T PD 1402599 Chapter3
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penggunaan
Masalah Kontekstual Matematika dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan
soal cerita dan motivasi belajar siswa sekolah dasar. Berdasarkan tujuan tersebut,
maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode kuasi
eksperimen. Penelitian kuantitatif itu sendiri menurut Syaodih (2005, hlm. 53) adalah
penelitian yang didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomenafenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
struktur dan percobaan kontrol. Metode eksperimen semu atau kuasi eksperimen pada
dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pada pengontrolan
variabel. Pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel
yang paling dominan (Syaodih, 2005, hlm. 59).
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah nonequivalentcontrol group
design yaitu menurut Sugiyono (2009, hlm. 116) desain ini hampir mirip dengan
pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ipenelitian tersebut
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kedua kelompok diberikan pretest terlebih dahulu sebelum dilakukan perlakuan.
Kelompok yang dipilih sebagai kelompok eksperimen diberikan perlakuan
pembelajaran Matematika dengan menggunakan masalah kontekstual matematika,
sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan
masalah kontekstual matematika. Pembelajaran pada kelompok kontrol merupakan
pembelajaran langsung.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok melakukan posttest untuk
mengukur kemampuan akhir kemampuan menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka pola desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
O1
X
O2
Kontrol
O1
-
O2
Kelompok
(Sugiono, 2010, hlm. 116)
Keterangan :
O1 = Tes Awal (pretest)
O2 = Tes Akhir (posttest)
X = Masalah kontekstual Matematika
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a. Memilih dua kelas dari subjek penelitian yang ada untuk dijadikan tempat
penelitian. Pemilihan tersebut dilakukan secara acak. Subjek yang terpilih yaitu
kelas V SDN di kecamatan Jalaksana, kabupaten Kuningan.
b. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru melakukan pretest untuk
melihat kemampuan awal anak untuk setiap kelompok.
c. Selanjutnya memberikan perlakuan.
d. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, kemudian dilakukan posttest kepada
setiap kelompok.
e. Selanjutnya melakukan analisis data, untuk mengetahui pengaruh masalah
kontekstual matematika dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita dan motivasi siswa
C. Partisipan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Penelitian kuasi eksperimen ini dilaksanakan di dua SD di kabupaten
Kuningan kecamatan Jalaksana. Yaitu SD Negeri 2 Manislor sebagai kelas
eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan masalah
kontekstual matematika, dan SD Negeri 2 Maniskidul sebagai kelas kontrol yang
memperoleh pembelajaran langsung. Subyek dari penelitian ini adalah sebanyak 21
siswa dari SDN Maniskidul dan 21 siswa dari SDN Manislor.
D. Populasi dan Sampel
Arikunto (2013, hlm. 95), jika meneliti ratusan subjek dalam populasi, peneliti
dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Tetapi jika
jumlah anggota subjek dalam populasi = 100, maka subjek dalam populasi tersebut
dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Jadi, populasi penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN 2 Maniskidul dan SDN 2 Manislor.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
random Sampling (area sampling) sehingga jumlah siswa di kelas V sebanyak 21
siswa akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
E. Variabel penelitian
Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2009, hlm. 61). Variabel dependen adalah merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2009, hlm. 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
masalah kontekstual matematika, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
menyelesaikan soal cerita dan motivasi belajar siswa. Dapat digambarkan sebagai
berikut :
Variabel bebas (Masalah
Kontekstual Matematika)
Variabel terikat (kemampuan
menyelesaikan soal cerita)
Variabel terikat (motivasi siswa)
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Gambar 3.1
Variabel yang bebas dan variabel terikat
Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kontekstual
matematika yang merupakan variabel bebas dapat mempengaruhi kemampuan
menyelesaikan soal cerita dan motivasi belajar siswa, yang dalam penelitian ini
berperan sebagai variabel terikat.
F. Definisi Operasional
a. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang berupa kalimat cerita
dengan indicator yang ditentukan yaitu:
1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dari soal
cerita
2) Menggunakan cara yang telah dipilih untuk menyelesaikan soal cerita
3) Membuat model matematika pada soal cerita
4) Menyelesaikan
masalah
dengan
benar
dan
memeriksa
kembali
penyelesaian yang telah dilakukan pada soal cerita.
b. Masalah Kontekstual Matematika
Masalah matematika yang berkaitan langsung dengan objek nyata,
atau berkaitan dengan objek dalam pikiran siswa itu sendiri. Masalah
kontekstual apabila mengandung tiga elemen ini, yaitu: (1) penyelidikan yang
dikondisikan; (2) praktisi sebagai peneliti; dan (3) komunitas praktek. Secara
sederhana bahwa masalah kontekstual harus melibatkan pembelajaran yang
melakukan penyelidikan, dan siswa bertindak sebagai peneliti serta ada
komunitas belajar. Jadi, siswa akan bertindak untuk melakukan penyelelidikan
terhadap masalah yang disajikan kemudian membawa hal yang didapat dari
penyelidikan tersebut kepada kelompoknya.
c. Motivasi Belajar Siswa
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang berasal dari diri sendiri tanpa adanya rangsangan dari
luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri
individu itu sendiri.
Indikator motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang
disebut ARCS, yaitu meliputi : Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi),
Confidence (Kepercayaan diri) ,dan Satisfaction (Kepuasan). Dalam penelitian ini
indicator motivasi yang akan dinilai hanya Attention (Perhatian) dan Satisfaction
(Kepuasan).
