Analisis dan Eksperimen Pengujian Balok Kayu yang Diawetkan Terhadap Kuat Lentur Balok Kayu Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Flowchart Penelitian
Mulai

Pengujian di
laboratorium

Perhitungan
secara
Perhitungan beban
maksimum, tegangan
lentur dan lendutan
maksimum balok

Perhitungan Bahan
Penyediaan Bahan

Kayu

Pengawet

Boraks

Pengujian Physical Properties dan
Mechanical Properties kayu

Pengawetan dengan rendaman dingin selama 10
Pengujian Lentur Balok Kayu meliputi:



Pengujian lentur balok kayu sebelum diawetkan
Pengujian lentur balok kayu sesudah diawetkan
Perhitungan lentur balok kayu sebelum dan
sesudah diawetkan hasil eksperimen

Penarikan kesimpulan dan saran

Selesai

22

Universitas Sumatera Utara

3.2 Persiapan dan Pelaksanaan Pengujian
3.2.1. Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan benda
uji. Tahapan selanjutnya ialah dilakukan pengujian physical properties kayu,
mechanical properties kayu dan pengujian kuat lentur balok struktural. Adapun
dilakukannya pengujian physical properties dan mechanical properties kayu
adalah untuk mendapatkan nilai karakteristik kayu yang diperlukan sebagai acuan
pada perhitungan. Pengujian dan perhitungan physical properties dan mechanical
properties kayu pada penelitian ini mengacu pada SNI-03.

3.2.2 Pengujian Physical Properties dan Mechanical Properties
3.2.2.1 Pengujian Kadar Air


Standar pengujian

: SNI 03-6850-2002




Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 50 mm



Jumlah benda uji

: 8 (delapan) sampel

Gambar 3.1. Sampel Pengujian Kadar Air
Masing-masing benda uji sampel ditimbang dan dicatat sebagai berat awal.
Penimbangan dilakukan setiap hari. Pengeringan bahan dilakukan berdasarkan
kering udara yaitu bahan dibiarkan dalam ruangan dengan suhu kamar, terlindung

23
Universitas Sumatera Utara


dari pengaruh cuaca seperti panas dan lembab sehingga benda uji menunjukkan
berat yang stabil atau disebut juga dengan berat kering udara. Persentase angka
kadar air adalah:

....................................................................(3.1)
Dimana:
KA

= kadar air (m%)

BA

= berat kayu basah (gr)

BKO = berat kayu kering-oven (gr)

3.2.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis


Standar pengujian


: SNI 03-6844-2002



Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 50 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.2. Sampel Pengujian Berat Jenis

24
Universitas Sumatera Utara


Sampel ditimbang dan dicatat beratnya. Perhitungan akhir berat jenis
sampel dengan mengambil rata-ratanya. Untuk mencari berat jenis kayu
digunakan rumus sebagai berikut:
.............................................................................................(3.2)
Dimana:
BJ

= berat jenis

K

= konstanta (1000)

BA

= berat awal benda uji (gr)

L

= panjang benda uji (mm)


KA

= kadar air benda uji (%)

B

= lebar benda uji (mm)

H

= tinggi benda uji (mm)

3.2.2.3. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat


Standar pengujian

: SNI 03-3958-1995




Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 200 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.3. Sampel Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat

25
Universitas Sumatera Utara

Sampel yang telah tersedia dimasukkan ke dalam mesin tekan. Sisi
ujung bagian atas dan bawahnya berada pada mesin penekan. Penekanan
dilakukan secara perlahan dengan kecepatan sekitar 1 mm/menit. Pengujian

diberhentikan apabila jarum pembacaan dial berhenti dan menunjukkan angka
yang tetap, yaitu pada saat keruntuhan pada sampel terjadi.
Besar nilai pembacaan akhir dicacat sebagai beban tekan (nilai P).
Kekuatan tekan kayu pada arah sejajar serat dihitung dengan menggunakan
rumus:
.......................................................................(3.3)
Dimana:
=tegangan tekan sejajar serat (Mpa)
P= beban tekan maksimum (N)
A= luas bagian yang tertekan (mm2)

3.2.2.4. Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat


Standar pengujian

: SNI 03-3958-1995




Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 150 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.4. Sampel Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

26
Universitas Sumatera Utara

Sampel yang telah tersedia dimasukkan ke dalam mesin tekan..
Penekanan dilakukan secara perlahan dengan kecepatan 0,3 mm/menit. Pengujian
diberhentikan apabila jarum pembacaan dial berhenti dan menunjukkan angka
yang tetap, yaitu pada saat keruntuhan pada sampel terjadi.
Besar nilai pembacaan akhir dicacat sebagai beban tekan (nilai P).

Kekuatan tekan kayu pada arah tegak lurus serat dihitung dengan menggunakan
rumus:
......................................................................(3.4)
Dimana:
=tegangan tekan tegak lurus serat (Mpa)
P

= beban tekan maksimum (N)

A

= luas bagian yang tertekan (mm2)

3.2.2.5. Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat


Standar pengujian

: SNI 03-3399-1994



Ukuran sampel

: 10 mm x 10 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

.

Gambar 3.5. Sampel Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat

27
Universitas Sumatera Utara

Kecepatan pembebanan pada saat pengujian adalah 20 MPa/ menit.
Kekuatan tarik kayu sejajar arah serat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
..........................................................................(3.5)
Dimana:
= tegangan tarik sejajar serat (Mpa)
= beban tarik maksimum (N)
= luas bagian yang ditarik (mm2)

A

3.2.2.6. Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat


Standar pengujian

: SNI 03-3399-1994



Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.6. Sampel Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat

28
Universitas Sumatera Utara

Kecepatan pembebanan pada saat pengujian adalah 1 MPa/ menit.
Kekuatan tarik kayu sejajar arah serat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
..........................................................................(3.6)
Dimana:
= tegangan tarik sejajar serat (Mpa)
= beban tarik maksimum (N)
A

= luas bagian yang ditarik (mm2)

3.2.2.7 Pengujian Kuat Lentur


Standar pengujian

: SNI 03-3959-1995



Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 760 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.7. Sampel Pengujian Kuat Lentur

29
Universitas Sumatera Utara

Sampel dengan panjang 76 cm diletakkan pada dua perletakan sendi-sendi
dan diberi gaya (P) terpusat secara bertahap pada bagian tengah bentang. Pada
saat pembebanan dilakukan maka besar gaya yang diberikan sudah langsung
terbaca pada dial. Setiap penambahan beban yang diberikan nilai penurunan (f)
dicatat sampai pada kondisi sampel patah. Dari parameter diatas maka nilai kuat
lentur yang dihitung dengan menggunakan rumus:
...........................................................................(3.7)
Dimana:
P= beban uji maksimum (N)
L= jarak tumpuan (mm)
h= lebar benda uji (mm)
b= lebar benda uji (mm)
fb= kuat lentur (Mpa)

3.2.2.8 Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat


Standar pengujian

: SNI 03-3400-1994



Ukuran sampel

: 50 mm x 50 mm x 60 mm



Jumlah benda uji

: 5 (delapan) sampel

Gambar 3.8. Sampel Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat

30
Universitas Sumatera Utara

Perhitungan kuat geser kayu sejajar serat menggunakan rumus:
......................................................................(3.8)
Dimana:
= kuat geser (Mpa)
P

= beban maksimum (N)

B

= lebar benda uji (mm)

H

= tinggi benda uji (mm)

3.3. Pengawetan Balok Kayu
Balok kayu diawetkan dengan bahan pengawet boraks konsentrasi 10%.
Metode pengawetan pada penelitian ini adalah metode rendaman dingin (SNI 033233-1998) selama 10 hari. Benda uji yang diawetkan berjumlah 2 buah dengan
ukuran masing-masing 2 m x 0,1 m x 0,075. Pelaksanaan pengawetan kedua balok
kayu dilakukan di dalam sebuah bak berukuran 2,5 m x 0,65 m x 0,45 m.
Sebelum balok kayu diawetkan, dilakukan pengujian kadar air pada balok
kayu dengan mengambil sampel pada balok kayu yang akan diawetkan. Nilai
kadar air yang didapatkan pada balok kayu adalah:

Berikut merupakan jumlah boraks yang diperlukan untuk proses
pengawetkan balok kayu:

31
Universitas Sumatera Utara

Jumlah boraks = 10% x volume air yang dibutuhkan
= 10% x 475 liter
= 27,625 kg.
Adapun tahapan pengawetan adalah sebagai berikut:
1. Benda uji diletakkan diletakkan di dalam bak perendam yang berisi larutan
boraks
2. Tahan balok kayu yang sedang diawetkan agar tidak tersembul ke atas
dengan meletakkan batu-batu di atas balok kayu.
3. Boraks sebanyak 10% dilarutkan di dalam air dalam sebuah bak
perendam.
4. Benda uji didinginkan selama 10 hari di dalam campuran boraks
5. Setelah 10 hari, benda uji dikeringkan di udara

3.4. Pengujian kuat lentur balok kayu
Setelah dua buah benda uji diawetkan, dilakukan pengujian kuat lentur
balok kayu di Laboratorium Struktur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Pada penelitian ini, terdapat 4 buah benda uji, 2 buah benda uji tanpa
pengawetan, dan 2 benda uji dengan pengawetan. Pengujian kuat lentur balok
kayu dilakukan dengan menggunakan Jack Hydraulic berkapasitas 100 Ton.
1. Pengujian lentur balok kayu
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pengujian
lentur balok kayu:
a. Balok kayu diletakkan di atas perletakan sendi dan rol
b. Benda uji harus diletakkan pada posisi sumbu kuat dan dibebani
dengan cara third point loading, atau dengan dua beban titik pada
panjang bendtangnya, yang masing-masing berjarak a≥3 kali tinggi
penampang balok uji, dari tumpuan terdekatnya

32
Universitas Sumatera Utara

c. Panjang bentang total L sama dengan 18 kali tinggi nominal
penampang benda uji

Gambar 3.9. Letak Beban dan Tumpuan
d. Untuk mengukur lendutan yang terjadi pada balok, pasang 3 buah dial
indikator dimana dengan dial pertama diletakkan 40 cm dari perletakan
sendi, dial kedua diletakkan di tengah-tengah bentang, dan dial ketiga
diletakkan 40 cm dari perletakan rol. Dial ini dipasang tepat
menyentuh dasar balok kayu, dan sebelum dibebani Dial Indikator
harus berada pada posisi angka nol.
e. Setelah semua perangkat alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan
pembebanan secara berangsur dengan kenaikan setiap 100 psi atau
setara dengan 527 kg pada pembacaan manometer jack.
f. Setiap tahapan pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan serta
mengamati deformasi yang terjadi pada balok.
g. Selama pembebanan berlangsung, diperhatikan dan dicatat mulai
terjadinya retak pertama
h. Pembacaan dilakukan hingga balok kayu mencapai keruntuhan

33
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties Kayu
Pengujian dan perhitungan hasil physical properties dan mechanical
properties dilakukan berdasarkan SNI-03.

4. 1.1.1 Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air kayu menggunakan 8 buah. Penelitian ini dilakukan
hingga sampel mencapai kondisi kering udara (kadar air 15 %), yaitu pada saat
berat sampel menunjukkan angka yang tetap dan tidak berubah lagi.
Sebagai contoh, digunakan sampel 1:

Kadar air sampel KA 1 :

Rata-rata sampel :
̅

Standar Deviasi :



̅

Kadar air rata-rata :

Maka, kadar air rata-rata dari 8 sampel kayu tersebut adalah 10,087%.

34
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. 1. Hasil Pengujian Kadar Air
No.
Kode

p
(mm)

l
t
(mm) (mm)

Volume
(mm³)

BA
(gr)

BB
(gr)

BKO
(gr)

KA
(%)

KA 1

50

50

50

125000

87,56

78,73

78,73

11,216

KA 2

48

49

50

117600

87,94

75,35

75,35

16,709

KA 3

49

50

50

122500

85,43

74,26

74,26

15,042

KA 4

48

50

48

115200

74,01

62,18

62,18

19,025

KA 5

48

48

50

115200

81,78

70,73

70,73

15,623

KA 6

50

49

50

122500

81,53

71,69

71,69

13,726

KA 7

50

50

50

125000

89,12

77,12

77,12

15,560

KA 8

49

50

49

120050

78,77

68,05

68,05

15,753

Rata-rata

15,332

SD

2,251

Kadar air rata-rata

10,087

4.1.1.2 Pengujian Berat Jenis
Pemeriksaan berat jenis dilakukan terhadap 6 ( enam) buah sampel
berukuran 2,5 cm x 5 cm x 7,5 cm. Pengujian ini juga dilakukan pada saat kondisi
kayu kering udara dan didapat hasil sebagai berikut.
Perhitungan berat jenis kayu berdasarkan berat dan volume sebagai berikut ;

Kadar air sampel BJ 1 :

35
Universitas Sumatera Utara

Berat jenis sampel :

Rata-rata sampel :
̅

Standar Deviasi :
̅



Berat jenis rata-rata :

Maka, berat jenis rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah 0,981.
Tabel 4. 2. Hasil Pengujian Berat Jenis
No.
p
l
t
Volume
Kode (mm) (mm) (mm) (mm³)

BA
(gr)

BB
(gr)

BKO
(gr)

KA
(%)

BJ

BJ 1

50

48

50

120000 132,78 115,45 115,45 15,011 1,107

BJ 2

48

50

50

120000 128,85 109,12 109,12 18,081 1,074

BJ 3

49

50

50

122500 126,46 110,76 110,76 14,175 1,032

BJ 4

50

49

50

122500 131,92 114,25 114,25 15,466 1,077

BJ 5

50

47

50

117500 120,03 103,8

103,80 15,636 1,022

Rata-rata

1,062

SD

0,035

Berat Jenis Rata-Rata

0,981

36
Universitas Sumatera Utara

4.1.1.3 Pengujian Susut
Pengujian susut arah radial dan tangensial kayu menggunakan sampel
berukuran 25 mm x 25 mm x 100 mm berjumlah 10 buah.
Perhitungan susut kayu sebagai berikut ;

Persen susut sampel SU 1 :

Rata-rata sampel :
̅

Standar Deviasi :



̅

Persen susut rata-rata :

Maka, persen susut rata-rata dari 10 sampel kayu tersebut adalah 4,073%

37
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. 3. Hasil Pengujian Susut
Dimensi Awal

No.
Kode

Jenis
Kayu

Berat
Awal
p
l
t
(mm) (mm) (mm) (gr)

Arah Susut

Kondisi Kayu

SU 1 Mahoni

100

25

24,5

56,3

Tangensial dan radial

Kering Udara

SU 2 Mahoni

100

24

25

60,2

Tangensial

Kering Udara

SU 3 Mahoni

100

25

25

58,4

Tangensial dan radial

Kering Udara

SU 4 Mahoni

100

24

23,5

55,65

Tangensial

Kering Udara

SU 5 Mahoni

100

24

23

54,1

Longitudinal dan radial

Kering Udara

SU 6 Mahoni

100

24

23,5

53,05

Tangensial dan radial

Kering Udara

SU 7 Mahoni

100

24,5

25

SU 8 Mahoni

100

24,5 25,5

58,6

Tangensial dan radial

Kering Udara

SU 9 Mahoni

100

24,5

25

58,45

Tangensial

Kering Udara

SU 10 Mahoni

100

24,5

24

54,7

Tangensial dan radial

Kering Udara

58,65 Longitudinal dan tangensial Kering Udara

38
Universitas Sumatera Utara

Dimensi Akhir
No.
Kode

Jenis
Kayu

Berat Akhir
(gr)

Kadar Air
(%)

Persen Susut
(%)

23,5

50,75

10,936

10,910

23,5

25

53,81

11,875

2,128

100

23,5

24,5

52,52

11,196

8,554

SU 4 Mahoni

100

23,5

23,5

47,01

18,379

2,128

SU 5 Mahoni

95,5

23

23,5

45,51

18,875

6,940

SU 6 Mahoni

100

23,5

23

44,15

20,159

4,348

SU 7 Mahoni

95,5

23,5

25

52,55

11,608

9,168

SU 8 Mahoni

100

23,5

25

52,47

11,683

6,340

SU 9 Mahoni

100

23,5

25

52,60

11,123

4,255

SU 10 Mahoni

100

23,5

23,5

49,66

10,149

6,474

P
(mm)

l
(mm)

t
(mm)

SU 1 Mahoni

100

23,5

SU 2 Mahoni

100

SU 3 Mahoni

Rata-rata

6,124

SD

2,934

Persen Susut Rata-Rata

4,073

4.1.1.4. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat
Hasil pemeriksaan kuat tekan sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah
sampel berukuran 5 cm x 5 cm x 20 cm adalah sebagai berikut.
Perhitungan kuat tekan sejajar serat kayu sebagai berikut ;

Kuat tekan sejajar serat sampel TE 1 S, sebagai berikut;

39
Universitas Sumatera Utara

Rata-rata sampel :
̅

Standar Deviasi :



̅

Kuat tekan sejajar serat rata-rata :

Maka, kuat tekan sejajar serat rata-rata adalah

.

Tabel 4. 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat
Ukuran
No. Kode

Jenis Kayu

B
(mm)

H
(mm)

Beban
Maksimum
(N)

TE 1 S

Mahoni

48

50

56087

23,36958

TE 2 S

Mahoni

49

50

67664

27,61796

TE 3 S

Mahoni

48

50

57252

23,85500

TE 4 S

Mahoni

48

50

62199

25,91625

TE 5 S

Mahoni

48

50

60050

25,02083

Kuat Tekan
(Mpa)

Rata-Rata

25,15593

SD

1,6986

Kuat Tekan Sejajar Serat

21,19812

40
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.1. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.2. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat tekan sejajar serat)

41
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.4. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat tekan sejajar serat)

42
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat tekan sejajar serat)

4.1.1.5. Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat
Hasil pengujian kuat tekan tegak lurus serat dengan ukuran sampel 50 mm
x 50 mm x 150 mm berjumlah lima buah adalah sebagai berikut:
Perhitungan kuat tekan tegak lurus serat kayu sebagai berikut ;

Kuat tekan tegak lurus serat sampel TE 1 TL :

Rata-rata sampel :
̅

43
Universitas Sumatera Utara

Standar Deviasi :
̅



Kuat tekan tegak lurus serat rata-rata :

Maka, kuat tekan tegak lurus serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut
adalah

.

Tabel 4. 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat
Ukuran
No. Kode

Jenis Kayu

B
(mm)

H
(mm)

Beban
Maksimum
(N)

TE 1 TL

Mahoni

48

50

78805

32,83542

TE 2 TL

Mahoni

48

50

38414

16,00583

TE 3 TL

Mahoni

49

50

71241

29,07796

TE 4 TL

Mahoni

48

50

62623

26,09292

TE 5 TL

Mahoni

48

50

101736

42,39000

Kuat Tekan
(Mpa)

Rata-Rata

29,28043

SD

9,62958

Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Rata-Rata

6,84351

44
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.6. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.7. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat tekan tegak lurus serat)

45
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.8. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.9. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat tekan tegak lurus serat)

46
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.10. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat tekan tegak lurus serat)

4.1.1.6. Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat
Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah
sampel dengan ukuran penampang 10 mm x 10 mm ialah sebagai berikut.
Perhitungan kuat tarik sejajar serat kayu sebagai berikut ;

Kuat tarik sejajar serat pada sampel TA S 1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :
̅

47
Universitas Sumatera Utara

Standar Deviasi :
̅



Kuat tarik sejajar serat rata-rata :

Maka, kuat tarik sejajar serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah
.

Tabel 4. 6. Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat
Ukuran
No.
Kode

Jenis Kayu

B
(mm)

H
(mm)

Beban
Maksimum (N)

Kuat Tarik
(Mpa)

TA S 1

Mahoni

10

10

6959,492

69,595

TA S 2

Mahoni

10

10

4624,408

46,244

TA S 3

Mahoni

10

10

5804,130

58,041

TA S 4

Mahoni

10

10

6221,446

62,214

TA S 5

Mahoni

10

10

6608,524

66,085

Rata-Rata

60,43600

SD

9,02923

Kuat Tarik Rata-Rata

39,39790

48
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.11. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.12. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat tarik sejajar serat)

49
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.13. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.14. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat tarik sejajar serat)

50
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.15. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat tarik sejajar serat)

4.1.1.7. Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat
Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah
sampel dengan ukuran penampang 25 mm x 50 mm ialah sebagai berikut.
Perhitungan kuat tekan tegak lurus serat kayu sebagai berikut ;

Kuat tarik tegak lurus serat kayu pada sampel TA TL 1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :
̅

51
Universitas Sumatera Utara

Standar Deviasi :

̅



Kuat tarik tegak lurus serat rata-rata :

Maka, kuat tarik tegak lurus serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut
adalah

.

Tabel 4. 7. Hasil Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat
Ukuran
No.
Kode

Jenis Kayu

B
(mm)

H
(mm)

Beban
Maksimum (N)

Kuat Tarik
(Mpa)

TA TL
1

Mahoni

25

50

2482,165

1,98573

TA TL
2

Mahoni

25

50

3690,764

2,95261

TA TL
3

Mahoni

25

50

2621,312

2,09705

TA TL
4

Mahoni

25

50

3670,806

2,93665

TA TL
5

Mahoni

25

50

2870,733

2,29659

Rata-Rata

2,45372

SD

0,46180

Kuat Tarik Rata-Rata

1,37774

52
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.16. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.17. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat tarik tegak lurus serat)

53
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.18. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.19. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat tarik tegak lurus serat)

54
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.20. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat tarik tegak lurus serat)

4.1.1.8. Pengujian Kuat Lentur
Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah
sampel dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 760 mm ialah sebagai berikut.
Perhitungan kuat lentur kayu sebagai berikut ;

Kuat lentur sampel L1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :
̅
55
Universitas Sumatera Utara

Standar Deviasi :

̅



Kuat lentur rata-rata :

Maka,

kuat lentur rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut

adalah

.

Tabel 4. 8. Hasil Pengujian Kuat Lentur
Ukuran

No.
Kode

Jenis
Kayu

Beban Maksimum
(N)

Kuat Lentur
(Mpa)

L1

Mahoni

49

50

11205,420

97,419

L2

Mahoni

50

50

11412,707

97,236

L3

Mahoni

50

50

12188,840

103,849

L4

Mahoni

50

50

11393,988

97,077

L5

Mahoni

48

49

11156,283

103,095

B (mm) H (mm)

Rata-Rata

99,735

SD

3,424

Kuat Lentur Rata-Rata

91,758

56
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.21. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat lentur)

Gambar 4.22. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat lentur)

57
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.23. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat lentur)

Gambar 4.24. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat lentur)

58
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.25. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat lentur)

4.1.1.9. Pengujian Elastisitas Lentur
Pengujian elastisitas kayu dilakukan terhadap 3 sampel kayu yang
diambil secara acak dari sampel pengujian kuat lentur kayu untuk pencatatan dial
penurunan setiap penambahan beban 500 N. Hasil penelitian elastisitas dapat
dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini.

59
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Elastisitas Kayu
Penurunan (mm)

Beban
(N)

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500

0
0,40
0,95
1,51
2,08
2,63
3,21
3,75
4,31
4,87
5,44
6,04
6,61
7,21
7,85
8,54
9,28
10,10
11,02
12,07
13,33
15,03

0
0,40
0,95
1,49
2,01
2,52
3,03
3,52
4,02
4,53
5,03
5,53
6,05
6,57
7,11
7,67
8,26
8,89
9,57
10,31
11,14
12,08

0
0,42
0,99
1,54
2,09
2,64
3,19
3,72
4,26
4,81
5,35
5,92
6,48
7,07
7,69
8,35
9,07
9,88
10,80
11,90
13,24
14,76

Dari tabel dan gambar beban-lendutan untuk setiap sampel (Tabel 4.9 dan
Gambar 4.26 – 4.28) dapat dilihat beban batas proporsional masing-masing
sampel, dimana Sampel 1, Sampel 2, dan Sampel 3 dengan

beban secara

berurutan yaitu 6000 N, 6500 N, dan 6000 N.

60
Universitas Sumatera Utara

GRAFIK BEBAN-LENDUTAN
SAMPEL KAYU 1
11000
10000
9000
8000

Beban (N)

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16

Lendutan (mm)

Gambar 4.26 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 1
 Modulus Elastistas Lentur Kayu (

Sampel 1

P = 6000 N; f P=6000N = 6,61 mm;f P=5500N = 6,04mm; p = 500 N; L = 710 mm;
B = 49 mm; H = 50 mm

61
Universitas Sumatera Utara

GRAFIK BEBAN-LENDUTAN
SAMPEL KAYU 2
11000
10000
9000
8000

BEBAN (N)

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

LENDUTAN (mm)
Gambar 4.27 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 2
 Modulus Elastistas Lentur Kayu (

Sampel 2

P = 6500 N; f P=6500N = 6,57 mm;f P=6000N = 6,05mm; p = 500 N; L = 710 mm;
B = 50 mm; H = 50 mm

62
Universitas Sumatera Utara

GRAFIK BEBAN-LENDUTAN
SAMPEL KAYU 3
11000
10000
9000
8000

BEBAN (N)

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16

LENDUTAN (mm)

Gambar 4.28 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 3
 Modulus Elastistas Lentur Kayu (

Sampel 3

P = 6000 N; f P=6000N = 6,48 mm;f P= 5500N = 5,92 mm; p = 500 N; L = 710 mm;
B = 50 mm; H = 50 mm

63
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10 Modulus Elastisitas Rata-Rata
B

H

Modulus Elastisitas

(mm)

(mm)

(MPa)

1

49

50

12909,557

2

50

50

13627,206

3

50

50

12687,526

Sampel

Rata -Rata

13074,763

SD

491,141

Modulus Elastisitas Rata-Rata

11930,405

Sehingga, modulus elastisitas lentur kayu adalah 11930,405 MPa.

4.1.1.10. Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat
Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah
sampel dengan ukuran penampang 50 mm x 50 mm ialah sebagai berikut.
Perhitungan kuat geser kayu sebagai berikut ;

Kuat geser sampel G1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :
̅

64
Universitas Sumatera Utara

Standar Deviasi :
̅



Kuat geser rata-rata :

Maka,

kuat geser rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut

adalah

.

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat
Ukuran
No.
Kode

Jenis
Kayu

G1

Beban Maksimum
(N)

Kuat Geser
Sejajar Serat
(Mpa)

B
(mm)

H
(mm)

Mahoni

50

50

9505,154

3,80206

G2

Mahoni

50

50

11071,488

4,42860

G3

Mahoni

50

50

10263,562

4,10542

G4

Mahoni

50

50

12659,431

5,06377

G5

Mahoni

50

50

17369,238

6,94770

Rata-Rata

4,86951

SD

1,25242

Kuat Geser Rata-Rata

1,95136

65
Universitas Sumatera Utara

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.29. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1
(kuat geser)

Gambar 4.30. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2
(kuat geser)

66
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.31. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3
(kuat geser)

Gambar 4.32. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4
(kuat geser)

67
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.33. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5
(kuat geser)

4.1.2 Kesimpulan Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties
Kayu
Dari hasil pengujianphysical dan mechanical properties yang telah dibahas
di atas, maka dapat ditabulasikan pada Tabel 4.12.

68
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12. Rangkuman PengujianPhysical and Mechanical Properties (SNI-03)

Jenis Penelitian

Hasil Penelitian

Kadar Air
Berat Jenis
Kuat Tekan Sejajar Serat
Kuat Tekan Tegak Lurus Serat
Kuat Tarik Sejajar Serat
Kuat Tarik Tegak Lurus Serat

Mpa

Kuat Lentur
Elastisitas Lentur

11930,405 Mpa

Kuat Geser Sejajar Serat

Menurut ketentuan Tata Cara Perencanaan Kontruksi Kayu (PKKI 2002),
kuat acuan berdasarkan pemilahan secara mekanis diambil berdasarkan modulus
elastisitas lentur. Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa menurut Tata Cara
Perencanaan Konstruksi kayu (PKKI 2002), maka kayu yang digunakan dengan
modulus elastisitas 11930,405 MPa termasuk kayu dengan kode mutu E12.

69
Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Hasil Perhitungan Tegangan Lentur Balok Kayu Sebelum Pengawetan
Secara Analisis
Untuk melakukan pengujian balok kayu, diperlukan beban maksimum
estimasi yang dapat dipikul oleh balok tersebut. Adapun data-data yang
dibutuhkan dalam perhitungan beban maksimum estimasi adalah:
o b penampang

= 7,5 cm = 75 mm

o h penampang

= 10 cm = 100 mm

o l= 180 cm

= 1800 mm

o q (beban sendiri balok)

=10,507 kg/2 m= 0,0525 N/mm

o

= 91,758 N/mm2

o momen inersia balok(I)

=

o Elastisitas balok kayu

=11930,405 MPa

o section modulus (w)

=

o momen lentur

=

Gambar 4.34. Pembebanan Pada Saat Pengujian Balok

Beban

maksimum

estimasi

didapatkan

dari

perhitungan

momen

maksimum sesuai dengan pembebanan yang diberikan pada saat pengujian.
70
Universitas Sumatera Utara

Pembebanan dengan third point loading menghasilkan momen maksimum
sebesar:
)

(
(

(
)

(

)
)

(

(

)

)
(

)

Mmax= Momen Lentur

(

)

(

)

Dari perhitungan diatas, diperoleh bahwa beban maksimum estimasi yang
dapat dipikul oleh balok kayu adalah 5,724 Ton.

71
Universitas Sumatera Utara

Analisis lendutan menggunakan metode momen sebagai muatan:

Gambar 4.35. Bidang Momen balok dan metode momen sebagai muatan

o
o
o



72
Universitas Sumatera Utara

(

)(

)

(

)

)

(





Maka:

(

)

(

)

(

)(

)

Lendutan dihitung dengan menggunakan rumus:
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

73
Universitas Sumatera Utara

Tegangan lentur balok kayu dihitung berdasarkan SNI-03-3975-1995
dengan menggunakan rumus:

Sedangkan untuk lendutan balok kayu adalah:

4.1.4. Hasil Perhitungan Tegangan lentur dan Lendutan Balok Kayu
(Eksperimen)
a. Hasil Pengujian Tegangan lentur Balok Kayu Sebelum Diawetkan
Tabel 4.13.
Tekanan
(psi)

Tekanan
(kg/cm2)

Beban (kg)

1

100

7.030692

2

200

3

No.

Pembacaan Dial (mm)
Dial 1

Dial 2

Dial 3

527.30

1.35

1.72

1.45

14.06138

1054.60

3.65

4.48

3.85

300

21.09208

1581.91

5.66

6.95

6.2

4

400

28.12277

2109.21

9.67

10.57

9.54

5

500

35.15346

2636.51

14.85

15.32

14.65

6

600

42.18415

3163.81

18.32

20.54

18.47

7

680

47.80871

3585.653

PATAH

74
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 2 (BKU 2)
No.

Tekanan
(psi)

Tekanan
(kg/cm2)

Beban
(kg)

1
2
3
4
5
6

100
200
300
400
500
600

7.030692
14.06138
21.09208
28.12277
35.15346
42.18415

527.30
1054.60
1581.91
2109.21
2636.51
3163.81

7

660

46.40257

3480.19

Pembacaan Dial (mm)
Dial 1
Dial 2
Dial 3
1.57
1.94
1.75
3.36
5.31
3.70
7.49
10.54
6.94
11.54
14.53
10.80
14.74
17.32
14.85
18.23
21.49
18.247

PATAH

 Tegangan Lentur
Tegangan lentur balok kayu dihitung berdasarkan SNI-03-3975-1995
dengan menggunakan rumus:

Dimana:
Pmaks = beban maksimum yang dapat dipikul balok kayu (N)
a

= 400 mm

w

= bh2/6 = 125000 mm3

Beban maksimum yang dapat dipikul oleh balok kayu merupakan
akumulasi dari beban maksimum yang didapatkan dari eksperimen ditambah
dengan berat alat pembebanan third point loading. Adapun berat alat pembebanan
adalah 68,05 kg.
Untuk benda uji 1 sebelum diawetkan (BKU 1), beban maksimum
(Pmaks) yang dapat dicapai balok adalah 3653,6529 kg. Maka tegangan lentur
benda uji 1 (BKU 1) adalah:

75
Universitas Sumatera Utara

Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 2 (BKU 2) sebesar
3548,193 kg. Maka tegangan lentur benda uji 2 (BKU 2) adalah:

Rata-rata sampel:
̅

Maka, tegangan lentur balok kayu rata-rata sebelum diawetkan adalah
57,6147 Mpa.
 Lendutan
Lendutan balok kayu dihitung menggunakan rumus:

Untuk benda uji 1 sebelum diawetkan (BKU 1), lendutan yang dihasilkan
adalah:

Lendutan balok kayu benda uji 1 (BKU 2) dihitung menggunakan rumus:

Rata-rata sampel:
̅
76
Universitas Sumatera Utara

Balok Kayu Sebelum Diawetkan
4000
3500

Beban (kg)

3000
2500
2000
BKU 1
1500
BKU 2
1000
500
0
0

10

20

30

40

Lendutan (mm)

Gambar 4.36. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan

Adapun hasil regresi grafik beban lendutan untuk kedua balok yang belum
diawetkan adalah:

Gambar 4.37. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan (BKU 1)

77
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.38. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan (BKU 2)

b. Hasil Pengujian Tegangan lentur Balok Kayu Sesudah Diawetkan
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 1 (BKP 1)

1
2
3
4
5
6

Tekanan
(psi)
100
200
300
400
500
600

Tekanan
(kg/cm2)
7,030692
14,06138
21,09208
28,12277
35,15346
42,18415

527,30191
1054,60382
1581,90573
2109,20764
2636,50955
3163,81146

Pembacaan Dial (mm)
Dial 1
Dial 2
Dial 3
0,94
2,08
1,15
2,38
3,91
2,1
6,39
8,82
6,65
12,85
14,7
12,15
17,56
21,4
17,78
26,54
28,91
26,63

7

700

49,21484

3691,11337

PATAH

No.

Beban (kg)

78
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.16. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 2 (BKP 2)

5
6

Tekanan
(psi)
100
200
300
400
500
600
700

7

800

No.
1
2
3
4

Tekanan
(kg/cm2)
7,030692
14,06138
21,09208
28,12277
35,15346
42,18415
49,21484

Beban (kg)
527,30191
1054,60382
1581,90573
2109,20764
2636,50955
3163,81146
3691,11337

56,24554 4218,41528

Pembacaan Dial (mm)
Dial 1
Dial 2
Dial 3
2,94
4,48
2,95
5,75
7,1
5,5
8,45
9,27
8,44
11,65
13,29
11,11
16,1
18,78
1610,8
21,235
23,1
21,7
28,53
29,34
28,97
PATAH

 Tegangan lentur
Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 1 sesudah diawetkan
(BKP 1) sebesar 3759,113 kg. Maka tegangan lentur benda uji 1 sesudah
diawetkan (BKP 1) adalah:

Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 2 sesudah diawetkan
(BKP 2) sebesar 4286,415 kg. Maka tegangan lentur benda uji 2 sesudah
diawetkan (BKP 2) adalah:

Rata-rata sampel:
̅

Maka, tegangan lentur balok kayu rata-rata sesudah diawetkan adalah
64,3642 Mpa.

79
Universitas Sumatera Utara

 Lendutan
Lendutan balok kayu benda uji 1 (BKP 1) dihitung menggunakan rumus:

Lendutan balok kayu benda uji 2 (BKP 2) adalah:

Rata-rata sampel:
̅

Maka, lendutan balok kayu rata-rata sesudah diawetkan adalah 40,8219
mm.

Balok Kayu Sesudah Diawetkan
4500
4000
3500
Beban (kg)

3000
2500
2000

BKP 1

1500

BKP 2

1000
500
0
0

10

20

30

40

50

Lendutan (mm)

Gambar 4.39. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan

80
Universitas Sumatera Utara

Adapun hasil regresi grafik beban lendutan untuk kedua balok yang sudah
diawetkan adalah:

Gambar 4.40. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan (BKP 1)

Gambar 4.41. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan (BKP 2)

81
Universitas Sumatera Utara

4.2. Pembahasan Hasil Pengujian
Berikut adalah tabel hasil perhitungan kekuatan balok kayu secara analisi
dan eksperimen:
Tabel 4.17. Hasil perbandingan analisis dan eksperimen tegangan
lentur balok kayu sebelum diawetkan
perbandingan
Fb

balok kayu sebelum diawetkan

balok kayu sesudah diawetkan

BKU 1 (Mpa)

BKP 1 (Mpa)

BKP 2 (Mpa)

60,1458

68,5826

analisis
eksperimen

BKU 2 (Mpa)

91,5879
58,4584

rata-rata

56,7710
57,6147

64,3642

Tabel 4.18. Hasil perbandingan analisis dan eksperimen lendutan
balok kayu sesudah diawetkan
perbandingan
lendutan
analisis

balok kayu sebelum diawetkan

balok kayu sesudah diawetkan

BKU 1 (mm)

BKP 1 (mm)

BKP 2 (mm)

37,8401

43,1910

BKU 2 (mm)

58,08814621

eksperimen

36,7699

35,6998
rata-rata

eksperimen

36,23489389

40,51563269

Dari pengujian yang dilakukan di laboratorium, didapatkan bahwa pada
balok kayu 1( BKU 1) sebelum diawetkan, balok kayu mengalami patah pada
pembebanan sebesar 3653,6529 kg. Lendutan yang dihasilkan oleh balok kayu
pada beban maksimum 3653,6529 kg tepat saat kayu mengalami patah adalah
37,076 mm. Bentuk patah dari balok kayu 1 (BKU 1) ialah retak miring pada
tengah bentang. Pembebanan yang diberikan pada balok kayu 1 yang belum
diawetkan tidak membuat balok kayu sampai terbelah menjadi dua.
Pada benda uji 2 balok kayu sebelum diawetkan (BKU 2), balok kayu
mengalami patah pada pembebanan sebesar 3548,193

kg. Lendutan yang
82

Universitas Sumatera Utara

dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 3548,193 kg tepat saat kayu
mengalami patah adalah 36,006

mm. Pada benda uji balok kayu sebelum

diawetkan (BKU 2), patahan terjadi pada tengah bentang . Pembebanan yang
dihasilkan sebelum balok kayu patah adalah 3163,81 kg dengan lendutan terbesar
pada beban tersebut adalah 21,49 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.13.
Tegangan lentur yang dihasilkan (Fb) adalah 56,7710 Mpa.
Berdasarkan perhitungan secara analisis, terdapat perbedaan hasil beban
maksimum yang dicapai oleh balok kayu yang belum diawetkan. Perhitungan
secara analisis menunjukkan bahwa balok kayu mampu menahan beban sebesar
5724,244 kg sementara hasil eksperimen menunjukkan bahwa beban yang dapat
dipikul hanya sekitar 3500 kg. Dari grafik beban lendutan pada gambar 4.37 dan
gambar 3.38, batas elastis terjadi mulai dari balok diberi pembebanan sampai
balok mengalami retak untuk pertama kalinya, setelah balok mengalami retak
hingga balok mengalami patah hingga mencapai lendutan maksimum disebut
dengan batas plastis.
Pada benda uji 1 balok kayu sesudah diawetkan (BKP 1), balok kayu
mengalami patah pada pembebanan sebesar 3759,113 kg. Lendutan yang
dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 3759,113 kg tepat saat kayu
mengalami patah adalah 36,1465 mm. Pada benda uji balok kayu sebelum
diawetkan (BKP 1), patahan terjadi pada salah satu titik pembebanan. Berbeda
dengan balok kayu sebelum diawetkan, pada balok kayu sesudah diawetkan (BKP
1), balok mengalami patah hanya pada serat bawah balok. Pengawetan yang
dilakukan pada balok kayu membuat balok kayu berubah warna menjadi merah
kecokelatan. Pengawetan membuat kayu tidak termakan oleh rayap sehingga kayu
menjadi lebih kuat saat diberikan pembebanan. Pengaruh pengawetan juga terlihat
dari pola retak yang terjadi pada balok kayu 1 sesudah diawetkan. Balok kayu
tersebut mengalami patah hanya pada 1 titik pembebanan yang berjarak 40 cm
dari perletakan rol saat dilakukan pengujian. Balok kayu tidak sampai mengalami
patah yang membuat serat atas dan serat bawah balok kayu terlepas. Pembebanan
yang dihasilkan sebelum balok kayu patah adalah 3163,81 kg dengan lendutan

83
Universitas Sumatera Utara

terbesar pada beban tersebut adalah 28,91 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.14.
Tegangan lentur yang dihasilkan (Fb) adalah 60,1458 Mpa.
Pada benda uji 2 balok kayu sesudah diawetkan (BKP 2), balok kayu
mengalami patah pada pembebanan sebesar 4286,415 kg. Balok kayu 2 sesudah
diawetkan (BKP 2), pembebanan maksimum yang dihasilkan meningkat cukup
besar dibandingkan benda uji 1 sesudah diawetkan. Lendutan yang dihasilkan
oleh balok kayu pada beban maksimum 4286,415 kg tepat saat kayu mengalami
patah adalah 43,4974 mm. Pada benda uji balok kayu sebelum diawetkan (BKP
2), patahan terjadi pada tengah bentang. Pembebanan yang dihasilkan sebelum
balok kayu patah adalah 3691,11337 kg dengan lendutan terbesar pada beban
tersebut adalah 2829,34 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.15. Tegangan lentur
yang dihasilkan (Fb) adalah 68,5826 Mpa.

84
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan secara analisis balok kayu diperoleh:


Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 5724,244 kg



Tegangan lentur (Fb) = 91,5879 Mpa



Lendutan maksimum (δ)= 58,088 mm

2. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh:
 Balok kayu 1 sebelum diawetkan (BKU 1)


Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3653,6529 kg



Tegangan lentur (Fb) = 58,4584 Mpa



Lendutan maksimum (δ)= 37,076 mm

 Balok kayu 2 sebelum diawetkan (BKU 2)


Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3548,193 kg



Tegangan lentur (Fb) = 56,771 Mpa



Lendutan maksimum (δ)= 36,006 mm

 Balok kayu 1 sesudah diawetkan (BKP 1)


Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3759,113 kg



Tegangan lentur (Fb) = 60,1458 Mpa



Lendutan maksimum (δ)= 38,1465 mm

 Balok kayu 2 sesudah diawetkan (BKP 2)


Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 4286,415 kg



Tegangan lentur (Fb) = 68,5826 Mpa



Lendutan maksimum (δ)= 43,4974 mm

3. Hasil perhitungan secara analisis menghasilkan tegangan lentur kayu yang lebih besar
dibandingkan dengan hasil perhitungan di laboratorium. Adapun persentase
penurunan beban maksimum yang dapat dicapai balok kayu di laboratorium terhadap
perhitungan secara analisis adalah 36,172 %. Adapun persentasi penurunan tegangan
lentur balok kayu di laboratorium terhadap perhitungan secara analisis adalah 36,172
%.
4. Bentuk keretakan yang terjadi pada setiap balok kayu adalah:

85
Universitas Sumatera Utara



Balok kayu 1 sebelum diawetkan (BKU 1) = retak miring



Balok kayu 2 sebelum diawetkan (BKU 2) = retak miring



Balok kayu 1 sesudah diawetkan (BKP 1) = retak miring



Balok kayu 2 sesudah diawetkan (BKP 2) = retak miring

5. Pengawetan dengan metode rendaman dingin menggunakan bahan pengawet boraks
sebanyak 10% yang dilakukan pada balok kayu mempengaruhi beban maksimum
serta tegangan lentur yang dialami balok kayu. Tegangan lentur balok kayu
mengalami peningkatan setelah balok kayu diawetkan. Tegangan lentur balok kayu
rata-rata meningkat sebesar 11,715 %.

5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pengujian physical properties dan mechanical properties kayu yang
sudah diawetkan untuk mendapatkan hasil perhitungan analisis setelah balok kayu
diawetkan.
2. Perlu dilakukan variasi persentase jumlah bahan pengawet pada balok kayu untuk
mendapatkan pengaruh bahan pengawet terhadap tegangan lentur balok kayu yang
lebih akurat dan variatif,
3. Perlunya alat-alat laboratorium yang memadai dan terbaru untuk mendapatkan hasil
pengujian yang lebih akurat.
4.

Pada saat melakukan pengujian di laboratorium bahan uji harus bebas dari getaran
atau berbagai gangguan luar karena memiliki dampak terhadap pembacaan dial.

86
Universitas Sumatera Utara