BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1504702667Bab8 Aspek Lingkungan dan Sosial

BAB VIII
ASPEK LINGKUNGAN
DAN SOSIAL

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan,
analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang CiptaKarya.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM
bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014:
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan
mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan
pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung
dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen
Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau
UKL dan UPL.
VIII - 1


Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota
di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal
ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana
dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan
yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Tabanan telah disusun pada
tahun 2011. Rekomendasi berdasarkan kajian KLHS terhadap Kebijakan, Rencana dan
Program (KRP) untuk RTRWK Kabupaten Tabanan Tahun 2011-2031, khususnya yang
terkait dengan RPI2JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :
1) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Perwujudan Fungsi Pelayanan
Kawasan Perkotaan sekitar Kota Inti dari PKN Kawasan Perkotaan Sarbagita
VIII - 2

terhadap lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan maka diperlukan upaya
sebagai berikut:
a. Implementasi PROKASIH secara terpadu terhadap sungai-sungai di kawasan
perkotaan;
b. Pemetaan dan menyusun strategi implementasi pengembangan RTHK min 40%
di Kaw. Perkotaan Tabanan;
c. Pengembangan mitigasi bencana diprioritaskan pada penguatan institusi
penanganan

bencana,
meningkatkan
kemampuan
tanggap
darurat,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, meningkatkan keamanan pada sistem
infrastruktur/utilitas, bangunan strategis, permukiman dan fasilitas umum
(perumahan, sekolah, rumah sakit),
d. Pengembangan kawasan perkotaan dilakukan secara seimbang dengan
pengembangan perdesaan untuk menekan urbanisasi.
2) Dalam rangka memitigasi potensi timbulnya konflik pemanfaatan air dalam
pemantapan, peningkatan dan pengembangan SPAM maka diperlukan upaya
Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air, Perencanaan Teknis
Pengembangan Kebutuhan Air (Master Plan), Pola Kerjasama Pemanfaatan Air,
Pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air
3) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan tanaman
hortikultura dan pemantapan kawasan Agropolitan Baturiti diperlukan upaya sebagai
berikut:
a. Konservasi tanah dan air;
b. Pengembangan green belt danau dan sungai;

c. Pengaturan waktu pengolahan lahan disesuaikan dengan musim;
d. Pengembangan jebakan sedimen
sedimentasi di sungai dan danau;

(sediment

trap)

pada

daerah

rawan

e. Pengawasan dan penegndalian secara ketat kegiatan pertanian yang berbatasan
dengan kawasan/hutan konservasi;
f.

Mempertegas batas-batas hutan konservasi


4) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan Kawasan
Minapolitan berbasis perikanan budidaya terhadap timbulnya konflik pemanfaatan
sumberdaya air maka pemanfaatan air dalam pengembangan Kawasan Minapolitan
perlu dilakukan melalui:
a. Pengembangan kemitraan pengelolaan sumberdaya air,
b. Perencanaan Master Plan dan Rencana Tapak Pengembangan Minapolitan,
c. Pola Kerjasama Pemanfaatan Air dengan melibatkan Forum Pekaseh dalam
pengembangan minapolitan
5) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif pengembangan sentra-sentra
industri kecil pengolahan hasil perikanan terhadap pencemaran air sungai maka
diperlukan upaya mitigasi sebagai berikut:
a. Pengaturan lokasi/penempatan unit-unit pengolahan hasil perikanan pada sentrasentra industri pada daerah aliran sungai;
b. Pengembangan IPAL Komunal pada sentra-sentra industri;
c. Pengembangan koridor vegetasi di sekitar sentra-sentra industri;
VIII - 3

d. Pemanfaatan kembali (reuse) secara maksimal limbah industri.
6) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan zona industri
Cepaka, Kaka-Kaba dan Pejaten terhadap meningkatnya pencemaran air maka
diperlukan upaya sebagai berikut:

a. Penerapan PROPER terhadap industri pengolahan;
b. Mewajibkan industri pengolahan mengelola air limbah secara baik dan benar;
c. Membangun Unit percontohan IPAL Komunal untuk industri skala kecil;
7) Dalam rangka memitigasi pengaruh/dampak negatif Pengembangan agroindustri di
kawasan agropolitan terhadap meningkatnya pencemaran air sungai limbah industri
hasil pertanian dan menurunnya keanekaragaman hayati akibat meningkatnya
pencemaran air maka diperlukan upaya pengaturan/penataan lokasi agroindustri
pada daerah aliran sungai dan pengelolaan limbah industri
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam Tabel 8.1: Penapisan Rencana Kegiatan
Wajib AMDAL
Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No
A

B

C


D

E

Jenis Kegiatan
Persampahan
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control
landfill/sanitary landfill:
˗ Luas kawasan TPA, atau
˗ Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
˗ Luas Landfill, atau
˗ Kapasitas Total
c. Pembangunan transfer station: Kapasitas
d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas
f. Composting Plant: Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
˗ Luas, atau
˗ Kapasitasnya
b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas penunjangnya:
˗ Luas, atau
˗ Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
˗ Luas layanan, atau
˗ Debit air Limbah
Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang:
b. Kota sedang, panjang:
a. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan; Luas layanan

Skala/Besaran


≥ 10 ha
≥ 100.000 ton
Semua kapasita/besaran
≥ 500 ton/hari
≥ 500 ton/hari
Semua kapasitas
≥ 500 ton/hari
≥ 500 ton/hari
≥ 25 ha
≥ 50 ha
≥ 100 ha
≥ 2.000 ha
≥ 2 ha
≥ 11 m3/hari
≥ 3 ha
≥ 2,4 ton/hari
≥ 500 ha
≥ 16.000 m3/hari
≥ 5 km
≥ 10 km
≥ 500 ha

VIII - 4

No

Jenis Kegiatan
b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang
Sumber: Permen LH 5/2012

Skala/Besaran
≥ 10 km

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan
dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.2
Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK

a. Persampahan

b. Air Limbah Domestik /
Permukiman

c. Drainase Permukiman
Perkotaan

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
(i). Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary
landfill termasuk instalasi penunjang:
 Luas kawasan < 10 Ha; atau
 Kapasitas total < 10.000 ton
(ii). TPA daerah pasang surut
 Luas landfill < 5 Ha; atau
 Kapasitas total < 5.000 ton
(iii). Pembangunan Transfer Station
 Kapasitas < 1.000 ton/hari
(iv). Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu
 Kapasitas < 500 ton
(v). Pembangunan Incenerator
 Kapasitas < 500 ton/hari
(vi). Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
 Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
(i). Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas
penunjang
 Luas < 2 ha
 Atau kapasitas < 11 m3/hari
(ii). Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
 Luas < 3 ha
 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
(iii). Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation
system) diperkotaan/permukiman
 Luas < 500 ha
 Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
(i). Pembangunan saluran primer dan sekunder
 Panjang < 5 km
(ii). Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman
(i).
(ii).

d. Air Minum

(iii).

(iv).
(v).

e. Pembangunan Gedung

(i).

 Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
Pembangunan jaringan distribusi:
 luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
Pembangunan jaringan pipa transmisi
 Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
 Pelayanan masy. oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
 Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

VIII - 5

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan
gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan
dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
(ii). Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan
atau sarana umum:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan
gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan
dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL
dan UPL
(iii). Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan
gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan
bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan
dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
(i). Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
f. Pengembangan kawasan
permukiman baru
 Luas kawasan: < 10 ha
(ii). Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial
ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas

VIII - 6

Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
pelintas batas PPLB di perbatasan);
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
 Luas kawasan: < 10 ha
(iii). Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba
(Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
 Luas kawasan: < 10 ha
(i). Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan
kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan
penduduk;
 Luas kawasan: < 10 ha
(ii). Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulaug. Peningkatan Kualitas
pulau kecil;
Permukiman
 Luas kawasan: < 10 ha
(iii). Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal
(penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa
KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
 Luas kawasan: < 10 ha
(i). Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan
metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban
h. Penanganan Kawasan
renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan
Kumuh Perkotaan
dengan penyediaan bangunan rumah susun
 Luas kawasan: < 5 ha
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL
tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Bedasarkan usulan kegiatan masing-masing sektor sebagaimana disajikan pada Bab VI
maka dapat ditentukan kegiatan wajib Amdal, kegiatan wajib UKL UPL, dan kegiatan
dengan SPPLH sesuai ketentuan dalam penapisan rencana kegiatan sebagaimana
tercantum dalam Tabel tersebut di atas. Namun pada laporan ini hanya disajikan
kegiatan dari sumber dana APBN berdasarkan informasi yang diperoleh dari Satker
sektor terutama mengenai batasan kapasitas (volume, panjang,luas, dsb) yang dijadikan
paramater untuk menentukan suatu kegiatan apakah wajib Amdal, wajib UKL UPL,atau
SPPLH. Semua usulan kegiatan pada Bab VI baik dari sumber dana APBN, APBD
Provinsi ataupun Kabupaten/Kota belum mencantumkan batasan kapasitas volume,
panjang, luas dsb.
Adanya keterbatasan informasi tersebut maka penentuan kegiatan wajib Amdal, wajib
UKL UPL, serta SPPLH adalah kombinasi dari pengalaman Satker Sektor dan ketentuan
penapisan sehingga kegiatan wajib Amdal, wajib UKL UPL, dan SPPLH untuk kegiatan
APBN seperti disajikan pada Tabel 8.3 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan
Lingkungan pada Program Cipta Karya (Sektor Bangkim); Tabel 8.4 (sektor PBL); Tabel
8.5 (Sektor PKPAM); dan Tabel 8.6 (sektor PPLP).

VIII - 7

Tabel 8.3 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor Bangkim)

VIII - 8

Lanjutan Tabel 8.3

VIII - 9

Tabel 8.4 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor PBL)

VIII - 10

Lanjutan Tabel 8.4

VIII - 11

Tabel 8.5 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor PKPAM)

VIII - 12

Tabel 8.6 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial pada Program Cipta Karya (Sektor PPLP)

VIII - 13

Mengacu pada Tabel 8.3 tersebut diatas terdapat 26 kegiatan di Sektor Bangkim
seluruhny wajib disertai dengan SPPLH.
Di sektor PBL Tabel 8.4 terdapat 52 kegiatan 33 diantaranya merupakan kegiatan wajib
SPPLH.
Sedangkan di Sektor PKPAM, Tabel 8.5; dari 15 kegiatan terdapat 1 (satu) kegiatan
wajib Amdal yakni kegiatan Pembangunan IPA 100 lt/dt, pembangunan unit distribusi
10.000 m, pembangunan genset 1 unit, pengembangan SR 8.000 unit Desa
Surabrata.Kegiatan lainnya merupakan kegiatan perencanaan yang tidak memerlukan
dokumen lingkungan
Selanjutnya di Sektor PPLP, Tabel 8.6 terdapat 15 kegiatan; 1(satu) kegiatan yakni
Revitalisasi TPA Tabanan merupakan kegiatan wajib Amdal; 1 (satu) kegiatan
merupakan kegiatan wajib UKL-UPL yakni kegiatan Pembangunan Drainase di
Kabupaten Tabanan (kec. Tabanan dan kec. Kediri), 5 (lima) kegiatan merupakan
kegiatan wajib SPPLH
dan 8 (delapan) kegiatan tidak memerluukan dokumen
lingkungan yakni kegiatan terkait dengan penyusunan rencana, dan kegiatan
pemberdayaan.
8.2. ASPEK SOSIAL
8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam
rangka penanganan isu strategis seperti permasalahan kemiskinan, dan isu
pengharusutamaan gender (PUG).
Berdasarkan data Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011 , bahwa persetase
jumlah rumah tangga miskin(RTM) di Kabupaten Tabnan sebesar 21,81 % dengan
persebaran persentase tertinggi berada di Kecamatan Selemadeg 37,53 %, kemudian
disusul di Kecamatan Semadeg Timur 35,03 %, di Kecamatan Pupuan 34,31 %, di
Kecamatan Baturiti 30,44 % dan di Kecamatan lainnya antara 11,58 % s/d < 30,44 %.
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan
bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang
Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),
Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi
Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan yang bersasaran
masyarakat miskin dan kegiatan responsif gender. Usulan kegiatan Sektor Bangkim
jumlahnya 26 kegiatan seluruhnya direncanakan untuk menyasar masyarakat miskin.
Namun sektor lain (PBL, PKPAM dan PPLP) tidak mengindikasikan bersasaran
masyarakat miskiin. Demikian pula untuk rancangan kegiatan responsif dari semua
sektor tidak mengindikasikan adanya kegiatan responsif gender.
8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek Sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam
rangka konsultasi masyarakat, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi, dan
permukiman kembali penduduk (resettlement).
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan
VIII - 14

bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi
mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam
proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan
program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan
bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah
yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih
dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang
diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan
standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana
pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat
peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang
wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali
kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan
kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.
Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan konsultasi
masyarakat, pengadaan lahan beserta kompensasi, dan permukiman kembali
(resettlement). Usulan kegiatan sektor Bangkim (Tabel 8.3) jumlahnya 26 kegiatan,
seluruhnya mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat, dan adanya pembebasan
lahan beserta kopensasinya.Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) jumlahnya 52
kegiatan seluruhnya mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat. Usulan kegiatan
PKPAM (Tabel 8.5) jumlahnya 15 kegiatan, seluruhnya mengindikasikan adanya
pembebasan lahan dan kompesasinya. Usulan kegiatan sektor PPLP (Tabel 8.6),
jumlahnya 15 kegiatan; 7 (tujuh) kegiatan menginikasikan adanya konsultasi
masyarakat, dan pengadaan tanah beserta kompensasinya; 3 (tiga) kegiatan
mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat; dan 5 (lima) kegatan lainnya tidak
mengindikasikan adanya konsulasi masyarakat dan pembebesan lahan berserta
kompensasinya.
8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi jumlah pemanfaat dari
kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing Sektor. Semua usulan kegiatan sektor
Bangkim( tabel 8.3) mengindikasikan adanya jumlah pemanfaat, namun tidak dijelaskan
indikatornya. Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) tidak ada mengindikasikan jumlah
pemanfaat. Usulan kegiatan PKPAM (Tabel 8.5) mengidikasilkan adanya jumlah
pemanfaat berupa jumlah sambungan rumah (SR). Sedangkan usulan kegiatan Sektor
PPLP (Tabel 8.6) mengindikasikan adanya jumlah pemanfaat berupa jumah jiwa.

VIII - 15