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur suatu pengaruh sebuah perlakuan
yang diberikan yaitu degan menggunakan masalah kontekstual matematika. Untuk
mendapatkan tujuan tersebut, diperlukan sebuah alat pengukuran yang disebut dengan
instrumen penelitian.
a. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Menurut Arikunto (2013, hlm. 193) secara garis besar, maka alat evaluasi
yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: tes dan non tes.
Instrumen yang digunakan adalah tes, tes itu sendiri menurut Arikunto (2013, hlm.
193) adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta lat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada penelitian ini yang bertujuan mengukur
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pembelajaran yang menggunakan
masalah kontekstual matematika, maka instrumen yang digunakan adalah tes. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal cerita matematika.
Isntrumen tes dalam penelitian ini disusun dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang mencakup pokok bahasan,
aspek soal, nomor soal, dan jumlah item soal.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
2. Menyusun soal (instrumen) berdasarkan kisi-kisi
3. Mengkonsultasikan instrumen dengan dosen pembimbing dan wali kelas V
4. Melakukan uji coba soal
5. Menghitung item soal dengan validitas, reliabilitas tingkat daya pembeda dan
tingkat kesukaran
6. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan menyelesaikan soal cerita
Sebelum digunakan soal tes kemampuan menyelesaikan soal cerita terlebih
dahulu dilakukan uji coba terbatas dan dikonsultasikan kepada guru wali kelas.
Dalam uji terbatas ini peneliti membacakan soal-soal yag terdapat pada instrumen tes
kepada 6 orang siswa yang telah dipilih. Enam orang siswa tersebut adalah siswa
kelas VI yang terdiri dari dua siswa dari kelompok atas, dua siswa dari kelompok
tengah, dan dua siswa dari kelompok bawah. Setelah dibacakan soal-soal yang
merupakan istrumen tes kemampuan soal cerita, siswa diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya mengenai soal-soal yang dibacakan tadi. Pendapat
siswa tersebut mencakup apakah soal tersebut dimengerti oleh siswa dan apakah soal
tersebut dapat diselesaikan oleh siswa. Setelah melakukan uji terbatas instrumen
tersebut dikonsultasikan kepada guru kelas apakah instrumen tersebut sesuai dengan
kemampuan siswa kelas V. Setelah melakuakan uji coba terbatas dan dikonsultasikan
kepada guru kelas, kemudian hasil pertimbangan uji coba terbatas dan konsultasi
kepada guru kelas dikonsultasikan kembali dengan pembimbing penelitian. Langkah
selanjutnya, instrumen diujicobakan kepada beberapa orang siswa diluar sampel
penelitian tetapi telah menerima materi yang diteskan, yaitu kelas V dengan
kurikulum 2013. Data hasil uji coba tes dianalisis untuk memperoleh tingkat
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Menggunakan aplikasi
Microsoft Excel seperti berikut :
1. Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk
(construct validity). Menurut Jack R. Fraenkel (dalam Siregar 2010, hlm. 163)
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas
lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan validitas
kriteria. Uji validitas menggunakan Software Ms. Excel. Rumus Korelasional Product
Moment
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
∑xy = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
Berikut
adalah hasil
dari uji
validitas instrumen tes kemampuan
menyelesaikan soal cerita menggunakan Microsoft excel dapat dilihat dari tabel 3.2
dibawah ini.
Tabel 3.2
Validitas Instrumen Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Nomor
Soal
Koefisien Korelasi
Derajat Validitas
1
0.464
Sedang
2
0.047
Rendah
3
0.54
Sedang
4
0.554
Sedang
5
0.873
Tinggi
6
0.74
Tinggi
7
0.17
Rendah
8
0.36
Sedang
9
0.67
Sedang
10
0,73
Tinggi
11
0,6
Sedang
12
0,85
Tinggi
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa keofisien butir soal dengan skor total
keseluruhan berada pada rentang 0,047 sampai 0,85. Dari 12 butir soal untuk
kemampuan menyelesaikan soal cerita, berdasarkan derajat validitasnya diperoleh 4
butir soal dengan validitas tinggi, 6 butir soal dengan validitas sedang, dan 2 soal
dengan validitas rendah. Dengan demikian soal-soal kemampuan menyelesaikan soal
cerita dinyatakan 10 butir soal valid dan 2 butir soal tidak valid, sehingga hanya 10
butir soal yang layak untuk digunakan.
2. Reliabilitas
Metode tes tunggal dilihat dari kepraktisannya lebih praktis dari pada dua
metode sebelumnya. Metode ini hanya melakukan sekali tes pada sekelompok subjek.
Dengan demikian tidak perlu menunggau waktu maupun harus mempunyai data dari
tes sejenis untuk dapat menentukan reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas dapat
diperoleh dengan cara membelah instrumen menjadi dua, tiga empat atau bahkan
sebanyak butir yang dimiliki oleh instrumen tersebut. Beberapa teknik yang sering
digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas dengan metode tes tunggal salah
satunya adalah Formula Kuder Richardson.
Formula ini dapat diterapkan pada instrumen yang yang mempunyai data skor
dikotomi dari tes yang seolah -olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak butir yang
dimiliki. Hasil perhitungan dengan rumus lebih teliti, tetapi perhitungan lebih rumit.
