BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SD NEGERI 3 TAMBAHREJO - Raden Intan Repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

  Yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam, menurut Ahmadi adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia sutuhnya (insan

  1 kamil) sesuai dengan norma Islam.

  Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Agama Islam adalah membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum Agama Islam menuju

  2

  terbentuknya pribadi utama menurut ukuran Islam. Sedangkan Zuhairini memberikan pengertian pendidikan Agama Islam adalah usaha sistematis,

  3 pragmatis dalam membentuk anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran Islam.

  Pendapat lain menyatakan bahwa pendidikan Agama Islam adalah mempersiapkan manusiasupaya hidup dengan sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya

  4

  baik dengan lisan dan tulisan. Zakiah Daradjat mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan

5 Islam sebagai pandangan hidup.

  Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam kurikulum pendidikan Agama Islam ialah sebagai upaya sadar dan terancana 1 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Aditya Media,

  2000), hal. 20 2 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al- Ma’arif, 1974), hal. 23 3 4 Zuhairini., Op.Cit., hal. 25 5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal.3-4 Zakiyah Dajadjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, ( Jakarta: Gunung Agung,

  dalam menyiapkan peserrta didik untuk mengenal, memhamai, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-

  Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan

  6 persatuan bangsa.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah segala usaha manusia untuk mendidik atau mengembangkan fitrah manusia dan menjadikannya insan kamil yang beriman, bertaqwa dan memiliki akhlak mulia menurut ajaran Islam.

  Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan

  7

  berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara. Sebelum penulis membicarakan tentang pengertian guru pendidikan agama Islam, perlulah kiranya penulis awali dengan menguraikan pengertian guru agama secara umum, hal ini sebagai titik tolak untuk memberikan pengertian guru agama Islam.

  Secara ethimologi (harfiah) ialah dalam literatur kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan

6 Abdul Majid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:

  Pustaka Setia, 2004), hal.130 mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang

  8 berkepribadian baik.

  Menurut Muhaimin bahwa guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual

  9 ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah.

  Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

  10 pendidikan.

  Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang akan menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam arti yang sederhana

  11 adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

  M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoritis menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu/ kepandaian

  12 kepada yang tertentu kepada seseorang/ kelompok orang.

  Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru

  8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 44-49 9 10 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), hal. 70. 11 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), hal. 39.

  Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 31. 12 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  Sebagai guru pendidikan agama Islam haruslah taat kepada Tuhan, mengamalkan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Bagaimana ia akan dapat menganjurkan dan mendidik anak untuk berbakti kepada Tuhan kalau ia sendiri tidak mengamalkannya, jadi sebagai guru agama haruslah berpegang teguh kepada agamanya, memberi teladan yang baik dan menjauhi yang buruk. Anak mempunyai dorongan meniru, segala tingkah laku dan perbuatan guru akan ditiru oleh anak-anak. Bukan hanya terbatas pada hal itu saja, tetapi sampai segala apa yang dikatakan guru itulah yang dipercayai murid, dan tidak percaya kepada apa yang tidak dikatakannya.

  Dengan demikian seorang guru pendidikan agama Islam ialah merupakan figure seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan atau perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik, maka disamping sebagai profesi seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawaannya agar jangan sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bias menyebabkan hilangnya kepercayaan

  13 yang telah diberikan masyarakat. Ahmad Tafsir mengutip pendapat dari Al-Ghazali mengatakan bahwa siapa yang memilih pekerjaan mengajar, ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting. Karena kedudukan guru pendidikan agama Islam yang demikian tinggi dalam Islam dan merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri, maka pekerjaan atau profesi sebagai guru agama Islam tidak kalah pentingnya

  14 dengan guru yang mengajar pendidikan umum.

  Dengan demikian pengertian guru pendidikan agama Islam yang dimaksud disini adalah mendidik dalam bidang keagamaan, merupakan taraf pencapaian yang diinginkan atau hasil yang telah diperoleh dalam menjalankan pengajaran pendidikan agama Islam baik di tingkat dasar, menengah atau perguruan tinggi.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

  Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu tujuan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai

  15 untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.

  Tujuan pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan serangkaian proses pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah. Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan agama Islam ini. Diantaranya Al-Attas, ia menghendaki tujuan pendidikan mengatakan, menurutnya tujuan pendidikan (Agama) Islam adalah terciptanya orang yang berkepribadian muslim. Berbeda dengan Al-Abrasy menghendaki tujuan akhir pendidikan (agama) Islam itu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak mulia

  14 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), hal.76. 15 Syarif Hidayatullah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek

  (Akhlak al-karimah). Munir Musyi mengatakan tujuan akhir pendidikan Islam usia yang sempurna (al-Insan al-Kamil).

  

16

Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan pendidikan

  yaitu sementara dan akhir. Tujuan sementara pendidikan islam yaitu tercapainya tingkat kedewasaan baik jasmaniah maupun rohaniah. Dewasa jasmaniah adalah apabila anak telah baligh dengan cirri-ciri : pertama, laki-laki berumur 15 tahun, perempuan berumur 9 tahun. Kedua, haid bagi perempuan. Sedangkan dewasa rohaniah apabila ia telah dapat memilih sendiri, memutuskan sendiri dan bertanggung jawab sendiri sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan dan mencerminkan ajaran Islam.

  a. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar. Misalnya : cara-cara berbuat, cara-cara berbicara dan lain sebagainya.

  b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Misalnya : cara berfikir, bersikap (pendirian atau pandangan dalam menghadapi seseorang atau suatu hal) dan minat.

  c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur; meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi system dan nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan member corak seluruh kepribadian individu itu. Bagi orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang menuntunnya kearah kebahagiaan di

16 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

  dunia dan di akhirat, aspek-aspek ini yang member kwalitet kepribadian

  17 keseluruhannya.

  Menurut Imam Al Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah membina insane paripurna yang taqarub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Dan orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ilmu pula dapat mengantarkan kepada pembentukan insane paripurna.

  Prof. Dr. M. Athiyah Al Abrasyi mengemukakan tentang tujuan pendidikan Islam dalam satu kata yaitu fadhilah/ keutamaan. Kemudian dalam uraiannya yang dimaksud adalah:

  Para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlaq dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pola adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Beliau juga mengutip pendapat Al Ghazali: “tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri pada Allah, bukan pangkat dan bermegah- megahan dan janganlah seorang pelajar itu belajar untuk mencari pangkat, harta,

  18

  menipu orang bodoh atau bermegah- megahan dengan kawan”.

  Dr. Oemar Al Taumy menyatakan sebagai berikut: “Tentang tujuan-tujuan individual yang ingin dicapai oleh PI, maka pada keseluruhannya berkisar pada pembinaan pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau dengan lebih jelas lagi, ia berkisar padakeseluruhannya pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya kepada Tuhan dan agama-Nya, sehat jasmani berimbang dalam motivasi- 17 Drs. A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Alma'arif,

  1980), hal.6 motivasi, emosi dan keinginan-keinginannya, sesuai dengan dirinya dan orang lain, bersenjatakan ilmu pengetahuan, memiliki alat-alatnya yang asasi, luas pengetahuan dan sadar akan masalah-masalah masyarakat bangsa dan zamannya, halus perasaan seninya dan sanggup merasakan keindahan dalam segala bentuk dan coraknya, menggunakan masa luangnya dengan kebijakan dan berfaedah, mengetahui hak dan kewajibannya, memikul tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan seluruhnya dengan kesadaran, dengan keikhlasan dan kebolehan, menghargai kepentingan kehidupan keluarga secara khas dan bersedia memikul tanggung jawab yang berkorban untuk

  19 meneguhkan dan memperkuatnya”.

  Pendapat Hasan Langgulung mengenai tujuan pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan Agama harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual, termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia kederajat yang lebih sembpurna, dan fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat, dimana masing-masing manusia diberi hak-hak dan tanggung jawabnya untuk

  20 menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang.

  Sedangkan menurut Quraish Shihab berpendapat bahwa, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al- Qur’an (Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al-

  Qur’an untuk bertaqwa kepadaNya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur material (jasmani) dan imaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya akan menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya akan 19 Drs. Muhammad Zain, Materi Filsafat pendidikan Islam, (Yogyakarta: 1985), hal : 18-

  19 20 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-

  menghasilkan kesucian dan etika, sedang pembinaan jasmaninya akan menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut terciptalah makhluk dwu dimensi dalam satu kesinambungan, dunia dan akhirat,

  21 ilmu dan iman.

  Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan Pendidikan Islam adalah mendidik seseorang atau kelompok supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup ditas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

  Sebagaimana diketahui, bahwa ruang lingkup inti ajaran pokok pendidikan Agama Islam meliputi:

a. Aqidah adalah bersifaat i’tihad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.

  b. Syariah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

  c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. Tugas ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk Rukun Iman,

  Rukun Islam dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama, yaitu: Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh, dan Ilmu Akhlak. Ketiga ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam, yaitu Al-

  Qur’an dan hadits, serta ditambah lagi dengan Sejarah Islam. Sehingga secara berturutan:

  1. Ilmu Tauhid/keimanan

  2. Ilmu fiqh

  3. Al-Qur’an

  4. Al-Hadits

  5. Akhlak

  22

  6. Tarikh Islam Ruang lingkup pembahasan, luas mendalamnya pembahasan, tergantung kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan, tingkatan kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didik sebagai konsumennya. Untuk sekolah-sekolah agama tentunya pembahasannya lebih luas, mendalam dan terperinci daripada sekolah-sekolah umum.

  4. Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

  Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru pendidikan agama Islam dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan beberapa persyaratan umum untuk menjadi guru pendidikan agama Islam yaitu :

  a. Beriman kepada Allah dan beramal saleh b. Menjalankan ibadah dengan taat.

  c. Memiliki sikap pengabdian yang tinggi pada dunia pendidikan.

  d. Ikhlas dalam menhalankan tugas pendidikan.

  e. ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya.

  f. Professional dalam menjalankan tugasnya.

  g. Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang dialami murid-

  23 muridnya.

  Disamping persyaratan diatas, masih ada persyaratan lain sebagaimana menurut pendapat Hasan Basri, antara lain : a. Membimbing si terdidik

  Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.

  22 23 Zuhairini dkk, Op.Cit., hal 58-59 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), b. Menciptakan situasi untuk pendidikan Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tindakan- tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasilnya yang memuaskan.

  c. Memiliki pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-

  24 pengetahuan keagamaan.

  Sedangkan Al-Ghazali memberikan nasehat kepada para pendidik Islam agar dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi guru pendidikan agama Islam sebagaimana berikut:

  a. Pendidik harus menganggap anak didiknya sebagai anak kandungnya sendiri, sehingga rasa tanggung jawabnya sangat besar dan melimpahkan kasih sayangnya dengan penuh.

  b. Pendidik harus ikhlas tanpa pamrih dalam pengabdiannya kepada pendidik sebagai wasilah pengabdian kepada Allah SWT. hendaknya mengajarkan semua ilmunya untuk

  c. Pendidik meningkatkan ketauhidan.

  d. Pendidik harus sabar dalam memberi nasihat kepada anak didiknya.

  e. Pendidik harus mempertimbangkan kemampuan rasio dan mentalitas anak didiknya dalam menyampaikan pendidikannya.

  f. Pendidik harus memberikan motivasi kuat kepada anak didiknya agar mencintai semua ilmu yang diberikan.

  g. Pendidik harus memberikan mata pelajaran berupa pengenalan pengetahuan sehari-hari agar mudah dimengerti dan memahaminya kepada anak didik yang usianya masih muda atau dibawah umur.

  25 h. Pendidik harus memberi teladan bagi anak didiknya.

  Dari beberapa pendapat diatas jelas bahwa untuk menjadi guru pendidikan agama Islam tidaklah mudah, karena persyaratan yang harus dipenuhi lebih banyak dan lebih komplit dari pada persyaratan menjadi guru umum. Guru agama lebih banyak ditentukan oleh persyaratan non formal yaitu penguasaan materi

24 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet.ke-1, hal.

  69 agama secara menyeluruh, memiliki kepribadian yaitu taat menjalankan ajaran agama dan berakhlak mulia, juga memiliki kemampuan dalam mendidik.

5. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

  Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau

  26

  kecakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti

  27 kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).

  Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini adalah proficiency and ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

  28 berfikir dan bertindak.

  Berdasarkan UU nomor 14 tahun 2005 tetang guru dan dosen bab I pasal 1 ayat 10 menjelaskan bahwa kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,

  29 dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

  Guru harus memiliki kompetensi sebagaimana standar kompetensi sebagaimana standar kompetensi yang ditetapkan dalam PP 74/2008 yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional dan dalam permenag No 16 Tahun 2010 pasal 16, khusus guru Pendidikan Agama Islam

  30 ditambah satu kompetensi lagi yaitu kompetensi kepemimpinan.

  26 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 229 27 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai 28 Pustaka, 2002), hal 584

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002), hal 37

  29 UU Nonor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Op.,Cit, hal. 61 30 Ali Mudhofiir, Modul Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Direktorat

  Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip E. Mulyasa menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

  a. Pengetahuan (Knowledge); kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identfikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.

  b. Pemahaman (Understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan efektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efesien.

  c. Kemampuan (Skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.misalnya kemapuan guru dalam memiliki dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

  d. Nilai (Value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan lain- lain).

  e. Sikap (Attitude); yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah.

  f. Minat (Interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perubuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan

  31 sesuatu.

  Sedangkan tujuan kompetensi guru menurut Sardiman, di antaranya yaitu:

  a. Guru memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola PBM dengan bak.

  b. Agar guru menjadi inovator, yaitu tenaga kependidikan yang mampu komitmen terhadap upaya perubahan dan informsi ke arah yang lebih baik.

  c. Guru mampu menjadi developer, yaitu guru mempunyai visi keguruan yang

  32 mantap dan luas perspektifnya.

31 E. Mulyasa, Op.,Cit, hal 39

6. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam

  Istilah peranan yaitu bagian atau tugas yang memegang kekuasaan utama

  33

  yang harus dilaksanakan. Peranan memiliki arti sebagai fungsi maupun

  34

  kedudukan (status). Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku atau lembaga yang mempunyai arti penting sebagai struktur sosial, yang, dalam hal ini lebih mengacu

  35

  pada penyesuaian daripada suatu proses yang terjadi. Peranan dapat diartikan pula sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal. Ada juga yang merumuskan lain, bahwa peranan berarti bagian yang dimainkan, tugas kewajiban pekerjaan. Selanjutnya

  36 bahwa peran berarti bagian yang harus dilakukan di dalam suatu kegiatan.

  Peran dan fungsi pendidikan Agama Islam demikian strategis dalam menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan Islam akan membimbing dan memproses sumber daya manusia dengan bimbingan wahyu sehingga terbentuk individu-individu yang memiliki kompetensi yang memadai. Pendidikan Islam memfasilitasi manusia untuk belajar dan berlatih mengaktualisasi segenap potensi yang dimilikinya menjadi kompetensi sebagai manusia yang kompeten, yang profilnya digambarkan Allah sebagai sosok ulil

  33 Departemen Penididikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1988), h. 667 34 Pius A. Partoto & M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.

  585 35 36 Sarjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: UI Pres, 1982), h. 82 Sahulun A. Nasir, Peranan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). Cet. II, h. 9 albab, sebagai manusia muslim paripurna, yaitu manusia yang beriman, berilmu

  37 dan beramal shaleh sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

  Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang

  38 memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.

  Dalam khazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki beberapa istilah, seperti ustadz dan muallim, muaddib, dan murabbi. Beberapa istilah untuk sebutan guru itu terkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan, yaitu t a’lim, ta’dib dan tarbiyah. Istilah muallim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu. Istilah muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan. Sedangkan istilah murabbi lebih mengembangkan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniyah maupun rohaniyah. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa

  39 Indonesia diterjemahkan sebagai guru.

  Secara formal, untuk menjadi profesional guru diisyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru-guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efesien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, manidiri, serta menjadi warga

  40 negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 37 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), hal. 207 38 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.17 39 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal.74

7. Macam-macam Peran Guru Pendidikan Agama Islam

  Sebagaimana telah diuraikan dalam pengertian peran guru Pendidikan Agama Islam diatas bahwa yang dimaksud dengan peran dalam pembahasan ini adalah tugas utama guru Pendidikan Agama Islam yang harus dilakukan dalam bidang pendidikan.

  Dalam peraturan Mentri Agama RI Nomor 16 tahn 2010 tentang pengelolaan Pendidikan Agama pada sekolah, dalam pasal 1 ayat 7 menyatakan bahwa Guru Pendidikan Agama adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

  Berbeda dengan peran guru mata pelajaran lain ataupun guru kelas. Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peran sebagai ta’lim, tadris dan ta’dib.

  Menurut seorang tokoh sufi yang terkenal yakni Imam Al-Ghozali memberikan spesifikasi tugas guru agama yang paling utama adalah menyempurnakan, membersihkan serta mensucikan hati manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena tindakan yang akan dan telah dilakukan oleh seorang guru senantiasa mempunyai arti serta pengaruh yang kuat bagi para santri atau siswanya, maka guru harus berhati-hati dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

41 Tugas guru menurut Uzer Usman terdiri dari tiga jenis tugas yaitu: 1. Tugas guru sebagai profesi meliputi: mendidik, mengajar dan melatih.

  Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan- keterampilan pada siswa.

  2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, ia harus menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus menarik simpati siswanya.

  3. Tugas guru dalam masyarakat yaitu mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

  42 Secara rinci peran guru pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini, peran

  guru PAI yang antara lain adalah: 41 Abu Hamid Al-Ghozali, Ihya Ulumuddin,

  Ismail Ya’qub (Jakarta: CV Faizan, 1979) hal. 65 42 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),

  1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam

  1. Fasilitator, yakni menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan individu yang belajar

  46 43 Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), hal. 55 44 Suprapta dan Herry Noer Aly, Op.Cit., hal. 2 45 Roestiyah NK, Masalah Pengajaran Seagai Suatu Sistem, (Jakarta: Bina Aksara,

  korektor, pembimbing, inspirator, demonstrator, informator, pengelola kelas, organisator, mediator, motivator,supervisor, insiator, fasilitator, evaluator.

  5. Manusia sumber, dimana guru dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

  4. Organisator, yakni mengorganisasikan kegiatan belajar siswa maupun guru.

  3. Motivator, yakni memberikan dorongan dan semangay agar siswa mau giat belajar

  2. Pembimbing, yakni memberikan bimbingan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, agar siswa tersebut mampu belajar denga lancar dan berhasil secara efektif dan efisien

  adalah sebagai berikut:

  2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak

  44 Menurut Roestiyah NK, secara umum peran guru dalam interaksi edukatif

  3. Administrator, yaitu mengelola sekolah dan kelas, memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.

  2. Membimbing, yaitu memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya baik bersifat akademis maupun non akademis.

  1. Mengajar, yaitu menyelenggarakan proses proses pembelajaran, meliputi: menguasai bahan pengajaran, merencanakan program pembelajaran, melaksanakan, memimpin dan mengelola proses pembelajaran, dan menilai kegiatan pembelajaran.

  43 Tugas guru menurut Suprapta adalah sebagai berikut:

  3. Mendidik anak agar taat dalam menjalankan ibadah 4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.

45 Lebih kanjut menurut Syaiful Bahri, guru bertugas dan berperan sebagai:

  Menurut Enco Mulyasa mengatakan bahwa guru memiliki peranan sebagai: “pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model teladan, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerta rutin, evaluator

  47

  dan kulminator ”.

  Peranan guru dalam membina akhlak siswanya menurut Al-Ghazali meliputi:

  1. Memberi berbagai pengetahuan tentang akhlak

  2. Menggunakan metode pembinaan yang berbeda-beda sesuai dengan usia dan tabiat anak

  48 3. Mengajak siswa untuk menghafal Al-Qur’an.

  Peranan yang diharapkan dari guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa adalah:

  1. Memberikan contoh atau teladan

  2. Membiasakan akhlak yang baik

  3. Memberikan motivasi atau dorongan

  4. Memberikan hadiah

  5. Menghukum

  6. Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan positif

  7. Mengadakan kerjasama yang harmonis dengan kepala sekolah, guru-guru

  49 yang lain dan orang tua siswa.

  Adapula pendapat dari M. Athyiyah Al-Abrasi, peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa adalah:

  1. Memberikan petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya sesuatu

  2. Mencegah mereka dari akhlak tercela

  50 3. Memberikan contoh yang baik.

  46 47 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hal. 44-48 Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet ke 7, hal.37 48 Abidin Ibnu Rush, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

  Pelajar Offset, 1998), hal.99-104 49 Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 127

  Dari beberapa peran guru Pendidikan Agama Islam diatas maka penulis menyimpulkan bahwa penulis lebih memilih sebagai mana yang terdapat dalam peran guru Pendidikan Agama Islam menurut Peraturan Kementrian Agama RI

  pasal 1 ayat 7 yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam membina akhlak siswa dijabarkan sebagai berikut:

  1. Guru sebagai pendidik Pengertian pendidik secara fungsional adalah seseorang yang melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sebagainya

  51

  kepada peserta didik. Jadi pendidik dapat dipahami sebagai seorang yang mendidik peserta didik disamping untuk memiliki pengetahuan juga agar memiliki pengetahuan juga agar memiliki keterampilan untuk mengamalkan pengetahuan tersbut. Menurut Moh Uzer Usman mendidik berarti meneruskan dan

  52 mengembangkan nilai-nilai hidup.

  Dengan demikian maka peran guru sebagai pendidik dalam pembinaan akhlak yaitu menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai akhlak terpuji kepada siswa sehingga siswa mempunyai kepribadian utama dan terampil dalam merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Guru sebagai pengajar Pengajar adalah orang yang mengajar, sedangkan menurut Moh Uzer

  Usman mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi mengajar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, dalam hal ini hanya menekankan segi pengetahuan. Menurut Zuhairini menyatakan bahwa mengajar adalah memberi pengetahuan kepada anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum atau proses dari

51 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal.

  114 pada suatu ilmu pengetahuan. Jadi pengajaran Agama adalah pemberian

  53 pengetahuan agama kepada anak agar mempunyai ilmu agama.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar yang menyatakan bahwa dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, hal-hal yang harus dilakukan guru adalah:

  Pertama, mampu menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan. Kedua, membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan metode tertentu. Ketiga menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Keempat, merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar dengan tepat. Kelima, menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan program sekolah, misalnya program perbaikan dan pengayaan serta ekstra kulikuler. Keenam, mengatur ruang kelas yang kondusif bagi proses belajar mengajar. Ketujuh, mengatur tempat duduk siswa sesuai degan kemampuan dan kondisi fisik serta daya tangkap siswa

  54 terhadap pelajaran.

  Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud mengajar itu adalah menyelenggarakan proses pembelajaran yang meliputi: penguasaan materi pelajaran, merencanakan program pengajaran seperti analisis pekan efektif per semester, program tahunan, program semester, menyusun silabus dan RPP, melaksanakan, mempimpin, dan mengelola proses pembelajaran dan juga menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran.

  Hubungan dengan peran guru dalam membina akhlak berarti guru sebagai pengajar adalah guru harus menguasai bahan pelajaran, merencanakan program pembelajaran, melaksanakan dan mengelola proses pembelajaran tentang akhlak kepada siswa. Setelah melaksanakan pengajaran dan pembelajaran di kelas maka implementasi pada kehidupan sehari-hari harus bermanfat terutama pengajaran mengenai akhlak siswa.

  53 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), Cet-7, hal. 25 54 Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,

  3. Guru sebagai pembimbing Dalam proses pendidikan, kegiatan mengajar, mendidik dan membimbing tidakdapat dipisahkan. Membimbing yaitu memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya baik bersifat akademis

  55

  maupun non akademis. Menurut Roestiyah NK membimbing, yakni memberikan bimbingan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, agar siswa tersebut mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan

  56 efisien.

  Dalam pembinaan akhlak mulia siswa, tidak saja terdapat dalam proses pembelajaran didalam kelas tetapi juga diluar kelas, yang disebut dengan bimbingan. Dengan demikian maka guru sebagai pembimbing dalammembina akhlak adalah upaya yang dilakukan untuk membantu mengembangkan potensi siswa dengan memberikan petunjuk, tuntunan dan mengarahkan agar menjadikan siswa sebagai manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab dalam hidupnya.

  4. Guru sebagai pengarah Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua.

  Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya.

  Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.

55 Suparta dan Herry Noer Aly, Loc.,Cit, hal.

  5. Guru sebagai pelatih Pengertian pelatih dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mengajar seseorang agar terbiasa melakukan sesuatu atau membiasakan diri.

  Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk

  57 hal yang sama.

  Dalam proses pendidikan seorang guru disamping menanamkan aspek kognitif dan aspek afektif dalam diri anak, maka guru perlu mengambangkan aspek psikomotor atau keterampilan. Menurut Moh Uzer Usman melatih berarti

  58

  mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Karena itu guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pelatih bertujuan untuk mencapai tingkat terampil dalam diri siswa dan siswa terbiasa melaksanakannya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam hubungannya peranan guru pendidikan Agama Islam sebagai pelatih dalam membina akhlak siswa misalnya melatih siswa untuk berdoa dengan khusuk, dan berinfak.

  6. Guru sebagai teladan Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kita ingat pemeo guru, sebagai digugu lan ditiru (ditaati dan ditiru), guru adalahuswah hasanah (teladan yang baik). Sandangan ini memang cukup berat bagi guru, tetapi tak terelakan, apalagi pada tingkat pedidikan dasar. Bagi anak TK dan SD guru merupakan segala-galanya. Alhasil seringkali siswa-siswa pemula tersebut memandang apa saja yang dikatakan gurunya sebagai yang benar, peran guru yaitu sentral, sehingga sekali guru membuat kesalahan, kesalahan semacam ini akan lama dikenang siswa.

  Kualitas dan kekuatan dari teladan seorang guru berkaitan erat dengan karakter dan efektivitas guru. Makin efektif seorang gurumaka makin tinggi pula potensi dan kekuatannya sebagai teladan. Kualitas semacam ini akan membuatnya 57 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hal. 113 terampil di dalam pembelajaran, sehingga mampu memberi imajinasi, kegairahan, maka bagi pembelajaran dan pada gilirannya memberikan satu energi kepada guru sebagai teladan. Teladan yang efektif akan mampu memberi semangat dan keberanian kepada para siswa untuk belajar.

  Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan oleh guru: a. Sikap dasar, yaitu sikap psikologis guru dalam menyelesaikan masalah yang penting dan berdampak kepada kesuksesan, kegagalan, pembelajaran, kecakapan manusiawi, cinta, kebenaran, hubungan antarinsan dan sebagainya.

  b. Kecakapan berbicara, termasuk pengguaan intonasi dan pemilihan kata yang tepat.

  c. Kebiassaan kerja, termasuk konsistensinya, kerapihannya, dan kedisiplinannya.

  d. Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan, baik yang dilakukan diri sendiri maupun oleh orang lain.

  e. Pakaian, menampilkan ciri kepribadian.

  f. Hubungan antarmanusia, terutama terkait cara menangani emosi.

  g. Model berfikir, terkait dengan cara pikiran bekerja bila menghadapi masalah.

  h. Kebiasaan emosional i. Sistem penilaian suka dan tidak suka, terkait dengan pembuatan keputusan dan penilai yang adil j. Pertimbangan, kerampilan yang digunakan didalam menilai berbagai jenis situasi. k. Kesehatan, guru yang kompeten, tetapi sering terganggu kesehatannya akan membuat penilaian siswa terhadapnya menjadi surut. l. Gaya hidup. Gaya hidup yang baik bukan guru yang suka pamer kekayaan, pamer kekayaan, pamer kesuksesan, dan terkesan konnsumeristik.

  59

7. Guru sebagai penilai

  Manusia adalah makhluk penilai, homo mensura, dengan demikian tugas guru sebagai penilai adalah tidak terelakkan. Sebagai pengajar, seorang guru lebih berfokus kepada penilaian dalam situasi formal, tetapi sebagai pendidik guru mau tidak mau harus menilai dalam situasi formal, nonformal maupun informal 59 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, maupun nonformal, kapan saja dan di mana saja sepanjang terdapat interaksi langsung atau tidak langsung dengan anak didiknya. Karena guru yang unggul seharusnya menilai semua aspek kepribadian siswanya, potensi kognitif, afektif dan psikomotornya.

  Di dalam melaksanakan penilaian, guru diwajibkan memahami muridnya seutuhnya, selengkap-lengkapnya, seharusnya bahkan seluruh potensi kecerdasannya, karena dipahami saat ini, setiap anak memiliki potensi kecerdasan ganda tinggal posisi mana yang dominan dan sesuai dengan bakat dan minat anak. Guru harus memahami posisi anak didiknya, di dalam kelas, sekolah, di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Guru yang kompeten selalu ingin tahu tentang segala hal yang berpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan siswanya.

Dokumen yang terkait

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa Di SMA Fatahillah Jakarta

2 57 123

PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Ade Imelda Frimayanti, M.Pd.I Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Lampung ABSTRACT - View of Pedidikan Demokrasi dalam Pendidikan Agama Islam

0 0 19

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN A. Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai Pengajar dalam meningkatkan Perkembangan Emosional Peserta Didik di SMK Islam 1 Durenan - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI

0 1 13

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIKULTURAL; Tinjauan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

0 0 21

Keteladanan Guru dalam Pendidikan Agama Islam

0 6 19

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPENGAWASAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERATOR (Studi pada Guru Pendidikan Agama Islam SD di Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Se

0 0 22

Peran Teknologi Pendidikan dalam Perspektif Islam - Raden Intan Repository

0 0 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional - Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMP Negeri 1 Semaka Kabupaten Tanggamus - Raden Intan Repository

0 0 73

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SD NEGERI 3 TAMBAHREJO - Raden Intan Repository

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SD NEGERI 3 TAMBAHREJO - Raden Intan Repository

0 0 15