,14%,
sedangkan pada aspek kerincian siswa
dalam mengeluarkan gagasan mencapai
Hasil dan Pembahasan
persentase 73,86%.
menggunakan
Siklus II diperoleh hasil bahwa
instrumen berupa pre-test pada tahap
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
Prasiklus
diperoleh
penilaian
siswa lebih meningkat dibandingkan
terhadap
aspek
kelancaran
sebesar
pada Siklus I. aspek kelancaran siswa
54,55%,
aspek
keluwesan
sebesar
dalam mengeluarkan gagasan, siswa
37,05%, aspek keaslian sebesar 48,86%
mencapai persentase sebesar 86,82%,
dan aspek kerincian sebesar 56,25%.
kenaikan aspek keluwesan siswa dalam
Pengukuran
hasil
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
menyampaikan
gagasan
mencapai
63
penerapan model pembelajaran PBL
aspek
disertai artikel ilmiah, sehingga siswa
mengeluarkan
dapat langsung melakukan percobaan
gagasan sebesar 86,36%, sedangkan pada
untuk membuktikan hipotesis yang telah
aspek
dibuat.
persentase
keaslian
76,36%,
siswa
penilaian
dalam
kerincian
mengeluarkan
siswa
gagasan
dalam
Tahap
mencapai
PBL
yang
berupa
pengorientasian siswa pada masalah.
persentase 93,64%.
Siklus III diperoleh hasil bahwa
Siswa
diminta
untuk
mengamati
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
permasalahan di lingkungan. Peran dari
siswa meningkat menjadi lebih baik
artikel ilmiah pada fase pertama sangat
dibandingkan dengan Prasiklus, Siklus I
membantu.
dan Siklus II. aspek kelancaran siswa
digunakan dalam fase pertama adalah
dalam mengeluarkan gagasan, siswa
artikel yang berisikan berita yang terjadi
mencapai persentase sebesar 86,27%,
di masyarakat dan menjadi isu yang
kenaikan aspek keluwesan siswa dalam
hangat. Didukung oleh perkataan dari
menyampaikan
Bilgin (2009), yang mengatakan bahwa
persentase
keaslian
gagasan
84,09%,
siswa
mencapai
penilaian
dalam
aspek
mengeluarkan
Artikel
ilmiah
yang
di dalam permasalahan yang digunakan
dalam
pembelajaran
PBL
harus
gagasan sebesar 86,82%, sedangkan pada
merupakan permasalahan yang belum
aspek
terselesaikan.
kerincian
mengeluarkan
siswa
gagasan
dalam
mencapai
persentase 97,27%.
PBL
Permasalahan
digunakan
tersebut
haruslah
menarik
minat
siswa
yang
yang
untuk
Penerapan model pembelajaran
mengetahuinya. Siswa lebih bersemangat
disertai
dalam
artikel
ilmiah
yang
menyelesaikan
permasalahan
diimplementasikan di dalam kelas X3
tersebut, selain itu masalah yang diangkat
memberikan dampak yang positif dalam
dalam model PBL haruslah masalah yang
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
dapat menimbulkan banyak hipotesis
siswa. Materi daur ulang limbah mampu
sehingga
membuat siswa menjadi lebih kreatif
menyelesaikan masalah dan memerlukan
karena
kemampuan
siswa
dapat
mengkreasikan
limbah
dengan
membuat
pemecahan
dan
masalah
membuat
solusi
siswa
berpikir
terlatih
kreatif
untuk
untuk
memecahkan masalah tersebut.
Melihat dari pernyataan yang
di
dikatakan oleh Bilgin maka pada fase
lingkungan. Peningkatan didukung oleh
pertama siswa sudah dilatih untuk bisa
pemecahan
permasalahan
limbah
64
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
dalam
mengatakan bahwa pembelajaran terjadi
berpikir, kekreatifan siswa dirangsang
melalui interaksi sosial yang dilakukan
dengan mencerna masalah yang memang
siswa
ada di lingkungan sehingga siswa terpacu
sebayanya. Interaksi yang diterapkan
untuk memikirkan bagaimana solusi yang
dalam pembelajaran dibantu oleh guru
terbaik
dengan rangsangan yang akan membantu
meningkatkan
kekreatifan
untuk
memecahkan
masalah
dengan
guru
tersebut. Kenaikan kemampuan berpikir
siswa
kreatif
perkembangannya.
ataupun
hasil
belajar
siswa
untuk
bergerak
Siswa
didukung oleh teori yang dikemukakan
ataupun
akan
teman
ke
merasa
zona
terpacu
oleh Ausubel (dalam Ghufron, 2012),
dengan adanya diskusi antar siswa dan
yang
belajar
guru. Siswa berusaha saling memberi dan
merupakan asimilasi bermakna, dalam
menerima informasi yang dibutuhkan
pemilihan materi harus bermakna dan
siswa untuk menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan tingkat perkembangan
sehingga informasi yang dibutuhkan
peserta didik. Pemilihan masalah yang
siswa akan terbagi secara baik dalam
sesuai dengan tingkat perkembangan
pembelajaran dan akan mengakibatkan
siswa akan membuat siswa tertarik untuk
kenaikan
menyelesaikannya dan kemampuan siswa
menguasai materi yang sedang dipelajari.
dalam berpikir kreatif dapat meningkat,
Fase
selain peningkatan pada kemampuan
mengasah
berpikir kreatif hasil belajar siswa terkait
mengeluarkan ide-ide yang asli dari
dengan materi yang dipelajari juga
siswa. Siswa berpikir dan memberikan
meningkat.
ide
menyatakan
Fase
bahwa
mengorganisasikan
siswa
kemampuan
kedua
asli
untuk
melatih
siswa
untuk
kemampuan
siswa
dalam
dari
mengolah
siswa
siswa
pengetahuan
setelah
siswa
awal
untuk
untuk belajar, guru membuat suasana
menyelesaikan permasalahan. Puspitasari
kelas menjadi suasana yang lebih baik
(2012),
untuk
pengelompokan
belajar
dengan
mengelompokkan
beberapa
siswa
dalam
kegiatan
fase
kedua
Pengelompokan
lancar dan berpikir luwes. Kedua aspek
pembelajaran
tersebut adalah aspek pada kemampuan
berpikir kreatif.
Fase
dikemukakan oleh Vygotsky. Gagasan
yang
dalam
adanya
melatih kemampuan siswa untuk berpikir
didukung dengan teori belajar yang
penting
bahwa
menjadi
siswa
kelompok.
cara
mengatakan
dikemukakan
terkait
pengelompokan siswa dalam belajar
membantu
penyelidikan
mandiri dan kelompok, siswa sudah
dalam
keadaan
dikelompokkan
oleh
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
guru.
Siswa
bekerja
menyelesaikan
diberikan
sama
untuk
permasalahan
yang
oleh
guru.
Pelaksanaan
65
presentasi yang dilakukan siswa untuk
menyajikan
hasil
karyanya.
Siswa
diberikan kebebasan untuk membuat
siswa
hasil karya yang berupa slogan. Siswa
melakukan
mengembangkan hasil praktikumnya dan
percobaan untuk membuktikan hipotesis
mengaplikasikan dalam bentuk slogan
yang
fase
yang baik dan menarik. Pelaksanaannya
sebelumnya. Siswa akan memperoleh
pada Siklus III siswa dapat membuat
pengalamannya sendiri terkait dengan
slogan yang menarik dan sangat berbeda
pelaksanaan praktikum yang dilakukan
dari
siswa.
mengembangkan
pembelajaran
dalam
yang
penelitian,
telah
dilakukan
siswa
siswa
Pelaksanaan
buat
di
praktikum
akan
slogan
yang
biasanya.
hasil
Selain
percobaan
berpengaruh pada tingkat pemahaman
menjadi sebuah slogan yang baik dan
siswa terhadap materi yang meningkat
menarik siswa mempresentasikan hasil
karena mendapatkan pengetahuan dari
karya tersebut.
bacaan ataupun sumber yang diterima
Proses presentasi melatih siswa
dari teman sebaya dan diskusi dengan
untuk memiliki kemampuan berpikir
guru,
lancar dan mengelaborasi. Kemampuan
siswa
akan
mendapatkan
hasil
siswa presentasi yang baik berarti siswa
percobaan tersebut. Didukung oleh teori
telah menguasai materi yang dipelajari
belajar yang dikemukakan oleh Bruner.
dan dengan begitu siswa akan lancar
Ghufron
bahwa
dalam mempresentasikan hasil karyanya.
adalah
Senada dengan yang dikatakan oleh
pembelajaran yang dalam pelaksanaan
Puspitasari (2012), bahwa dalam fase
nya
kesempatan
mengembangkan dan menyajikan hasil
kepada siswa untuk bisa mendapatkan
karya serta memamerkannya mampu
pengalamannya sendiri.
meningkatkan
pengalamannya
sendiri
(2012)
pembelajaran
guru
dari
mengatakan
yang
baik
memberikan
Fase
mengembangkan
dan
kemampuan
berpikir
lancar dan mengelaborasi.
serta
Fase
memamerkannya. Siswa dilatih untuk
menyajikan
mengembangkan kemampuan berpikir
memamerkannya
lancar dan kemampuan mengelaborasi,
kemampuan berpikir kreatif siswa dan
keduanya
menyajikan
hasil
kemampuan
tersebut
karya
mengembangkan
hasil
dapat
karya
dan
serta
meningkatkan
termasuk
dalam
aspek
hasil belajar siswa. Sesuai dengan teori
berpikir
kreatif.
Aspek
yang dikatakan oleh Piaget (dalam
dalam
bentuk
Ghufron, 2012)
diajarkan
bahwa dalam belajar
66
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
beberapa
tahap
kesempatan
ilmu.
Siswa
pertanyaan baik dari guru ataupun teman
diberikan kesempatan untuk mencoba
sebaya. Siswa dapat menjawab dengan
dan
jawaban yang logis dan baik maka dapat
siswa
membutuhkan
untuk
mendapatkan
mengaplikasikan
pengetahuannya
untuk
bahwa
menjawab
sehingga siswa dapat memperoleh ilmu
dilihat
kemampuan
yang disusun sendiri melalui percobaan
luwesnya telah meningkat.
setiap
berpikir
diberikan
Berdasarkan hasil tes kemampuan
kebebasan untuk mengembangkan hasil
berpikir kreatif siswa terjadi peningkatan
karya,
akan
yang berbeda-beda untuk tiap aspek
dan
dalam setiap siklus. Sejalan dengan
yang
dilakukan.
dengan
mengaplikasikan
Siswa
begitu
siswa
pengetahuannya
menyatukan dengan hasil percobaan
pernyataan
sehingga siswa akan mendapatkan ilmu
mengatakan bahwa kemampuan berpikir
yang telah dicerna melalui pengetahuan
kreatif dapat dipelajari dan ditingkatkan.
sebelumnya dan percobaan.
Model
Fase
menganalisis
dan
Alexander
PBL
mampu
disertai
meningkatkan
(2007)
artikel
yang
ilmiah
kemampuan
pemecahan
berpikir kreatif siswa. Hasil capaian tes
masalah. Siswa bersama- sama dengan
kemampuan berpikir analitis siswa pada
guru melakukan evaluasi terkait proses
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus
yang telah dilakukan siswa pada fase
III secara umum telah meningkat dari
sebelumnya.
guru
target yang diinginkan yaitu ≥20%.
melakukan refleksi atas penyelidikan
Peningkatan aspek tertinggi kemampuan
yang telah dilakukan. Siswa dilatih untuk
berpikir kreatif siswa adalah aspek
bisa
kerincian.
mengevaluasi
proses
Siswa
berpikir
dibimbing
lancar
dan
luwes.
Kemampuan berpikir lancar diajarkan
Kesimpulan
saat siswa melakukan refleksi atau
Berdasarkan hasil penelitian dapat
koreksi terhadap proses pembelajaran
yang
telah
lakukan.
Siswa
mampu
mengoreksi dan memberikan alasan serta
mempertahankan pendapatnya dengan
alasan yang benar maka dapat dilihat
disimpulkan bahwa penerapan model
PBL
disertai
meningkatkan
artikel
ilmiah
kemampuan
dapat
berpikir
kreatif siswa kelas X3 SMAN 2 Boyolali.
bahwa kemampuan siswa dalam berpikir
Daftar Pustaka
lancar telah meningkat. Kemampuan
Alexander, K. L. (2007). Effects
Instruction in Creative Problem
Solving on Cognition, Creativity, and
berpikir
dilatihkan
luwes
dapat
dengan
dilihat
dan
memberikan
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
Satisfaction among Ninth Grade
Students in an Introduction to World
Agricultural Science and Technology
Course. jurnal thesis.
Awang, H. (2008). Creative Thinking
Skill Approach Through ProblemBased Learning: Pedagogy and
Practice
in
the
Engineering
Classroom. International Journal of
Human and Social Sciences, 3,1.
Bilgin, I. (2009). The effects of problem
based
learning
instruction
on
university student’ performance of
conceptual And quantitative problem
in gas Concept. Eurasia jurnal of
mathematic , sains And Technology
Education, 153-164.
Dahar, R. W. (2010). Teori-Teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Ghufron, M. N. (2012). Gaya Belajar.
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Munandar, U. (2009). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
67
Nur, M. (2011). Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Pusat Sains Dan Matematika Sekolah
UNESA.
Puspitasari, L. (2012). Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA
Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Skripsi.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Universitas Negeri
Malang: UM Press.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif:
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana..
Nurcholis,
et al.2– Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
Volume 2, A.
Nomor
Halaman 58-67
ISSN: 2252-6897
1
Oktober 2013
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) disertai Artikel Ilmiah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013
Implementation of Prolem Based Learning (PBL) Model Accompanied by Scientific Articles
for Increasing Creative Thinking Ability Student in X3 Class SMAN 2 Boyolali
Academic Year of 2012/2013
Adhi Nurcholis, Suciati, Meti Indrowati
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
Email: adhin6@gmail.com
Diterima 28 Juli 2013, disetujui 5 September 2013
ABSTRACT- This study was aimed to improve creative thinking ability student in X3
class of SMAN 2 Boyolali through the implementation of problem based learning model
accompanied by scientific articles. This research was a classroom action research that
divided into several cycles, each cycle includes four stages: planning, action, observation,
and reflection. The subject of this research is the students of X3 class at SMAN 2
Boyolali in academic year of 2012/2013. Data is obtained through the test (esay) and nontest (observation and documentation). Data is analyzed with descriptive analytical
techniques and validated by triangulation techniques. The results show that students
creative thinking ability is increased in Pre-cycle, Cycle I, Cycle II and Cycle III. There
are four aspect in creative thinking ability. The aspect are fluency, flexibility, originality
and elaboration. The improvement in fluency aspect increase from 54,55% to 87,27%.
Flexibility aspect increase from 37,05% to 84,09%. Originality aspect increase from
48,86% to 86,82%. Elaboration aspect increase from 56,25% to 97,27%. Based on the
results of this study the researcher draws a conclusion that the implementation of problem
based learning model accompanied by scientifiec articles can improve creative thinking
ability student in X3 class at SMAN 2 Boyolali.