Rumus:
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal
s2 = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab soal secara benar
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
q = proporsi subjek yang menjawab soal secara salah (q = 1 – p)
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi
(D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi menurut Arikunto (2013) adalah
sebagai berikut:
D=
-
= Pᴀ - Pв
Keterangan:
J
= jumlah peserta tes
Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas
Jв
= banyaknya peserta kelompok bawah
Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
4. Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2012, hlm. 147) tingkat Kesukaran soal adalah peluang
untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa
dinyatakan dengan indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran soal berarti
soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk
uraian digunakan rumus sebagai berikut :
Selanjutnya indeks tingkat kesukaran soal diinterpretasikan dengan kriteria pada
tabel 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.3
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Koefisien Korelasi
0,00 ≤ TK < 0,30
0,30 ≤ TK < 0,70
0,7 ≤ TK< 1,00
Interpretasi
Sukar
Sedang
Mudah
(Arifin, 2012, hlm. 148)
Hasil dari uji kesukaran soal menggunakan Ms. Excel dapat dilihat dari tabel
3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4
Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Nomor
Soal
Koefisien
Korelasi
Interpretasi
1
0,16
Sulit
2
0,44
Sedang
3
0,84
Mudah
4
0,72
Mudah
5
0,48
Sedang
6
0,3
Sukar
7
0,6
Sedang
8
0,02
Sukar
9
0,44
Sedang
10
0,24
Sukar
11
0,54
Sedang
12
0,28
Sukar
Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa dari 12 butir soal untuk kemampuan
menyelesaikan soal cerita, berdasarkan tingkat kesukarannya diperoleh 2 butir soal
mempunyai tingkat kesukaran mudah , 6 butir soal mempunyai tingkat kesukaran
sedang dan 4 butir soal mempunyai tingkat kesukaran sukar. Dengan demikian soalsoal tersebut dinyatakan layak digunakan untuk penelitian.
Selain penggunaan instrumen tes, Arikunto (2013, hlm. 209) menyebutkan
salah satu prosedur yang harus ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah perencanaan. Jadi untuk memperoleh tujuan penelitian ini, maka digunakan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
instrumen lain selain instrumen tes, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang menggunakan masalah kontekstual matematika. (terlampir halaman 100)
b. Motivasi Belajar siswa
Untuk mengukur motivasi belajar siswa peneliti menggunakan instrumen
nontes yaitu: angket, lembar observasi dan wawancara. Observasi merupakan cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan objek pengamatan (Djaali & Muljono, 2008, hlm. 16). Sedangkan kuesioner
atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (Arikunto, 2002, hlm. 128). Angket digunakan sebagai alat untuk mengukur
skala sikap motivasi belajar siswa. Jadi yang akan dilakukan dalam penelitian ini
melakukan observasi dalam pembelajaran untuk melihat skala sikap motivasi belajar
siswa, kemudian di akhir pembelajaran dilakukan angket yang mengukur motivasi
belajar siswa.
Menurut Djaali dan Muljono (2008, hlm. 20) juga menambahkan bahwa
kelebihan wawancara adalah pewawancara sebagai evaluator dapat melakukan kontak
langsung dengan peserta didik yang akan dinilai sehingga akan didapat hasil
penelitian yang lengkap dan mendalam. Wawancara digunakan apabila ingin
mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden
sedikit (Sugiyono, 2011, hlm. 121). Oleh karena itu seetelah dilakukan observasi dan
angket, terakhir peneliti melakukan wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban
siswa. Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui lebih dalam apa yang
menjadi penyebab terjadinya ketidaksinkron antara jawaban angket dan hasil
observasi yang
telah dilakukan selama penelitian. Selain itu juga, wawancara
dilakukan peneliti agar lebih akurat dalam mengukur skala sikap motivasi belajar
siswa.
H. Prosedur Penelitian
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi ke dalam tiga tahapan,
yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, serta tahap akhir
penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan dengan mengidentifikasi masalah penelitian,
melakukan kajian literatur, serta membuat hipotesis penelitian.
b. Menetapkan metode serta desain penelitian.
c. Menyusun langkah-langkah dalam mengimplimentasikan perlakuan atau tindakan,
khususnya mengenai penggunaan Masalah Kontekstual Matematika.
d. Memilih subjek penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
e. Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan untuk
menentukan waktu, kelas, SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam penelitian.
f. Menyusun instrumen penelitian.
g. Melakukan uji coba soal validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan
Masalah Kontekstual Matematika.
c. Memberikan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui
kemampuan
membaca
siswa
setelah
diberikan
perlakuan
pembelajaran.
3. Tahap Akhir Penelitian
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Kegiatan pada tahap akhir adalah sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil tes awal dan tes akhir dengan menggunakan statistik.
b. Menganalisis hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk
menjawab permasalahan penelitian.
Alur dari penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 3.2 berikut ini:
Identifikasi Masalah Penelitian
Penentuan Penggunaan Masalah
Kontekstual Matematika
Penentuan Metode dan Desain Penelitian
Penentuan Subjek Penelitian
Menyusun Instrumen Penelitian
Pretest
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Posttest
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Gambar 3.2
Prosedur Penelitian Penggunaan Masalah Kontekstual Matematika
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes yang diberikan yaitu tes
pretes dan postes dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita. Pretes diberikan
kepada kedua kelompok sampel sebelum perlakuan, sedangkan postes diberikan
kepada kedua kelompok sampel setelah perlakuan. Sedangkan data motivasi belajar
siswa dikumpulkan melalui penyebaran angket skala, observasi serta wawancara
diakhir pembelajaran.
