T1 712013037 Full text

Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos
Pelayanan Kesaksian“Syalom - Pasir Putih” Kalimantan Barat dalam Rumpun
Liturgi Gereja
Oleh:
MARDIKE VISCHA SATIANTO
712013037

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagaian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i


LEMBAR PENGESAHAN

Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos Pelayanan
Kesaksian“Syalom - Pasir Putih” Kalimantan Barat dalam Rumpun Liturgi Gereja

Oleh:
MARDIKE VISCHA SATIANTO
7120103037
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagaian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Pdt. Jhon A. Titaley, Th.D


Dr. Pdt. Jacob Daan Engel

Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Ketua Program Studi

Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu,Ph.D

Dr. Pdt. Retnowati, M.si

Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017

ii


PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Mardike Vischa Satianto

Nim

: 712013037

Fakultas

: Teologi Universitas Kristen Satya Wacana

Program Studi

: Teologi

Judul Tugas Akhir


: Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu
Pos Pelayanan Kesaksian“Syalom - Pasir Putih” Kalimantan Barat
dalam Rumpun Liturgi Gereja

Pembimbing

: 1. Prof. Pdt. John A. Titaley,Th.D
2. Dr. Pdt. Jacob Daan Engel

Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Hasil karya yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar keserjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan
lainnya.
2. Hasil karya saya ini merupakan gagasan, rumusan dan hasil pelaksanaam penelitian saya
sendiri.
3. Hasil karya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis orang lain dan
dipublikasikan, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah yang
disertai/menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Hasil karya ini merupakan hasil terakhir dari revisi dan disetujui dan diakui oleh

pembimbing.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, bila dikemudian hari terbukti saya melakukan
tindakkan menyalin atau meniru tulisan orang, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,
termasuk pencabutan gelar keserjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 19 Mei 2017

Mardike Vischa Satianto

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Mardike Vischa Satianto

NIM


: 712013037

Email: vischamardike@gmail.com

Fakultas

: Teologi

Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos

Pelayanan Kesaksian“Syalom - Pasir Putih” Kalimantan Barat dalam
Rumpun Liturgi Gereja
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas
Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap
karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri
tanda pada kotak yang sesuai):

 a.


Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

 b.

Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

*

Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang
menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil
karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.
** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan
tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 19 Mei 2017


Mardike Vischa Satianto
Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Pdt. Jacob Daan Engel

Prof. Pdt. John A. Titaley,Th.D

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama
: Mardike Vischa Satianto
NIM

: 712013037
Program Studi : Teologi
Fakultas
: Teologi
Jenis Karya : Jurnal
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak
bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya berjudul:

Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos Pelayanan
Kesaksian“Syalom - Pasir Putih” Kalimantan Barat dalam Rumpun Liturgi Gereja
beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Salatiga
Pada tanggal : 19 Mei2017
Yang menyatakan,


Mardike Vischa Satianto
Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Pdt. John A. Titaley,Th.D

Dr. Pdt. Jacob Daan Engel

v

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sumber
kekuatan, kesehatan, pengharapan

dan pemberi hikmat karena sampai sejauh ini

penyertaanNya dalam kehidupan penulis tidak pernah berkesudahan. Pada kesempatan ini

penulis telah sampai pada penulisan tugas akhir yang dimana dalam hal ini tugas akhir
merupakan bagian akhir dari sebagian tugas dalam perjalan studi Program fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Penulis bisa sampai pada penulisan
tugas akhir ini itu semua bukan semata-mata karena kekuatan, kepintaran dan kehebatan
penulis, akan tetapi itu semua karena kemurahan dan keterlibatan Tuhan Yesus Kristus
sumber hikmat dan akal budi. Penulis merasa sangat bersukacita karena penyertaan Tuhan
Yesus selalu nyata dalam kehidupan penulis baik suka maupun duka terutama ketika penulis
dalam proses menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Penulisan tugas akhir ini bisa penulis selesaikan tentunya karena banyak pihak yang
turut membantu penulis baik melalui doa, motivasi, bimbingan maupun bantuan dalam
memberikan informasi atau pertukaran pikiran (buku dan pemahaman-pemahaman pribadi)
untuk memperkaya hasil tulisan akhir ini. Dalam hal ini penulis sangat berterimakasih kepada
:


Kedua orang tua penulis yang sudah memberikan semangat dan topangan doa
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.



Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang
dimana selama penulis melakukan pembelajaran sudah memberikan pelayanan
dan fasilitas yang terbaik.



Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D dan Dr. Pdt. Jacob Daan Engel selaku
pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa memberikan bimbingan,semangat,
saran, dan kritikan yang membuat tulisan penulis menjadi lebih baik.



Dra. Pdt. Retnowati selaku Dekan Fakultas Teologi



Dr. Pdt. Izak Lattu Ph.D selaku Kaprogdi



Kepada seluruh dosen yang selama ini sudah melayani penulis dengan setulus hati
dalam hal pemberian pengajaran dan pembelajaran baik dalam ilmu yang tak
ternilai dan cara bersikap sebagai seorang pemimpin sekaligus pelayan di masa
depan.

vi



Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan
dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menambah dan menimbah sebanyak
mungkin ilmu yang berguna bagi tugas dan pelayanan di tengah-tengah gereja dan
masyarakat kedepannya.



Kepada bapak Pnt. Januar Simbolon selaku majelis Pos Pelayanan Kesaksian
“Syalom” Pasir Putih yang sudah membantu proses penulisan tugas akhir dalam
hal memberikan informasi (pandangan) yang menjadi judul tugas akhir penulis
dari segi pemahamannya sebagai majelis.



Kepada seluruh jemaat GPIB Margahayu Pos Pelayanan Kesaksian “Syalom”
Pasir Putih yang sudah menerima penulis dan memberikan pemahaman
pandangan jemaat mengenai judul tugas akhir penulis.



Terimakasih kepada Michael Radjanae yang sudah menjadi kakak sekaligus
sebagai orang terdekat yang sudah penulis anggap sebagai keluarga sendiri yang
telah menemani suka maupun duka.



Kepada saudara/i penulis yang bersama-sama di Salatiga (Alrians dan kak Saras)



Kepada seluruh teman-teman seperjuangan 2013 yang selama ini bersama (Pika,
Etha, David, Fajar, bang Andre, Abednego, Acel, Alti, Yohan, Putra, Oci dan
Thea)



Anggota 15 Laskar Kristus yang sudah berjuang bersama-sama dalam praktek
selama 8 bulan di Kalimantan dan juga memberikan semangat dan topangan doa
selama penulisan tugas akhir.

Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu atas perhatian dan dukungan serta semangat yang diberikan baik langsung maupun tidak
langsung. Tuhan Yesus memberkati.

Salatiga 19 Mei 2017

Penulis

vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................................ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .............................................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS....................................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................................viii
MOTTO ........................................................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................................................ x
1. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................... 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................................... 4
1.5 METODE PENELITIAN ............................................................................................ 4
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................................... 4
2. PENGERTIAN LITURGI ATAU TATA IBADAH ......................................................... 5
2.1 PENGERTIAN IBADAH ............................................................................................ 6
2.2 HUBUNGAN LITURGI DAN IBADAH .................................................................... 7
2.3 PENGUTUSAN DAN BERKAT .................................................................................. 9
3. HASIL PENELITIAN
SEJARAH SINGKAT POSPELKES “SYALOM” PASIR PUTIH ............................. 10
3.1 GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ..................................................... 11
3.2 IBADAH ....................................................................................................................... 12
3.3 TATA IBADAH ........................................................................................................... 13
3.4 PENGUTUSAN DAN BERKAT ................................................................................ 14
4. PEMBAHASAN ................................................................................................................. 16
5. KESIMPULAN ................................................................................................................. 20
6. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22
viii

MOTTO

BELIEVE, PRAY AND DO
Markus 11:24
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan ditambahkan
kepadamu”

Percayalah sampai kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu impikan karena
tidak ada yang mustahil bila kita percaya dan mau berusaha meraihnya!
DO IT UNTILL YOU MAKE IT!

ix

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman warga jemaat
GPIB Margahayu PosPelKes “Syalom” Pasir Putih tentang rumpun ke empat yaitu
pengutusan dan berkat dalam tata ibadah. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara
terpimpin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman warga jemaat
GPIB Margahayu PosPelKes “Syalom” Pasir putih tentang pengutusan dan berkat
dalam tata ibadah adalah suatu pemahaman yang masih dapat dikatakan sangat kurang
sekali. Jemaat “Syalom” memahami bahwa pengutusan dan berkat hanya sebagai
suatu hal yang di kaitkan secara pribadi saja yaitu kekayaan dan kesejahteraan hidup
sehari-hari bukan dalam arti sebenarnya menurut makna dari setiap rumpun-rumpun
tata ibadah. Kurangnya pemahaman dari jemaat mengenai tata ibadah terutama makna
pengutusan dan berkat dikarenakan faktor pendidikan yang rendah, lokasi yang jauh
serta jalan yang kurang baik, kurangnya pembinaan dari gereja dan faktor ekonomi
yang membuat kurangnya partisipasi jemaat.
Keyword: ibadah, tata ibadah, pengutusan dan berkat

x

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ibadah merupakan

wujud dari ketaatan orang percaya kepada Allah dan

merupakan ungkapan syukur orang percaya sebagai umat kepunyaan-Nya.Ibadah
harus dilihat secara fundamental Kristologis, ibadah Kristen terkait secara langsung
pada sejarah penyelamatan, kehidupan ibadah adalah kehidupan liturgis. 1Menurut
Hoon ibadah Kristen adalah penyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan
tanggapan manusia terhadap-Nya. Istilah ibadah berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai arti kata yang sama dengan bahasa Ibrani “Abodah”, yang berarti
mengabdi kepada Tuhan, sehingga beribadah berarti mengabdi kepada Tuhan. Istilah
ibadah mempunyai arti yang sama dengan kebaktian, yang diturunkan dari bahasa
Sansekerta yang artinya berbuat bakti kepada Tuhan. Meskipun demikian, GPIB
menggunakan istilah ibadah bukan kebaktian karena itu maka salah satu perangkat
teologi adalah tata ibadah bukan tata kebaktian.2
Ibadah bila dilihat dalam konteks sekarang, merupakan salah satu aktifitas
agama yang dikemas dengan sedemikian rupa sehingga nampak kesakralannya.
Kesakralan dari ibadah tersebut diwujudkan melalui suatu tata ibadah (liturgi),
sehingga umat yang sedang melakukan ibadah dapat masuk dalam situasi yang intim
dengan Tuhan, beralih dari kesehariannya dan merasakan kehadiran Tuhan dalam
ibadah tersebut. Setiap susunan dalam liturgi memiliki artinya masing-masing, yang
mengantarkan setiap orang atau jemaat yang mengikuti proses ibadah terarah dalam
menjalankan proses ibadah, mulai dari awal proses ibadah hingga pada akhirnya.
Sehingga disinilah peran liturgi dalam gereja menjadi sangat penting. Dalam liturgi
sendiri ada empat rumpun yang digunakan dalam gereja Protestan terkhususnya dalam
proses peribadatan “Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat” atau GPIB dalam
proses ibadah, yaitu: 3
a. Rumpun satu yang berisi menghadap Tuhan.
1

James F White, Pengantar Ibadah Kristen (Jakarta: Gunung Mulia 2009), 6.
Sinode. Majelis, Buku II “Tata Ibadah, Musik Gereja dan Pakaian Liturgis” (Jakarta : Majelis Sinode
GPIB, 2015), 1.
3
Majelis Sinode GPIB, Buku II, 7-8.
2

1

b. Rumpun dua yang berisi pemberitaan Firman.
c. Rumpun tiga yang berisi Jawaban umat.
d. Rumpun empat yang berisi pengutusan.
Keempat rumpun dalam tata ibadah GPIB ini bukan asal ditentukan akan tetapi
memiliki makna teologis-Alkitabiah, yang menekankan pada perjanjian keselamatan
Allah dalam Yesus Kristus dengan jemaatNya, yaitu sejak zaman Israel pada zaman
Perjanjian Lama dan konteks gereja pada Zaman perjanjian baru.
Pada bagian ini penulis akan membahas lebih lanjut apa yang dimaksud dalam
rumpun ke empat yang berisi pengutusan dalam tata ibadah GPIB. Rumpun keempat
ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkandalam liturgi atau tata ibadah GPIB,
karena setalah jemaat atau orang percaya melakukan ibadah, maka ibadah tersebut
akan ditutup dengan pengutusan dan berkat.
Kebanyakkan jemaat atau orang percaya mejadikan ibadah sebagai rutinitas saja
tanpa ingin mencari tahu apa sebenarnya maksud dan arti dari setiap susunan atau
rumpun ibadah terkhusunya makna dari pengutusan dan penerimaan berkat dalam
proses ibadah yang terjadi, sehingga dalam bagian ini persoalan terjadi dalam tugas
akhir apa yang akan dilakukan setelah keluar dari persekutuan ibadah. Padahal dalam
tata ibadah atau liturgi yang diberlakukan dalam setiap ibadah-ibadah, terdapat proses
dari awal ibadah mulai, khotbah, peresembahan syukur hingga penerimaan berkat.
Menarik bila kemudian memperhatikan respon jemaat yang berbeda-beda dalam
sebuah ibadah. Ada jemaat-jemaat yang khusuk mengikuti ibadah sampai pada proses
penerimaan berkat yang disampaikan Pelayan Tuhan, tetapi ada juga jemaat yang
tidak secara serius mengikuti proses ibadah berlangsung. Kebanyakkan dari jemaat
dalam melakukan ibadah mereka lebih banyak melakukan kesibukkan secara pribadi,
contohnya dari datang terlambat, berbicara ketika masih dalam proses ibadah, makan
permen, keluar masuk ruangan ibadah, berdiri atau duduk-duduk di depan gereja dan
baru masuk ketika akan mendengarkan khotbah, dan bahkan ada yang tertidur ketika
sedang dalam proses ibadah. Selain itu, masalah yang sering ditemukan adalah ketika
pulang dari melakukan ibadah, tak jarang kehidupan orang kristen masih saja sama
seperti sebelum mengikuti ibadah, masih sering terlibat dan hidup dalam dosa dunia.
2

Melihat kebiasaan yang dilakukan jemaat, membuat suatu tanda tanya tentang makna
dari ibadah yang mereka lakukan tersebut terutama apa tugas mereka setelah pulang
dari persekutuan ibadah? Tugas jemaat inilah yang menurt penulis berkaitan dengan
rumpun terakhir dari tata ibadah GPIB, yaitu “Pengutusan dan berkat”.
Bagi jemaat yang hidup di era komunikasi yang semakin maju ini, tentulah
pengetahuan akan makna dari rumpun yang ada dalam tata ibadah atau liturgi dalam
gereja terkhususnya mengenai makna pengutusan dan berkat mungkin dapat di
pelajari sedikit lebih mudah dikarenakan sudah banyak informasi yang mungkin
didapatkan baik itu melalui digital (internet), pendidikan dalam katekisasi, media
cetak baik itu buku-buku dan tabloid kristen, langsung menanyakan kepada pendeta
atau orang yang mengerti mengenai makna dari sususnan ibadah atau melaui diskusidiskusi antar agama. Akan tetapi sedikit berbeda dengan jemaat yang berada daerah
terpencil atau daerah pemekaran dari gereja induk (PosPelayanan Kesaksian). Karena
bila dilihat dari sisi lokasi, kehidupan di daerah-daerah terpencil terkhususnya dalam
Pos Pelayanan Kesaksian (PosPelKes)

memiliki sedikit keterlambatan dalam

mendapatkan informasi karena dipengaruhi oleh keterbatasan atau kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendapatkan informasi, baik secara
langsung, digital, dan media cetak. Selain itu, melihat kehidupan dari jemaat di
PosPelKes yang rata-rata tidak tamat dalam pendidikan sekolah dasar.

Melihat

permasalahan ini, maka penulis tertarik dalam melakukan penelitian mengenai
“Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos
Pelayanan KesaksianSyalom-Pasir Putih Kalimantan Barat dalam Rumpun
Liturgi Gereja”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah meliputi:
Bagaimana Pengutusan dan Berkat Menurut Pandangan Jemaat GPIB Margahayu Pos
Pelayanan KesaksianSyalom-Pasir Putih Kalimantan Barat dalam Rumpun Liturgi Gereja.

3

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendefinisikan bagaimana pandangan dan pengertian
jemaat GPIBMargahayu Pos Pelayanan Kesaksian Syalom-Pasir Putih Kalimantan Barat
menegnai pengutusan dan berkat dalam rumpun liturgi gereja.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan sebagai bahan
masukan bagi jemaat untuk memahami makna dari pengutusan dan berkat dalam rumpun
liturgi gereja, sehingga jemaat bukan hanya mengikuti ibadah sebagai rutinitas saja dan
mendengarkan pengutusan dan berkat sebagai kebiasaan dalam proses akhir dalam ibadah
akan tetapi jemaat mengetahui apa maksud dan tujuan dari ibadah yang dilakukan dan
memahami makna pengutusan dan berkat tersebut.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa
pada sekarang, yang memiliki tujuannya untuk menggambarkan atau melukiskan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta gejala-gejala yang nyata atau realita
apa adanya sebagaimana dinyatakan oleh kenyataan itu sendiri. 4Melalui metode ini dapat
menggambarkan pengertian jemaat GPIB Margahayu Pos Pelayanan Kesaksian Syalom-Pasir
Putih mengenai makna dari pengutusan dan berkat dalam rumpun liturgi ibadah gereja.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang merupakan suatu penelitian
ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti.

5

Jenis penelitian kualitatif dalam penelitian ini, dilakukan penulis

dengan cara wawancara secara langsung terhadap jemaat GPIB Margahayu Pos Pelayanan
Kesaksian Syalom-Pasir Putih mengenai pemahaman jemaat tentang pengutusan dan berkat.

1.6 Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri dari 5 (Lima) bagian yang dideskripsikan sebagai berikut: Bagian
pertama berisi latarbelakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
4

M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985) , 63
Haris. Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta: Salemba
Humanika,2010),9
5

4

manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Dalam bagian kedua penulis memaparkan
teori.Bagian ketiga penulis memberikan gambaran umum tentang GPIB Margahayu
PosPelelayanan Kesaksian “Syalom” Pasir Putih, pengumpulan data serta hasil penelitian
yang berkaitan dengan pemahaman jemaat mengenai pengutusan dan berkat dalam liturgi
(tata Ibadah) GPIB.Bagian keempat analisa teori dan data lapangan.Bagian kelima yang
berisi kesimpulan dan saran.

2. Pengertian Liturgi atau tata ibadah
Istilah liturgi merupakan istilah yang sering digunakan dalam bidang teologi.
Istilah liturgi biasanya mengacu kepada gereja atau tata kebaktian. H Venema dalam
tulisannya “Orientasi Ilmu Teologi Reformasi mengatakan bahwa istilah Yunani
Liturgia berarti: Kebaktian atau ibadah.6 Sebenarnya tidak berhubungan langsung
dengan akar katanya atau secara etimologi sangat berbeda dengan arti liturgi yang kita
pahami sekarang ini, bahkan istilahnya dalam bahasa Yunani juga berbeda dengan
istilahnya dalam Perjanjian lama dan Perjanjian Baru dan dalam sejarah gereja.
“Liturgi” berasal dari bahasa Yunani “Leiturgia” (leitourgia). Kata
“Leiturgia” berasal dari kata kerja “Leiturgeo” (leituorgew), artinya melayani,
melaksanakan dinas atau tugas, memegang jabatan”. Harafiah kata “leiturgia” berasal
dari dua kata Yunani, yaitu “leitos” (leitoj) yang berarti “rakyat, umat” dan kata
“ergon” (ergon) yang berarti “pekerjaan, perbuatan, tugas”. Jadi “Leiturgia” menurut
kedua kata ini berarti “melakukan suatu pekerjaan untuk rakyat”. Istilah “Liturgi”
dalam bahasa umum negara lebih mengacu pada tugas raja yang berkarya bagi
umatnya dan kepada pejabat-pejabat pemerintahan yang mengabdi bagi rakyat,
sehingga dengan begitu kita dapat menyimpulkan sebenarnya tidak ada dasar
Alkitabiah untuk menggunakan kata liturgi dalam arti ibadah gereja atau tata
kebaktian, karena kata liturgi sendiri berarti bekerja untuk kepentingan rakyat.7
Dalam septuaginta (Kitab suci terjemahan Bahasa Yunani), liturgi hanya
dipakai untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan persoalan agama, tugas
imam dan Lewi dalam kemah suci di bait Allah terutama dalam hal tugas pelayanan
6

Rimer. G, Cermin Injil, Ilmu Liturgi. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF 2002). 9.
Ibid, hal 10

7

5

Mezbah, sesuai dengan undang-undang upacara ibadah yang berlangsung secara tertib
dan penuh hikmat, dan juga sebagai pelayan yang berguna untuk umat. Dalam
Perjanjian Baru, kata “Liturgi” dihubungkan dengan pelayanan kepada Allah dan
sesama itu tidak terbatas hanya pada kegiatan ibadat saja, tetapi juga pada aneka
bidang kehidupan lain. Istilah “Liturgi” dalam perjanjian baru tidak menunjukkan
pada pelayanan kultus dari pemimpin jemaat Kristen, sebab pemahaman tentang
imamat Perjanjian Baru tidak lagi berdasarkan pada imamat Perjanjian Lama. Bila
dalam Perjanjian Lama imamat di hubungkan dengan imamat kaum Lewi, dalam
Perjanjian Baru satu-satunya imamat adalah Yesus Kritus, karena Yesus sendirilah
Imamat Agung itu dimana Kristus menjadi perantara satu-satunya antara umat
manusia kepada Allah Bapa, dengan mengorbankan diriNya.
Dalam Imu teologi, liturgi sebagai ilmu menyelidiki dan menguraikan
pertemuan Tuhan dengan umatNya yang diciptakan berlandaskan pertimbangan
semua faktor yang memainkan peranan dalam pemilihan, pembentukkan dan
penyusunan semua unsurnya supaya perjanjian Alllah dengan umatNya selalu
diperbaharui. 8 Pada masa kini istilah Liturgi sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu
Teologi, yang menunjuk pada berkumpulnya jemaat untuk beribadah. Sebagai tata
ibadah, Liturgi harus benar-benar berfungsi sebagai sarana ibadah bagi jemaat, dalam
menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat dan juga untuk menyinari kasih
Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggta jemaat, sehingga mereka
tertarik bergabung dengan jemaat.

9

Tata ibadah dalam gereja Protestan, terutama

dalam GPIB, setiap bagian-bagian dari tata ibadah memiliki tujuan dan artinya
masing-masing, mulai dari awal yaitu menghadap Tuhan, hingga sampai pada bagian
terakhir yaitu pengutusan dan berkat. Dalam hal ini GPIB membagi bagian dari tata
ibadah menjadi 4 bagian yang disebut dengan rumpun-rumpun tata ibadah. 10
2.1Pengertian Ibadah:
Ibadah merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan bila berbicara mengenai
orang kristen. Hidup orang kristen adalah hidup yang beribadah
8

karena sudah

Jacob D.. Enggel, Liturgika Pemahaman dan penghayatan Ibadah, (Salatiga, Tisara Grafika 2007), 2
Rimer, G, Cermin Injil, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 15
10
Majelis Sinode GPIB, Buku II, 7-8.
9

6

menjadi ciri khas dari orang kristen. Kata ibadah merupakan istilah untuk
menyebutkan suatu perbuatan yang menyatakan bakti seorang pengikut Kristus untuk
tetap hidup dalam ketetapan ajaran yang diterimanya, yang didasari oleh ketaatan
mengerjakan perintahNya. Ibadah Kristen menurut Profesor Paul Hoon dalam buku
pengantar ibadah kristen adalah penyertaan Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan
tanggapan manusia terhadapNya atau tindakkan ganda yaitu tindakkan Allah kepada
manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakkan tanggapan manusia melalui Yesus
Kristus.11 Ibadah kristen adalah Gottesdients, salah satu kata yang mencakup baik
pelayanan Allah kepada manusia maupun pelayanan manusia kepada Allah. 12 Ibadah
yang dilakukan oleh orang percaya merupakan pertemuan antara Allah dan jemaat dan
jemaat dengan Allah, sehingga ibadah yang dilakukan haruslah berlangsung dengan
penuh hikmat dan harus dipersiapkan dengan baik agar jemaat bisa merasakan
keintiman dengan Allah.
Ibadah bila dilihat dalam pendekatan secara etimologi yaitu, “Ibadah berasal
dari bahasa Arab, sedangkan kata Ibrani untuk Ibadah adalah “Abodah” yang
memiliki arti secara harafiah bakti, hormat, suatu sikap dan aktivitas yang mengakui
dan menghargai seseorang/yang lain, yang mencangkup tata cara yang implikasinya
nampak dalam tingkah laku dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat
diartikan bahwa “Ibadah merupakan ekspresi dan sikap hidup yang penuh bhakti
(penyerahan diri) kepada yang Ilahi, yang pengaruhnya nampak dalam tingkah laku
yang benar”.
2.2 Hubungan Liturgi dan Ibadah
Memanglah bila di lihat dalam pengertiannya masing-masing antara pengertian
liturgi dan ibadah, tidak ada alasan yang menjelaskan Liturgi berkaitan langsung
dengan ibadah kepada Tuhan, akan tetapi istilah “Liturgi” sudah menjadi bagian
dalam ilmu teologi yang sering digunakan. Pada konteks sekarang ini hubungan liturgi
dan ibadah memiliki pengertian atau keterkaitan sebagai suatu tata cara atau perangkat
teologis yang mengatur secara harmonis, serasi antara jemaat yang berkumpul dalam
11

F. James, White, pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002). 7
Ibid,.

12

7

wujud tanggapan timbal balik antara Allah kepada Jemaat dan antara jemaat kepada
Allah. Dengan kata lain, liturgi dalam konteks ibadah diartikan sebagai suatu system
atau tata cara yang mengatur berlangsungnya tanggapan umatNya secara bersamasama terhadap penyertaan/kehadiran Allah dalam Yesus Kristus pada saat jemaat
berkumpul dan beribadah.
Berbicara mengenai hubungan liturgi dan ibadah, dalam hal ini bila melihat
perkembangan gereja, GPIB merupakan salah satu gereja Protestan beraliran
Calvinis.Latar belakang dari kebanyakan Gereja Protestan di Indonesia harus dicari
dalam sejarah Gereja Eropa, hal ini dikarenakan banyak Gereja Prostestan di
Indonesia merupakan hasil dari pekabaran injil yang dilakukan oleh orang Kristen dari
Eropa. Dapat dikatakan bahwa banyak diantara mereka yang berasal dari tradisi
Calvinis, yaitu bentuk Protestanisme yang ditentukan oleh teolog Johannes Calvin
yang berlaku hampir tanpa kecuali untuk para pekabar injil asal Belanda dan juga
orang – orang Swiss.13
Dalam perkembangan Gereja-gereja di Indonesia mengalami perubahan yang
di sesuaikan dengan kondisi serta zaman yang berbeda dengan zaman Calvin.Gereja
Calvinis ditantang untuk menghadapi perubahan dalam masyarakat dan gereja
sehingga ajaran Calvin itu telah mengalami perubahan dan penambahan.Kata
Calvinisme menujuk pada hal yang lebih luas dari pada ajaran Calvin, dan juga pada
perkembangan ajaran dan ciri khas yang mewarnai masing–masing Gereja
Calvnis.14Calvin memlihara Gereja sebagai sarana yang diberikan Allah kepada
orang-orang percaya yang lemah untuk membina dan memelihara dalam iman.15
Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran Calvinis lebih sering
disebut sebagai gereja Reformedatau Presbytarian. Di lingkungan gereja-gereja
Calvinis sedunia, tidak ada gereja aliran Calvinis yang menggunakan nama Calvinis
akan tetapi yang sering digunakan adalah istilah Reformend (terjemahan dalam
masing-masing bahasa), Prisbytarian dan Congregtional, jadi walaupun secara
etimologis istilah Reformend bisa berlaku bagi semua gereja Reformasi atau Protestan,

13

Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme? (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), 2.
Ibid., 3.
15
Ibid., 99.

14

8

akan tetapi dalam kenyataannya hanya gereja-gereja beraliran Calvinislah yang
menggunakan istilah ini.

16

Pada umumnya ibadah di dalam gereja-gereja Calvinis

sama dengan didalam gereja-gereja Lutheran yang berpusat pada pemberitaan Firman
atau Khotbah dan perayaan perjamuan kudus, tetapi berbeda dengan Lutheran yang
tata ibadahnya mirip sekali dengan Gereja Kristen Roma, Calvin tidak hanya
memperbaharui makna dari unsur-unsur ibadah, melainkan memperbaiki dari seluruh
jalannya ibadah: doa, nyanyian, cara pemberitaan firman, pelayanan perjamuan dan
seterusnya. Ciri-ciri ibadah gereja Calvinis adalah Firman Allah disampaikan atau
dikhotbahkan kepada umat dengan sepatutnya, ruangan dan suasana ibadah harus
dibersihkan dari segala sesuatu yang merusak kehidupan gereja, karena itu ketertiban
dan disiplin didalam beribadah sangat ditekankan. Menurut John Calvinselaku tokoh
aliran Calvinis, ibadah dan tata ibadah bukan hanya sekedar hal yang berbicara soal
praktis dan insidental, yang disusun dan diselenggarakan menurut selera dan suasana
sesaat (seperti yang sering terjadi dibanyak gereja, termasuk yang mengaku calvinis).
Baginya ibadah dan tata ibadah sangat berkaitan erat, bahkan merupakan satu bagian
yang tidak bisa di pisahkan (sudah menjadi satu kesatuan), dengan pokok-pokok
ajaran mendasar. Bagi calvin gereja mengungkapkan imannya melalui ibadah dengan
kata lain bahwa apa yang diyakini gereja terungkap secara nyata di dalam ibadahnya.
Sehingga muncul kesimpulan bahwa ibadah gereja-gereja Calvinis diarahkan pada
tataran kognitif: khotbah bercorak pengajaran, ibadah yang harus dipahami warga
jemaat biasa, penalaran yang logis, perilaku yang tertib, dan suasana yang disiplin. 17
2.3 Pengutusan dan Berkat
Pengutusan dan berkat sebenarnya pada zaman perjanjian lama

diberikan

Tuhan kepadabapak-bapak leluhur Israel yang dari notaben orang biasa kemudian
dipanggil dan diutus oleh Tuhan sebagai nabiNya yang akan memberitakan
firmanNya, Tuhan memberikan mereka tanggung jawab sebagai orang-orang
pilihanNya dan mengutus mereka serta memberi mereka berkat (kesanggupan) dalam

16

Aritonang, J.S, Berbagai Aliran Di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),

52-53
17

Ibid, 75-76

9

memberitakan kebenarannya.18 Ini merupakan salah satu perwujudan yang besar dari
Allah karena adanya rasa syukur dari bangsa Israel terhadap Allah. Pada abad-abad
pertama jemaat memakai berkat dalam ibadahnya, tetapi dalam bentuk doa. Menurut
tata gereja Hippolytus, berkat diucapkan oleh uskup dengan tangan terulur, kemudian
pada abad ke 5 dengan seiring bertumbuhnya jemaat-jemaat di daerah-daerah, doa-doa
berkat juga diucapkan oleh iman-iman dalam bahasa yang lebih sederhana, baru pada
abad ke 11 berkat dipakai dalam arti yang sekarang, yaitu berkat diberikan oleh imam
pada waktu ia kembali dari mezbah ekaristi.

19

Di satu sisi Berkat bukan hanya

sekedar memohon doa kepada Tuhan agar jemaat diberkati seperti apa yang dikatakan
oleh Kuyper

20

, akan tetapi berkat memiliki arti yang lebih luas yaitu Allah Turun

sendiri menyertai dan menuntun jemaatnya sehingga jemaatnya dimampukan dalam
persekutuan dengan Allah, yaitu Allah Tritunggal dan mampu menjalankan tugas dan
panggilannya (pengutusan) dalam kehidupan ditengah-tengah dunia ini setelah
melakukan ibadah dan mendengarkan perintahNya.21 Berkat dalam hal ini adalah
suatu pemberian Tuhan kepada kita sebagai anak-anaknya agar hidup kita lebih
terarah, kita diingatkan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan sang pencipta supaya kita
mendapatkan belas kasi dari padaNya,

ketika kita menerima berkat kiranya kita

menerima dengan penuh pengucapan syukur karena Tuhan masih memberikan
ketentraman

dalam

kehidupan

dan

masih

memberikan

anugerahNya

serta

kesanggupan untuk menjadi saksinya.
3. Sejarah singkat PosPelKes “Syalom” Pasir Putih
Pos Pelayanan Kesaksian (Pospelkes) “Syalom” Pasir Putih merupakan
PosPelkes dari gereja induk GPIB “Margahayu” Rasau jaya. PosPelkes “Syalom”
Pasir Putih terletak di desa sungai Deras, Kec Teluk Pakedai, Kab. Kubu Raya. Pos
Pelayanan Kesaksian ini bediri pada tahun 1985, akan tetapi jemaat pada Pos
Pelayanan Kesaksian ini mulai berjalan proses peribadatannya pada tahun 1990 dan
18

Barth Chr and barth-frommel.M.C, Theologia perjanjian lama 4, (Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 10-

11.
19

Abineno. Ch,Unsur-Unsur Liturgia.(Jakarta:BPK Gunung Mulia 2014).120

20

Abineno. Ch, Gereja dan Ibadah Gereja. (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2014).120

21

Martasudjita. E, Ekariti “Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral” (Jogjakarta: Kaninsius 2005).

213.

10

dilayani oleh Bpk. Sitompul selaku majelis dari Pos Pelkes GPIB Margahayu (induk
berada di “Siloam” Pontianak) dan pada saat itu jumlah orang kristen kurang lebih 10
KK. Dari tahun 1985-1990 ibadah berlangusng di rumah-rumah jemaat karena belum
adanya bangunan gereja. Meskipun sudah mulai dilayani, akan tetapi karena jaraknya
yang jauh maka ibadah di PosPelKes Syalom pasir putih tidak diadakan secara rutin
atau setiap minggunya. Karena jaraknya tersebut dan jarangnya pelayanan yang
diadakan di PosPelKes ini maka pelayanan yang ada sempat terhenti (Vacum)sekitar
beberapa saat.
Pada awal bulam Mei tahun 1998 baru diresmikan gedung gereja secara tetap
(Permanen) yang meruapakan sumbangan bahan bangunan dari Bpk. Octavianus VarVar dan diresmikan oleh Pdt. Silawaney yaitu sekretaris 1 GPIB “Siloam” yang juga
pada saat itu jumlah orang Kristen menjadi 12 KK. Pada tahun 1998 ini juga gereja ini
bergabung dengan GPIB “Siloam” Pontianak dan menjadi PosPelKes “Syalom”.
Sebelum tahun 1998 sebenarnya sudah diijinkan oleh pemerintah desa untuk
mendirikan bangunan gereja untuk ibadah, akan tetapi tidak diperbolehkanmendirikan
banguan permanen seperti sekarang ini (hanya di perbolehkan mendirikan banguan
dari papan).

Bangunan gedung gereja PosPelKes “Syalom” ini sudah dua kali

mengalami perombakkan bangunan, dan bangunan yang sekarang ini yang digunakan
untuk beribadah merupakan bangunan pada tahun 2001. Sekitar tahun 2000 hingga
tahun 2015, ibadah di PosPelKes Syalom-Pasir Putih sudah mulai aktif dilayani secara
bergantian oleh pendeta-pendeta dari GPIB “Siloam” Pontianak (ibadah minggu).
Pada tahun 2016 tepatnya tanggal 20 Maret, PosPelKes “Syalom” Pasir Putih yang
tadinya merupak PosPelKes dari “Siloam” Pontianak beralih menjadi PosPelKes dari
“Margahayu” Rasau Jaya dengan jumlah orang Kristen 19 KK.22
3.1 Gambaran Umum tempat penelitian
GPIB “Margahayu” Rasau Jaya memiliki dua Pos Pelayanan Kesaksian. Pos
Pelayanan Kesaksian yang pertama bernama “Bethesda” yang letaknya tidak terlalu jauh dari
gereja induk dan Pos Pelayanan Kesaksian “Syalom” Pasir putih yang merupakan tempat
penelitian penulis. Jemaat PosPelKes “Syalom” Pasir Putih lokasinya lebih jauh dari induk

22

Wawancara dengan Bpk. Januar Simbolon selaku majelis setempat, 23 Maret 2017 Pukul 19.20 WIB.

11

dibandingkan dengan PosPelKes Bethesda. Untuk dapat sampai di PosPelkes “Syalom” bisa
melewati beberapa alternative jalan. Bisa lewat sungai dan bisa lewat darat. Untuk jalur
sungai (langsung), biasanya menggunakan kapal air (klotok) dan kapal air cepat (Spped).
Sedangkan untuk lewat darat, biasanya dapat melewati jalur pinang luar dan jalur bintang
mas (akan tetapi juga harus menyebrang menggunakan klotok untuk beberapa menit karena
juga terpisahkan oleh sungai kapuas), kondisi jalan yang rusak sedikit menghambat
perjalanan sehingga waktu tempuh antara gereja induk dan Pos Pelayanan Kesaksian
“Syalom” Pasir Putih kurang lebih 1 jam 20 menit.
Masyarakat Pasir Putih rata-rata berasal dari suku Sunda yang dulunya berasal dari TII/DI
yaitu tentara islam Indonesia yang diisolasikan Darul islam ketika jaman Presiden Suharto,
selain suku sunda, ada juga beberapa suku lainnya yang mendiami desa pasir putih yaitu suku
dayak, madura dan melayu. Mata pencarian dari masyarakat Pasir Putih adalah buruh sawit
dan petani, pendidikan paling tinggi adalah SMP. Rata-rata agama yang dipeluk adalah Islam.
Berbeda halnya dengan mayoritas penduduk pasir putih yang lain, jemaat PosPelKes
“Syalom” Pasir Putih sendiri rata-rata berasal dari suku Dayak (Dayak Benyadu dan Dayak
Ahe) dan rata-rata dari jemaat disini memiliki hubungan keluarga. Pada umumnya pekerjaan
dari jemaat Pos Pelayanan Kesaksian “Syalom” Pasir Putih rata-rata sebagai Petani dan buruh
kebun sawit, selain itujemaat PosPelKes “Syalom” rata-rata berpendidikan SD (hanya 15%
yang menyelesaikan pendidikan akhir tingkat SD). Di lingkungan PosPelKes “Syalom” Pasir
Putih lembaga sosial dan pemerintahan yang ada antara lain Puskesmas Desa yang dilayani
oleh 1 bidan dan 1 bantuan tenaga kesehatan, Sekolah Dasar (SD), dan kantor desa.
3.2 Ibadah
Ibadah merupakan suatu kegiatan mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyembah
Tuhan (berkomunikasi dengan Tuhan), ketika kita berbuat baik kepada sesama juga disebut
dengan ibadah, patuh kepada perintah Tuhan dan taat kepada orang tua juga adalah ibadah,
berlaku benar dalam kehidupan juga disebut dengan ibadah, sayang kepada keluarga juga
merupakan ibadah dan fungsi ibadah sendiri yaitu suapaya iman kita bertumbuh serta dapat
melatih kesabaran, melatih kejujuran dan melatih kesetiaan.

23

Selain Komunikasi dengan

Tuhan secara umum, ibadah juga merupakan suatu tindakkan atau praktekkan dalam
kehidupan kita secara pribadi. Ibadah jangan dipahami secara sederhana dan hanya dibatasi
dengan gedung atau bangunan dimana adanya persekutuan, akan tetapi Ibadah merupakan
perbuatan (secara vertikal yaitu antara umat dengan Tuhan dan secara horizontal yaitu antara

23

Hasil wawa ara de ga warga je aat PosPelKes “yalo

12

i u Tri,

Maret

, Pukul

.

WIB

sesama manusia), dan untuk dapat mempraktekkan ibadah dalam pengertian ini maka
terlebih dahulu ibadah harus di dasarkan dengan hukum kasih, dalam artian sebelum memuji
dan menyembah Tuhan yang tidak kelihatan terlebih dahulu wujud dalam ibadah itu
dinyatakan terhadap sesama dengan cara hidup saling mengasihi satu dengan yang lain
sehingga ibadah menjadi suatu kegiatan yang nyata. 24

Ketika kita hendak melakukan ibadah, sebaiknya ibadah itu tidak dilakukan
dengan terpaksa dan hanya menganggap ibadah itu sebagai suatu kebiasaan saja,
ibadah harus di lakukan dengan penuh kesadaran diri sendiri karena merupakan
wujud ketaatan kita kepada Tuhan, contohnya ketika dalam ibadah minggu atau
ibadah kategorial (PKP,PKB, GP dsb), kita harus datang dengan penuh kesiapan dan
ketulusan hati secara pribadi sehingga dengan begitu adanya suatu kepuasan dan
kelegaan dalam diri kita yang malakukan ibadah, selain itu dengan kita rajin
beribadah kita menjadi contoh bagi anak-anak kita. Akan tetapi disatu sisi, bila tidak
saling memanggil dan mengingatkan,partisipasi jemaat dalam mengikuti ibadah
masih bisa dikatakan kurang, karena hanya wajah-wajah itu saja yang selalu ada
disetiap ibadah.25
Ketika jemaat “Syalom” masih menjadi POsPelKes GPIB “Siloam”
Pontianak, ibadah yang dilakukan oleh jemaat PosPelKes “Syalom” pasir putih yaitu
ibadah minggu, ibadah rumah tangga, ibadah anak (sekolah minggu), setelah menjadi
PosPelKes dari GPIB “Margahayu” Rasau Jaya pada tanggal 20 Maret 2016, ibadahibadah sudah mulai berjalan yaitu diantaranya Ibadah PELKAT PKP dan GP dan
ibadah rumah tangga yang diadakan setiap dua minggu sekali dan lebih sering
dilayani oleh majelis setempat.26
3.3 Tata Ibadah
Dalam ibadah GPIB sendiri (berbeda dengan gereja-gereja aliran lain) ketika
melakukan kegiatan beribadah kita diberikan atau dibagikan susunan acara yang akan
24

Hasil wawa ara de ga
ajelis je aat PosPelKes “yalo
pukul 19.20 WIB
25
Hasil wawa ara de ga warga je aat PosPelKes “yalo
17.45 WIB
26

Wawancara dengan Bpk Simbolon, 23 Maret 2017

13

apak Januar Simblon, 23 Maret 2017,
i u “a arti a,

Maret

, Pukul

dilakukan selama ibadah berlangsung yang biasa disebut dengan tata ibadah, tata
ibadah sendiri merupakan suatu petunjuk jalannya proses ibadah dari awal hingga
akhir dan memberitahukan kapan harus duduk dan harus berdiri, selain itu dalam tata
ibadah sendiri cukup membantu jemaat dalam hal puji-pujian (nyanyian) yang lebih
gampang sehingga jemaat dapat langsung menyanyikan (Kidung Jemaat dan Gita
Bakti) tanpa harus membuka buku nyanyian secara manual dan dapat memberitahukan
terambil dimanakah pembacaan alkitab pada saat itu. Tata ibadah merupakan petunjuk
dalam keberlangsungan ibadah.

27

Terkadang bila pelayan dari induk tidak datang

melayani (Pelayan Anak/pelayan sekolah minggu yang bisanya membawakan tata
ibadah) maka jemaat di PosPelKes “Syalom” tidak menggunakan tata ibadah dan tata
ibadah hanya di gunakan oleh majelis dan pelayan Firman. 28Meskipun terkadang tata
ibadah menjadi hal yang membosankan, karena harus nengikuti proses ibadah dari
awal hinggga akhir, akan tetapi disatu sisi tata ibadah berfungsi sebagai salah satu cara
memimpin jemaat agar disiplin ketika beribadah. 29
3.4 Pengutusan dan Berkat
Setelah melakukan proses ibadah dari awal hingga pada akhir (nyanyian,
khotbah dan persembahan syukur), ibadah di tutup dengan bagian pengutusan dan
berkat, kembali jemaat diminta untuk berdiri, menyanyi lagu penutup dan setelah itu
pendeta atau pelayan Tuhan yang memberitakan firman akan mengangkat tangannya
dan mengarahkan kepada jemaat untuk memberi berkat. Bagaian ini merupakan suatu
kebiasaan yang menandakan bahwa ibadah akan segera berakhir, dan tidak semua
orang biasa mengangkat tangan memberikan berkat karena hanya orang-orang yang
sudah mengikat janji dalam ikatan pelayan Tuhan (telah diteguhkan) .30 Berkat juga
berhubungan dengan materi, sehingga Tuhan juga memberikan kecukupan dalam
kehidupan ini. Makna pengutusan setelah melakukan ibadah dan mendengarkan
khotbah adalah kita diharapkan hidup sebagai manusia baru dan tidak mengulangi
setiap kesalahan-kesalahan di masa lalu (tidak mengulangi sifat-sifat yang diluar
27

Hasil wawa ara de ga warga je aat PosPelKes “yalo

i u Sabartina, 24 Maret 2017, Pukul

17.45 WIB
28

Hasil wawa ara de ga pe uda je aat PosPelKes “yalo “dr Ro apiah, Maret
Hasill wawancana, ibu Tri, 22 Maret 2017, Pukul 15.24 WIB
30
Hasil wawa ara de ga
ajelis je aat PosPelKes “yalo Bpk. Dodi Pranata, 25 Maret 2017
29

14

kehendak Tuhan), dan sikap yang ditunjukkan setelah pelayan Firman mengucapkan
dan memberikan berkat adalah dengan cara membuka tangan supaya berkat itu dapat
kita terima.31 Ketika kita sudah melaksanakan ibadah dari awal hingga akhir adanya
suatu kelegaan dan ketentraman yang bisa dirasakan melalui nyanyian, pengakuan
dosa dan mendengarkan khotbah, karena yang tadinya kita datang untuk beribadah
membawa suatu kesesakkan dalam hati/beban, ketika pulang dari ibadah hati merasa
nyaman dan pikiran tidak berat karena masalah yang dihadapi (adanya penghiburan)
dan itu semua karena Tuhan melalui pengutusan dan berkat yang didapatkan setelah
ibadah selesai. 32
Dilihat berdasarkan pemahaman warga jemaat “Syalom” Pasir Putih secara langsung,
terdapat pemahaman bahwa ibadah merupakan saat kembalinya jemaat sebagai umat dapat
berjumpa dengan Tuhan yang menciptakan manusia dan membangun komunikasi yang lebih
intim lagi dengan Tuhan melalui persekutuan-persekutuan yang diadakan sebagai bentuk
ungkapan syukur. Ibadah diyakini bahwa Tuhan juga turut beserta dengan jemaat ketika
melakukan ibadah dan memberikan mereka berkat yang dapat dirasakan melalui pemberian
kemampuan untuk menjadi manusia yang baru dan dalam hal materi. Menurut jemaat
“Syalom” setelah ibadah selesai dilakukan maka kehidupan dari jemaat bisa berubah menjadi
lebih baik, itulah makna ibadah dan makna pengutusan dan berkat yang dipahami.

Menurut jemaat “Syalom” tata ibadah yang digunakan ketika ibadah minggu
dan tata ibadah yang dibacakan atau di pandu oleh liturgos/pelayan firman ketika
berlangsung ibadah-ibadah syukur atau kategorial, itu semua tidak lebih dari sekedar
kebiasan dalam proses ibadah saja (peraturan dalam ibadah) yang harus diikuti.
Sebenarnya tata ibadah yang digunakan dalam ibadah setiap unsur-unsurnya memiliki
maknanya masing-masing, contohnya dalam tata ibadah GPIB pada setiap bagianbagiannya yang biasa di katakan rumpun-rumpun yang terdiri dari: 33
1. Rumpun satu yang berisi menghadap Tuhan.
Terdiri dari, “Votum, nats pembimbing, salam, pengakuan dosa, berita
anugerah dan petunjuk hidup baru”.
2. Rumpun dua yang berisi pemberitaan Firman.
31

Hasil wawa ara de ga warga je aat PosPelKes “yalo
Hasil wawa ara de ga reka pe uda PosPelkes “yalo
33
Majelis Sinode GPIB, Buku II, 7-8.

32

15

I u “ari a,
“dri. Lewi,

Maret
Maret

“ Doa memohon bimbingan roh kudus, pembacaan Alkitab, pemberitaan
firman (khotbah atau berbentuk sakramen)”.
3. Rumpun tiga yang berisi Jawaban umat.
“pengakuan Iman, doa syafaat, ungkapan syukur”
4. Rumpun empat yang berisi pengutusan.
“Warta jemaat dan berkat”
Melihat pemahaman dari jemaat “syalom” berdasarkan wawancara
yang dilakukan, penulis melihat bahwa jemaat tidak memahami makna yang
sebenarnya mengenai amanat pengutusan dan berkat karena amanat pengutusan
dan berkat dalam pengertian GPIB memiliki pengertian yaitu dimana jemaat
diminta untuk berdiri sebagai kesiapan jemaat untuk kembali kedalam kehidupan
dan melakukan tanggung jawab berimannya sesuai dengan firman Tuhan yang
telah didengar. Penumpangan tangan dilakukan oleh pemberita firman dengan
kata-kata berkat diucapkan dan sesudah itu tangan diturunkan. Jemaat meresponi
berkat yang diterima dengan menyanyika lagu “amin”.34

4. PEMBAHASAN
Ibadah merupakan suatu kegiatan yang sudah menjadi ciri khas dari orang kristen.
Kehidupan orang kristen tidak akan jauh dari ibadah, karena segala sesuatu yang terjadi
dalam kehidupan ini merupakan suatu penyertaan Tuhan dan tidak jarang dalam kehidupan
orang kristen segala peristiwa yang menunjukkan kemurahan dan penyertaan Tuhan akan di
wujudkan dengan suatu ungkapan syukur yang dilakukan secara pribadi maupun secara
persekutuan.
Banyak pengertian mengenai ibadah, baik secara umum maupun secara khusus.
Secara umum memanglah ibadah merupakan kewajiban dari kehidupan orang