CONTOH PTK MAN 1

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI KANDUNGAN
AL-QUR'AN DAN HADITS DENGAN STRATEGI
PEER LESSON PADA SISWA KELAS XI IPS 1
MAN 1 KOTA BOGOR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan baik tujuan kelembagaan maupun tujuan pembelajaran.
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari individu berkat adanya interaksi
antara individu dan individu dengan lingkungannya. "Perubahan yang berarti bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap".[1] Dengan demikian proses pembelajaran
akan berdampak langsung terhadap keberhasilan pembelajaran.
Kita semua berkeinginan bahwa tujuan yang akan kita capai mendapat hasil yang sangat
memuaskan, oleh karena itu proses pembelajaran harus optimal sehingga keberhasilan guru
mengajar dan siswa belajar serta kemampuan siswa menguasai materi pelajaran mendapat nilai
dengan indikator yang sangat memuaskan.
Teks Al-Qur’an dan Hadits dalam menyampaikan pokok-pokok isinya memiliki cara dan

strategi tersendiri sehingga mampu diterima oleh semua kalangan dengan berbagai tingkat daya
nalar pembacanya. Tetapi, menurut pengamatan peneliti banyak siswa yang kurang mampu
dalam memahami isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits tersebut sehingga bisa menyebabkan
kesalahan persepsi tentang maksud isi kandungan yang sebenarnya dan pada akhirnya akan salah
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam menentukan strategi pembelajaran dalam materi isi
kandungan Al-Qur'an dan Hadits sering menyulitkan siswa dalam memahaminya, bahkan bisa
menimbulkan kesalahan persepsi yang pada akhirnya tujuan dari pembelajaran tersebut tidak
tercapai. Oleh karenanya strategi pembelajaran dalam konteks kognitif atau aspek pemahaman
sangat penting ditekankan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Dari masalah tersebut di atas perlu suatu strategi/model pembelajaran agar siswa
mendapatkan kemudahan dalam memahami materi isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits, sebab
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran merupakan kunci sukses dalam menguasai pelajaran
secara utuh dan baik.
Strategi Peer Lessons (belajar dari teman) merupakan salah satu strategi yang dapat
menjawab permasalahan tersebut di atas karena strategi Peer Lessons merupakan sebuah strategi
alternatif dalam pembelajaran yang aktif, efektif dan menarik yang mencakup prestasi akademik,
peningkatan kepercayaan diri dan motivasi belajar serta interaksi antar siswa.


B. Rumusan Masalah dan Rencana Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Problem yang dihadapi peneliti saat ini adalah kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap
isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits di kelas XI IPS 2 MAN 1 Kota Bogor, maka untuk
mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan strategi pembelajaran Peer Lessons.
Sesuai dengan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut : Apakah strategi Peer Lessons dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits di kelas XI IPS 1 MAN 1 Kota Bogor?
2. Rencana Pemecahan Masalah
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka tindakan kelas dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
1.
2.
3.
4.

Mengawali pembelajaran, mengucapkan salam dan berdoa.
Mengamati dan mengarahkan sikap siswa.
Melakukan tes penjajakan (pre-test).

Mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkannya pada pelajaran yang
baru.
5. Menjelaskan dengan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan dijalani
siswa.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok sesuai dengan segmen materi yang akan
disampaikan dalam pembelajaran.
2. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi. Kemudian
mengajarkannya kepada kelompok lain.
3. Guru meminta setiap kelompok untuk menyiapkan metode untuk menyampaikan materi
kepada teman-teman sekelas.
4. Guru memberi waktu yang cukup untuk persiapan.
5. Setiap kelompok menyampaikan materi sesuai tugas yang telah diberikan.
6. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, guru memberikan klarifikasi materi yang
perlu.
7. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari
c. Kegiatan Akhir
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi pelajaran.
Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran.
Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar.
Menanamkan nilai-nilai dan pesan-pesan positif bagi siswa.
Melakukan relaksasi bersama untuk menjernihkan daya pikir.
Mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam dan hamdalah.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan strategi Peer Lessons dalam pembelajaran isi
kandungan Al-Qur'an dan Hadits guna meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPS 1
MAN 1 Kota Bogor .
2. Untuk mengetahui sejauh mana sikap siswa terhadap penggunaan strategi Peer Lessons
dalam mata pelajaran Al-Qur'an Hadits.

D. Manfaat Penelitian
Pembelajaran Al-Qur'an Hadits dengan materi pokok memahami isi kandungan Al-Qur'an dan
Hadits melalui strategi Peer Lessons ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Guru
a. Memperoleh data hasil pembelajaran siswa;

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Mendapatkan umpat balik tentang strategi Peer Lessons;
Meningkatkan kecakapan akademik;
Meningkatkan cara belajar siswa aktif;
Meningkatkan hubungan (interaksi) dengan siswa;
Sebagai indikasi untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar;
Sebagai bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya.


2. Siswa
a. Meningkatkan prestasi belajar, seperti pemahaman, penguasaan, mutu proses dan transfer
belajar dari kelompok ke individu;
b. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap sikap dan pengembangan motivasi belajar;
c. Pembelajaran melalui strategi Peer Lessons membangkitkan motivasi belajar
keterampilan berkomunikasi;
d. Efektif mendorong siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran;
e. Menumbuhkan minat kepercayaan diri siswa, dan wawasan lebih luas;
f. Meningkatkan partisipasi siswa dalam KBM;
g. Tepat dalam memahami isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
3. Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka
perbaikan pembelajaran dan mutu sekolah.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Strategi Peer Lessons


1. Pengertian Strategi Peer Lessons
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan
semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya diperlukan suatu
strategi yang dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya, dalam konteks pembelajaran strategi dapat dikatakan
sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman
(petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.[2]
Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru,
ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan.[3] Salah satu
bentuk pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menggunakan strategi Peer Lessons.
Pembelajaran aktif (active learning) sendiri menurut Hisyam Zaini merupakan
suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika
peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa

yang mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan
belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak
hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.[4]
Sedangkan Peer Lessons adalah suatu strategi pembelajaran yang merupakan
bagian dari active learning (pembelajaran aktif). Secara singkat menurut Melvin L.
Silberman strategi Peer Lessons merupakan strategi untuk mendukung pengajaran sesama
siswa di dalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran
kepada seluruh anggota kelas.[5]
Dalam Peer Lessons ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masingmasing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada
kelompok lain sesuai sub topik materi yang mereka dapat dan dalam penyampaian materi
hendaknya tidak menggunakan metode ceramah saja atau seperti membaca laporan,
namun dapat menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang lain yang sekiranya
cocok dengan materi yang mereka presentasikan kepada teman mereka. Sebelum

melakukan presentasi siswa diberi waktu yang cukup baik di dalam maupun di luar kelas.
Guru dapat memberi beberapa saran kepada siswanya seperti menggunakan alat bantu
visual, menyiapkan media pengajaran yang diperlukan atau menggunakan contoh-contoh
yang relevan. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberikan

kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.
Dengan strategi Peer Lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam proses
pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan demikian mereka
dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran yang
diharapkan bisa lebih optimal.
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Peer Lessons
Strategi Peer Lessons ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan yang positif terhadap teman
sekelompoknya karena setiap kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi
pelajaran yang telah ditentukan dan mengajarkan atau menyampaikan materi tersebut
kepada kelompok lain.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi Peer Lessons adalah sebagai berikut :
a. Bagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak segmen materi yang
akan disampaikan.
b. Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi,
kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.
c. Minta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi kepada
teman-teman sekelas. Sarankan kepada mereka untuk tidak menggunakan metode
ceramah atau seperti membaca laporan.
d. Buat beberapa saran seperti :

1.
Menggunakan alat bantu visual.
2.
Menyiapkan media pengajaran yang diperlukan.
3.
Menggunakan contoh-contoh yang relevan.
4.
Melibatkan teman dalam proses pembelajaran, misalnya melalui
diskusi, permainan, kuis, studi kasus, dan lain-lain.
5.
Memberi kesempatan kepada yang lain untuk bertanya.
e. Beri siswa waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun di luar
kelas.
f. Setiap kelompok menyampaikan materi sesuai tugas yang telah diberikan.
g. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan klarifikasi
sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.[6]
Dengan beberapa langkah strategi Peer Lessons di atas siswa diajak untuk belajar
secara aktif dengan melibatkan mental dan fisik, baik di dalam maupun di luar kelas.