J. Analisis Data
Penulis memperoleh data kuantitatif dari pretes dan postes yang memuat
indikator soal berpikir kritis dan penalaran matematis. Data kuantitatif tersebut
selanjutnya diolah secara statistik dan dianaslisis inferensial. Secara inferensial, data
kuantitatif akan dianalisis menggunakan statistik parametrik.
Dalam menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, peneliti
mengupayakan pengujian dengan menggunakan statistik parametrik terebih dahulu.
Adapun jika pada prosesnya asumsi untuk pengujian statistik parametrik tidak
terpenuhi, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan statistik non
parametrik.
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 75) penggunaan statistik parametrik bekerja
dengan asumsi bahwa setiap variabel penelitian yang akan dianalsis membentuk
distribusi normal. Jika data tidak normal, maka teknik analisis statistik parametrik
tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Sebagai gantinya digunakan teknik statistik
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
lain yang tidak harus berasumsi bahwa data berdistribusi normal. Teknik statistik ini
disebut statistik parametrik.
Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis komparatif yaitu
membandingkan rata-rata kedua kelas yang mewakili suatu populasi. Statistik
parametrikyang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu uji t. Dalam
melakukan uji t, memerlukan terpenuhinya dua asumsi, yaitu data yang dianalisis
harus berdistribusi normal dan data kedua kelompok yang diuji memiliki varians
yang homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak. Dikarenakan jumlah kurang dari 30, maka untuk
melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi
5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pretes dan N-Gain dari dua
kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol).
Jika kedua data diketahui memiliki distribusi yang normal, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Sedangkan jika hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa sebaran dari salah satu atau semua data tidak berdistribusi
normal, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan statistika non parametrik,
yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal.
H1 : Data tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)
sebagai berikut:
Jika
Jika
dengan
dengan
, maka H0 ditolak
, maka H0 diterima
b. Uji Homogenitas
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, jika pada uji
normalitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal, maka langkah
analisis data selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas
bertujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang
homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji statistik
Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%. Berikut ini rumusan hipotesisnya:
H0 :
, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas
homogen.
H1 :
, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas tidak
homogen.
Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)
sebagai berikut:
Jika
Jika
dengan
dengan
, maka H0 ditolak
, maka H0 diterima
c. Uji Perbedaan Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada data pretes dan data N-Gain
dari setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pretes dianalisis agar
diperoleh gambaran awal tentang kemampuan berpikir kritis dan penalaran
matematis siswa baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Adapun
untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita setelah
mendapatkan
perlakuan;
pada
kelas
eksperimen
pembelajaran
melalui
penggunanan masalah kontekstual matematika dan pada kelas kontrol melalui
pembelajaran langsung, dilakukan analisis terhadap data data N-Gain.
Meltzer (2002, hlm. 21) mengembangkan sebuah alternatif untuk
menjelaskan gain yang disebut normalized gain (gain ternormalisasi) yang
dirumuskan sebagai berikut:
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Selanjutnya nilai gain ternomalisasi (N-gain) dibandingkan dengan kriteria
indeks gain yang digambarkan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Indeks Gain
0,700 < g
0,30 < g ≤ 0,700
g ≤ 0,300
Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
Selanjutnya, jika hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data
pretes dan data N-Gain pada kedua kelas menunjukkan bahwa kedua data
berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata.
Karena dua sampel independen atau tidak berhubungan maka yang digunakan
adalah uji t independent sample test. Pengujian perbedaan rata-rata data
menggunakan uji t independent sample menggunakan rumus berikut:
X1 X 2
t
s
1
1
n1 n2
Adapun rumusan hipotesis dari uji perbedaan dua rata-rata tersebut adalah
sebagai berikut :
H0 :
,
tidak
terdapat
perbedaan
rata-rata
kemampuan
menyelesaikan soal cerita siswa degan pembelajaran yang
menggunakan masalah kontekstual matematika dengan
siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung
H1 :
, rata-rata
menyelesaikan
soal
cerita
siswa
degan
pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual
matematika lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara langsung.
Namun jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen maka
pengujian selanjutnya menggunakan uji t’ independent sample test. Adapun
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
apabila data tidak berdistribusi normal tidak perlu melakukan uji homogenitas,
tetapi langsung dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji non
parametrik Mann-Whitney U. Dalam menghitung uji perbedaan dua rata-rata ini
penulis menggunakan software SPSS 16. Sehingga pengujian hipotesisnya
berdasarkan P-value (significance atau sig) dengan kriteria yang digunakan untuk
menolak dan menerima H0 berdasarkan P-value adalah H0 ditolak jika nilai
signifikansi P-value < α (taraf signifikansi 0,05) dan H0 diterima jika nilai
signifikansi P-value ≥ α.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penggunaan
Masalah Kontekstual Matematika dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan
soal cerita dan motivasi belajar siswa sekolah dasar. Berdasarkan tujuan tersebut,
maka peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode kuasi
eksperimen. Penelitian kuantitatif itu sendiri menurut Syaodih (2005, hlm. 53) adalah
penelitian yang didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomenafenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
struktur dan percobaan kontrol. Metode eksperimen semu atau kuasi eksperimen pada
dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pada pengontrolan
variabel. Pengontrolan hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel
yang paling dominan (Syaodih, 2005, hlm. 59).
