Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH

ELFA KHRISTIAN GINTING 090522051

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 06 Januari 2012 Yang membuat pernyataan

NIM 090522051 Elfa Khristian Ginting


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan Return on Asset (ROA).

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dimana terdapat 15 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesia Capital market Directory tahun 2007-2010. Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari tiga variabel independent yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE), sedangkan variabel dependent yaitu Return on Asset (ROA).

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik dimana sebelum melakukan uji statistik terhadap hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk menentukan alat uji hipotesis. Pengujian tersebut dilakukan dengan bantuan program SPSS. Adapun SPSS yang digunakan adalah SPSS 16.0.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Human Capital Efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap ROA. (2) Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. (3) Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. (4) Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA.

Kata kunci: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Structural Capital Efficiency (CEE), Return on Asset (ROA).


(4)

ABSTRACT

The objectives of this study are to analyze the impact of intellectual capital on company’s financial performance-Return on Asset (ROA).

Population research is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange period from 2007 to 2010. The sample study with purposive sampling where there are 15 companies that meet the criteria for sample selection. The data used are secondary data obtained from the website of Indonesia and the Indonesian Stock Exchange Capital Market Directory 2007-2010. The variables used in this research consists of three independent variables namely Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), and Capital Employed Efficiency (CEE), while the dependent variable is Return on Asset (ROA).

Data analysis techniques used are statistical analysis techniques where prior conduct statictical tests on the firs hypothesis test to determine fatherly noumalitas hypothesis testing instruments. Testing was performed with SPSS program. The SPSS used was SPSS 16.0.

The result show: (1) Human Capital Efficiency (HCE) not an impact on Return on Asset (ROA), (2) Structural Capital Efficiency (SCE) has a positive significant on Return on Asset (ROA), (3) Capital Employed Efficiency (CEE) has a positive significant on Return on Asset (ROA), (4) Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) has a positive significant on Return on Asset (ROA).

Keywords: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE), Return on Asset (ROA).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian program studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, bimbingan, saran serta fasilitas dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan tulus dan ikhlas penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak dan Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Kedua orang tua (Bapak Drs. Amar Ginting dan Ibu Rasmita Kaban) yang telah mengasuh, merawat dan membesarkan Elfa dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Terima kasih untuk doa yang tidak pernah usai, kasih sayang, cinta, kesabaran, ketulusan dan pengorbanan yang telah diberikan sampai kapanpun tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia, sehingga penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, 06 Januari 2012 Penulis

Elfa Khristian Ginting NIM: 090522051


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….……….. i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ……….... iii

DAFTAR ISI ……….... v

DAFTAR TABEL ……….….. viii

DAFTAR GAMBAR ………...… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..…. x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….……… 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ……… 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 9

2.1 Landasan Teori ……… 9

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) ……….. 9

2.1.2 Knowledge Based View (KBV) ……….. 11

2.1.3 Intangible Asset ……….. 12

2.1.4 Definisi Intellectual Capital ………... ... 13

2.1.4 Pengklasifikasian dan pengukuran Intellectual Capital ………. 16

2.1.5 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) … 19

2.1.6 Definisi dan Jenis Bank ………. 21

2.1.7 Kinerja Keuangan Perusahaan ………. 23

2.1.8 Efisiensi ………. 24


(8)

2.3Kerangka Konseptual………..… 29

2.4 Hipotesis Penelitian ……… 30

2.4.1 Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA) ……… 30

2.4.2 Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA) ……… 32

2.4.3 Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA) ……….. 33

2.4.4 Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA) ………..……….... 34

BAB III METODE PENELITIAN ……… 36

3.1Jenis Penelitian ……….. 36

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 36

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel … 36

3.3.1 Variabel Independen ……….. 36

3.3.2 Variabel Dependen ………. 38

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ……… 39

3.5Jenis Data ………... 41

3.6Metode pengumpulan Data ………...… 41

3.7Teknik Analisis ……….. 41

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ……….. 41

3.7.1.1Uji Normalitas Data ……… 41

3.7.1.2Uji Multikolinieritas ……… 43

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas …..……...……….. 43

3.7.1.4Uji Autokorelasi ……...…...……… 44

3.7.1.5Uji Regresi Berganda ……….. 44

3.7.2 Uji Hipotesis ……….. 45

3.7.2.1Uji Hipotesis secara Parsial (uji t) ………. 45


(9)

3.7.2.3Uji Koefisien Determinasi R2 ………. 46

3.8Jadwal Penelitian ………....…. 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 49

4.1Deskripsi Objek Penelitian ……… 49

4.2Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ……… 50

4.3Uji Asumsi Klasik ………. 51

4.3.1 Uji Normalitas ……… 52

4.3.2 Uji Multikolinearitas……….. 54

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas……….. 55

4.3.4 Uji Autokorelasi ………... 56

4.3.5 Analisis Regresi Berganda ………. 57

4.4Uji Hipotesis ……….. 57

4.4.1 Uji t ………. 57

4.4.2 Uji F ……… 59

4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ……… 60

4.5Intepretasi Hasil ………. 61

4.5.1 Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA) ……… 61

4.5.2 Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA) ……… 62

4.5.3 Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA) ……… 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….… 66

5.1 Kesimpulan ………... 66

5.2Keterbatasan Penelitian ………... 67

5.3 Saran ……….… 67

DAFTAR PUSTAKA ……… 69


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Intellectual Capital ………. 15

Tabel 2.2 Kerangka kerja pengklasifikasia Intellectual Capital... 16

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ……… 26

Tabel 3.1 Daftar Populasi ……….. 40

Tabel 4.1 Penentuan Jumlah Sampel ………... 49

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ……… 50

Tabel 4.3 One Sampel Kolmogrov-Smirnov ……… 54

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan VIF ………... 55

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ……… 56

Tabel 4.6 Uji t (Uji Signifikansi Parsial) ……….. 58

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regresi Simultan ……… 60

Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi R2 ………... 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………... 30

Gambar 4.1 Grafik Histogram ………...………... 52

Gambar 4.2 Uji Normalitas Normal P-P Plot ……… 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Daftar Populasi Bank yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2007 – 2010 …………... 73 Lampiran 2 Daftar Sampel ……….. 74

Lampiran 3 Perhitungan HCE, SCE, CEE dan

ROA tahun 2007 ……….. 75 Lampiran 4 Perhitungan HCE, SCE, CEE, dan

ROA tahun 2008 ...………... 76 Lampiran 5 Perhitungan HCE, SCE, CEE dan

ROA tahun 2009 ……….. 77 Lampiran 6 Perhitungan HCE, SCE, CEE dan

ROA tahun 2010 ……….…. 78


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan Return on Asset (ROA).

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dimana terdapat 15 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesia Capital market Directory tahun 2007-2010. Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari tiga variabel independent yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE), sedangkan variabel dependent yaitu Return on Asset (ROA).

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik dimana sebelum melakukan uji statistik terhadap hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk menentukan alat uji hipotesis. Pengujian tersebut dilakukan dengan bantuan program SPSS. Adapun SPSS yang digunakan adalah SPSS 16.0.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Human Capital Efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap ROA. (2) Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. (3) Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. (4) Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap ROA.

Kata kunci: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Structural Capital Efficiency (CEE), Return on Asset (ROA).


(14)

ABSTRACT

The objectives of this study are to analyze the impact of intellectual capital on company’s financial performance-Return on Asset (ROA).

Population research is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange period from 2007 to 2010. The sample study with purposive sampling where there are 15 companies that meet the criteria for sample selection. The data used are secondary data obtained from the website of Indonesia and the Indonesian Stock Exchange Capital Market Directory 2007-2010. The variables used in this research consists of three independent variables namely Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), and Capital Employed Efficiency (CEE), while the dependent variable is Return on Asset (ROA).

Data analysis techniques used are statistical analysis techniques where prior conduct statictical tests on the firs hypothesis test to determine fatherly noumalitas hypothesis testing instruments. Testing was performed with SPSS program. The SPSS used was SPSS 16.0.

The result show: (1) Human Capital Efficiency (HCE) not an impact on Return on Asset (ROA), (2) Structural Capital Efficiency (SCE) has a positive significant on Return on Asset (ROA), (3) Capital Employed Efficiency (CEE) has a positive significant on Return on Asset (ROA), (4) Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) has a positive significant on Return on Asset (ROA).

Keywords: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE), Return on Asset (ROA).


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman pada saat ini menyebabkan terjadinya globalisasi dan ekonomi inovasi telah menghasilkan ekonomi global yang memiliki tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan. Dalam menghadapi persaingan tersebut perusahaan – perusahaan harus dengan cepat mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang berbasis tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan.

Dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan, menurut Sullivan dan Sullivan (2000), merupakan bagian besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Dengan adanya masyarakat pengetahuan (knowledge society) telah mengubah penciptaan dari nilai organisasi itu sendiri. Masa depan dan ospek dari organisasi akan sangat bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen untuk mendahyagunakan the hidden value (nilai-nilai yang tidak tampak) dari aset yang tidak berwujud.

Munculnya “new economy” yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga telah memicu tumbuhnya minat dalam intellectual capital (Petty dan Guthrie, 2000; Bontis, 2001). Salah satu area yang menjadi perhatian baik akademis maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan Intellectual Capital (IC) sebagai salah satu


(16)

instrument untuk menilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2001). Hal ini telah menjadi isu yang berkepanjangan, dimana beberapa peneliti menyatakan bahwa manajemen dan sistem pelaporan yang telah ada selama ini secara berkelanjutan kehilangan relavansinya karena tidak mampu menyajikan informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola proses yang berbasis pengetahuan (knowledge-based business) dan intangible resources (Bornemann dan Leitner,2002).

Secara historis, perbedaan antara aset tidak berwujud dengan IC tidak jelas, karena disebut sebagai “goodwill” (Tan et al., 2007). Hal ini dapat ditelusuri pada awal tahun 1980-an ketika catatan dan pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya sering disebut sebagai goodwill, mulai tampak dalam praktek bisnis dan akuntansi (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007).

Dalam penulusuran pencatatan intangible tersebut, praktik akuntansi tradisional tidak menyediakan identifikasi dan pengukuran aset tidak berwujud dalam organisasi, terutama organisasi berbasis pengetahuan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007; Tan et al., 2007). Jenis intangible baru seperti kompetensi staf, hubungan dengan pelanggan, model simulasi, dan sistem administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen (Tan et al., 2007). Hal ini sangat menarik karena beberapa intangible tradisional, seperti pemilikan merk, paten, dan goodwill masih jarang dilaporkan didalam laporan keuangan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007). Dalam kenyataannya,


(17)

IAS 38 tentang Intangible Assets melarang pengakuan untuk merk internal yang diciptakan secara internal seperti logo (mastheads), publishing titles ( judul publikasi), dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004).

Menurut International Federation of Accountants (IFAC), intellectual capital sinonim dengan intellectual property (kekayaan intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset pengetahuan). Modal ini dapat dipahami sebagai modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan. IFAC juga mengestimasikan pada saat ini 50-90 persen nilai dari perusahaan ditentukan oleh manajemen atas intellectual capital bukan manajemen terhadap aset tetap yang dimiliki.

Intellectual Capital (IC) di Indonesia mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2002) tentang aset tak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun IC telah mendapat perhatian lebih pada saat ini. Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.

Salah satu persoalan yang penting dihadapi sekarang adalah bagaimana untuk mengukur aset tidak berwujud atau modal intelektual. Hal ini berlawanan dengan meningkatnya kesadaran akan pengakuan IC untuk mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,


(18)

akan tetapi pengukuran terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan secara tepat pada saat ini. Ada banyak konsep pengukuran model intelektual yang dikembangkan oleh para peneliti pada saat ini, dan salah satunya adalah model yang dikembangkan oleh Pulic.

Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007) mengembangkan “Value Added Intelectual Coefficient” (VAICTM) yang dapat digunakan untuk mengukur Intellectual Capital (IC) perusahaan. Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHU-value added human capital), dan structural capital (STVA-structural capital value added).

Menurut Pulic (1998), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (dipresentasikan oleh karyawan dengan segala kemampuan dan potensi yang di dimiliki seluruh karyawan). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa VAICTM dapat dijadikan sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja IC-nya.


(19)

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) mengelompokkan bank (berdasarkan kinerja IC) dalam empat kategori, yaitu (1) top performance, (2) good performance, (3) common performance, (4) bad performance.

Di Indonesia, Ulum (2007) telah menguji hubungan IC terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan. Hasilnya membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan. Intellectual capital juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan sektor perbankan. Tetapi rate of growth of intellectual capital (ROGIC) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan masa depan. Ramadhan (2009) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 – 2007. Kinerja perusahaan diukur dengan market to book value (MB), return on asset (ROA), return on equity (ROE), employee productivity (EP). Hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan intellectual capital di berbagai negara. Tingkat penggunaan intellectual capital yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.


(20)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat dua perbedaan. Perbedaan pertama terdapat pada pemilihan proksi variabel dependen. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rofi Farih (2010) proksi untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Capital Adequency Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Profit Margin (NPM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan dalam penelitian ini proksi variabel untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Return on Asset (ROA). Perbedaan pemilihan proksi ini dikarenakan untuk mengukur kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan ROA kita dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

Perbedaan yang kedua dalam penelitian ini terdapat pada jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Rofi Farih (2010) jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian mulai tahun 2007-2008 sedangkan dalam penelitian ini jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel penelitian mulai tahun 2007-2010.

Metode Pulic dipakai dalam mengukur intellectual capital karena seluruh informasi tersedia di laporan keuangan. Sektor perbankan dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena perbankan merupakan salah satu industri yang termasuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan (knowledge based-industries) yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

2. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

3. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

4. Apakah Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA).

2. Untuk menganalisis pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return to Asset (ROA).

3. Untuk menganalisis pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA).


(22)

4. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Eficiencyi (SCE), dan Capital Employed Eficiencyi (CEE) terhadap Return to Asset (ROA).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai Intellectual Capital (IC) ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Dapat menjadi bahan tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja suatu perusahaan.

2. Bagi manajemen perusahaan di Indonesia dapat menjadi masukan dan dorongan betapa pentingnya nilai dari Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai Competitive Advantage.

3. Bagi perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran, khususnya dalam mengalokasikan anggaran yang berkaitan dengan Intellectual Capital (IC)


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV) Selama akhir tahun 1960-an, para manajer, ilmuwan keperilakuan, analisis keuangan, dan akuntan menjadi semakin menarik terhadap gagasan akuntansi bagi manusia sebagai sumber daya organisasional. Pada awalnya, gagasan tersebut adalah untuk “memasukkan manusia kedalam neraca” karena diakui bahwa manusia adalah sumber daya yang berharga dan laporan keuangan perusahaan tidaklah lengkap jika laporan tersebut tidak mencerminkan status dari aktiva manusia.

Sumber daya dapat dianggap sebagai input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan kemampuan internal menetukan pilihan-pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain, mengembangkan produk baru atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru.

Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan


(24)

keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN adalah sebagai berikut :

a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan.

b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan menjadi potensi perusahaan.

c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut.

d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.

Menurut RBV, sumber daya dapat secara umum didefinisikan memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi mereka. RBV mengkategorikan tiga jenis sumber daya :

a. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan)

b. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan c. Modal sumber daya organisasi (struktur formal)


(25)

Dari penjelasan tersebut, menurut RBT, intellectual capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value bagi perusahaan. Value yang dimaksud yaitu kinerja yang semakin baik di dalam perusahaan.

2.1.2 Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV) adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis sumber daya perusahaan/Resouece-Based View (RBV) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung modal intelektual. KBV berasal dari RBV dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan sumber daya bagi perusahaan. Teori berbasis pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai berikut : a. Pengetahuan memegang makna yang paling strategis di perusahaan. b. Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan

pengetahuan.

c. Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab untuk membuat, memegang, dan berbagi pengetahuan.

Knowledge-Based Theory mengidentifikasi dalam pengetahuan, yang ditandai oleh kelangkaan dan sulit untuk mentrasfer dan mereplikasi, merupakan sebuah sumber daya penting untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Kapasitas dan keefektifan perusahaan dalam menghasilkan, berbagi, dan menyampaikan pengetahuan


(26)

dan informasi menentukan nilai yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar keunggulan kompetitif perusahaan berkelanjutan dalam jangka panjang (Edvinsson dan Malone, 1997; Bontis, 2002; Choo dan Bontis, 2002). 2.1.3 Intangible Asset

Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud dan IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill, (ASB, 1997; IASB, 2004), dan IC adalah bagian dari goodwill. Pada saat ini, sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC ke dalam kategori external (customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital (lihat misalnya: Brennan dan Connell, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997).

Paragaf 08 PSAK 19 (revisi 2002) mendefinisikan aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang intangible assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan dalam FRS 10 tentang goodwill and intangible assets. Keduanya baik IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aktiva tidak berwujud harus (1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (non-financial/non-monetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB 17 tentang


(27)

intangible assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang aktiva tidak berwujud.

2.1.4 Definisi Intellectual Capital

Tidaklah mudah untuk dapat menyajikan definisi yang tepat tentamg IC. Ada banyak definisi berbeda mengenai modal intelektual. Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi, 2006). Modal intelektual adalah materi intelektual yang telah diformalisasikan, ditangkap, dan diungkit untuk menciptakan kekayaan, dengan menghasilkan suatu aset yang bernilai tinggi (Ulum, 2009:24).

The Society of management Accountants of Canada (SMAC) mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut : In balance sheet are those knowledge-based items, which the company owns which will produced a future stream of benefits for the company (IFAC, 1998 dalam Sawarjuwono, 2003).

Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang nantinya akan memberikan keuntungan dimasa mendatang bagi perusahaan yang dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut.


(28)

Banyak praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart, 1998; Sveiby, 1997; Saint-Onge, 1996; Bontis, 2000 dalam Sawarjuwono 2003) yaitu:

a. Human Capital (modal manusia)

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human Capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan, yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut.

b. Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi) Structural Capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang, dan kursus pelatihan. Structural Capital merupakan infrastruktur pendukung dari Human Capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan.

c. Relational Capital

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relation Capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para


(29)

mitranya, baik yang berasal dari pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker (2000) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu :

a. Customer Profile b. Customer Duration c. Customer Role d. Customer Support e. Customer Success

TABEL 2.1

Klasifikasi Intellectual Capital

Human Capital Relational Capital

(Customer Capital) Organizational (Structural Capital) know-how • pendidikan • vocational qualification • pekerjaan dihubungkan dengan pengetahuan • penilaian psychometric • pekerjaan dihubungkan dengan kompetensi • semangat

enterpreneurial, jiwa inovatif, kemampuan proaktif dan reaktif, kemampuan untuk berubah

• brand • konsumen

• loyalitas konsumen • nama perusahaan • backlog orders • jaringan distribusi • kolaborasi bisnis • kesepakatan lisensi • kontrak-kontrak yang

mendukung

• kesepakatan franchise

• paten • copyrights • design rights • trade secrets • trademarks • service marks Infrastructure Assets :

• filosofi manajemen • budaya perusahaan • sistem informasi • sistem jaringan • hubungan keuangan


(30)

2.1.5 Pengklasifikasian dan Pengukuran Intellectual Capital Petty dan Guthrie (2000b) dalam Guthrie (2000) menyediakan tabel dibawah ini untuk membandingkan beberapa skema utama IC. Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah menyempurnakan perbedaan dengan secara khusus membagi IC menjadi tiga kategori: external (customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital.

Tabel 2.2

Kerangka Kerja Pengklasifikasian Intellectual Capital

Dikembangkan Oleh Kerangka Kerja Klasifikasi

Kaplan dan Norton (1992) Balance Scorecard Internal process perspective Customer perspective Learning and growth perspectives

Financial perapective Haanes dan Lowendahl

(1997)

Classification of Resources

Competence Relational Lowendahl (1997) Classification of

Resources

Competence Relational

Sveiby (1997) Intangible Asset Monitor

Internal structure External structure Competence of personnel Edvinsson dan Malone

(1997)

Skandia Value Scheme


(31)

Stuctural capital Customer capital Petrash (1996) Value Platform Human capital

Customer capital Organizational capital Danish Confederation of

Trade Unions (1999)

Three categories of “Knowledge”

People System Market

Pulic (1999) VAICTM Efficiency of human capital

Structural capital efficiency Capital employed efficiency Sumber : Brennan dan Connell (2000); Petty dan Guthrie (2000); Pulic (1999)

Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model (Ulum, 2009). Model ini mengklasifikasikan intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital, dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia value Scheme, yang mengklasifikasikan intellectual capital dan human capital sedangkan Haanes dan Lowendhal (1997) mengelompokkan intellectual capital suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources (Ulum, 2009). Model yang dikembangkan Lowendhal (1997) memperbaiki model diatas dan membagi kategori kompetensi dan rasional menjadi dua sub-kelompok (Tan et al., 2007):


(32)

1) individual; dan 2) collective.

Stewart (1997) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1) human capital; 2) structural capital; dan 3) customer capital.

The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengelompokkan intellectual capital sebagai manusia, sistem, dan pasar. Leliaert et al. (2003) mengembangkan the 4-Leaf model, yang mengelompokkan intellectual capital ke dalam human, customer, structural capital, dan strategic alliance capital (Tan et al., 2007).

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al., 2007) yaitu:

1) model yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2) model yang menggunakan ukuran moneter.

Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba mengestimasi nilai uang dari intellectual capital, tetapi juga ukuran -ukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan. Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis non moneter (Tan et al., 2007):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992);


(33)

b. Brooking’s Technology Broker method (1996);

c. The Skandia IC Report method oleh Edvinsson dan Malone (1997); d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997);

e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997); f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000);

g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan h. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al., 2007):

a. The EVA and MVA model (Bontis, 1999);

b. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis); c. Tobin’s q method (Luthy, 1998);

d. Pulic’s VAIC model (1998, 2000); dan

e. Calculated Intangible Value (Dzinkowski, 2000).

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Hal yang terpenting dalam manajemen di abad ke 20 adalah peningkatan produktivitas pekerja manual dalam memproduksi. Kontribusi penting manajemen yang baru harus dibuat di abad ke-21 dengan cara yang sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge work) dan pekerja berpengetahuan (knowledge workers).

Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic (1999), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan


(34)

aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Pulic (2002) dalam Nik Maheran et al. (2009), menyatakan VAICTM membuat perusahaan dapat mengukur value creation efficiency. VAICTM menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien efisiensi dalam tiga jenis modal, yaitu human capital, structure capital, dan capital employed.

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value Added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999).

Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal structural, serta modal fisik dan financial yang terdiri dari:

1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat juga diartikan sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008).


(35)

2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007)

3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati, 2007).

2.1.7 Definisi dan Jenis Bank

Pada pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Usaha pokok bank adalah mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya.


(36)

Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan bank-bank yang ada di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan kepemilikan dan klasifikasi bank berdasarkan fungsi atau status operasi. Klasifikasi bank berdasarkan kepemilikan yaitu bank asing. Bank asing yaitu bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pihak asing, yang membuka cabang bank di Indonesia sedangkan kantor pusatnya tetap berada di luar negeri (Nainggolan, 2009). Sedangkan klasifikasi bank berdasarkan fungsi atau status operasi yaitu bank umum atau bank komersial. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan ekonominya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank asing lebih fokus menjadi bank yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income) walaupun demikian bank asing juga melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang pendek. Kegiatan utama bank-bank umum adalah menghimpun dana dari masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Fungsi-fungsi bank umum antara lain yaitu : (1) penciptaan uang, (2) mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, (3) penghimpun dana masyarakat, (4) mendukung kelancaran transaksi internasional, (5) penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga, (6) pemberian jasa-jasa lainnya.


(37)

Bank asing didalam operasionalnya berbasis cash based dan bank umum berdasarkan accrual based. Dasar tunai (cash basis) adalah pendapatan diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006). Dasar tunai ini dapat diterima apabila periode pelunasan cukup lama dan masih akan terjadi biaya yang cukup besar setelah penyerahan barang. Sedangkan prinsip dasar waktu (accrual basis) adalah revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan), pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan piutang (Harahap, 2005).

Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan, pengakuan transaksi didasarkan pada kejadian atau peristiwa bukan didasarkan pada transaksi kas. Dasar akuntansi akrual mensyaratkan bahwa pendapatan dicatat ketika dihasilkan (earned) dan beban dicatat ketika terjadi (incurred) (Kieso, 2001).

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997 dalam Wahdikorin, 2010). Kinerja sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.


(38)

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Untuk mengukur kinerja perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Berbagai macam rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan satu macam rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu yang didefinisikan sebagai berikut : 1) Return on total asset (ROA)

Rasio profitabilitas yang mengacu kepada total pendapatan, termasuk pendapatan bunga bersih dan non pendapatan bunga, dibagi dari total


(39)

aset. Indikator ROA yang dipilih sebagai proxy untuk pengukuran profitabilitas. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

2.1.9 Efisiensi

Efisiensi berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila:

1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama,

2) Menggunakan jumlah menurut unit input yang sama, tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar.

Efisiensi dalam perbankan salah satunya adalah efisiensi biaya. Efisiensi biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran biaya untuk melaksanakan kegiatan yang ditentukan. Bank yang sehat adalah bank yang dapat diukur secara rentabilitas yang terus meningkat (Kasmir, 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu telah banyak menemukan bukti bahwa terdapat hubungan antara Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan, antara lain


(40)

Bontis (1198b), Bontis et al. (2000), Belkaoui (2003), Firer dan Williams (2003), Mavridis (2004), Chen et al. (2005), dan Tan et al. (2007).

Penelitian Bontis (1998b, 2000) bertujuan untuk menginvestasikan tiga elemen IC yaitu Human Capital (HC), Customer Capital (CC), dan Structural Capital (SC), dan hubungannya dengan kinerja pada sektor industri di Kanada dan Malaysia. Pada penelitian di Malaysia, didasarkan pada kuesioner yang sama dengan penelitian serupa di Kanada sebelumnya. Dari hasil kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara IC dengan kinerja industri walaupun terdapat perbedaan dimana CC dan SC perusahaan berhubungan dengan kinerja industri Kanada, sedangkan di Malaysia hanya elemen SC yang berhubungan dengan kinerja industri. Penemuan Belkaoui (2003) menyatakan bahwa IC secara signifikan berhubungan dengan kinerja perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

TABEL 2.3 Penelitian Terdahulu No Penelitian

(Tahun) Variabel Independen Variabel Dependen Alat Analisis Hasil Temuan

1 Chen et al. (2005) VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, AD M/B, kinerja keuangan (ROE, ROA, GR, EP) Analisis Regresi • VAIC, VACA, & VAHU berhubungan positif terhadap M/B, ROE, ROA, GR, & EP. •


(41)

berhubungan signifikan positif terhadap ROE. • RD berhubungan signifikan positif terhadap ROA & GR . • AD berhubungan signifikan negatif terhadap ROE & ROA.

2 Ulum (2008) VAIC, VACA, VAHU, STVA, ROGIC ROA, ATO, GR

PLS • IC

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. • IC berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan dimasa depan. ROGIC tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan


(42)

masa depan. 3 Sarayuth

Saengchan (2008)

HCE, CEE, SCE, VAIC, dan GROUP

ROA, CTA Model Regresi

• SCE, CEE, VAICTM secara positif berkaitan dengan ROA. • HCE secara

negatif berkaitan dengan ROA. • HCE dan

VAIC secara negatif dan signifikan terkait dengan CTA.

• CEE dan SCE secara positif berkaitan dengan CTA. • Hubungan ROA-Group negatif.

4 Dominique dan Talita (2008) HCE, CEE, SCE, dan VAIC ROA, Perputaran Aset/Asset Turn (ATO), Pertumbuhan Pendapatan/ Revenue Growth (RG), dan rasio Operating Model Regresi

• VAIC adalah berkorelasi positif dan signifikan terhadap ROA, ATO, RG, dan OCF. • CEE adalah

berkorelasi positif dengan ROA, ATO, OCF,dan RG.


(43)

(OCF) • CEE dan SCE adalah signifikan dengan ATO. HCE adalah yang paling sangat berkorelasi untuk OCF. 5 Ramadhan

(2009) VAIC, VACA, VAHU, STVA, RD, AD Kinerja keuangan (MtBV, ROE, ROA, EP) Analisis Regresi • Terdapat pengaruh VAIC terhadap kinerja keuangan. • VACA berpengaruh signifikan positif terhadap ROA ROE, EP. • VAHU hanya

berpengaruh terhadap MtBV. • STVA tidak

berpengaruh terhadap keempat kinerja keuangan. • RD & AD

berpengaruh signifikan positif terhadap MtBV.

6 Yossi Meta Pramelasari (2010) VAIC, RD, AD Nilai Pasar (MtBV), ROE, Employee Productivity (EP) Analisis Regresi Berganda

• VAIC tidak berpengaruh terhadap MtBV, ROE, EP • VACA, VAHU berpengaruh terhadap


(44)

MtBV, ROE.

• RD

berpengaruh terhadap MtBV 7 Rofi Farih

(2010)

VAIC CAR, NPL,

NPM, LDR Analisis Regresi Berganda • IC berpengaruh signifikan terhadap CAR. • IC berpengaruh signifikan terhadap NPL. • IC berpengaruh signifikan terhadap NPM. IC berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sumber : Diolah dari beberapa hasil penelitian, 2011

2.3 Kerangka Konseptual

Mengacu kepada teori Resources Based View (RBV) yang menyatakan bahwa perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga intellectual capital dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis.

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dan untuk pengembangan hipotesis, maka untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen dan


(45)

variabel dependen dalam penelitian kali ini dikemukakan suatu kerangka pemikiran teoritis yaitu mengenai pengaruh modal intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan pada industri perbankan di Indonesia. Kerangka pemikiran teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis penelitian ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Human capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Human Capital merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki bentuk seperti kemampuan intelektual, kreatifitas, dan inovasi-inovasi yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut konsep Knowledge-Based View (KBV), pengetahuan yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat dianggap sebagai aset yang dimiliki oleh perusahaan.

SCE

CEE

ROA HCE


(46)

Untuk mengukur Human Capital dapat digunakan suatu indikator yaitu Human Capital Efficiency (HCE). HCE dapat menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. Tenaga kerja diukur dengan gaji dan tunjangan karyawan.

HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Gaji dan tunjangan yang diberikan kepada karyawan yang lebih besar lagi diharapkan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan penjualan yang semakin meningkat. Hal ini dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA).

Semakin tinggi HCE, maka semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian Chang (2008) dalam semua kategori IT (Information and Technology) secara statistik HCE, SCE, dan CEE signifikan positif terhadap ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :


(47)

H1: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2.4.2 Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Structural Capital mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan selain pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas, dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al., 2000). Structural Capital merupakan sarana pendukung Human Capital dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Untuk mengukur Structural Capital dapat digunakan suatu indikator yaitu Structural Capital Efficiency (SCE). SCE dapat mengukur jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana Structural Capital dalam penciptaan nilai (Tan et al, 2007). Structural Capital dapat diukur dari Value Added (VA) dikurangi dengan Human Capital (HC). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. SCE menunjukkan berapa banyak jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan Value Added (VA) secara efisien.

Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian Sarayuth Saengchan


(48)

(2008) menunjukkan bahwa Structural Capital Efficiency (SCE) secara positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2.4.3 Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA)

Modal yang digunakan (Capital Employed) didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam setiap aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003). Untuk mengukur Capital Employed dapat digunakan suatu indikator yaitu Capital Employed Efficiency (CEE). CEE menunjukkan Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan modal yang digunakan (Capital Employed). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban.

Capital Employed diukur dengan nilai buku aktiva bersih yaitu selisih antara total aktiva dengan total kewajiban (liabilities) dalam suatu perusahaan. CEE diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi.

Semakin tinggi CEE akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh


(49)

positif terhadap ROA. Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2008) menunjukkan bahwa Capital Employed Efficiency (CEE) secara positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian sebagau berikut:

H3: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2.4.4 Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA)

Leif Edvinsson dan Pat Sullivan mendefinisikan intellectual capital sebagai knowledge yang dapat dikonversikan menjadi nilai. VAIC sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE). Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang


(50)

diukur dengan Return on Asset (ROA). Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior.

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H4: Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara intellectual capital (yang diukur dengan VAICTM) dengan kinerja keuangan (financial performance). Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan di Indonesia. Pengamatan dilakukan selama empat tahun berturut-turut, yaitu 2007, 2008, 2009, dan 2010. Pemilihan periode penelitian dengan pertimbangan ketersediaan data mutakhir.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Independen

Variabel indenpenden yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja Intellectual Capital, yang diukur berdasarkan nilai tambah yang diberikan kepada perusahaan atau dapat disebut juga dengan Value Added Intellectual Coeffisient (VAICTM).

Pulic (1998) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual Coeffisient/VAICTM) untuk menyediakan


(52)

informasi tentang efensiensi penciptaan nilai dari aset tak berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan.

Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara penjualan (OUT) dan input (IN). Rumus untuk menghitung VA yaitu:

VA = OUT – IN

OUT = Total pendapatan

IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan

Metode VAICTM mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan: modal manusia, modal structural, serta modal fisik dan financial, yaitu: a. Modal manusia (Human Capital/HC) mengacu pada nilai

kolektif dari modal intelektual perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Human Capital Efficiency (HCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal manusia. Rumus untuk menghitung HCE yaitu :

HCE = VA/HC

HC = Gaji dan tunjangan karyawan

Gaji adalah bentuk balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja atas jasa dan hasil kerjanya yang diberikan secara teratur. Tunjangan adalah unsur-unsur balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan perusahaan dalam nilai rupiah yang diberikan secara langsung kepada karyawan.


(53)

b. Modal struktural (Structural Capital/SC) adalah competitive intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal structural. Rumus untuk menghitung SCE, yaitu:

SCE = SC/VA SC = VA - HC

c. Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Capital Employed Efficiency (CEE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal yang digunakan. Rumus untuk menghitung CEE yaitu:

CEE = VA/CE

CE = Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) 3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Performance (PERF). Pengukuran variabel kinerja keuangan menggunakan proksi Retrun on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva


(54)

yang dimilikinya. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan total aset (Chen et al., 2005). Rumus untuk menghitung ROA yaitu:

ROA =

Total pendapatan termasuk pendapatan bunga bersih dan non pendapatan bunga.

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan berjumlah 31 perusahaan perbankan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2007; 73). Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu, menurut Sugiyono (2007 : 78).

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Perusahaan perbankan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010.

2) Perusahaan perbankan tersebut tidak mengalami desliting selama periode pengamatan.


(55)

3) Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010.

Tabel 3.1

DAFTAR POPULASI BANK YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2010

No KODE Perusahaan Emiten

Kriteria

Sample 1 2 3

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk √ − √

2 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk

√ √ −

3 BBKP Bank Bukopin Tbk √ − √

4 BNBA Bank Bumi Artha Tbk √ √ √ Sample 1

5 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk √ √ −

6 BACA Bank Capital Indonesia Tbk √ √ √ Sample 2

7 BCA Bank Central Asia Tbk √ √ √ Sample 3

8 BCIC Bank Century Tbk √ √ −

9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ Sample 4

10 BAEK Bank Ekonomi RaharjaTbk √ − √

11 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk √ √ −

12 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk √ √ √ Sample 5 13 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk √ √ −

14 BKSW Bank KesawanTbk √ √ −

15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ Sample 6

16 MAYA Bank Mayapada Tbk √ √ √ Sample 7

17 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ Sample 8


(56)

19 BNGA Bank Niaga Tbk √ √ √ Sample 10 20 BBNP Bank Nusantara ParahyanganTbk √ √ √ Sample 11

21 NISP Bank OCBC NISP Tbk √ √ −

22 PNBN Bank Panin Tbk √ √ √ Sample 12

23 BNLI Bank Permata Tbk √ √ √ Sample 13

24 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk

√ √ −

25 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) √ √ √ Sample 14

26 BSIM Bank Sinar Mas Tbk √ √ −

27 BSWD Bank Swadesi Tbk √ √ √ Sample 15

28 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

(Persero) Tbk

√ − √

29 BBTN Bank Tabungan Negara (Perseo) Tbk

√ √ −

30 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk √ √ −

31 MCOR Bank Windu Kentjana

Internasional Tbk

√ − √

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2011

3.5 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan . Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa


(57)

Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010. Selain itu, data sekunder yang didapat juga berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian.

3.7 Teknik Analisis 3.7.1 Uji Asumsi Klasik

3.7.1.1Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada variabel pengganggu atau variabel residual (Ghozali, 2007). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :

a. Metode Grafik

Metode grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability plot, sehingga hampir semua aplikasi komputer statistik menyediakan fasilitas ini. Normal probability plot adalah membandingkan distribusi kumulatif data


(58)

yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (hypothetical distribution). Proses uji normalitas data di;akukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-P Plot of Regression Standardized dari variabel terikat dimana :

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Metode Statistik

Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan menggunakan uji normalitas dari Kolmogrov Smirnov. Metode pengujian normal tidaknya distribusi dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variabel. Jika signifikan lebih besar dari alfa 5%, maka menunjukkan distribusi data normal.

3.7.1.2Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) dan diantara variabel bebas. Jika


(59)

nilai VIF >10 atau nilai tolerance <0,10 maka terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai VIF <10 atau nilai tolerance >0,10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2007). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik Scatterplot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai profitabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% dan grafik Scatterplot, titik-titik menyebar diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

3.7.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan waktu berkaitan satu sama lainnya. Menurut Ade Fatma Lubis (2007 :33),


(60)

cara menguji beberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji statistik Durbin-Watson. Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyarakatkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

• Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

• Ha : adalah autokorelasi (r ≠ 0) 3.7.1.5Uji Regresi Berganda

Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variabel terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah profitabilitas (ROA), sedangkan yang menjadi variabel bebas HCE, SCE, dan CEE.

Model hubungan return on asset (ROA) dengan variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut

ROA = a + b1 HCE + b2 SCE + b3 CEE + e Dimana :

a = Konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi dari X1, X2, X3 e = eror term


(61)

Dalam uji asumsi klasik dapat dilakukan analisis hasil regresi atau uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan meliputi ; uji parsial (t-test), uji pengaruh simultan (F-test), uji koefisien determinasi (R2).

3.7.2.1Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima yaitu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat apakah p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima apabila p-value <5% (Ghozali, 2007).

3.7.2.2Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2007), “Pada dasarnya menunjukkan arah apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen”. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua variabel independen secara bersama-sama


(62)

dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain itu juga dapat dilihat berdasarkan profitabilitas. Jika profitabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (α) maka variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.7.2.3Koefisien Determinasi R2

Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen atau dangan kata lain untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai R2 koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Menurut Ade Fatma Lubis (2007 : 48), koefisien determinasi terletak pada table Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian.

Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan sampel dengan data item tertentu yang disebut data silang (Crossection) pada umumnya memiliki R Square maupun Adjusted R Square agak rendah (dibawah 0,5), namun tidak menutup kemungkinan data jenis


(63)

Crossection memiliki R Square maupun Adjusted R Square yang cukup tinggi.

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang direncanakan sebagai berikut: Tahapan

Penelitian

Agustus September Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul

Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal

Pengumpulan Data

Pengolahan Data


(64)

Penyampaian Hasil Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Dari seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak semua dijadikan sampel penelitian. Karena dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010. Teknik pengolahan yang digunakan adalah proporsiv sampling sehingga dari 31 perusahaan yang terdaftar hanya 15 perusahaan yang memenuhi semua syarat penelitian untuk dijadikan sampel.

Tabel 4.1

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL Jumlah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010

Yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama empat tahun dari tahun 2007, 2008, 2009,dan


(65)

2010

(16)

Jumlah sampel penelitian yang digunakan 15

Sumber : Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI), 2011

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual (Intellectual Capital) yang diukur dengan HCE, SCE, CEE terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA. 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuraikan gambaran sebaran nilai dari masing-masing variabel. Selanjutnya deskripsi dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut ini.

Tabel 4.2

Perhitungan Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviation Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

HCE 60 1.59 5.64 2.5558 .78234

SCE 60 .37 .82 .5774 .11017

CEE 60 .11 .55 .3091 .11097

ROA 60 .01 .03 .0147 .00620

Valid N (listwise)

60

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011

Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Salah satu ukuran modal intelektual yang diukur dengan VAIC yaitu


(66)

Human Capital Efficiency (HCE). Berdasarkan tabel 4.2 nilai rata-rata HCE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 hingga 2010 diperoleh sebesar 2,5558. Hal ini berarti bahwa selisih antara penjualan/pendapatan (OUT) dan beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan (IN) terhadap gaji dan tunjangan karyawan (HC) yang cukup besar yaitu mencapai 2,5558 kali. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan mempunyai nilai tambah (Value added) yang cukup besar dibandingkan dengan Human Capital (HC) nya. Nilai HCE terkecil adalah sebesar1,59 dan nilai HCE tertinggi adalah 5,64

Ukuran modal intelektual lain yaitu Structural Capital Efficiency (SCE). Nilai rata-rata SCE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 hingga 2010 diperoleh sebesar 0,5774. Hal ini berarti bahwa modal struktural yang dikeluarkan oleh perusahaan sampel cukup besar yaitu sekitar 57,74%. Nilai SCE terkecil adalah sebesar 0,37 dan nilai SCE tertinggi adalah 0,82.

Ukuran modal intelektual yang lain yaitu Capital Employed Efficiency (CEE). Nilai rata-rata CEE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 hingga 2010 diperoleh sebesar 0,3065. Hal ini berarti menggambarkan bahwa nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dengan modal yang digunakan oleh perusahaan mampu mencapai 0,3065 kali. Nilai CEE yang terkecil adalah sebesar 0,04 dan nilai CEE yang tertinggi adalah 0,55.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 tersebut nampak bahwa dari sampel penelitian selama tahun 2007 hingga 2010 diperoleh nilai rata-rata ROA, sebesar 0,0147 atau perusahaan sampel mampu memperoleh laba hingga 1.47% dari nilai total aset perusahaan. Nilai ROA terkecil adalah sebesar 0,01


(67)

atau perolehan laba sebesar 1% dari total aset perusahaan, dan nilai ROA terbesar adalah sebesar 0,03 atau perolehan laba 3% dari total asetnya.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Dari hasil perhitungan sampel rata-rata rasio keuangan selama empat tahun, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut :

4.3.1 Uji Normalitas

Pengujian apakah distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal sebagaimana Gambar 4.1


(68)

Sumber : Data sekunder yang diolah 2011 Gambar 4.1

Dengan melihat tampilan grafik histogram, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik normal plot terdapat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut :


(1)

(2)

LAMPIRAN 7

Hasil Output SPSS Statistik Deskriptif

Descriptives

Descriptive Statistics

N

Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

HCE

60

1.59

5.64

2.5558

.78234

SCE

60

.37

.82

.5774

.11017

CEE

60

.11

.55

.3091

.11097

ROA

60

.01

.03

.0147

.00620

Valid N

(listwise)


(3)

Hasil Output SPSS

Regression

Variables Entered/Removedb Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 CEE, SCE,

HCE

. Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: ROA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .766a .586 .564 .00409 1.702

a. Predictors: (Constant), CEE, SCE, HCE b. Dependent Variable: ROA

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 3 .000 26.473 .000a

Residual .001 56 .000

Total .002 59

a. Predictors: (Constant), CEE, SCE, HCE b. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.013 .004 -3.303 .002

HCE -.002 .002 -.237 -.872 .387 .101 9.974

SCE .039 .015 .692 2.569 .013 .102 9.830

CEE .034 .005 .600 6.728 .000 .928 1.078


(4)

(5)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 60

Normal Parametersa,b Mean .0146926

Std. Deviation .00474487

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .100

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .777

Asymp. Sig. (2-tailed) .582

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

3 14 126

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011.

0 2 13

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015

0 4 85

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 12 33

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 2 15

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 5 16

PENDAHULUAN Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 2 10

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 7 38

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011.

0 0 37

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 1 17