Key Words: Problem Based Learning, Scientific articles, creative thinking
diperlukan
Pendahuluan
dalam
kegiatan
belajar
mengajar.
Lembaga penyelenggara pendidi
kan seperti sekolah merupakan tempat
pertama manusia untuk mendapatkan
pengetahuan
Lembaga
dasar
sebagai
penyelenggara
bekal.
pendidikan
SMAN 2 Boyolali merupakan SMA di
Kabupaten Boyolali yang mempunyai
fasilitas lengkap untuk pembelajaran.
Hampir semua kelas di SMAN 2
Boyolali
mempunyai
fasilitas
yang
Hasil observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas X3 SMAN 2
Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013
menunjukkan data bahwa siswa kurang
antusias
dalam
memperhatikan
pelajaran. Siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru sebesar 33,3%. Siswa
tidak menulis catatan yang relevan
dengan KBM sebesar 66,6%.
Siswa
konsentrasi mengikuti pelajaran sebesar
58,3%. Siswa membuat gaduh di kelas
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
sebesar
16,6%.
sebesar
4,16%.
Siswa
mengantuk
Data
observasi
secara
Seperti
dalam
memecahkan
permasalahan.
menunjukkan bahwa siswa cenderung
kurang kreatif dalam berpikir.
kreatif
59
Terkait dengan permasalahan di
kelas,
di
era
globalisasi
juga
penggunaan buku ajar, siswa hanya
mengindikasikan adanya tuntutan untuk
sedikit yang memiliki LKS dan buku
lebih
ajar. Lingkungan tempat siswa belajar
perkembangan
kotor. Siswa kurang inisiatif untuk
manusia yang dibutuhkan harus dapat
membersihkan kelas.
Siswa hanya
memanfaatkan sumber daya alam dengan
membaca LKS saat guru melemparkan
bijaksana. Sumber daya manusia yang
pertanyaan saja.
Siswa kurang aktif
bisa memenuhi kebutuhan globalisasi
dalam bertanya kepada guru. Siswa tidak
dapat diwujudkan melalui pembelajaran
inisiatif untuk mengajukan pertanyaan
di sekolah.
bijaksana
dalam
jaman.
menyikapi
Sumber
daya
saat mencatat materi yang diberikan
Dahar (2010) menyatakan bahwa
guru. Kemampuan berpikir kreatif siswa
belajar pada dasarnya merupakan sebuah
sangat minim, terlihat dari reaksi siswa
proses
yang tidak mengingatkan guru terkait
perilaku seseorang.
materi yang kurang jelas, siswa juga
generasi penerus bangsa harus bisa
tidak memberikan pemecahan masalah
mendapatkan stimulus untuk merangsang
saat ada permasalahan, siswa juga kurang
siswa dalam melakukan proses. Siswa
antusias
dalam
faktor-
bisa belajar dalam memahami ilmu
faktor
yang
dengan
pengetahuan dan cara memanfaatkan
menganalisis
berkaitan
pembelajaran biologi.
untuk
melakukan
perubahan
Siswa sebagai
ilmu pengetahuan sebagai tuntutan dasar
Berdasarkan permasalahan yang
dari era globalisasi.
disampaikan
Setelah
dilatih dan dibiasakan sejak berada di
didiskusikan dengan guru, peneliti dan
sekolah untuk secara aktif memecahkan
dosen pembimbing, akar permasalahan
permasalahan di lingkungan. Pengalaman
dalam kelas X3 SMAN 2 Boyolali adalah
dalam
siswa
untuk
memahami ilmu sehingga siswa terbiasa
mendukung pembelajaran. Siswa kurang
untuk menggunakan akal dan pikiran
kreatif dalam berpikir sehingga siswa
siswa untuk memecahkan permasalahan.
telah
kurang
aktif
di
atas.
berpikir
cenderung mengikuti perintah guru dan
tidak ada inisiatif siswa untuk berpikir
proses
Rustaman
Siswa seharusnya
dibiasakan
(2005)
untuk
mengatakan
Pembelajaran biologi mengandung unsur
belajar
tentang
gejala
alam
dan
60
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
merupakan sekumpulan konsep-konsep
melatih kemampuan berpikir tingkat
teori (produk sains), cara kerja atau
tinggi dan kemampuan berpikir kreatif
metode ilmiah (proses sains) dan di
mempunyai
dalamnya mengandung nilai dan sikap.
Menurut Awang (2008) berdasarkan dari
Siswa diharapkan untuk bisa melakukan
data hasil penelitiannya mengatakan
kerja
pembelajaran
bahwa PBL terbukti dapat mendorong
Siswa bisa mengerti akan
kenaikan kemampuan berpikir kreatif
adanya permasalahan, sehingga siswa
siswa. Kenaikan tersebut dilihat dari hasil
terbiasa untuk berproses memecahkan
belajar siswa.
ilmiah
biologi.
melalui
permasalahan
melalui
beberapa
Yazdani
pembelajaran
(dalam
kelebihan.
Nur,
2011)
menyatakan bahwa kelebihan pembe
biologi.
Model pembelajaran digunakan
lajaran berdasarkan masalah antara lain:
sebagai pedoman. Kemampuan berpikir
1).
tingkat
dilatih
fakta; 2). Meningkatkan pengarahan diri
berbasis
siswa; 3). Pemahaman siswa akan materi
tinggi
menggunakan
siswa
bisa
pembelajaran
Menekankan pada makna bukan
masalah. Pendekatan akan diwujudkan
lebih
menjadi
keterampilannya
model
pembelajaran.
tinggi
dan
pengembangan
lebih
baik;
4).
Pendekatan yang dapat diambil dari
Keterampilan–keterampilan interpersonal
masalah tentang berpikir tingkat tinggi,
dan kerja tim siswa jadi lebih baik; 5).
khususnya
Siswa mempunyai motivasi terhadap diri
masalah
tentang
berpikir
kreatif adalah pendekatan pembelajaran
sendiri; 6).
Meningkatkan hubungan
berbasis masalah. Siswa akan berpikir
guru dan siswa dalam pembelajaran.
Peran dari artikel ilmiah pada
lebih kreatif dalam memecahkan masalah
model PBL sangat membantu. Artikel
dengan belajar dari masalah.
Problem Based Learning (PBL)
ilmiah
yang digunakan
dalam
fase
yang
mengorientasikan siswa pada masalah
mengacu pada pelatihan siswa untuk bisa
adalah artikel yang berisikan berita yang
memerankan
dewasa
terjadi di masyarakat dan menjadi isu
dalam pembelajaran, sehingga siswa
yang hangat. Bilgin (2009) mengatakan
dapat mengerti, belajar dan merasakan
bahwa di dalam permasalahan yang
serta
digunakan dalam pembelajaran PBL
adalah
model
siswa
sebagai
dapat
orang
memperoleh
peran
harus merupakan permasalahan yang
Trianto (2009) mengatakan
belum terselesaikan. Permasalahan yang
pengetahuan
tersebut.
pembelajaran
sendiri
melalui
bahwa pembelajaran PBL cocok untuk
digunakan
tersebut
haruslah
yang
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
menarik
minat
siswa
61
untuk
Pengumpulan data menggunakan
mengetahuinya. Siswa lebih bersemangat
teknik tes dengan soal esay dan teknik
dalam
permasalahan
non tes dengan pengamatan/observasi
tersebut, selain itu masalah yang diangkat
dan dokumentasi yang dilakukan saat
dalam model PBL haruslah masalah yang
proses
dapat menimbulkan banyak hipotesis
digunakan untuk memeriksa validitas
sehingga
untuk
data yang digunakan dalam penelitian
menyelesaikan masalah dan memerlukan
adalah triangulasi. Triangulasi adalah
kemampuan
teknik pengumpulan data yang bersifat
menyelesaikan
siswa
terlatih
berpikir
kreatif
untuk
memecahkan masalah tersebut.
pembelajaran.
Teknik
yang
menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang
Metode Penelitian
telah ada.
Penelitian
semester
dilaksanakan
genap
Tahun
pada
Pelajaran
2012/2013 di kelas X3 SMAN 2 Boyolali
yang beralamat di Jl. Tentara Pelajar 06
Boyolali.
Secara
pelaksanaannya
garis
dibagi
menjadi
besar
tiga
tahap, yaitu: tahap persiapan, penelitian,
dan penyelesaian. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dalam tiga siklus pada
tanggal 3 Mei 2013 sampai 21 Mei 2013
dengan subjek penelitian yaitu siswa
kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun
Pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 22
siswa.
dilakukan
kemampuan
pre-test
berpikir
sebagai
dasar
kreatif
siswa.
Tindakan Prasiklus yang telah dilakukan,
maka diadakan tes pada setiap akhir
yang
mengukur
kamampuan
berpikir kreatif siswa terhadap materi
yang diajarkan.
operasional
penelitian pada tiap siklus ada empat,
yaitu 1) perencanaan: berdasarkan hasil
identifikasi
masalah
observasi
yang
sebelumnya,
dari
telah
kegiatan
dilakukan
alternatif
pemecahan
masalah yang diajukan adalah dengan
penerapan model PBL disertai artikel
ilmiah untuk meningkatkan kemampuan
berpikir
kreatif
bahasan
daur ulang limbah. Tahap
perencanaan
skenario
silabus
Sebelum dilaksanakan penelitian
siklus
Langkah-langkah
Instrumen
siswa
pada
pokok
dilakukan
penyusunan
pembelajaran
penyusunan
dan
rencana
yang
pengajaran.
digunakan
dalam
penelitian juga disiapkan seperti tes
evaluasi, tes kemampuan berpikir kreatif,
LKS, lembar observasi, angket serta
pedoman wawancara; 2) pelaksanaan:
tindakan
yang
diimplementasikan
telah
direncanakan
dalam
bentuk
penerapan model PBL disertai artikel
62
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
ilmiah. Pelaksanaan tindakan diwujudkan
dalam
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP);
observasi
dilakukan
berlangsungnya
3)
proses
Observasi:
selama
pembelajaran.
Observasi berupa kegiatan pemantauan,
pencatatatan
serta
pendokumentasian
Perbandingan
kemampuan
juga
dilakukan
pada
berpikir
kreatif
siswa
disajikan pada Gambar 1.
120
100
80
60
40
20
0
segala kegiatan selama pembelajaran.
Observasi
peningkatan
Prasiklus Siklus I (%) Siklus II
(%)
(%)
Kelancaran
Keluwesan
Keaslian
Siklus III
(%)
Kerincian
keterlaksanaan pembelajaran model PBL
disertai artikel ilmiah; dan 4) refleksi:
tahap analisis proses dan dampak dari
pelaksanaan tindakan. Hasil analisis pada
tahap
refleksi
berupa
kelebihan,
kelemahan ataupun hambatan dalam
pelaksanaan tindakan dasar perencanaan
kegiatan pada siklus sebelumnya.
meliputi
empat
aspek
berpikir
kreatif
menurut
Munandar
kelancaran,
keluwesan,
yaitu
keaslian
dan
kemampuan
kerincian.
Siklus I diperoleh hasil bahwa
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
siswa
meningkat.
Aspek
kelancaran
siswa dalam mengeluarkan gagasan,
Indikator kinerja dalam penelitian
(2009)
Gambar
1.
Grafik
Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus
III
Target
pencapaian pada penelitian dengan model
PBL disertai artikel ilmiah ≥20% untuk
tiap aspek.
siswa
mencapai
70,00%.
Kenaikan
persentase
aspek
sebesar
keluwesan
siswa dalam menyampaikan gagasan
mencapai persentase 57,14%. Penilaian
aspek
keaslian
siswa
dalam
mengeluarkan gagasan sebesar 51,14%,
sedangkan pada aspek kerincian siswa
dalam mengeluarkan gagasan mencapai
Hasil dan Pembahasan
persentase 73,86%.
menggunakan
Siklus II diperoleh hasil bahwa
instrumen berupa pre-test pada tahap
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
Prasiklus
diperoleh
penilaian
siswa lebih meningkat dibandingkan
terhadap
aspek
kelancaran
sebesar
pada Siklus I. aspek kelancaran siswa
54,55%,
aspek
keluwesan
sebesar
dalam mengeluarkan gagasan, siswa
37,05%, aspek keaslian sebesar 48,86%
mencapai persentase sebesar 86,82%,
dan aspek kerincian sebesar 56,25%.
kenaikan aspek keluwesan siswa dalam
Pengukuran
hasil
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
menyampaikan
gagasan
mencapai
63
penerapan model pembelajaran PBL
aspek
disertai artikel ilmiah, sehingga siswa
mengeluarkan
dapat langsung melakukan percobaan
gagasan sebesar 86,36%, sedangkan pada
untuk membuktikan hipotesis yang telah
aspek
dibuat.
persentase
keaslian
76,36%,
siswa
penilaian
dalam
kerincian
mengeluarkan
siswa
gagasan
dalam
Tahap
mencapai
PBL
yang
berupa
pengorientasian siswa pada masalah.
persentase 93,64%.
Siklus III diperoleh hasil bahwa
Siswa
diminta
untuk
mengamati
tiap aspek kemampuan berpikir kreatif
permasalahan di lingkungan. Peran dari
siswa meningkat menjadi lebih baik
artikel ilmiah pada fase pertama sangat
dibandingkan dengan Prasiklus, Siklus I
membantu.
dan Siklus II. aspek kelancaran siswa
digunakan dalam fase pertama adalah
dalam mengeluarkan gagasan, siswa
artikel yang berisikan berita yang terjadi
mencapai persentase sebesar 86,27%,
di masyarakat dan menjadi isu yang
kenaikan aspek keluwesan siswa dalam
hangat. Didukung oleh perkataan dari
menyampaikan
Bilgin (2009), yang mengatakan bahwa
persentase
keaslian
gagasan
84,09%,
siswa
mencapai
penilaian
dalam
aspek
mengeluarkan
Artikel
ilmiah
yang
di dalam permasalahan yang digunakan
dalam
pembelajaran
PBL
harus
gagasan sebesar 86,82%, sedangkan pada
merupakan permasalahan yang belum
aspek
terselesaikan.
kerincian
mengeluarkan
siswa
gagasan
dalam
mencapai
persentase 97,27%.
PBL
Permasalahan
digunakan
tersebut
haruslah
menarik
minat
siswa
yang
yang
untuk
Penerapan model pembelajaran
mengetahuinya. Siswa lebih bersemangat
disertai
dalam
artikel
ilmiah
yang
menyelesaikan
permasalahan
diimplementasikan di dalam kelas X3
tersebut, selain itu masalah yang diangkat
memberikan dampak yang positif dalam
dalam model PBL haruslah masalah yang
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
dapat menimbulkan banyak hipotesis
siswa. Materi daur ulang limbah mampu
sehingga
membuat siswa menjadi lebih kreatif
menyelesaikan masalah dan memerlukan
karena
kemampuan
siswa
dapat
mengkreasikan
limbah
dengan
membuat
pemecahan
dan
masalah
membuat
solusi
siswa
berpikir
terlatih
kreatif
untuk
untuk
memecahkan masalah tersebut.
Melihat dari pernyataan yang
di
dikatakan oleh Bilgin maka pada fase
lingkungan. Peningkatan didukung oleh
pertama siswa sudah dilatih untuk bisa
pemecahan
permasalahan
limbah
64
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
dalam
mengatakan bahwa pembelajaran terjadi
berpikir, kekreatifan siswa dirangsang
melalui interaksi sosial yang dilakukan
dengan mencerna masalah yang memang
siswa
ada di lingkungan sehingga siswa terpacu
sebayanya. Interaksi yang diterapkan
untuk memikirkan bagaimana solusi yang
dalam pembelajaran dibantu oleh guru
terbaik
dengan rangsangan yang akan membantu
meningkatkan
kekreatifan
untuk
memecahkan
masalah
dengan
guru
tersebut. Kenaikan kemampuan berpikir
siswa
kreatif
perkembangannya.
ataupun
hasil
belajar
siswa
untuk
bergerak
Siswa
didukung oleh teori yang dikemukakan
ataupun
akan
teman
ke
merasa
zona
terpacu
oleh Ausubel (dalam Ghufron, 2012),
dengan adanya diskusi antar siswa dan
yang
belajar
guru. Siswa berusaha saling memberi dan
merupakan asimilasi bermakna, dalam
menerima informasi yang dibutuhkan
pemilihan materi harus bermakna dan
siswa untuk menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan tingkat perkembangan
sehingga informasi yang dibutuhkan
peserta didik. Pemilihan masalah yang
siswa akan terbagi secara baik dalam
sesuai dengan tingkat perkembangan
pembelajaran dan akan mengakibatkan
siswa akan membuat siswa tertarik untuk
kenaikan
menyelesaikannya dan kemampuan siswa
menguasai materi yang sedang dipelajari.
dalam berpikir kreatif dapat meningkat,
Fase
selain peningkatan pada kemampuan
mengasah
berpikir kreatif hasil belajar siswa terkait
mengeluarkan ide-ide yang asli dari
dengan materi yang dipelajari juga
siswa. Siswa berpikir dan memberikan
meningkat.
ide
menyatakan
Fase
bahwa
mengorganisasikan
siswa
kemampuan
kedua
asli
untuk
melatih
siswa
untuk
kemampuan
siswa
dalam
dari
mengolah
siswa
siswa
pengetahuan
setelah
siswa
awal
untuk
untuk belajar, guru membuat suasana
menyelesaikan permasalahan. Puspitasari
kelas menjadi suasana yang lebih baik
(2012),
untuk
pengelompokan
belajar
dengan
mengelompokkan
beberapa
siswa
dalam
kegiatan
fase
kedua
Pengelompokan
lancar dan berpikir luwes. Kedua aspek
pembelajaran
tersebut adalah aspek pada kemampuan
berpikir kreatif.
Fase
dikemukakan oleh Vygotsky. Gagasan
yang
dalam
adanya
melatih kemampuan siswa untuk berpikir
didukung dengan teori belajar yang
penting
bahwa
menjadi
siswa
kelompok.
cara
mengatakan
dikemukakan
terkait
pengelompokan siswa dalam belajar
membantu
penyelidikan
mandiri dan kelompok, siswa sudah
dalam
keadaan
dikelompokkan
oleh
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
guru.
Siswa
bekerja
menyelesaikan
diberikan
sama
untuk
permasalahan
yang
oleh
guru.
Pelaksanaan
65
presentasi yang dilakukan siswa untuk
menyajikan
hasil
karyanya.
Siswa
diberikan kebebasan untuk membuat
siswa
hasil karya yang berupa slogan. Siswa
melakukan
mengembangkan hasil praktikumnya dan
percobaan untuk membuktikan hipotesis
mengaplikasikan dalam bentuk slogan
yang
fase
yang baik dan menarik. Pelaksanaannya
sebelumnya. Siswa akan memperoleh
pada Siklus III siswa dapat membuat
pengalamannya sendiri terkait dengan
slogan yang menarik dan sangat berbeda
pelaksanaan praktikum yang dilakukan
dari
siswa.
mengembangkan
pembelajaran
dalam
yang
penelitian,
telah
dilakukan
siswa
siswa
Pelaksanaan
buat
di
praktikum
akan
slogan
yang
biasanya.
hasil
Selain
percobaan
berpengaruh pada tingkat pemahaman
menjadi sebuah slogan yang baik dan
siswa terhadap materi yang meningkat
menarik siswa mempresentasikan hasil
karena mendapatkan pengetahuan dari
karya tersebut.
bacaan ataupun sumber yang diterima
Proses presentasi melatih siswa
dari teman sebaya dan diskusi dengan
untuk memiliki kemampuan berpikir
guru,
lancar dan mengelaborasi. Kemampuan
siswa
akan
mendapatkan
hasil
siswa presentasi yang baik berarti siswa
percobaan tersebut. Didukung oleh teori
telah menguasai materi yang dipelajari
belajar yang dikemukakan oleh Bruner.
dan dengan begitu siswa akan lancar
Ghufron
bahwa
dalam mempresentasikan hasil karyanya.
adalah
Senada dengan yang dikatakan oleh
pembelajaran yang dalam pelaksanaan
Puspitasari (2012), bahwa dalam fase
nya
kesempatan
mengembangkan dan menyajikan hasil
kepada siswa untuk bisa mendapatkan
karya serta memamerkannya mampu
pengalamannya sendiri.
meningkatkan
pengalamannya
sendiri
(2012)
pembelajaran
guru
dari
mengatakan
yang
baik
memberikan
Fase
mengembangkan
dan
kemampuan
berpikir
lancar dan mengelaborasi.
serta
Fase
memamerkannya. Siswa dilatih untuk
menyajikan
mengembangkan kemampuan berpikir
memamerkannya
lancar dan kemampuan mengelaborasi,
kemampuan berpikir kreatif siswa dan
keduanya
menyajikan
hasil
kemampuan
tersebut
karya
mengembangkan
hasil
dapat
karya
dan
serta
meningkatkan
termasuk
dalam
aspek
hasil belajar siswa. Sesuai dengan teori
berpikir
kreatif.
Aspek
yang dikatakan oleh Piaget (dalam
dalam
bentuk
Ghufron, 2012)
diajarkan
bahwa dalam belajar
66
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 58-67
beberapa
tahap
kesempatan
ilmu.
Siswa
pertanyaan baik dari guru ataupun teman
diberikan kesempatan untuk mencoba
sebaya. Siswa dapat menjawab dengan
dan
jawaban yang logis dan baik maka dapat
siswa
membutuhkan
untuk
mendapatkan
mengaplikasikan
pengetahuannya
untuk
bahwa
menjawab
sehingga siswa dapat memperoleh ilmu
dilihat
kemampuan
yang disusun sendiri melalui percobaan
luwesnya telah meningkat.
setiap
berpikir
diberikan
Berdasarkan hasil tes kemampuan
kebebasan untuk mengembangkan hasil
berpikir kreatif siswa terjadi peningkatan
karya,
akan
yang berbeda-beda untuk tiap aspek
dan
dalam setiap siklus. Sejalan dengan
yang
dilakukan.
dengan
mengaplikasikan
Siswa
begitu
siswa
pengetahuannya
menyatukan dengan hasil percobaan
pernyataan
sehingga siswa akan mendapatkan ilmu
mengatakan bahwa kemampuan berpikir
yang telah dicerna melalui pengetahuan
kreatif dapat dipelajari dan ditingkatkan.
sebelumnya dan percobaan.
Model
Fase
menganalisis
dan
Alexander
PBL
mampu
disertai
meningkatkan
(2007)
artikel
yang
ilmiah
kemampuan
pemecahan
berpikir kreatif siswa. Hasil capaian tes
masalah. Siswa bersama- sama dengan
kemampuan berpikir analitis siswa pada
guru melakukan evaluasi terkait proses
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus
yang telah dilakukan siswa pada fase
III secara umum telah meningkat dari
sebelumnya.
guru
target yang diinginkan yaitu ≥20%.
melakukan refleksi atas penyelidikan
Peningkatan aspek tertinggi kemampuan
yang telah dilakukan. Siswa dilatih untuk
berpikir kreatif siswa adalah aspek
bisa
kerincian.
mengevaluasi
proses
Siswa
berpikir
dibimbing
lancar
dan
luwes.
Kemampuan berpikir lancar diajarkan
Kesimpulan
saat siswa melakukan refleksi atau
Berdasarkan hasil penelitian dapat
koreksi terhadap proses pembelajaran
yang
telah
lakukan.
Siswa
mampu
mengoreksi dan memberikan alasan serta
mempertahankan pendapatnya dengan
alasan yang benar maka dapat dilihat
disimpulkan bahwa penerapan model
PBL
disertai
meningkatkan
artikel
ilmiah
kemampuan
dapat
berpikir
kreatif siswa kelas X3 SMAN 2 Boyolali.
bahwa kemampuan siswa dalam berpikir
Daftar Pustaka
lancar telah meningkat. Kemampuan
Alexander, K. L. (2007). Effects
Instruction in Creative Problem
Solving on Cognition, Creativity, and
berpikir
dilatihkan
luwes
dapat
dengan
dilihat
dan
memberikan
Nurcholis, A. et al. – Penerapan Model PBL disertai Artikel Ilmiah
Satisfaction among Ninth Grade
Students in an Introduction to World
Agricultural Science and Technology
Course. jurnal thesis.
Awang, H. (2008). Creative Thinking
Skill Approach Through ProblemBased Learning: Pedagogy and
Practice
in
the
Engineering
Classroom. International Journal of
Human and Social Sciences, 3,1.
Bilgin, I. (2009). The effects of problem
based
learning
instruction
on
university student’ performance of
conceptual And quantitative problem
in gas Concept. Eurasia jurnal of
mathematic , sains And Technology
Education, 153-164.
Dahar, R. W. (2010). Teori-Teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
Ghufron, M. N. (2012). Gaya Belajar.
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Munandar, U. (2009). Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
67
Nur, M. (2011). Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Pusat Sains Dan Matematika Sekolah
UNESA.
Puspitasari, L. (2012). Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA
Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Skripsi.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Universitas Negeri
Malang: UM Press.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif:
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana..