Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan
Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002) memberikan pengertian atau
kinerja sebagai berikut: “performance is defineid as the record of outcomes
produced on a specified job function or activity during time period”. Prestasi
atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.
Pengertian lain dari kinerja yaitu tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian
hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja
adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan
kelompok kerja di perusahaan tersebut (Simanjuntak, 2005).
Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan pengukuran
kinerja. Ukuran kinerja yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja
keuangan.

Kinerja

keuangan


perusahaan

ditunjukkan

oleh

laporan

keuangannya. Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah
untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan tingkat
stabilitas suatu perusahaan (Munawir, 1999).
Di dalam industri perbankan, ada pengukuran kinerja khusus yang
digunakan oleh banyak negara untuk mengukur kinerja keuangan dan

7

Universitas Sumatera Utara

mengevaluasinya dengan menganalisis aspek Permodalan (Capital), Kualitas

Aktiva Produktif (Asset), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning),
dan Likuiditas (liquidity), yang biasa disingkat dengan CAMEL. CAMEL
adalah lima faktor keuangan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk
menilai tingkat kesehatan bank di Indonesia (SK Bank Indonesia No.
30/12/KEP/DIR, 30 April 1997, dalam Farih, 2010), yaitu faktor modal
(capital), faktor kualitas aktiva produktif (asset quality), faktor manajemen
(management), faktor rentabilitas (earning ability), dan faktor likuiditas
(liquidity).
Penelitian ini menggunakan pendekatan faktor rentabilitas atau
profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA). Tidak ada alasan
khusus peneliti memilih pendekatan ini karena belum ada bukti empiris yang
membuktikan keunggulan satu pendekatan dengan yang lainnya. Namun
ROA adalah pendekatan pengukuran yang umum digunakan dan sering
digunakan dalam penelitian hubungan intellectual capital terhadap kinerja
perusahaan seperti yang telah dilakukan peneliti terdahulu. Selain itu, ROA
juga dianggap lebih tepat karena memanfaatkan aset untuk menilai
kemampuan perusahaan menciptakan profit. Berbeda dengan pendekatan
faktor profitabilitas lainnya seperti ROE yang lebih berfokus pada investor.
Adapun pengertian return on assets (ROA) dapat didefinisikan sebagai
berikut:

Return on Assets (ROA) mengacu pada total pendapatan, termasuk
pendapatan bunga bersih dan non pendapatan bunga, dibagi dengan
total aset. Indikator ROA yang dipilih sebagai proxy untuk pengukuran
profitabilitas. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi

8

Universitas Sumatera Utara

perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al., 2005).
Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset
yang dimiliki perusahaan yang dapat diukur dengan Return on Asset (ROA).
Modal

intelektual

diakui

sebagai


aset

perusahaan

karena

mampu

menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior
(Barney, 1991).

2.1.2 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV)
Resources-based view memandang bahwa sumber daya perusahaan
sebagai drive utama di balik daya saing dan kinerja perusahaan. Sumber daya
ini mencakup aset berwujud serta aset tidak berwujud yang digunakan secara
efektif dan efisien untuk menerapkan strategi kompetitif dan keuntungan
tertentu. Sementara peran aset berwujud sudah terbentuk dengan baik dalam
literatur dan dalam praktek, maka peran aset tidak berwujud sebagai sumber
daya strategis yang perlu dan layak diteliti (Belkaoui, 2003).
Resources-based view yang dipelopori oleh Penrose (1959) ini juga

mengemukakan bahwa perusahaan sebagai kumpulan sumber daya heterogen
yang dapat menciptakan keunggulan bersaing. Sumber daya itu sendiri harus
memenuhi kriteria VRIN agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan
kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009). Kriteria VRIN tersebut adalah
1. Berharga (Valuable)
Sumber daya berharga jika memberikan nilai strategis bagi perusahaan.
Sumber

daya

memberikan

nilai

jika

membantu

perusahaan


dalam

memanfaatkan peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman

9

Universitas Sumatera Utara

pasar. Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak menambah
atau meningkatkan nilai perusahaan;
2. Langka (Rareness)
Sumber daya yang sulit untuk ditemukan di antara pesaing dan menjadi
potensi perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik untuk
menawarkan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh
beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif,
karena mereka tidak dapat merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang
unik dibandingkan dengan kompetitor lain;
3. Tidak dapat ditiru (Inimitability)
Sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini

tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut;
4. Tidak dapat diganti (Non-substitutability).
Non-substitusi sumber daya menunjukkan bahwa sumber daya tidak
dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di sini, pesaing tidak dapat
mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber
daya alternatif lainnya.
Melalui penjelasan tersebut menurut resources-based view, modal
intelektual memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu
menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan
value added bagi perusahaan.
Perusahaan harus menyadari pentingnya pengelolaan intellectual

10

Universitas Sumatera Utara

capital yang dimiliki. Apabila kinerja modal intelektual tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu value
added yang dapat memberikan suatu karakteristik tersendiri. Sehingga dengan
adanya karakteristik tersendiri yang dimiliki, perusahaan mampu berdaya

saing terhadap para kompetitornya karena mempunyai suatu keunggulan
kompetitif yang hanya dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.

2.1.3 Intellectual Capital (IC)
Intellectual Capital (IC) merujuk pada modal-modal non fisik atau
yang tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible).
Intellectual Capital (IC) terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia
serta teknologi yang digunakan. Intellectual Capital (IC) memiliki potensi
memajukan organisasi dan masyarakat (Lonnqvist dan Mettanen, 2002). Petty
and Guthrie (2000) menyatakan bahwa Komponen Intellectual Capital (IC)
adalah employee competence, internal structure, dan external structure,
dengan pengertian :
1. Human capital, terdiri atas seluruh kemampuan, ketrampilan, dan
pengalaman manusia pelaksana.
2. Structural capital berisikan infrastruktur pendukung manusia seperti
database dan paten.
3. Customer capital berisikan seluruh potensi terkait hubungan/relasi
perusahaan dengan konsumen.
Selaras dengan pernyataan diatas Bontis et al. (2000) dalam Ulum et al.
(2008) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga


11

Universitas Sumatera Utara

konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC),
dan customer capital (CC). Selanjutnya Bontis et al., (2000) menjelaskan
pengertian komponen Intellectual Capital (IC) sebagai berikut :
4. HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari
genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang
kehidupan dan bisnis.
5. SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam
organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational
charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat
nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.
6. CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya
melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000 dalam Ulum et al., 2008).
Saleh et al., (2008) menyebutkan bahwa IC telah menjadi sumber yang

penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan ekonominya. Selain itu,
peran IC dalam penciptaan nilai perusahaan menjadi penting karena IC juga
merupakan salah satu pembentuk keunggulan kompetitif dalam pasarnya dan
menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik. IC yang dimaksud dalam hal
ini terdiri dari human capital, capital stucture (internal structure), dan
relational capital (external structure). Human capital merupakan pengetahuan
yang dimiliki oleh karyawan yang berupa inovasi, fleksibilitas, toleransi,
motivasi, kepuasan, kapasitas belajar, loyalitas, pelatihan dan pendidikan

12

Universitas Sumatera Utara

formal (CIMA, 2000 dalam Farih, 2010). Internal Structure merupakan
pengetahuan keorganisasian dengan orang-orang yang independen atau dapat
pula didefinisikan sebagai pengetahuan keorganisasian, seperti intellectual
properties, kontrak, database, informasi-informasi, sistem, budaya, prosedurprosedur, manual, sistem administratif dan rutinitas, praktik-pratik terbaik
(CIMA, 2000 dalam Farih, 2010). Intellectual capital (IC) ini juga yang
menjadi salah satu pertimbangan investor dalam menginvestasikan modalnya
dengan menilai kinerja perusahaan melalui pengungkapan intellectual capital

(IC). Variasi bentuk dalam pengungkapan intellectual capital (IC) merupakan
informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi
ketepatan penilaian terhadap perusahaan (Bukh, 2003). Nilai perusahaan
berhubungan erat dengan human capital dan structural capital yang
merupakan bagian dari intellectual capital (IC).
Pada penelitian ini intellectual capital (IC) diukur dengan metode
VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998). Metode ini didesain untuk
menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki
perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output
dan input (Ulum et al., 2008). Metode VAIC™ ini mengukur intellectual

13

Universitas Sumatera Utara

capital (IC) dengan cara menghitung value added yang dihasilkan dari tiga
kombinasi rasio yang menjadi variabel independen dari penelitian ini yaitu
Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan
Capital Employed Efficiency (CEE).
Metode VAICTM mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu
modal manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri
dari:
1. Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap
Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal
manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan juga
sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah
yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak
Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja (Ulum, 2008).
2. Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC (structural capital)
terhadap VA (value added). Rasio ini mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007).
3. Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA (value added)
terhadap CE (capital employed). CEE menggambarkan berapa banyak

14

Universitas Sumatera Utara

nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE
yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati,
2007).

2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.

Nama Peneliti

Judul Penelitian

1.

Tirta Pratama
(2011)

Studi Pengaruh
Intellectual Capital
Terhadap Return on
Asset dari Badan
Usaha Manufaktur
yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2009

2.

Hasna Fatima
(2012)

Analisis Pengaruh
Modal Intelektual
terhadap Kinerja
Perusahaan di
Indonesia Periode

Variabel
Penelitian

Hasil
Penelitian

Variabel
• Human Capital
independen:
Efficiency (HCE)
Human Capital
tidak
Efficiency (HCE),
berpengaruh
Structural Capital
signifikan
Efficiency (SCE),
(parsial)
dan Capital
• Structural
Employed
Capital
Efficiency (CEE)
Efficiency (SCE)
Variabel
berpengaruh
dependen: Return
signifikan
on Asset (ROA)
(parsial)
• Capital
Employed
Efficiency (CEE)
tidak
berpengaruh
signifikan
(parsial)
• Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural
Capital
Efficiency (SCE),
Capital
Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan
(simultan)
Variabel
• Intelectual
independen:
Capital (VAICTM)
Value Added
berpengaruh
Intellectual
positif terhadap
Coefficient
Return on Assets
(VAICTM)
(ROA),
Variabel
• Intelectual
dependen:
Capital (VAICTM)

15

Universitas Sumatera Utara

Return on Assets
(ROA), Market to
Book Value (MB)
3.

4.

Niswah Baroroh
(2013)

Nila Butsainati
(2016)



Analisis Pengaruh
Modal Intelektual
terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia

Variabel
independen:
Intelectual
Capital (VAICTM)
dan Rate of
Growth of
Intelectual
Capital (ROGIC)
Variabel
dependen:
Return on Assets
(ROA)

Pengaruh Intellectual
Capital terhadap
Kinerja Keuangan
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun
2012-2014

Variabel

independen:
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
dan Capital

Employed
Efficiency (CEE)
Variabel
dependen:
Return on Equity
(ROE)






5.

Nurul Iman Sari
(2016)

Pengaruh Human
Capital Efficiency
(HCE), Structural
Capital Efficiency
(SCE), dan Capital
Employed Efficiency
(CEE) terhadap
Kinerja Perusahaan

Variabel

independen:
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural Capital
Efficiency (SCE),
dan Capital

Employed

berpengaruh
positif terhadap
Market to Book
Value (MB).
Intelectual
Capital (VAICTM)
berpengaruh
positif terhadap
Return on Assets
(ROA)
Rate of Growth
of Intelectual
Capital (ROGIC)
berpengaruh
positif terhadap
Return on Assets
(ROA)
Human Capital
Efficiency (HCE)
tidak
berpengaruh
signifikan
(parsial)
Structural
Capital
Efficiency (SCE)
tidak
berpengaruh
signifikan
(parsial)
Capital
Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan
(parsial)
Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural
Capital
Efficiency (SCE),
Capital
Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan
(simultan)
Human Capital
Efficiency (HCE)
tidak
berpengaruh
signifikan
(parsial)
Structural
Capital

16

Universitas Sumatera Utara

Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2012-2014

Efficiency (CEE)
Variabel
dependen:
Return on Assets
(ROA)

Efficiency (SCE)
tidak
berpengaruh
signifikan
(parsial)
• Capital
Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan
(parsial)
• Human Capital
Efficiency (HCE),
Structural
Capital
Efficiency (SCE),
Capital
Employed
Efficiency (CEE)
berpengaruh
signifikan
(simultan)

17

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Modal Intelektual

Human Capital
Efficiency (HCE)
(X1)

H1

Structural Capital
Efficiency (SCE)
(X2)

H2

Capital Employed
Efficiency (CEE)
(X3)

H3

Kinerja Keuangan
Perusahaan (ROA)
(Y)

H4

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dan
dengan melihat hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh intellectual
capital (IC) terhadap kinerja perusahaan seperti yang dilakukan peneliti terdahulu,
keseluruhan penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama terdapat
pengaruh intellectual capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa secara umum memang telah terdapat
bukti empiris yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh intellectual capital
(IC) terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu maka dapat dikembangkan
suatu kerangka teoritis sebagai dasar penentuan hipotesis (Gambar 2.1)
Maka gambaran dari kerangka konseptual untuk merumuskan hipotesis
adalah sebagai berikut:

18

Universitas Sumatera Utara

1. Hubungan Human Capital Efficiency (HCE) dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Komponen utama dari perusahaan perbankan yaitu human capital atau
modal manusia. Hampir seluruh kegiatan usaha di perusahaan perbankan
dilakukan oleh manusia. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang
menggunakan mesin dalam kegiatan usahanya.
Human Capital Efficiency (HCE) merupakan indikator efisiensi nilai
tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari value added (VA)
terhadap human capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan
modal manusia membuat nilai pada perusahaan. HCE menunjukkan berapa
banyak value added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). Sehingga hasil yang diharapkan HCE
akan mepengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu
belum ada yang menunjukkan modal manusia mempengaruhi kinerja
keuangan secara signifikan. Maka pada penelitian kali ini peneliti berharap
modal manusia dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dengan
demikian dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Human Capital
Effficiency (HCE) terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan di Indonesia secara parsial.

2. Hubungan Structural Capital Efficiency (SCE) dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Modal struktural meliputi seluruh non-human storehouse of

19

Universitas Sumatera Utara

knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database,
sistem, strategi dan segala hal yang membantu human capital dalam
menciptakan nilai tambah perusahaan.
Structural Capital Efficiency (SCE) merupakan indikator efisiensi
nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari structural capital
(SC) terhadap value added (VA). Rasio ini mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). Sehingga hasil
yang diharapkan SCE akan mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti pada
penelitian Pratama (2011) yang hasil penelitiannya menunjukkan modal
struktural mempengaruhi ROA secara signifikan. Maka dapat dikembangkan
hipotesis sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Structural Capital
Efficiency (SCE) terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan di Indonesia secara parsial.

3. Hubungan Capital Employed Efficiency (CEE) dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Modal yang tersedia di perusahaan akan digunakan untuk kegiatan
usaha yang dilakukan oleh human capital dengan dibantu structural capital
untuk menciptakan kekayaan.
Capital Employed Efficiency (CEE) merupakan indikator efisiensi
nilai tambah terhadap modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari
value added (VA) terhadap capital employed (CE). CEE menggambarkan

20

Universitas Sumatera Utara

berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang
digunakan. CEE merupakan kalkulasi dari kemampuan mengelola modal
yang digunakan (Imaningati, 2007). Sehingga hasil yang diharapkan CEE
akan mepengaruhi kinerja perusahaan, seperti penelitian yang dilakukan
Butsainati (2016) dan Sari (2016) dimana modal yang digunakan
mempengaruhi

kinerja

keuangan

secara

signifikan.

Maka

dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Capital Employed
Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan di Indonesia secara parsial.

4. Hubungan Human Capital Effficiency (HCE), Structural Capital Efficiency
(SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE) dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Intellectual capital mencakup ilmu pengetahuan, kompetensi, sistem,
dan segala hal lain yang digunakan untuk menciptakan kekayaan perusahaan
selain aset berwujud. Semakin baik pengelolaan dari seluruh komponen
intellectual capital maka diharapkan semakin bagus kinerja perusahaan
dalam menciptakan keunggulan kompetitifnya. Hal ini sesuai dengan semua
penelitian terdahulu yang hasilnya adalah intellectual capital mempengaruhi
kinerja perusahaan secara signifkan. Maka dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:

21

Universitas Sumatera Utara

H4

:

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Human Capital
Effficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE),

dan

Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan di Indonesia secara simultan.

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis yang dibuat, maka penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis alternatif untuk menguji pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan sebagai berikut:
H1 :

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Human Capital Effficiency
(HCE) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di
Indonesia secara parsial.

H2 :

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Structural Capital
Efficiency (SCE) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan
di Indonesia secara parsial.

H3 :

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Capital Employed
Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan
di Indonesia secara parsial.

H4

:

Terdapat pengaruh yang signifikan dalam Human Capital Effficiency
(HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed
Efficiency (CEE) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan
di Indonesia secara simultan.

22

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 139 103

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 4 85

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 12 33

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 2 15

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 5 16

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 0 11

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 0 2

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 0 6

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 0 3

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 0 17