Dengan demikian peserta didik akan merasakan pengalaman belajar yang menyenangkan

sehingga termotivasi untuk belajar dan hasil belajar dapat dimaksimalkan.
3. Manfaat Strategi Peer Lessons
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng, dan tidak akan
memberikan hasil yang maksimal kepada siswa, karena pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan
mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan dan membahasnya dengan orang lain.
Bukan hanya itu, siswa perlu menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas
yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Peer Lessons adalah salah satu bentuk pembelajaran aktif (active learning).
Dengan strategi Peer Lessons siswa diajak untuk turut aktif dalam proses pembelajaran.
Adapun manfaat dari strategi Peer Lessons adalah :
a. Otak bekerja secara aktif
Dengan strategi Peer Lessons siswa diajak belajar secara aktif baik di dalam
maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan untuk memilih strategi apa yang mereka
inginkan dan mereka juga mempunyai tanggung jawab menguasai pelajaran untuk
dipresentasikan atau diajarkan kepada temannya.
Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata.[7]
b. Hasil belajar yang maksimal
Dengan strategi Peer Lessons peserta didik dapat belajar secara aktif, di dalam
dan di luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk mendiskusikan dan
mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang lain, sehingga mendorong mereka
untuk lebih giat belajar baik secara mandiri maupun kelompok. Dengan demikian hasil
belajar akan lebih maksimal. Penelitian menunjukkan bahwa memberi pertanyaan kepada
peserta didik atau menyuruh mereka untuk mendiskusikan materi yang baru saja
diberikan mampu meningkatkan nilai evaluasi dengan kenaikan yang signifikan.[8]
c. Tidak mudah melupakan materi pelajaran

Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan
untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.[9] Dan dalam strategi Peer Lessons ini
siswa diajak serta untuk aktif dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas. Dengan demikian akan membuahkan hasil belajar yang langgeng.
d. Proses pembelajaran yang menyenangkan
Strategi Peer Lessons merupakan strategi pembelajaran yang mengajak siswa
untuk belajar secara aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana menyenangkan.[10]
e. Otak dapat memproses informasi dengan baik
Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak
dalam kondisi on, maka otak memerlukan sesuatu yang dapat dipakai untuk
menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan informasi yang telah
dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak akan dapat menghubungkan antara informasi
yang baru dengan informasi yang lama. Selanjutnya otak perlu beberapa langkah untuk
dapat menyimpan informasi. Langkah-langkah itu bisa berupa pengulangan informasi,
mempertanyakan informasi atau mengajarkannya kepada orang.[11] Adapun langkahlangkah tersebut terdapat dalam strategi Peer Lessons.
B. Tinjauan tentang Keberhasilan Pembelajaran Al-Qur'an Hadits
1. Pengertian Keberhasilan Pembelajaran Al-Qur'an Hadits
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa keberhasilan berasal dari
kata hasil yang mempunyai makna mendapat hasil atau berhasil.[12]
Sedangkan pembelajaran berasal dari kata belajar. Secara etimologi belajar
memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami dan mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.[13]
Menurut Nana Sudjana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan lain-lain aspek yang ada pada diri individu.
[14]
Hilgard dan Bower mengatakan belajar memiliki pengertian memperoleh
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai

pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar
memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.[15]
Belajar menurut Muhibbin Syah adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.[16]
Selanjutnya belajar menurut pendapat Wasty Sumanto adalah proses di mana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.[17]
Sedangkan Al-Qur'an Hadits adalah mata pelajaran yang diberikan kepada peserta
didik untuk mengenal, menghayati dan memahami Al-Qur'an dan Hadits dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
Al-Qur'an dan Hadits tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas keberhasilan pembelajaran Al-Qur'an Hadits
dalam PTK ini adalah hasil yang dicapai atau di dapat dari kegiatan atau aktivitas belajar
siswa berupa pengetahuan (ilmu), pemahaman, penghayatan terhadap isi kandungan AlQur'an dan Hadits dan berusaha untuk merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits tersebut.
2. Teori-teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu sendiri.
Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan
perolehan siswa sebagai hasil belajar. Berikut ini peneliti paparkan beberapa teori belajar
yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam pembelajaran.
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus
aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
hal- hal yang sedang dipelajari.[18]
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar dapat
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, suatu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru

dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa
untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi
sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.[19]
b. Teori Perkembangan Kognitif Peaget
Menurut Peaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf
dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel
sarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang
menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
Peaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan
secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.[20]
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi
aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Peaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya,
khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.[21]
c. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari
pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Teori Vygotsky ini, lebih menekankan
pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vigostsky bahwa proses pembelajaran akan
terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugastugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka. Vigostsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi. Pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
[22]
Scaffolding salah satu ide penting dari Vygostsky yaitu pemberian bantuan kepada
anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygostsky
adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemudian
diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.[23]

d. Teori Penemuan Joreme Bruner
Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, Bruner mengatakan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.[24]
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.[25]
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1)

Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca
indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa
kelainan tingkah laku.[26]
2) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang utama yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar yaitu kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.[27]
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Menurut M. Dalyono faktor eksternal tersebut adalah
:
1)
2)
3)
4)

Keluarga;
Sekolah;
Masyarakat;
Lingkungan sekitar.

4. Indikator-indikator Keberhasilan Pembelajaran
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil
adalah hal-hal berikut :
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individu maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa baik
secara individual maupun kelompok.[29]
C. Efektivitas Strategi Peer Lessons dalam Meningkatkan Keberhasilan Pembelajaran AlQur'an Hadits
Belajar bukan hanya sebuah proses penuangan informasi dari guru ke dalam benak
siswa seperti menuang air ke dalam gelas kosong sehingga siswa cenderung pasif dalam
proses pembelajaran. Akan tetapi belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa
sehingga siswa dapat belajar secara aktif. Karena ketika siswa belajar secara pasif ada
kecenderungan untuk cepat melupakan informasi atau materi yang telah mereka dapatkan.
Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan, sebagaimana
ungkapan seorang filosuf kenamaan dari China, Konfusius : "Yang saya dengar, saya lupa
yang saya lihat, saya ingat yang saya kerjakan, saya pahami".[30]
Melvin L. Silberman memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Konfusius
tersebut menjadi : "Yang saya dengar, saya lupa yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapat pengetahuan dan
keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai".[31]
Peer Lessons adalah strategi pembelajaran yang mengajar siswa untuk belajar secara
aktif. Peer Lessons merupakan bagian dari active learning. Dalam Peer Lessons siswa diberi
kesempatan untuk memilih strategi pembelajaran yang akan mereka gunakan dalam proses
pembelajaran dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan materi kepada
temannya. Sehingga mereka diajak untuk aktif baik di dalam maupun di luar kelas, untuk
mempersiapkan strategi dan materi yang akan mereka ajarkan.
Pendidikan mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan
dalam Pendidikan Agama Islam khususnya Al-Qur'an Hadits ranah afektif dan psikomotorik
lebih ditekankan, hal ini disebabkan pendidikan agama Islam dipelajari bukan hanya
dijadikan sebagai pengetahuan saja namun harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar, strategis Peer Lessons adalah satu strategi
yang dapat digunakan guru/pengajar dalam proses belajar mengajar. Dengan strategi Peer
Lessons siswa akan belajar dengan aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif mereka akan
merasakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir sebagaimana yang diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Melalui strategi Peer Lessons dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi
kandungan Al-Qur'an dan Hadits di kelas XI IPS 1 MAN 1 Martapura.
2. Sikap siswa kelas XI IPS 1 MAN 1 Martapura setuju dengan strategi Peer Lessons pada
materi pemahaman isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits
E. Ringkasan Materi
Ringkasan materi yang akan dijadikan bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
adalah sebagai berikut :
Berkompetisi dalam Kebaikan
Materi pokok QS. An-Nahl : 97; QS. Al-Baqarah : 148; QS. Al-Faathir : 32 dan HR.
Ibnu Majah dengan kandungan sebagai berikut :
a. Setiap perbuatan baik oleh seseorang harus dilandasi iman di dalam dirinya.
Imanlah yang menentukan balasan yang akan Allah berikan.
b. Tanda dan ukuran yang menunjukkan benarnya iman seseorang adalah
kemampuannya untuk menginfakkan sesuatu yang dicintainya demi kepentingan
agama dan masyarakat secara luas.
c. Allah berjanji untuk memberikan balasan yang terbaik di akhirat atas amal shaleh
yang telah dilakukan seorang mukmin.
d. Kebaikan adalah segala hal yang menentramka jira dan menenangkan hati
pelakunya. Sedangkan dosa atau kejahatan yaitu segala hal yang membuat hati
pelakunya gelisah dan peraannya menjadi gundah.
e. Allah telah menentukan Ka'bah kepada umat muslim sebagai arah kiblat untuk
beribadah.
f. Yang penting bagi umat Islam adalah berusaha untuk menjadi umat yang terdepan
dalam segala urusan, baik urusan dunia maupun urusan akhirat.
g. Allah mengklasifikasi manusia dalam melaksanakan ajaran agama Islam ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok yang dzalim atau kelompok yang lebih banyak
amal buruknya daripada amal shalehnya, kelompok yang banyak perhtungan
dalam beramal atau kelompok yang imbang antara amal baik dan amal buruknya,
dan kelompok yang selalu di depan dalam berbuat kebaikan.
Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar
Materi pokok QS. Ali Iman 104, QS. Ali-Imran :110, HR. Muslim dan HR. Abu Daud,
dengan kandungan sebagai berikut :

a. Allah menganjurkan kepada orang-orang Islam, agar di antara mereka ada orangorang yang aktif berdakwah di jalan Allah.
b. Kelebihan umat Islam dari yang lain adalah karena mereka menjaga prinsip amar
ma'ruf nahi munkar.
c. Dalam menangani kemunkaran bisa ditempuh melalui tiga cara; yaitu dengan
kekuasaan atau tindakan tegas, dakwah bil lisan (ajakan), dan melalui
pengingkaran hati. Ketiga-tiganya dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi.
d. Bila seorang mukmin membiarkan kemunkaran merajalela di sekelilingnya, maka
azab Allah akan tururn menimpa seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan,
baik yang berbuat kemunkaran maupun yang tidak.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian
tindakan kelas, yaitu bentuk pembelajaran yang bersifat reflektif untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran dan meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
melaksanakan tugas dengan proses pengkajian berdaur, yaitu merencanakan,
melaksanakan tindakan, mengamati, dan merefleksi.[32] Atau dengan kata lain, PTK
adalah suatu pencermatan yang sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPS 1 MAN 1
Martapura pada semester II (dua) Tahun Pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa 32
orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 25 orang perempuan
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 MAN 1 Kota Bogor dengan
jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa
perempuan. 32 orang siswa tersebut dibagi menjadi 4 kelompok belajar yang anggotanya
heterogen kemampuannya (tinggi, sedang, dan rendah) dan jenis kelamin.
Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits dengan
kompetensi dasar Menceritakan perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan AlQur'an dan Hadis tentang berkompetisi dalam kebaikan dan menjelaskan isi kandungan
Al-Qur'an dan Hadits tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar, dengan materi pokok Q.S AnNahl: 97; QS. Al-Baqarah : 148 ; QS. Al-Faathir : 32 dan HR. Ibnu Majah, dan QS. Ali
Iman 104 ;110, HR. Muslim dan HR. Abu Daud.
Keadaan ini diakibatkan oleh kurangnya minat dan pemahaman siswa terhadap
materi tersebut sehingga menyebabkan rendahnya nilai Al-Qur'an Hadits siswa pada
materi pokok tersebut. Untuk itu akan diterapkan strategi Peer Lessons sebagai upaya
meningkatkan pemahaman siswa. Dengan strategi tersebut nantinya dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam pelajaran
Al-Qur'an Hadits sehingga dapat meningkatkan
prestasi pelajar siswa dan prestasi sekolah.

Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, ada beberapa aspek yang perlu
diteliti, yaitu :
Aspek guru, yaitu kegiatan guru dalam pembelajaran, bagaimana guru
melaksanakan strategi Peer Lessons sehingga siswa aktif dan bergairah dalam mengikuti
pembelajaran.
Aspek siswa, yaitu berupa tingkat pemahaman siswa, apakah siswa cukup aktif
dan bergairah dalam mengikuti strategi Peer Lessons sehingga meningkatkan pemahaman
siswa terhadap isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
Aspek hasil belajar, yaitu berupa hasil belajar siswa, apakah hasil belajar siswa
meningkat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran AlQur'an Hadits khususnya pada materi pemahaman isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
D. Rancangan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini nantinya akan dilaksanakan dengan
cara mengikuti skenario tindakan yang tentunya akan diperbaiki dalam perjalanan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi
dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari satu kali tatap muka (pertemuan).
Pada evaluasi dan observasi awal dilakukan refleksi untuk merencanakan strategi
Peer Lessons, sehingga dapat diketahui penekanan mana yang perlu diperhatikan dalam
strategi Peer Lessons, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi
kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

diatur dalam skenario

Membuat skenario pembelajaran dengan strategi Peer Lessons.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dalam strategi Peer Lessons dengan materi pemahaman isi kandungan Al-Qur'an
dan Hadits tentang Berkompetisi dalam Kebaikan dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
Membagi siswa menjadi 4 kelompok belajar, masing-masing 8 orang.
Guru memberikan pengarahan pada siswa tentang tata kerja kelompok.
Mendesain instrumen/alat evaluasi berupa format observasi untuk mengukur :
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Aktivitas siswa dalam belajar kelompok.
c. Mengetahui perkembangan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran.
Membuat lembar kuisioner untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan strategi Peer Lessons.
Membuat soal tes tertulis untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
E. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah laporan observer dan siswa Kelas XI IPS
1 MAN 1 Kota Bogor
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan berupa format-format observasi, kuisioner, dan soal tertulis.
3. Cara Pengumpulan Data

a. Format-format observasi digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
memperoleh data kualitatif tentang :
1)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2)
Aktivitas siswa dalam belajar kelompok.
3)
Perkembangan keterampilan proses dalam pembelajaran.
b. Kuisioner digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan strategi Peer Lessons.
c. Soal tertulis digunakan untuk memperoleh data kuantitatif tentang pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
F. Analisis Data
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan dengan cara
menghitung rata-rata nilai siswa setelah mengikuti tes hasil belajar. Rata-rata nilai
dihitung dengan menggunakan rumus :
Rata-rata = ∑ X
n
Keterangan : X = Nilai yang diperoleh siswa
n = Jumlah siswa

2. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif yakni :
a) Data tentang kinerja guru dan siswa yang meliputi aktivitas siswa dalam belajar
kelompok, keterampilan proses dalam pembelajaran dikumpulkan melalui observasi
kemudian secara deskriftif hasilnya dipersentasikan sebagai berikut :
Jumlah per kategori yang dilakukan siswa yang hadir x 100% Jumlah siswa yang hadir.
b) Data tentang sikap siswa terhadap pembelajaran dengan strategi Peer Lessons
dikumpulkan melalui kuisioner siswa kemudian secara deskriftif dipersentasikan sebagai
berikut :
Jumlah jawaban siswa :
Presentase = X 100% Jumlah siswa seluruhnya
Hasil kinerja guru, aktivitas siswa dalam KBM, dan kuisioner ditafsirkan ke
dalam kalimat kualitatif yakni baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%),
buruk (< 40%).[33]

G. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan sebagai berikut :
1. Siklus pertama dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Maret 2010 dengan satu kali
pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 9 Maret 2010. Kegiatan pembelajaran bertujuan untuk
membangkitkan minat dan melatih aktivitas kerja sama siswa dalam kelompok, terutama
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara bersama terhadap materi memahami
isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits tentang berkompetisi dalam kebaikan dengan
menggunakan strategi Peer Lessons.
2. Siklus kedua dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan April 2010 dengan satu kali
pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 15 April 2010. Tindakan kelas dengan menerapkan
strategi Peer Lessons terhadap materi memahami isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits
tentang Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar.
H. Cara Pengamatan (Monitoring)
Melakukan observasi atau pengamatan langsung di kelas terhadap aktivitas siswa
dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk memperoleh data sebagai gambaran
mengenai kemampuan siswa dalam memahami isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
Selama proses kegiatan belajar mengajar, kegiatan siswa dan keaktifannya dicatat dan
diamati dengan cara sebagai berikut :
1. Pengamatan langsung dari peneliti terhadap aktivitas siswa
2. Pengamatan partisipasi dari teman sejawat dengan mengisi format observasi.
I. Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam observasi dan hasil tes belajar berdasarkan siklus
tatap muka, selanjutnya dianalisis dan digunakan sebagai refleksi dan untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Refleksi juga dilakukan untuk
setiap kegiatan agar dapat diketahui lebih dini kekurangan dan kelemahannya sehingga
dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan tindakan kelas berikutnya.
J. Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap isi kandungan Al-Qur'an dan Hadits.
2. Respon siswa setuju terhadap dilaksanakannya pembelajaran dengan strategi Peer
Lessons.