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah nonequivalentcontrol group
design yaitu menurut Sugiyono (2009, hlm. 116) desain ini hampir mirip dengan
pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ipenelitian tersebut
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kedua kelompok diberikan pretest terlebih dahulu sebelum dilakukan perlakuan.
Kelompok yang dipilih sebagai kelompok eksperimen diberikan perlakuan
pembelajaran Matematika dengan menggunakan masalah kontekstual matematika,
sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran tanpa menggunakan
masalah kontekstual matematika. Pembelajaran pada kelompok kontrol merupakan
pembelajaran langsung.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok melakukan posttest untuk
mengukur kemampuan akhir kemampuan menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka pola desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
O1
X
O2
Kontrol
O1
-
O2
Kelompok
(Sugiono, 2010, hlm. 116)
Keterangan :
O1 = Tes Awal (pretest)
O2 = Tes Akhir (posttest)
X = Masalah kontekstual Matematika
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a. Memilih dua kelas dari subjek penelitian yang ada untuk dijadikan tempat
penelitian. Pemilihan tersebut dilakukan secara acak. Subjek yang terpilih yaitu
kelas V SDN di kecamatan Jalaksana, kabupaten Kuningan.
b. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru melakukan pretest untuk
melihat kemampuan awal anak untuk setiap kelompok.
c. Selanjutnya memberikan perlakuan.
d. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, kemudian dilakukan posttest kepada
setiap kelompok.
e. Selanjutnya melakukan analisis data, untuk mengetahui pengaruh masalah
kontekstual matematika dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita dan motivasi siswa
C. Partisipan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Penelitian kuasi eksperimen ini dilaksanakan di dua SD di kabupaten
Kuningan kecamatan Jalaksana. Yaitu SD Negeri 2 Manislor sebagai kelas
eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan masalah
kontekstual matematika, dan SD Negeri 2 Maniskidul sebagai kelas kontrol yang
memperoleh pembelajaran langsung. Subyek dari penelitian ini adalah sebanyak 21
siswa dari SDN Maniskidul dan 21 siswa dari SDN Manislor.
D. Populasi dan Sampel
Arikunto (2013, hlm. 95), jika meneliti ratusan subjek dalam populasi, peneliti
dapat menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Tetapi jika
jumlah anggota subjek dalam populasi = 100, maka subjek dalam populasi tersebut
dapat digunakan sebagai sampel penelitian. Jadi, populasi penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN 2 Maniskidul dan SDN 2 Manislor.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
random Sampling (area sampling) sehingga jumlah siswa di kelas V sebanyak 21
siswa akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
E. Variabel penelitian
Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2009, hlm. 61). Variabel dependen adalah merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2009, hlm. 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
masalah kontekstual matematika, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
menyelesaikan soal cerita dan motivasi belajar siswa. Dapat digambarkan sebagai
berikut :
Variabel bebas (Masalah
Kontekstual Matematika)
Variabel terikat (kemampuan
menyelesaikan soal cerita)
Variabel terikat (motivasi siswa)
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Gambar 3.1
Variabel yang bebas dan variabel terikat
Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kontekstual
matematika yang merupakan variabel bebas dapat mempengaruhi kemampuan
menyelesaikan soal cerita dan motivasi belajar siswa, yang dalam penelitian ini
berperan sebagai variabel terikat.
F. Definisi Operasional
a. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang berupa kalimat cerita
dengan indicator yang ditentukan yaitu:
1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dari soal
cerita
2) Menggunakan cara yang telah dipilih untuk menyelesaikan soal cerita
3) Membuat model matematika pada soal cerita
4) Menyelesaikan
masalah
dengan
benar
dan
memeriksa
kembali
penyelesaian yang telah dilakukan pada soal cerita.
b. Masalah Kontekstual Matematika
Masalah matematika yang berkaitan langsung dengan objek nyata,
atau berkaitan dengan objek dalam pikiran siswa itu sendiri. Masalah
kontekstual apabila mengandung tiga elemen ini, yaitu: (1) penyelidikan yang
dikondisikan; (2) praktisi sebagai peneliti; dan (3) komunitas praktek. Secara
sederhana bahwa masalah kontekstual harus melibatkan pembelajaran yang
melakukan penyelidikan, dan siswa bertindak sebagai peneliti serta ada
komunitas belajar. Jadi, siswa akan bertindak untuk melakukan penyelelidikan
terhadap masalah yang disajikan kemudian membawa hal yang didapat dari
penyelidikan tersebut kepada kelompoknya.
c. Motivasi Belajar Siswa
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang berasal dari diri sendiri tanpa adanya rangsangan dari
luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri
individu itu sendiri.
Indikator motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang
disebut ARCS, yaitu meliputi : Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi),
Confidence (Kepercayaan diri) ,dan Satisfaction (Kepuasan). Dalam penelitian ini
indicator motivasi yang akan dinilai hanya Attention (Perhatian) dan Satisfaction
(Kepuasan).
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur suatu pengaruh sebuah perlakuan
yang diberikan yaitu degan menggunakan masalah kontekstual matematika. Untuk
mendapatkan tujuan tersebut, diperlukan sebuah alat pengukuran yang disebut dengan
instrumen penelitian.
a. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Menurut Arikunto (2013, hlm. 193) secara garis besar, maka alat evaluasi
yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: tes dan non tes.
Instrumen yang digunakan adalah tes, tes itu sendiri menurut Arikunto (2013, hlm.
193) adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta lat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada penelitian ini yang bertujuan mengukur
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pembelajaran yang menggunakan
masalah kontekstual matematika, maka instrumen yang digunakan adalah tes. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal cerita matematika.
Isntrumen tes dalam penelitian ini disusun dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang mencakup pokok bahasan,
aspek soal, nomor soal, dan jumlah item soal.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
2. Menyusun soal (instrumen) berdasarkan kisi-kisi
3. Mengkonsultasikan instrumen dengan dosen pembimbing dan wali kelas V
4. Melakukan uji coba soal
5. Menghitung item soal dengan validitas, reliabilitas tingkat daya pembeda dan
tingkat kesukaran
6. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan menyelesaikan soal cerita
Sebelum digunakan soal tes kemampuan menyelesaikan soal cerita terlebih
dahulu dilakukan uji coba terbatas dan dikonsultasikan kepada guru wali kelas.
Dalam uji terbatas ini peneliti membacakan soal-soal yag terdapat pada instrumen tes
kepada 6 orang siswa yang telah dipilih. Enam orang siswa tersebut adalah siswa
kelas VI yang terdiri dari dua siswa dari kelompok atas, dua siswa dari kelompok
tengah, dan dua siswa dari kelompok bawah. Setelah dibacakan soal-soal yang
merupakan istrumen tes kemampuan soal cerita, siswa diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya mengenai soal-soal yang dibacakan tadi. Pendapat
siswa tersebut mencakup apakah soal tersebut dimengerti oleh siswa dan apakah soal
tersebut dapat diselesaikan oleh siswa. Setelah melakukan uji terbatas instrumen
tersebut dikonsultasikan kepada guru kelas apakah instrumen tersebut sesuai dengan
kemampuan siswa kelas V. Setelah melakuakan uji coba terbatas dan dikonsultasikan
kepada guru kelas, kemudian hasil pertimbangan uji coba terbatas dan konsultasi
kepada guru kelas dikonsultasikan kembali dengan pembimbing penelitian. Langkah
selanjutnya, instrumen diujicobakan kepada beberapa orang siswa diluar sampel
penelitian tetapi telah menerima materi yang diteskan, yaitu kelas V dengan
kurikulum 2013. Data hasil uji coba tes dianalisis untuk memperoleh tingkat
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Menggunakan aplikasi
Microsoft Excel seperti berikut :
1. Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk
(construct validity). Menurut Jack R. Fraenkel (dalam Siregar 2010, hlm. 163)
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas
lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan validitas
kriteria. Uji validitas menggunakan Software Ms. Excel. Rumus Korelasional Product
Moment
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
∑xy = jumlah perkalian x dan y
X2 = kuadrat dari x
Y2 = kuadrat dari y
Berikut
adalah hasil
dari uji
validitas instrumen tes kemampuan
menyelesaikan soal cerita menggunakan Microsoft excel dapat dilihat dari tabel 3.2
dibawah ini.
Tabel 3.2
Validitas Instrumen Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Nomor
Soal
Koefisien Korelasi
Derajat Validitas
1
0.464
Sedang
2
0.047
Rendah
3
0.54
Sedang
4
0.554
Sedang
5
0.873
Tinggi
6
0.74
Tinggi
7
0.17
Rendah
8
0.36
Sedang
9
0.67
Sedang
10
0,73
Tinggi
11
0,6
Sedang
12
0,85
Tinggi
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa keofisien butir soal dengan skor total
keseluruhan berada pada rentang 0,047 sampai 0,85. Dari 12 butir soal untuk
kemampuan menyelesaikan soal cerita, berdasarkan derajat validitasnya diperoleh 4
butir soal dengan validitas tinggi, 6 butir soal dengan validitas sedang, dan 2 soal
dengan validitas rendah. Dengan demikian soal-soal kemampuan menyelesaikan soal
cerita dinyatakan 10 butir soal valid dan 2 butir soal tidak valid, sehingga hanya 10
butir soal yang layak untuk digunakan.
2. Reliabilitas
Metode tes tunggal dilihat dari kepraktisannya lebih praktis dari pada dua
metode sebelumnya. Metode ini hanya melakukan sekali tes pada sekelompok subjek.
Dengan demikian tidak perlu menunggau waktu maupun harus mempunyai data dari
tes sejenis untuk dapat menentukan reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas dapat
diperoleh dengan cara membelah instrumen menjadi dua, tiga empat atau bahkan
sebanyak butir yang dimiliki oleh instrumen tersebut. Beberapa teknik yang sering
digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas dengan metode tes tunggal salah
satunya adalah Formula Kuder Richardson.
Formula ini dapat diterapkan pada instrumen yang yang mempunyai data skor
dikotomi dari tes yang seolah -olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak butir yang
dimiliki. Hasil perhitungan dengan rumus lebih teliti, tetapi perhitungan lebih rumit.
Rumus:
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir soal
s2 = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab soal secara benar
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
q = proporsi subjek yang menjawab soal secara salah (q = 1 – p)
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi
(D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi menurut Arikunto (2013) adalah
sebagai berikut:
D=
-
= Pᴀ - Pв
Keterangan:
J
= jumlah peserta tes
Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas
Jв
= banyaknya peserta kelompok bawah
Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
4. Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2012, hlm. 147) tingkat Kesukaran soal adalah peluang
untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa
dinyatakan dengan indeks. Semakin besar indeks tingkat kesukaran soal berarti
soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk
uraian digunakan rumus sebagai berikut :
Selanjutnya indeks tingkat kesukaran soal diinterpretasikan dengan kriteria pada
tabel 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.3
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Koefisien Korelasi
0,00 ≤ TK < 0,30
0,30 ≤ TK < 0,70
0,7 ≤ TK< 1,00
Interpretasi
Sukar
Sedang
Mudah
(Arifin, 2012, hlm. 148)
Hasil dari uji kesukaran soal menggunakan Ms. Excel dapat dilihat dari tabel
3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4
Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Nomor
Soal
Koefisien
Korelasi
Interpretasi
1
0,16
Sulit
2
0,44
Sedang
3
0,84
Mudah
4
0,72
Mudah
5
0,48
Sedang
6
0,3
Sukar
7
0,6
Sedang
8
0,02
Sukar
9
0,44
Sedang
10
0,24
Sukar
11
0,54
Sedang
12
0,28
Sukar
Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa dari 12 butir soal untuk kemampuan
menyelesaikan soal cerita, berdasarkan tingkat kesukarannya diperoleh 2 butir soal
mempunyai tingkat kesukaran mudah , 6 butir soal mempunyai tingkat kesukaran
sedang dan 4 butir soal mempunyai tingkat kesukaran sukar. Dengan demikian soalsoal tersebut dinyatakan layak digunakan untuk penelitian.
Selain penggunaan instrumen tes, Arikunto (2013, hlm. 209) menyebutkan
salah satu prosedur yang harus ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah perencanaan. Jadi untuk memperoleh tujuan penelitian ini, maka digunakan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
instrumen lain selain instrumen tes, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang menggunakan masalah kontekstual matematika. (terlampir halaman 100)
b. Motivasi Belajar siswa
Untuk mengukur motivasi belajar siswa peneliti menggunakan instrumen
nontes yaitu: angket, lembar observasi dan wawancara. Observasi merupakan cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan objek pengamatan (Djaali & Muljono, 2008, hlm. 16). Sedangkan kuesioner
atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (Arikunto, 2002, hlm. 128). Angket digunakan sebagai alat untuk mengukur
skala sikap motivasi belajar siswa. Jadi yang akan dilakukan dalam penelitian ini
melakukan observasi dalam pembelajaran untuk melihat skala sikap motivasi belajar
siswa, kemudian di akhir pembelajaran dilakukan angket yang mengukur motivasi
belajar siswa.
Menurut Djaali dan Muljono (2008, hlm. 20) juga menambahkan bahwa
kelebihan wawancara adalah pewawancara sebagai evaluator dapat melakukan kontak
langsung dengan peserta didik yang akan dinilai sehingga akan didapat hasil
penelitian yang lengkap dan mendalam. Wawancara digunakan apabila ingin
mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden
sedikit (Sugiyono, 2011, hlm. 121). Oleh karena itu seetelah dilakukan observasi dan
angket, terakhir peneliti melakukan wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban
siswa. Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui lebih dalam apa yang
menjadi penyebab terjadinya ketidaksinkron antara jawaban angket dan hasil
observasi yang
telah dilakukan selama penelitian. Selain itu juga, wawancara
dilakukan peneliti agar lebih akurat dalam mengukur skala sikap motivasi belajar
siswa.
H. Prosedur Penelitian
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi ke dalam tiga tahapan,
yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, serta tahap akhir
penelitian.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan dengan mengidentifikasi masalah penelitian,
melakukan kajian literatur, serta membuat hipotesis penelitian.
b. Menetapkan metode serta desain penelitian.
c. Menyusun langkah-langkah dalam mengimplimentasikan perlakuan atau tindakan,
khususnya mengenai penggunaan Masalah Kontekstual Matematika.
d. Memilih subjek penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
e. Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan untuk
menentukan waktu, kelas, SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam penelitian.
f. Menyusun instrumen penelitian.
g. Melakukan uji coba soal validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan
Masalah Kontekstual Matematika.
c. Memberikan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui
kemampuan
membaca
siswa
setelah
diberikan
perlakuan
pembelajaran.
3. Tahap Akhir Penelitian
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Kegiatan pada tahap akhir adalah sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil tes awal dan tes akhir dengan menggunakan statistik.
b. Menganalisis hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk
menjawab permasalahan penelitian.
Alur dari penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 3.2 berikut ini:
Identifikasi Masalah Penelitian
Penentuan Penggunaan Masalah
Kontekstual Matematika
Penentuan Metode dan Desain Penelitian
Penentuan Subjek Penelitian
Menyusun Instrumen Penelitian
Pretest
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Posttest
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Gambar 3.2
Prosedur Penelitian Penggunaan Masalah Kontekstual Matematika
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes yang diberikan yaitu tes
pretes dan postes dari tes kemampuan menyelesaikan soal cerita. Pretes diberikan
kepada kedua kelompok sampel sebelum perlakuan, sedangkan postes diberikan
kepada kedua kelompok sampel setelah perlakuan. Sedangkan data motivasi belajar
siswa dikumpulkan melalui penyebaran angket skala, observasi serta wawancara
diakhir pembelajaran.
J. Analisis Data
Penulis memperoleh data kuantitatif dari pretes dan postes yang memuat
indikator soal berpikir kritis dan penalaran matematis. Data kuantitatif tersebut
selanjutnya diolah secara statistik dan dianaslisis inferensial. Secara inferensial, data
kuantitatif akan dianalisis menggunakan statistik parametrik.
Dalam menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, peneliti
mengupayakan pengujian dengan menggunakan statistik parametrik terebih dahulu.
Adapun jika pada prosesnya asumsi untuk pengujian statistik parametrik tidak
terpenuhi, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan statistik non
parametrik.
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 75) penggunaan statistik parametrik bekerja
dengan asumsi bahwa setiap variabel penelitian yang akan dianalsis membentuk
distribusi normal. Jika data tidak normal, maka teknik analisis statistik parametrik
tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Sebagai gantinya digunakan teknik statistik
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
lain yang tidak harus berasumsi bahwa data berdistribusi normal. Teknik statistik ini
disebut statistik parametrik.
Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis komparatif yaitu
membandingkan rata-rata kedua kelas yang mewakili suatu populasi. Statistik
parametrikyang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu uji t. Dalam
melakukan uji t, memerlukan terpenuhinya dua asumsi, yaitu data yang dianalisis
harus berdistribusi normal dan data kedua kelompok yang diuji memiliki varians
yang homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak. Dikarenakan jumlah kurang dari 30, maka untuk
melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi
5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pretes dan N-Gain dari dua
kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol).
Jika kedua data diketahui memiliki distribusi yang normal, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Sedangkan jika hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa sebaran dari salah satu atau semua data tidak berdistribusi
normal, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan statistika non parametrik,
yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal.
H1 : Data tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)
sebagai berikut:
Jika
Jika
dengan
dengan
, maka H0 ditolak
, maka H0 diterima
b. Uji Homogenitas
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, jika pada uji
normalitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal, maka langkah
analisis data selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas
bertujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang
homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji statistik
Levene’s test dengan taraf signifikansi 5%. Berikut ini rumusan hipotesisnya:
H0 :
, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas
homogen.
H1 :
, varians data kemampuan matematis siswa kedua kelas tidak
homogen.
Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)
sebagai berikut:
Jika
Jika
dengan
dengan
, maka H0 ditolak
, maka H0 diterima
c. Uji Perbedaan Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada data pretes dan data N-Gain
dari setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pretes dianalisis agar
diperoleh gambaran awal tentang kemampuan berpikir kritis dan penalaran
matematis siswa baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Adapun
untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita setelah
mendapatkan
perlakuan;
pada
kelas
eksperimen
pembelajaran
melalui
penggunanan masalah kontekstual matematika dan pada kelas kontrol melalui
pembelajaran langsung, dilakukan analisis terhadap data data N-Gain.
Meltzer (2002, hlm. 21) mengembangkan sebuah alternatif untuk
menjelaskan gain yang disebut normalized gain (gain ternormalisasi) yang
dirumuskan sebagai berikut:
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Selanjutnya nilai gain ternomalisasi (N-gain) dibandingkan dengan kriteria
indeks gain yang digambarkan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi
Indeks Gain
0,700 < g
0,30 < g ≤ 0,700
g ≤ 0,300
Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
Selanjutnya, jika hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data
pretes dan data N-Gain pada kedua kelas menunjukkan bahwa kedua data
berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata.
Karena dua sampel independen atau tidak berhubungan maka yang digunakan
adalah uji t independent sample test. Pengujian perbedaan rata-rata data
menggunakan uji t independent sample menggunakan rumus berikut:
X1 X 2
t
s
1
1
n1 n2
Adapun rumusan hipotesis dari uji perbedaan dua rata-rata tersebut adalah
sebagai berikut :
H0 :
,
tidak
terdapat
perbedaan
rata-rata
kemampuan
menyelesaikan soal cerita siswa degan pembelajaran yang
menggunakan masalah kontekstual matematika dengan
siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung
H1 :
, rata-rata
menyelesaikan
soal
cerita
siswa
degan
pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual
matematika lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara langsung.
Namun jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen maka
pengujian selanjutnya menggunakan uji t’ independent sample test. Adapun
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
apabila data tidak berdistribusi normal tidak perlu melakukan uji homogenitas,
tetapi langsung dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji non
parametrik Mann-Whitney U. Dalam menghitung uji perbedaan dua rata-rata ini
penulis menggunakan software SPSS 16. Sehingga pengujian hipotesisnya
berdasarkan P-value (significance atau sig) dengan kriteria yang digunakan untuk
menolak dan menerima H0 berdasarkan P-value adalah H0 ditolak jika nilai
signifikansi P-value < α (taraf signifikansi 0,05) dan H0 diterima jika nilai
signifikansi P-value ≥ α.
Riza Fatimah Zahrah, 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN MASALAH KONTEKSTUAL MATEMATIKA
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu